Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV/ AIDS + TB

PARU + CANDIDIASIS ORAL

MATA KULIAH KMB II


DOSEN: NS. DEWI MASYITAH, S.KEP, M.KEP, SP.KEP.MB

OLEH:
RINA ADRIYANI
PO71201210068

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatdan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan HIV/AIDS TB Paru + Candidiasis Oral” dengan lancar dan dalam kondisi yang
sangat baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa menucapkan banyak terima kasih kepada
rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
walaupun ada beberapa hambatan yang kami alamai dalam penyusunan makalah ini. Namun,
berkat motivasi yang diserta kerja keras dan bantuan dari kelompok akhirnya dapat teratasi.
Dengan segala kerendahan hati dan penuh harapan semoga makalah ini bermanfaat.
Kami menyadari didalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jambi, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR. ........................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................... 1
A. Latar Belakang. .............................................................................................. 1
B. Tujuan. ........................................................................................................... 2
C. Manfaat. ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ....................................................................... 3
A. Definisi........................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................... 3
C. Klasifikasi. ..................................................................................................... 5
D. Tanda dan gejala. ........................................................................................... 6
E. Pemeriksaan diagnostik. ................................................................................ 7
F. Penatalaksanaan. ............................................................................................ 7
G. Komplikasi. .................................................................................................... 11
BAB III WOC HIV/ AIDS. ................................................................................ 13
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN. ............................................................. 14
A. Pengkajian. ..................................................................................................... 14
1. Identitas................................................................................................... 14
2. Riwayat Keperawatan. ............................................................................ 14
3. Pemeriksaan Fisik. .................................................................................. 14
4. Analisa Data............................................................................................ 15

BAB V RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN . ................................... 17


BAB VI PERENCANAAN (NCP). .................................................................... 18
A. Rumusan Prioritas Masalah. .......................................................................... 18
B. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan. .............................................................. 18
C. Intervensi. ...................................................................................................... 18
D. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Pasien. .................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi human immunodeficeincy Virus (HIV) dan Acquireed Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan didunia yang menjadi
wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza , Dewi, Dkk, 2011). Penyakit
ini disebabkasn oleh virus Human Immunodefiency Virus (HIV) yang menyerang
sistem kekebalan tubuh ( Kemenkes, 2015).
Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan
ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain
(Kemenkes, 2015). Meskipun ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV
dan AIDS masih merupakan masalah kesehatan yang penting (Smeltzer dan Bare
2015).
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke
orang melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses berhubungan seksual,
transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan
penularan dari ibu ke anak dalam kendungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Penyakit HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina
penderita masuk keorang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina dan anus
akibat hubungan seksbebas tanpa kondom, heteroseksual atau homoseksual. Ibu yang
menderita HIV sangat beresiko menularkan HIV ke bayi yang dikandung jika tida
ditangani dengan kompeten (Nursalam 2011).
Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai maslah psikologi seperti
ketakutan, keputusasaan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi dari
orang lain, yang kemudian menimbulkan tekanan psikologios (Arriza dkk, 2013).
Menurut Nursalam (2011) jika ditambah dengan stres psikososial-spiritual yang
berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV maka akan mempercepat terjadinya AIDS,
bahkan meningkatkan kematian.
Perawat memiliki tugas memenuhi kebutuhan dan membuat status kesehatan
meningkat melalui asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan suatu
tindakan atau proses dalam praktek keperawatan yang diberikan secara lengsung

1
kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehoingga dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien HIV/ AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran tentang pengkajian secara sistematis pada pasien
b. Diperoleh gambaran tentang diagnosa keperawatan sesuai dengan data
pengkajian
c. Diperoleh gambaran tentang intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Diperoleh gambaran tentang Impelementasi
e. Diperoleh gambaran tentang evaluasi

C. Manfaat Penulisan
Hasil makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman
bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada pasien HIV.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi HIV/ AIDS
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan
sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan
Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan
sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem
kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan
kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).

B. Etiologi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk dalam
keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing, virus
imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada
kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara
antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari penderita AIDS.
Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk
kerucut yang padat elektron dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari
membran se penjamu. Inti virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24,
nukleokapsid protein p7 atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus
(protease, reserve trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku
ini, HIV mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf, misalnya tat,
rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta perakitan partikel virus yang
infeksius (Robbins dkk, 2011).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara
penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan penderita HIV AIDS

3
Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menu;arkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air
mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur,
atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masauk kedalam aliran
darah (Nursalam 2007). Selama berhubungan bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk asuk kedalam aliran
darah pasangan seksual.
b. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
CDC Amerika, prevelensi dari ibu ke bayi 0,01% sampai dengan 7%. Bila ibu baru
terinfeksi HIV belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai
30%, sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%
(PELKESI , 1995 ddalam Nursalam 2007). Penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui transfusi fetomaternal atatu kontak kulit atau membran mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. ( Lili V 2004 dalam
Nursalam 2007). Transmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI dari
Ibu yang positif sekitar 10%.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar keseluruh tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak streril
Alat pemeriksaan kandungan sperti spekulum, tenakulum, dan alat- alat lainnya yang
menyentuh dara, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menularkan HIV.
e. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan oleh parah pengguna narkoba (Injekting Drug User -
IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik para pengguna IDU
secara bersam- sama menggunakan tempat penyampur, pengaduk dan gelsa
pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi menularkan HIV.

HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup
serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.

4
C. Klasifikasi
Ada dua klasifikasi yang sampai sekarang sering digunakan untuk remaja dan
dewasa yaitu klasifikasi menurut WHO dan Centersfor Disease Controland Preventoin
(CDC) AmerikaSerikat. Di negara-negara berkembang menggunakan sistemklasifikasi
WHO dengan memakai data klinis dan laboratorium, sementara di negara-negara maju
digunakan sistem klasifikasi CDC. Klasifikasi menurut WHO digunakan pada beberapa
Negara yangpemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia. Klasifikasi stadium klinis
HIV/AIDS WHO dibedakan menjadi 4 stadium,yaitu:
Stadium HIV menurut WHO

Stadium GejalaKlinis

I Tidak ada penurunan berat badan


Tanpa gejala atau hanya Limfa denopati Generalisata
Persisten
II Penurunan berat badan <10%
ISPA berulang: sinusitis, otitismedia, tonsilitis,dan
faringitis
Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir Luka disekitar
bibir (KelitisAngularis) Ulkus mulut berulang
Ruam kulit yang gatal (seboroikatauprurigo)
Dermatitis Seboroik
Infeksi jamur pada kuku

III Penurunan berat badan >10%

Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >


1bulan

Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia


TB Paru dalam 1 tahun terakhir Limfa denitis TB
Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis

Anemia (<8 gr/dl), Trombositopeni Kronik (<50 109


per liter)

5
IV Sindroma Wasting (HIV) Pneumoni Pneumocystis
Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6
bulan
Kandidiasis esofagus
Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan Limfoma
Sarkoma Kaposi
Kanker Serviks yang invasif Retinitis CMV
TB Ekstra paru Toksoplasmosis Ensefalopati HIV
Meningitis Kriptokokus
Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati
multifokal progresif
Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas

D. Tanda dan Gejala


Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya meliputi
demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri
persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit
(makula / ruam).
Menurut Maulana (2016), sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa
menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri
membutuhkan waktu yang cukup panjang (5-10 tahun hingga mencapai masa yang
disebut dengan fullblown).
Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai
pada tahap AIDS adalah:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
b. Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
c. Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)

Gejala-gejalatambahan yang mungkindideritaolehpenderita, yakni :


a. Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
b. Kelainan kulit dan iritasi (gatal)
c. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
d. Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga,
leher, ketiak, dan lipatan paha.

6
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan HIV
a. Skrining HIV
Untuk mengetahui tingkat resiko infeksi dan juga pola hidup kesehraian, apakah
memang benar faktor resiko tinggi untuk menderita penyakit HIV.
b. Tes Serologi/Tes Antibody
− Rapid test
− Tes ELISA
c. Tes Konfirmasi
− Wastern blot
− Indirect Fluorescent Antibody(IFA)
d. Deteksi Virus
− Antigen P24
− Viral load/PCR
2. Pemeriksaan Infeksi Oportunistik
A. Hitung sel T CD4
Pemeriksaan sel CD4 ini dilakukan apabila pasien ada gejala infeksi
oportunistik, untuk melihat apakah pasien memerlukan pencegahan
kotrimoksasol.
B. Viral load (VL)
Di periksa setelah pasien minum obat ARV 6 bulan kemudian.Dan seharusnya
viral load sudah tidak terdeteksi.Jika viral load kurang dari 1000 sudah
menunjukan pengobatan baik. Namun jika viral load lebih dari 1000 maka harus
dilakukan pengulangan lagi apakah terjadi adanya resistensi obat. Viral load
adalah jumlah virus yang ada didalam darah.

F. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) upaya penanganan medis meliputi beberapa
cara pendekatan yang mencakup penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV
serta malignasi, penghentian replikasi virus HIV lewat preparat antivirus, dan penguatan
serta pemulihan sistem imun melaluui penggunaan preparat immunomodulator.
Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan

7
penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut mencakup
malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan status mental.
Penatalaksanaan HIV AIDS sebagai berikut :
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV.
Infeksi umum trimetroprime-sulfametosoksazol, yang disebut pula TMP-SMZ
(bactrim, septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV kepada psien-
pasien dengan gastrointestinal yang normal tidak memberikan keuntungan apapun.
Penderita AIDS yang diobati dengan TMP- SMZ dapat mengalami efek yang
merugikan dengan insidenm tinggi yang tidak lazim terjadi, sepeerti demam, ruam,
leukopenia, trombositopenia dengan gangguan fungsi renal.
Pentamidin, suatu obat anti protozoa , digunakan sebagai preparat alternatif
untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien tidak
memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ, petugas
kesehatan dapat meromendasikan pentamidin.
Meningitis, terapi untuk meningitis kriptokokus adalah amfoteisin B IV dengan
atau tanpa flusitosin atau flukonazol (diflukcan). Keadaan pasien harus dipantau
untuk mendeteksi efek yanga potensial merugikan dan seirus dari amfoterisin B
yang mencakup reaksi anafiklasik, gangguan renal serta hepar,gangguan
kesiembangan eletrolit, anemia, panas danb menggigil.
Retinitis sitomegalovirus, retinitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV;
cyto megalovirus) merupak penyebab utama kebutaan pada penderita penyakit
AIDS.
Froskarmet (foscavir), yaitu preparat lain yang digunakan mengobati retinitis
CMV, disuntikan secara IV setiap 8 jam sekali selam 2 hingga 3 minggu. Reaksi
merugikan yang lazim pada pemberiam foskarnet adalah nefrotoksisitas yang
mencakup gagal ginjal akut dan gangguan keseimbangan elektrolit yang mencakup
hipokalasemia, hiperfosvatemia, serta hipomagnesemia. Semua keadaan ini dapat
memabawa kematian. Efek merugikan lainnya yang lazim dijumpai adalah serangan
kejang-kejang gangguan gastrointerstinal, anemia, flebitis, pada tempat infus dan
nyeri punggung bawah.
b. Penatalaksanaan diare kronik
Terapi dengan okterotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog sisntesis
somatostatin, ternyata efektif untuk mengattasi diare yang berat dan kronik.
8
Konsentraasi reseptor somaytosin yang tinggi ditemukan dalam traktus
gastrointestinal maupun jaringan lainnya. Somatosytain akan mengahambat banayk
fungsi fisiologis yang mencakup motalisis gastrointerstinal dan sekresi – interstinal
air serta elekltrolit.
c. Penalaksanaan sindrom pelisutan
Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencakup penanganan penyebab yang
mendasari infeksi oportunistik sistematis maupun gastrointerstinal. Mallnutirisi
sendriri akan memperbersar resiko infeksi dan dapat pula meningkatkan insiden
infeksi oportunistik. Terapi nutrisi dapat dilakukan mulai dari diet oral dan
pemberian makan lewat sonde (terapi nutriasi enternal) hingga dukungan nutrisi
parenteral jika diperlukan.
d. Penanganan keganasan
Penalaksanaan sarkoma kaposi biasanya sulit karena beragamnya gejala dan
sistem organ yang terkena. Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala dengan
memperkecil ukuran lesi pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang
berkaitan dengan edma serta ulserasi, dan mengendalikan gejala yang berhubungan
dengan lesi mukosa serta organ viseral. Hingga saat ini, kemoterapi yang paling
efektif tampaknya berupa ABV (adriamisin, bleomisin, dan vinkristin).
e. Terapi antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat yang sudah disetujui oleh FDA untuk
pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; zidovudin,dideoksinosin,
dideoksisitidin dan stavudin. Semua obat ini menghambat kerja enzim reserve
trancriptase virus dan mencegah virus reproduksi HIV dengan cara meniru salah satu
substansi molekuler yang dugunakan virus tersebut untuk membangun DNA bagi
partikel-partikel virus baru. Dengan mengubah komponen struktural rantaii DNA,
produksi virus yang baru akan dihambat.
f. Inhibitor protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghanbat kerja enzim protase, yaitu
enzim yang digunakan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang menular.
Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus noninfeksius dengan
penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.
g. Perawatan Pendukung
Pasien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun sebagai
akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan banyak macam
9
perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan tindakan sederhana
seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau mempersiapkan makanan.
Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang lanjut karena penurunn asupan
makanan, sindrom perlisutan, atau malabsorbsi saluran cerna yang berkaitan dengan
diare, mungkin diperlukan dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti
nutrisi parenteral total.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadi akibat mual, vomitus
dan diare kerap kali memrlukan terapi pengganti yang berupa infus cairan serta
elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan sarkoma caposi, ekskoriasi kulit
periana dan imobilisasi ditangani dengan perawatan kulit yang seksama dan rajin;
Perawatan ini mencakup tindakan mengembalikan tubuh pasien secara teratur,
membersihkan dan mengoleskan salab obat serta menutup lesi dengan kasah steril.
h. Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien
HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan,nebingkatkan fungsi sistim imun,
meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan menjaga orang yang
hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan
mineral bisa dijumpai pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak
stadium dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
defisiensi terjadi karena HIV menyebabka hilangnya nafsu makan dan gangguan
absorbsi zat gisi.
Untuk mengatasi masalh nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus diberi
makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air.
i. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV
Menurut Nursalam (2011) kionseling HIV/AIDS merupakan dialog antara
seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor )yang bersifat rahasia,
sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasi
diri denga stres dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan dengan
HIV/AIDS.
Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar
yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena :
1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS)
dan HIV/ AIDS
2) Membutuhkan menganai praktik seks yang bersifat pribadi
10
3) Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian
4) Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan
nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor
itu sendiri
5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif
6) Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun
anggota keluarga klien.

G. Komplikasi
Menurut Budhy, 2017 komplikasi yang disebabkan karena infeksi HIV
memperlemah system kekebalan tubuh, yang dapat menyebabkan penderita banyak
terserang infeksi dan juga kanker tertentu. Infeksi umum terjadi pada HIV/AIDS antara
lain:
a. Tuberculosis (TB)
Tuberkulosi pada pasien HIV sering ditemukan. Jika dilihat dari manifestasi klinis
atau gejala maka sama antara pasien normal dan penderita HIV namun perlu
penekanan bahwah pada pasien HIV seringkali tidak menemukan gejala batuk. Juga
tidak ditemukan adanya kuman BTA pada pasien – pasien yang HIV positif karena
adanya penekanan imun sehingga dengan CD4 yang rendah membuat tubuh tidak
mampu untuk membentuk adanya granuloma/ suatu proses infeksi didalam paru
yang kemudian tidak bermanifes dan tidak menyebabkan adanya dahak. Namun
penderita HIV yang yang memiliki kuman TB sangat berisiko sepuluh kali untuk
terkena Tuberculosis terutama pada pendrita HIV/AIDS yang memiliki sel CD4
dibawah 200.
b. Masalah di Otak
Pasien HIV seringkali mengalami masalah diotak. Masalah diotak yang sering
dijumpai pada pasien HIV dibagi menjadi 2 :
1) Infeksi Oportunistik di Otak
Disebabkan oleh berbagai macam kuman misalnya Toksoplasma yaitu suatu parasit
atau oleh jamur meningitis criptococus, infeksi Tuberculosis (TB).
c. Meningitis
Pasien dengan gejala meningitis paling sering dengan 4 tanda dan keluhan nyeri
kepala, panas badan, kemudian penurunan kesadaran dan juga adanya kaku kuduk.

11
d. Hepatitis C
Pasien HIV dengan hepatitis C biasanya terjadi pada pasien HIV akibat Injection
Drug User (IDU). Gejala awal yang dirasakan yaitu mudah lelah, tidak nafsu makan
dan bisa tibul mata yang kuning lalu kemudian perut membuncit, kaki bengkak
dangangguan kesadaran. Pasien HIV dengan hepatitis kemungkinan lebih besar
untuk terjadi penyakit kronik/hepatitis kronik jka tidak diobati maka akan terjadi
serosis hati, setelah itu bisa menjadi kanker hati yang akan menimbulkan kematian.
e. Koinfeksi sifilis dan HIV
Biasanya terjadi pada pasien Male Sex Male (MSM) yang terinfeksi HIV, sifilis
adalah suatu infeksi menular seksual yang disebabkan oleh karena bakteri
Treponemapalidum.Bakteri ini dapat meyerang sistemik, awalnya melakukan infeksi
lokal pada tempat kontak seksual bisa di oral, genetal ataupun di anus dan kemudian
berkembang menimbulkan gejala ulkus kelamin. Koinfeksi HIV menyebabkan
manifestasi klinis sifilis menjadi lebih berat yang disebut Sifilis Maligna, meyebar
luas ke seluruh badan sampai ke mukosa.

12
BAB III
WOC HIV/ AIDS

13
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Kesadaran compos mentis, tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 80 x/ menit, pernafasan 20
x/ menit, suhu tubuh aksila 38,2oC.
B. Identitas Klien
Nama : Ny. M, umur 21 tahun, jenis kelamin perempuan, status kawin, diagnosa medis
HIV/ AIDS + TB Paru + Candidias Oral, ruang rawat: Isolasi

C. Riwayat Keperawatan

Pasien telah di dianosa HIV dan TB paru 10 bulan lalu, namun berhenti minum obat anti
tuberkulosa sejak 8 bulan lalu. Dilakukan pemasangan nasogastric tube, oksigen 3-4
liter/ menit, infus RL/ D5? Aminofusin tiap 8 jam, tablet multivitamin C dan B complex
3 x 1 tablet, Paracetamol 3 500 mg,transfusi PRC 2 kolf, Kortomoksazole 1 x 960 mg,
Nystatin drops 4 x 2 mg, Fluconazole oral 1 x 100 mg, fusidic cream pada labia mayora/
8 jam, Rifamfisin 450 mg, INH 300 mg, Ethabutol 1000 mg.

D. Pemeriksaan fisik
Kepala/ leher didapatkan konjungtiva anemis, ulcus pada lidah 2 x 1 cm, multiple.
Pemeriksaan torak didapatkan suara nafas bronkovesikuler dan bronkial pada kedua hemi
torak. Didapatkan ulkus labia mayora. Hasil pemeriksaan radiologi torak pada waktu
masuk didapatkan infiltrat pada kedua lapangan paru, terutama apek, dengan kecurigaan
suatu proses spesifik lesi sedang. Hasil laboratorium didapatkan HB 7,8 gr/dL, leukosit
11.000, Trombosit 735, gula darah sewaktu 120, hapusan sputum BTA +. Hasil lab CD4
absolute = 6 sel µL, Lymphocyte T helper sangat kurang, CD4 % = 3 ; T lymphs % of
Lymphs (CD3 + /CD45) = 56 % (55-84); T lymphs (CD3+) Ans Cnt = 136 (690-2540);
T helper % of Lymphs (CD3+/ CD45 +) = 3 Lc (31 % - 60 %); T helper Lymphs
(CD3+/CD4+) Abs Cnt = 6 Lo (410 + 1590); Lymphocyte (CD 45+) Abs Cnt 243
cells/µL.

14
E. Analisa data

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS: Bronkospasme D.0001

- Pasien mengeluh batuk sejak Bersihan Jalan


satu tahun terakhir, kadang Napas tidak efektif
disertai batuk berdarah

- Pasien mengeluh suara serak

- Pasien mengeluh kadang sesak


nafas disertai demam terutama
sore

DO:

- TD = 90/50 mmHg

- Pemeriksaan torak didapatkan


suara nafas bronkovesikuler dan
bronkial pada kedua hemi torak.

- Pemeriksaan radiologi torak


didapatkan infiltrat pada kedua
lapang paru terutama apek
kecurigaan suatu proses lesi
sedang

- Hapusan sputum BTA +

- Terpasang O2 3-4 liter/ menit

2. DS: Candidiasis oral dan D.0129


Ulkus Genitalia
- Pasien mengeluh pada mulut Gangguan integritas
terdapat luka yang hilang timbul kulit/ jaringan
sejak enam bulan lalu.

DO:

- Suhu = 38,2ºC

15
- Didapatkan ulkus labia mayora

- Ulkus pada lidah 2 x 1 cm,


multiple

- Leukosit 11.000

- Trombosit 732

3. DS: Ketidak adekuatan D.0019


Intake Nutrisi
- Pasien mengeluh nyeri menelan Defisit Nutrisi

DO:

- Keadaan umum pasien lemah

- TD = 90/50 mmHg

- BB Sekarang 46 Kg

- Konjungtiva anemis

- HB = 7,8 gr/ dL

- GDS 120

- Pasien terpasang NGT

- Terapi infus RL/ D5/


Aminofusin tiap 8 jam

- Transfusi PRC 2 Kolf

16
BAB V
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme ditandai dengan
pasien mengeluh batuk sejak satu tahun terakhir, kadang disertai batuk berdarah, pasien
mengeluh suara serak, pasien mengeluh kadang sesak nafas disertai demam terutama
sore, TD = 90/50 mmHg, pemeriksaan torak didapatkan suara nafas bronkovesikuler dan
bronkial pada kedua hemi torak, pemeriksaan radiologi torak didapatkan infiltrat pada
kedua lapang paru terutama apek kecurigaan suatu proses lesi sedang, hapusan sputum
BTA +, terpasang O2 3-4 liter/ menit. (D.0001)
2. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan candidiasis oral dan ulkus
Genitalia ditandai dengan pasien mengeluh pada mulut terdapat luka yang hilang timbul
sejak enam bulan lalu, Suhu = 38,2oC, didapatkan ulkus labia mayora, ulkus pada lidah 2
x 1 cm, multiple, leukosit 11.000, trombosit 732. (D.0129)
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak adekuatan intake nutrisi ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri menelan, keadaan umum pasien lemah, TD = 90/50 mmHg, BB
Sekarang 46 Kg, konjungtiva anemis, HB = 7,8 gr/ dL, GDS 120, pasien terpasang NGT,
terapi infus RL/ D5/ Aminofusin tiap 8 jam, transfusi PRC 2 Kolf. (D.0019)

17
BAB VI
PERENCANAAN

Nama : Ny. M
Umur : 21 Tahun
DX. Medis : HIV/ AIDS TB Paru + Candidiaisis Oral

NCP PASIEN HIV/ AIDS TB PARU + CANDIDIASI ORAL


NO. TGL/ JAM DIAGNOSIS KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. D.0001 Setelah dilakukan tindakan L.01001 I. 01011
Bersihan jalan napas tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam - Batuk efektif Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan bronkospasme menunjukkan kemampuan klien meningkat Tindakan:
membersihkan sekret teratasi. - Produksi sputum Observasi
menurun - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
- Pola napas usaha napas)
membaik - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronchi)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat

18
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Berikan oksigen bila perlu

Edukasi
- Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik bila perlu

2. D.0129 Setelah dilakukan tindakan L.14125 I.11353


Gangguan integritas kulit/ jaringan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan - Elastisitas Perawatan Integritas Kulit
berhubungan dengan candidiasis integritas kulit dan jaringan meningkat meningkat (5) Tindakan:
oral dan ulkus Genitalia - Hidrasi meningkat Observasi
(5) - Identifikasi penyebab gangguan integritas
- Kerusakan lapisan kulit
kulit menurun (5)
Terapeutik
- Nyeri menurun (5)
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

Edukasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Perawatan luka
Obervasi

19
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

3. D.0019 Setelah dilakukan tindakan L.03030 I.03119


Defisit Nutrisi berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam - Porsi makanan yan Manajemen nutrisi
ketidak adekuatan intake nutrisi diharapkan menunjukkan status nutrisi dihabiskan Tindakan
membaik. meningkat (5) Observasi
- Kekuatan otot - Identifikasi status nutrisi
menelan meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
(5) - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Nafsu makan nutrien
membaik (5) - Monitor asupan makanan

20
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
- Berikan suplemen makanan jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral baik

Edukasi
- Ajarkan posisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

21
I.03136
Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah

Terapeutik
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien

Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi

22
IMPLEMENTASI

Nama : Ny. M
Umur : 21 Tahun
Dx medis : HIV/ AIDS TB Paru + Candidiasis Oral

Diagnosis TTD dan


Tgl/ Jam Tindakan
Keperawatan Nama Jelas
31/08/2021 Bersihan jalan napas Manajemen Jalan Napas
09.00 WIB tidak efektif Tindakan:
berhubungan dengan Observasi
bronkospasme - Memonitor pola napas
(frekuensi 20 x/menit)
- Memonitor bunyi napas
tambahan (ronchi)
- Monitor sputum (warna
hijau bercampur darah)

Terapeutik
- Mengatur Posisi semi
fowler pasien
- Memberikan minum
hangat
- Merencanakan dilakukan
fisioterapi dada
- Memberikan oksigen 4
liter/ menit

Edukasi
- Mengajarkan batuk
efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

01/09/2021 Manajemen Jalan Napas


10.00 WIB Tindakan:
Observasi
- Memonitor pola napas

23
(frekuensi 18 x/menit)
- Memonitor bunyi napas
tambahan (ronchi)
- Monitor sputum (warna
hijau)

Terapeutik
- Mengatur Posisi semi
fowler pasien
- Memberikan minum
hangat
- Merencanakan jadwal
dilakukan fisioterapi
dada
- Memberikan oksigen 2
liter/menit

Edukasi
- Mengajarkan batuk
efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

02/09/2021 Manajemen Jalan Napas


15.00 Tindakan:
WIB Observasi
- Memonitor pola napas
(frekuensi 18 x/menit)
- Memonitor bunyi napas
tambahan (ronchi
berkurang)
- Monitor sputum (warna
hijau)

Terapeutik
- Mengatur Posisi semi
fowler pasien
- Memberikan minum
hangat

24
- Mengkonfirmasi unit
fisioterapi dilakukan
fisioterapi dada

Edukasi
- Menyanrankan pasien
untuk batuk efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

Diagnosis TTD dan Nama


Tgl/ Jam Tindakan
Keperawatan Jelas
31/08/2021 Gangguan integritas Perawatan Integritas
10.00 WIB kulit/ jaringan Kulit
berhubungan dengan Tindakan:
candidiasis oral dan Observasi
ulkus Genitalia - Mengidentifikasi
penyebab
gangguan
integritas kulit
(ulkus pada lidah 2
x 1 cm, multiple.
Ulkus labia
mayora)

Terapeutik
- Mengubah posisi
tidur pasien tiap 2
jam

Edukasi
- Menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka

25
Obervasi
- Memonitor
karakteristik luka
(ulkus pada lidah 2
x 1 cm, mltiple)
- Memonitor tanda-
tanda infeksi
(Ulkus pada lidah
dan ulkus pada
labia mayora)

Terapeutik
- Mempertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
(mencuci tangan 6
langkah sebelum
dan sesudah
tindakan).

Edukasi
- Melaskan tanda
dan gejala infeksi.
(Suhu tubuh
meningkat S=
38,2oC, terasa
nyeri, kemerahan)
- Menganjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein.
(Makan makanan
seperti daging dan
ikan)

Kolaborasi
Memberikan terapi
obat:
- Fluconazole oral 1
x 100 mg
- Nystatin drops oral
4 2 ml

26
- Paracetamol 3 x
500 mg

Mengoleskan terapi
obat:
- Fusidic cream
pada labia mayora

01/09/2021 Perawatan Integritas


10.00 WIB Kulit
Tindakan:
Terapeutik
- Mengubah posisi
tidur pasien tiap 2
jam

Edukasi
- Menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka
Terapeutik
- Mempertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
(mencuci tangan 6
langkah sebelum
dan sesudah
tindakan)

Kolaborasi
Memberikan terapi
obat:
- Fluconazole oral 1
x 100 mg
- Nystatin drops oral
4 2 ml
- Paracetamol 3 x
500 mg

Mengoleskan terapi
obat:

27
- Fusidic cream
pada labia mayora

02/09/2021 Perawatan Integritas


15.00 WIB Kulit
Tindakan:
Terapeutik
- Menyarankan
pasien untuk
mengubah posisi
tidur tiap 2 jam

Perawatan luka
Terapeutik
- Mempertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
(mencuci tangan 6
langkah sebelum
dan sesudah
tindakan)

Kolaborasi
Memberikan terapi
obat:
- Fluconazole oral 1
x 100 mg
- Nystatin drops oral
4 2 ml
- Paracetamol 3 x
500 mg

Mengoleskan terapi
obat:
- Fusidic cream
pada labia mayora

28
Diagnosis TTD dan Nama
Tgl/ Jam Tindakan
Keperawatan Jelas
31/08/2021 Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi
10.00 WIB berhubungan dengan Tindakan
ketidak adekuatan Observasi
intake nutrisi - Mengidentifikasi
status nutrisi (BB
pernah turun dari 55
Kg menjadi 33 Kg
dalam waktu 4
bulan, namun saat
ini meningkat BB
46 Kg, terpasang
NGT untuk bantuan
nutrisi)
- Mengidentifikasi
makanan yang
disukai
- Mengidentifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Memonitor asupan
makanan
- Memonitor berat
badan (BB 46 Kg)
- Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium (HB
7,8 gr/dL, GDS 120)

Terapeutik
- Melakukan oral
hygiene sebelum
memberi makan
pasien lewat NGT
- Memberikan
multivitamin C dan
B complex 3 x 1
tablet

Promosi Berat Badan


Observasi

29
- Mengidentifikasi
penyebab BB
kurang (faktor
penyakit yang
dialami)

Terapeutik
- Menyediakan
makanan yang tepat
sesuai kondisi
pasien

Edukasi
Menjelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi
01/09/2021 Manajemen nutrisi
10.00 WIB Tindakan
Observasi
- Mengidentifikasi
status nutrisi (BB
pernah turun dari 55
Kg menjadi 33 Kg
dalam waktu 4
bulan, namun saat
ini meningkat BB
46 Kg, terpasang
NGT untuk bantuan
nutrisi)
- Memonitor asupan
makanan

Terapeutik
- Melakukan oral
hygiene sebelum
memberi makan
pasien lewat NGT
- Memberikan
multivitamin C dan
B complex 3 x 1
tablet

Promosi Berat Badan

30
Terapeutik
- Menyediakan
makanan yang tepat
sesuai kondisi
pasien

Edukasi
Menjelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi
02/09/2021 Manajemen nutrisi
15.00 WIB Tindakan
Observasi
- Memonitor asupan
makanan

Terapeutik
- Menghentikan
pemberian makan
melalui NGT
- Memberikan
multivitamin C dan
B complex 3 x 1
tablet

Promosi Berat Badan


Terapeutik
- Menyediakan
makanan yang tepat
sesuai kondisi
pasien

Edukasi
Menjelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi

31
EVALUASI

Nama : Ny. M
Umur : 21 Tahun
Dx medis : HIV/ AIDS TB Paru + Candidiasis Oral

TTD dan
Tgl/ Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan
Nama Jelas
31/08/2021 Bersihan jalan napas tidak efektif S:
13.30 WIB berhubungan dengan bronkospasme
- Pasien mengeluh batuk

- Pasien mengeluh suara


serak

- Pasien mengeluh kadang


sesak nafas
O:

- TD = 90/50 mmHg

- RR= 20 x per menit

- Nadi= 80 x per menit

- Tampak sesak

- Terpasang O2 3-4 liter/


menit

A: Bersihan jalan napas


tidak efektif berhubungan
dengan bronkospasme
belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen Jalan Napas
Tindakan:
Observasi
- Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,

32
wheezing, ronchi)

Terapeutik
- Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Berikan oksigen bila
perlu

Edukasi
- Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

01/08/2021 S:
13.30 WIB
- Pasien mengeluh batuk

- Pasien mengeluh suara


masih serak

- Pasien mengatakan sesak


berkurang
O:

- TD = 90/50 mmHg

- Nadi= 82 x permenit

- Sesak berkurang

- RR= 20 x per menit

A: Bersihan jalan napas


tidak efektif berhubungan
dengan bronkospasme
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen Jalan Napas
Tindakan:

33
Observasi
- Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronchi)

Terapeutik
- Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Berikan oksigen bila
perlu

Edukasi
- Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

02/08/2021 S:
19.30 WIB
- Pasien mengeluh masih
batuk

- Pasien mengatakan
sesak nafas tidak ada

- Pasien mengatakan bisa


mengeluarkan sputum/
dahak
O:

- TD = 90/50 mmHg

- RR= 18 x per menit

- Nadi= 80 x per menit

- Sesak tidak ada

34
- Terpasang O2 3-4 liter/
menit

A: Bersihan jalan napas


tidak efektif berhubungan
dengan bronkospasme
teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen Jalan Napas
Tindakan:
Observasi
- Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronchi)

Terapeutik
- Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Berikan oksigen bila
perlu

Edukasi
- Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi
- Memberikan terapi obat
ethambutol 1000 mg
- Rifamfisin 450 mg
- Kortimoksazole 1 x 960
mg/ dL

35
Tgl/ Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
31/08/2021 Gangguan integritas kulit/ jaringan
S:
13.30 WIB berhubungan dengan candidiasis
- Pasien mengeluh pada
oral dan ulkus Genitalia
mulut terdapat luka

O:

- Suhu = 38,2ºC

- Didapatkan ulkus labia


mayora

- Ulkus pada lidah 2 x 1


cm, multiple

- Leukosit 11.000

- Trombosit 732

A:

Gangguan integritas kulit/


jaringan berhubungan
dengan candidiasis oral dan
ulkus Genitalia belum
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Perawatan Integritas Kulit
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit

Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring

Edukasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka
Obervasi
- Monitor karakteristik
luka
- Monitor tanda-tanda
infeksi

36
Terapeutik
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan
perawatan luka

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

Kolaborasi
Berikan terapi obat:
- Fluconazole oral 1 x 100
mg
- Nystatin drops oral 4 2
ml
- Paracetamol 3 x 500 mg

Oleskan terapi obat:

- Fusidic cream pada labia


mayora
01/08/2021
S:
13.30 WIB
- Pasien mengeluh masih
ada luka pada mulut

O:

- Suhu = 37,5ºC

- Ulkus labia mayora

- Ulkus berangsur
membaik

A:

Gangguan integritas kulit/


jaringan berhubungan
dengan candidiasis oral dan
ulkus Genitalia belum
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Perawatan Integritas Kulit

37
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit

Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring

Edukasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka
Obervasi
- Monitor karakteristik
luka
- Monitor tanda-tanda
infeksi

Terapeutik
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan
perawatan luka

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

Kolaborasi
Berikan terapi obat:
- Fluconazole oral 1 x 100
mg
- Nystatin drops oral 4 2
ml
- Paracetamol 3 x 500 mg

Oleskan terapi obat:


- Fusidic cream pada labia
mayora

38
02/08/2021
S:
19.30 WIB
- Pasien mengatakan luka
pada mulut mulai
membaik

O:

- Suhu = 37ºC

- Ulkus labia mayora


membaik

- Ulkus pada lidah


membaik

A:

Gangguan integritas kulit/


jaringan berhubungan
dengan candidiasis oral dan
ulkus Genitalia teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Perawatan Integritas Kulit
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit

Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring

Edukasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka
Obervasi
- Monitor karakteristik
luka
- Monitor tanda-tanda
infeksi

Terapeutik
- Pertahankan teknik steril

39
saat melakukan
perawatan luka

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

Kolaborasi
Berikan terapi obat:
- Fluconazole oral 1 x 100
mg
- Nystatin drops oral 4 2
ml
- Paracetamol 3 x 500 mg

Oleskan terapi obat:


- Fusidic cream pada labia
mayora

Tgl/ Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


31/08/2021 Defisit Nutrisi berhubungan dengan
S:
13.30 WIB ketidak adekuatan intake nutrisi
- Pasien mengeluh nyeri
menelan

O:

- Keadaan umum pasien


lemah

- TD = 90/50 mmHg

- BB Sekarang 46 Kg

- Konjungtiva anemis

- HB = 7,8 gr/ dL

- GDS 120

- Pasien terpasang NGT

- Terapi infus RL/ D5/


Aminofusin tiap 8 jam

40
- Transfusi PRC 2 Kolf

A:
Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidak adekuatan
intake nutrisi belum teratasi
P:
Manajemen nutrisi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang
disukai
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral baik

Edukasi
- Ajarkan posisi duduk jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri)
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis

41
nutrien yang dibutuhkan

Promosi Berat Badan


Observasi
- Identifikasi penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual dan
muntah

Terapeutik
- Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien

Edukasi
Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
01/08/2021
S:
13.30 WIB
- Pasien mengeluh masih
nyeri menelan

O:

- Keadaan umum pasien


lemah

- TD = 90/50 mmHg

- Konjungtiva anemis

- HB = 9 gr/ dL

- GDS 150

- Pasien terpasang NGT

- Terapi infus RL/ D5/


Aminofusin tiap 8 jam
- Transfusi PRC 2 Kolf

A:
Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidak adekuatan
intake nutrisi belum teratasi
P:
Manajemen nutrisi
Tindakan
Observasi
- Monitor asupan makanan

42
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral baik

Edukasi
- Ajarkan posisi duduk jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri)
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

Promosi Berat Badan


Observasi
- Monitor adanya mual dan
muntah

Terapeutik
- Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien

Edukasi
Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
02/08/2021
S:
19.30 WIB
- Pasien mengatakan nyeri
menelan berkurang

43
O:

- Keadaan umum pasien


baik

- TD = 100/80 mmHg

- Konjungtiva kemerahan

- HB = 10 gr/ dL

- GDS 180

- NGT tidak terpasang

- Terapi infus RL/ D5/


Aminofusin tiap 8 jam
- Transfusi PRC 2 Kolf

A:
Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidak adekuatan
intake nutrisi teratasi
sebagian

P:
Manajemen nutrisi
Tindakan
Observasi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Berikan suplemen
makanan jika perlu

Edukasi
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Promosi Berat Badan


Terapeutik
- Sediakan makanan yang

44
tepat sesuai kondisi pasien

Edukasi
Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi

45
DAFTAR PUSTAKA

Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip. http://download.portalgaruda.org/article.
(Diakses pada tanggal 13 Januari 2017)

Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

UNAIDS, 2016.Global AIDS UP Date 2016.


http://www.unaids.org/en/resources/documents/2016/Global-AIDS-update-2016 (Diakses pada
tanggal 11 Januari 2017).

Anda mungkin juga menyukai