Anda di halaman 1dari 8

EPIDEMIA Vol.01, No.

04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM P2 ISPA DI PUSKESMAS


TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Maria Regina Miranda Oroh*, Nancy Sylvia Bawiling 2, Jilly Toar 3

1, 2,3)
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Manado
E-mail: orohmaria @gmail.com

Abstrak

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan populasi. Dalam
menjalankan program Pencegahan dan Pemberantasan (P2) ISPA masih memiliki banyak tantangan, yakni masih
lemahnya dukungan manajemen program, serta kurangnya keterampilan dari sumber daya kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis sistem manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan (P2) ISPA di
Puskesmas Tareran. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik sampling
yang digunakan yakni Purposive Sampling dengan jumlah informan penelitian tiga orang, satu informan kunci
dan dua informan triangulasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
wawancara, telaah dokumen dan observasi yang dilaksanakan pada bulan Juli 2019. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem manajemen program P2 ISPA belum terlaksana secara baik. Hal ini ditunjukkan dengan pemegang
program memiliki latar belakang profesi Bidan, tidak memperoleh pelatihan sebagai pemegang program ISPA
dan tidak memiliki pengalaman menjadi pemegang program serta tidak adanya perencanaan khusus yang dibuat
Puskesmas terkait upaya pencegahan dan pemberantasan ISPA, sehingga pada proses manajemen Puskesmas
yakni perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan/pelaksanaan dan pengawasan belum dapat meminimalisir
jumlah penderita penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Tareran.
Kata Kunci: Sistem Manajemen, Program P2 ISPA, Puskesmas Tareran.

Abstract

Acute Respiratory Infection (ARI) is still a big challenge for population health. In carrying out the ARI Prevention
and Eradication program (P2), there are still many challenges, namely still weak program management support,
and lack of skills from health resources. This study aims to analyze the management system of the ARI Prevention
and Eradication program (P2) at Tareran Health Center. The method used is descriptive with a qualitative
approach. The sampling technique used was Purposive Sampling with three research informants, one key
informant and two triangulation informants. In this study, the data collection techniques used were interviews,
document review and observation which were carried out in July 2019. The results showed that the management
system of the P2 ARI program had not been implemented properly. This is indicated by the fact that program
holders have a professional background as a midwife, do not receive training as an ARI program holder and do
not have experience as program holders and there is no special planning made by the Public Health Center
regarding the prevention and eradication of ARIs, so that the Public Health Center management process is
planning, organizing, actuating/implementation and supervision has not been able to minimize the number of
patients with ARI disease in children under five at Tareran Health Center.
Keywords: Management System, P2 ISPA Program, Tareran Public Health Center

1
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

PENDAHULUAN angka prevalensi kasus ISPA untuk


Infeksi Saluran Pernapasan Akut Provinsi Sulawesi Utara sebesar 24,7%.
(ISPA) menyerang salah satu atau lebih Dalam menjalankan Program Pencegahan
bagian dari saluran pernapasan mulai dari dan Pemberantasan (P2) ISPA banyak
hidung sampai alveoli termasuk juga memiliki tantangan, salah satunya ialah
adneksanya (DIRJEN P2 ISPA, 2016). masih lemahnya dukungan manajemen
Menurut WHO (2010) dalam Monitoring program (Pedoman P2 ISPA, 2016)
The Building Blocks Of Health System, Berdasarkan wawancara dan
banyak negara yang mengalami pengamatan yang dilakukan peneliti di
kekurangan sumber daya manusia Puskesmas Tareran, menunjukkan bahwa
kesehatan karena berbagai alasan, salah masih kurangnya sistem manajemen di
satu alasan penting terjadinya hal ini ialah Puskesmas Tareran. Hal ini ditunjukkan
keterampilan yang buruk dari sumber daya dengan latar belakang profesi dari petugas
kesehatan. Sistem merupakan suatu pemegang program P2 ISPA dimana
kesatuan yang majemuk serta merupakan petugas ini, berprofesi sebagai Bidan.
kesatuan yang utuh dan terpadu dari Selain itu pula masalah yang terjadi ialah
berbagai elemen yang saling pencatatan data kasus ISPA masih manual,
mempengaruhi untuk mencapai sasaran dan petugas pemegang program tidak
tujuan yang telah ditetapkan, Azwar (2010). mengetahui posisi ISPA dalam 10 penyakit
Menurut Haimann dalam Buku Pengantar menonjol di Puskesmas Tareran, serta
Administrasi Sarina (2017) menyatakan kurangnya monitoring dan evaluasi yang
bahwa manajemen merupakan fungsi untuk dilaksanakan setiap bulan terhadap
mencapai sesuatu melalui kegiatan orang pelaksanaan program ISPA.
lain dan mengawasi usaha- usaha yang Berdasarkan masalah diatas peneliti
dilakukan individu untuk mencapai tujuan tertarik untuk meneliti tentang “Analisis
secara bersama-sama. Sistem Manajemen Program Pencegahan
Beberapa fakta penting tentang dan Pemberantasan (P2) ISPA di
penyakit ISPA di dunia yaitu pada tahun Puskesmas Tareran Kabuoaten Minahasa
2011 persentase anak usia <5 tahun yang Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengalami gejala ISPA dan di bawa ke menganalisis sistem manajemen P2 ISPA di
fasilitas kesehatan sebesar 78% (WHO, Puskesmas Tareran Kabupaten Minahasa
2013). Dalam suatu artikel kesehatan oleh Selatan.
Kementrian Kesehatan RI dengan judul
Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018 METODE PENELITIAN
mengungkapkan bahwa angka prevalensi Pendekatan yang digunakan dalam
penyakit menular dalam hal ini ISPA, penelitian ini, ialah pendekatan kualitatif
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan metode penelitian deskriptif.
dengan hasil RISKESDAS tahun 2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
Prevalensi ISPA yang sebelumnya 13,8% tahun 2019 di Puskesmas Tareran.
turun menjadi 4,4%. Data Riset Kesehatan Informan dalam penelitian ini, ditentukan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 tentang menggunakan teknik Purposive Sampling,
prevalensi ISPA di Indonesia berdasarkan dimana informan ditentukan berdasarkan
diagnosis dari tenaga kesehatan dan pertimbangan tertentu. Informan penelitian
keluhan penduduk ialah 25,0%. Sedangkan berjumlah tiga orang yang terdiri dari

2
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

Petugas pemegang program (VN) sebagai Temuan penelitian pada unsur


informan kunci, Kepala Puskesmas (MO) proses sistem manajemen menunjukkan
dan Kepala Tata Usaha (HI) sebagai perencanaan program P2 ISPA di
informan triangulasi. Teknik pengumpulan Puskesmas Tareran tidak direncanakan
data dalam penelitian ialah dengan secara khusus pada program P2 ISPA
wawancara mendalam, observasi dan telaah melainkan dibuat dalam perencanaan
pustaka yaitu berupa data sekunder umum Puskesmas khususnya dalam
dokumen tertulis yang dimililki oleh perencanaan P2PL. Setiap petugas
informan penelitian. Sumber data penelitian pemegang program baik dalam Upaya
yaitu data primer dan sekunder, data primer Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
diperoleh melalui wawancara dan observasi Kesehatan Perorangan (UKP) memasukkan
dan data sekunder diperoleh melalui telaah RUK dan RPK yang kemudian akan
dokumen. Analisis data dalam penelitian ini diusulkan. Hal ini berlaku untuk semua
terbagi atas tiga yaitu: 1). Reduksi 2). pemegang program. Langkah-langkah
Penyajian data 3). Penarikan kesimpulan. perencanaan program di Puskesmas
Tareran mengacu pada pedoman dari
HASIL PENELITIAN Kementerian Kesehatan kemudian di
Hasil penelitian sistem manajemen sesuaikan dengan kondisi yang ada pada
P2 ISPA berdasarkan unsur sumber tenaga Puskesmas Tareran. lintas sektor yang yang
menemukan pemegang program P2 ISPA bekerjasama dengan Puskesmas Tareran
memiliki latar belakang profesi Bidan, ialah camat, pemerintah desa dan kader-
bertanggung jawab atas Mikroskop TB, kader kesehatan.
UGD dan Laboratorium Puskesmas Dalam menjalankan tugas sebagai
Tareran. Pemegang program belum pemegang program petigas pemegang
mendapatkan pelatihan, ia juga program P2 ISPA telah mendapatkan
mengemukakan selama 20 tahun bekerja di arahan dari petugas pemegang program
Puskesmas Tareran, ia bertugas sebagai sebelumnya, dimana petugas diarahkan
Bidan Desa dan belum pernah bertugas hanya untuk pencatatatan data dan
sebagai pemegang program. Dalam pelaporan data saja. Informan
menjalankan program, dana berasal dari mengungkapkan terdapat Lokakarya mini
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bulanan dan tribulanan. Lokmin membahas
yang diperuntukkan untuk kegiatan program-program yang dilaksanakan.
nonfisik yaitu biaya transportasi pegawai Lokmin awal tahun membicarakan apa
atau staf Puskesmas yang melakukan yang dikerjakan dalam setahun. Lokmin
perjalanan dinas. Kegiatan promosi bulanan kecenderungan mengevaluasi
kesehatan seperti pemasangan poster dalam program yang telah dilaksanakan di bulan
rangka kegiatan promosi kesehatan, dana berjalan, di akhir bulan, atau jika
yang digunakan berasal dari Puskesmas. dilaksanakan di awal bulan berarti
Informan mengungkapkan lingkup mengevaluasi kegiatan bulan lalu.
manajemen Puskesmas besar mulai dari Informan juga mengungkapkan
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, bahwa motivasi kerja, pengarahan dan
terdapat banyak pedoman dalam komunikasi pemegang program baik.
manajemen Puskesmas salah satunya yang Supervisi dilaksanakan oleh Kepala
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Puskesmas. Pengawasan program

3
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas, digunakan untuk pengadaan pamflet dan


dengan bentuk pengawasan yaitu poster dalam rangka upaya promotif ISPA.
mengawasi laporan data bulanan, serta Hasil observasi peneliti selama berada di
kepegawaian. Pengawasan dilaksanakan Puskesmas Tareran menunjukkan tidak
seperti pada saat rapat evaluasi. adanya pamflet atau poster P2 ISPA yang
Jumlah kasus ISPA yang terjadi di tersebar di gedung-gedung yang ada di
Puskesmas Tareran selama tahun 2018 Puskesmas Tareran. Alokasi dana untuk
ialah 306 kasus. program P2 ISPA dinilai masih kurang, hal
ini disebabkan karena program P2 ISPA
PEMBAHASAN bukan merupakan program prioritas di
Hasil penelitian dari segi sumber Puskesmas Tareran. Hasil penelitian ini
tenaga menunjukkan pemegang program sejalan dengan hasil penelitian Sando
P2 ISPA memiliki latar belakang profesi (2018) dimana tidak tersedianya dana
Bidan, belum pernah mendapatkan program P2 ISPA dan hal tersebut
pelatihan serta tidak memiliki pengalaman disebabkan karena program P2 ISPA bukan
bekerja sebagai pemegang program. Selain merupakan program prioritas. Menurut
itu pemegang program juga menjalankan Tando (2013) uang merupakan hal yang
tugas lainnya seperti menjadi penanggung sangat diperlukan sebagai biaya yang harus
jawab Mikroskop TB, UGD dan dimiliki suatu organisasi dalam
Laboratorium Puskesmas Tareran. Hasil menjalankan pelayanan kesehatan. Putriarti
penelitian ini kurang sejalan dengan (2015) dalam hasil penelitiannya
Putriarti (2015) dimana petugas pemegang mengemukakan bahwa dukungan dana
program P2 ISPA di Puskesmas Pangandan sangat membantu terlaksananya kegiatan.
bukan hanya bertindak sebagai pemegang Hasil penelitian dari segi metode
program P2 ISPA melainkan juga bertindak atau pedoman. Berdasarkan hasil penelitian
sebagai pemegang program TB paru dan menunjukkan bahwa pedoman yang
kusta. Sedangkan dari segi latar belakang digunakan dalam manajemen Puskesmas
profesi, pemegang program P2 ISPA di sudah diketahui oleh Pimpinan Puskesmas
Puskesmas Pangandan berprofesi sebagai namun tidak dijelaskan kepada pemegang
Perawat. Menurut Tando (2013) Sumber program. Hal ini didukung dengan
Daya Manusia merupakan salah satu faktor pernyataan dari pemegang program sebagai
yang penting yang menentukan informan kunci bahwa petugas hanya
terlaksananya manajemen yang baik. bertugas melaporkan data saja, petugas
Hasil penelitian dari segi dana tidak melakukan perencanaan untuk
menunjukkan bahwa dalam menjalankan kegiatan program P2 ISPA. Hasil penelitian
program dana yang digunakan berasal dari ini sejalan dengan hasil penelitian Putriarti
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan (2015) dimana panduan sudah ada, namun
dana Puskesmas Tareran. Dana ini petugas pemegang program ISPA di
digunakan untuk kegiatan non fisik berupa Puskesmas masih belum memahami apa
biaya transportasi untuk perjalanan dinas yang terdapat di dalam buku panduan.
petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Febriawati (2019) menyimpulkan bahwa
Tareran, serta digunakan untuk suatu manajemen Puskesmas memiliki
mengadakan penyuluhan. Sedangkan dana acuan yakni Pedoman Manajemen
yang berasal dari Puskesmas Tareran

4
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

Puskesmas yang dimuat dalam PMK RI tertuang dalam PMK RI No. 44 yaitu
Nomor 44 Tahun 2016. berupa rincian kegiatan, tujuan kegiatan,
Hasil penelitian dari segi sasaran kegiatan, target sasaran,
perencanaan menunjukkan perencanaan penanggung jawab kegiatan, volume
program P2 ISPA direncanakan sekaligus kegiatan, penjadwalan, rincian
pada P2PL. Seluruh pemegang program pelaksanaan, lokasi pelaksanaan serta
memiliki RUK dan RPK untuk diusulkan. biaya. Febriawati (2019) suatu perencanaan
Pemegang program tidak diarahkan untuk yang baik disusun berdasarkan pengenalan
membuat RUK dan RPK karena petugas permasalahan yang akurat, data yang tepat
diarahkan pada pencatatan dan pelaporan serta diperoleh dengan waktu dan cara yang
data kasus ISPA. Untuk perencanaan sudah tepat akan mampu mengarahkan upaya
sekaligus direncanakan pada program kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas
P2PL. Langkah-langkah perencanaan dalam mencapai sasaran dan tujuannya.
program dilaksanakan sesuai pedoman Hasil penelitian dari segi
Kemenkes dan di sesuaikan dengan kondisi pengorganisasian menunjukkan bahwa
yang ada pada Puskesmas. Hal ini pemegang program telah diberikan arahan
menunjukkan bahwa perencanaan oleh pemegang program sebelum. Petugas
dilaksanakan kurang optimal, hal ini diarahkan hanya untuk pencatatan dan
ditunjukkan dengan tidak adanya RPK dan pelaporan data saja. Hasil penelitian
RUK yang dibuat secara khusus oleh menunjukkan Puskesmas Tareran memiliki
pemegang program P2 ISPA serta langkah- kerjasama lintas sektor seperti camat,
langkah perencanaan tidak dilaksanakan pemerintah desa dan kader-kader
dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan kesehatan. Sekalipun telah diberikan arahan
arahan tugas pemegang program yakni oleh pemegang program sebelum,
mencatat dan melaporkan kasus saja. pemegang program masih kurang
Dalam manajemen Puskesmas terdapat memahami tugas kerja yang telah
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan diberikan. Proses pendelegasian masih
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). kurang baik dilaksanakan, hal ini
Hasil penelitian ini sejalan dengan Putriarti ditunjukkan dengan proses pendelegasian
(2015) dan Rahmawati (2018) dimana pemegang program yang dinilai
proses perencanaan program P2 ISPA dilaksanakan secara tergesa-gesa tanpa
belum dilaksanakan dengan baik. Dalam memikirkan kompetensi pemegang
penyusunan RUK harus mengacu pada program terpilih. Arifin (2016)
pedoman manajemen puskesmas yang mengemukakan bahwa pengorganisasian
tertuang dalam PMK No. 44 tahun 2016 bisa diartikan sebagai penentuan sumber
yaitu berupa rincian kegiatan, tujuan daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan, sasaran kegiatan, target sasaran, mencapai tujuan, sebagai perancangan dan
penanggung jawab kegiatan, tenaga pengembangan suatu organisasi yang dapat
pelaksana kegiatan, lintas sektor yang membawa atau mengarahkan ke arah
terlibat, waktu pelaksanaan kegiatan, pencapaian tujuan, penugasan tanggung
kebutuhan anggaran, indikator kinerja dan jawab tertentu serta pendelegasian
sumber pembiayaan. Sedangkan wewenang yang diperlukan kepada orang
penyusunan RPK juga harus mengacu pada yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas-
Pedoman Manajemen Puskesmas yang tugasnya.

5
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

Hasil penelitian dari segi memiliki peranan penting dalam rangkaian


penggerakkan/pelaksanaan. Berdasarkan keberhasilan program ialah pengawasan,
wawancara dan observasi menunjukkan Febriawati (2019).
Puskesmas Tareran secara rutin Berdasarkan hasil wawancara dengan
melaksanakan Lokakarya mini bulanan dan informan, penemuan kasus ISPA yang
tribulanan. Lokmin ini membahas program- dicatat Puskesmas Tareran ialah data kasus
program yang telah dilaksanakan. Menurut ISPA yang terjadi pada balita. Data tersebut
Febriawati (2019) penggerakkan melalui berasal dari Buku Register Kunjungan di
Lokmin salah satunya penggerakkan Puskesmas Tareran. Jumlah kasus ISPA
dengan lintas sektor. Lintas sektor yang yang terjadi di Puskesmas Tareran selama
secara khusus terkait dengan program P2 tahun 2018 ialah 306 kasus. Menurut
ISPA ialah kader-kader kesehatan. Hasil Trihono (2010) dalam buku Manajemen
penelitian ini sejalan dengan hasil dan Peran Puskesmas Sebagai Gatekeeper,
penelitian Putriarti (2015) dimana lintas indikator upaya kesehatan wajib untuk
sektor yang terlibat dalam program P2 pemberantasan penyakit menular ISPA
ISPA ialah kader-kader kesehatan. Menurut salah satunya ialah cakupan kasus
Azwar (2010) seorang administrator perlu ISPA.Jumlah kasus ISPA di Puskesmas
menguasai berbagai pengetahuan dan Tareran berjumlah 306 dan kasus ini
keterampilan, beberapa diantaranya ialah berasal dari 13 desa wilayah kerja
motivasi, komunikasi, pengarahan, Puskesmas Tareran serta luar wilayah.
pengawasan dan supervisi. Hasil penelitian
dan telaah pustaka menunjukkan SIMPULAN
keterampilan dari pemegang program Berdasarkan hasil penelitian tentang
masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan Sistem Manajemen P2 ISPA di Puskesmas
hasil telaah laporan bulanan kasus ISPA Tareran, maka peneliti mengambil
tahun 2019 khususnya jumlah kasus ISPA kesimpulan penelitian sebagai berikut:
triwulan II dimana jumlah data kasus yang Masukan sistem manajemen masih kurang
dicatat dan jumlah data rekapitulasi yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan
dilaporkan berbeda. sumber daya manusia yang bertanggung
Hasil penelitian dari segi pengawasan jawab sebagai pemegang program memiliki
menunjukkan bahwa proses pengawasan di latar belakang profesi Bidan, belum
Puskesmas Tareran berjalan kurang mendapatkan pelatihan serta petugas belum
maksimal. Pengawasan dilaksanakan pada memiliki pengalaman sebagai pemegang
laporan yang dimasukkan oleh pemegang program. Selain itu pula, hasil penelitian
program dan pada saat rapat evaluasi yaitu menunjukkan masih kurangnya alokasi
Lokmin. Laporan data kasus ISPA berasal dana untuk menjalankan program P2 ISPA
dari buku registrasi dimana di catat hanya di Puskesmas Tareran. Proses sistem
kunjungan yang ada di Puskesmas saja. manajemen berjalan kurang optimal. Hal
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil ini ditunjukkan dengan pengelolaan
penelitian Putriarti (2015) pengawasan manajemen yang kurang tepat serta tidak
Puskesmas dilaksanakan dengan melihat terlaksana secara jelas dan terarah. Hal ini
pencatatan dan pelaporan program P2 ISPA disebabkan oleh Program P2 ISPA bukan
yang ada. Pengawasan sangat penting merupakan program prioritas di Puskesmas
dilaksanakan karena salah satu faktor yang Tareran, selain itu pula pengorganisasian

6
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

manajemen dilaksanakan masih kurang DAFTAR PUSTAKA


optimal, karena sekalipun petugas telah
Arifin, R., & Muhammad, H. 2016. Pengantar
diberi arahan petugas kurang memahami Manajemen. Malang: Empatdua
tugas dan wewenang kerja sebagai
pemegang program. Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi
Penggerakkan/Pelaksanaan dinilai berjalan Kesehatan. Tangerang: BINARUPA
AKSARA Publisher.
kurang maksimal karena masih kurangnya
keterampilan dari pemegang program. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pengawasan yang dilakukan terhadap 2016. Profil Kesehatan Republik
Program P2 ISPA masih kurang maksimal Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
dijalankan, pengawasan dilaksanakan pada
saat pelaporan kasus oleh pemegang Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi
program setiap bulan serta pada saat rapat Utara. 2017. Profil Kesehatan Provinsi
evaluasi. Indikator keluaran sistem Sulawesi Utara Tahun 2016. Manado:
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi
manajemen, yaitu cakupan kasus ISPA Sulawesi Utara.
dicatat dan dilaporkan. Data jumlah kasus
tersebut dilihat berdasarkan data kunjungan DIRJEN P2. 2016. Pedoman Pencegahan dan
pasien yang ada di Puskesmas. Sistem Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. Jakarta: DIRJEN P2.
manajemen yang dikelola dan dijalankan
kurang optimal ini, berdampak pada masih Firmansyah, M.A., & Mahardika, B.W. 2018.
terjadinya kasus ISPA di Puskesmas Pengantar Manajemen. Sleman:
Tareran. DEEPUBLISH.
Saran yang dapat peneliti berikan Febriawati, H., & Yandrizal. 2019. Manajemen
bagi Puskesmas Tareran: 1). Pengadaan dan Peran Puskesmas Sebagai
pelatihan bagi pemegang program P2 ISPA Gatekeeper. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
2). Pembentukan kebijakan Kepala
Puskesmas mengenai pencegahan dan Kusnanto, H. Metode Kualitatif dalam Riset
pemberantasan ISPA khusus di Program P2 Kesehatan. Yogyakarta: Aditya Media.
ISPA. 3). Memperbanyak promosi Ibrahim, M.A. 2015. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
kesehatan tentang pencegahan penyakit
ISPA di Puskesmas Tareran. 4). Kementerian Kesehatan RI. 2018. Potret Sehat
Pengawasan secara rutin setiap hari perlu Indonesia dari Riskesdas 2018. Jakarta:
dilakukan untuk mengamati jumlah kasus Kementerian Kesehatan RI.
ISPA yang terjadi.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan
Bagi peneliti selanjutnya, penulis Menteri Kesehatan Republik Indonesia
menyarankan untuk menggunakan jenis Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
penelitian kualitatif dengan desain Pedoman Manajemen Puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
penelitian studi kasus.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan
UCAPAN TERIMA KASIH Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Peneliti mengucapkan Terima Kasih Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
kepada pihak-pihak yang telah membantu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
peneliti menyelesaikan penelitian ini. Kementerian Kesehatan RI.

7
EPIDEMIA Vol.01, No.04 : November 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA Hal 1-8

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Undang- Tando, N.M. 2013. Organisasi dan Manajemen
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Pelayanan Kesehatan. Jakarta: In
Tahun 2014 Tentang Tenaga Media.
Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. WHO. 2015. World Health Statistics. Laporan
Penelitian. Switzerland: World Heath
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riskesdas Organization.
2013. Laporan Penelitian. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan WHO. 2013. World Health Statistics. Laporan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penelitian. Switzerland: World Heath
Organization.
Oxford University Press. 2012. Acute
Respiratory Infections. United WHO. 2010. Monitoring The Building Blocks
Kingdom: Oxford University Press. Of Health Systems. Switzerland: World
Health Organization Document
Pemegang Program P2 ISPA. 2018. Laporan Services Genera.
Tahunan Kasus ISPA Puskesmas
Tareran. Lansot: Pemegang Program
P2 ISPA.

Puskesmas Tareran. 2019. Profil Puskesmas


Tareran. Lansot: Puskesmas Tareran.

Putriarti, T.R., Suparwati, A., Wigati, P.A.


2015. Analisis Sistem Manajemen P2
ISPA di Puskesmas Pengandan Kota.
JKM e-journal, 3(1): 85-94.

Rahmawati. 2018. Implementasi Fungsi


Manajemen Program Promotif dan
Preventif Penatalaksanaan ISPA Pada
Balita di Puskesmas Kassi Kassi Kota
Makassar Tahun 2018. Skripsi.
Makassar: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.

Sando, W., Kiswanto, Alamsyah, A. 2018.


Pelaksanaan Program Pengendalian
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (P2 ISPA) di Puskesmas Sungai
Pakning Kabupaten Bengkalis. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 4(3): 102-111.

Sarinah & Mardalena. 2017. Pengantar


Manajemen. Sleman: DEEPUBLISH.

Siswanto, Susila, Suyanto. 2017. Metodologi


Penelitian Kombinasi Kualitatif dan
Kuantitatif Kedokteran dan Kesehatan.
Klaten: BOSSCRIPT.

Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian


Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Anda mungkin juga menyukai