Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Feronika Whilia Aodina 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Berdasarkan data dari BPSJ Kesehatan Kanto Cabang Ungaran program Prolanis di Puskesmas
Diterima 1 Mei 2020 Getasan belum mencapai target. Persentase kunjungan peserta prolanis di Pusskesmas Getasan
Disetujui 1 Desember pada bulan Juli sampai Desember tahun 2018 adalah 48,9% belum memenuhi indikator yang telah
2020 ditentukan sebesar 75%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
Dipublikasikan 30 berhubungan dengan pemanfaatan Prolanis. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
Desember 2020 observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel yang ditetapkan sebesar 63 responden
________________ dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
Keywords: Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan (p=0,018), status pekerjaan
Utilization of Prolanis, (p=0,038), sikap (p=0,000), dukungan keluarga (p=0,000), kemudahan informasi (p=0,005), dan
Prolanis, Prolanis persepsi kebutuhan (p=0,002) dengan pemanfaatan prolanis. Saran yang diberikan dalam
Puskesmas penelitian ini adalah peserta dapat lebih memanfaatkan prolanis untuk menjaga kesehatannya agar
____________________ tetap terkontrol untuk mencegah timbulnya komplikasi berlanjut.
DOI:
https://doi.org/10.15294
/higeia.v4iSpecial%204/ Abstract
34769 ___________________________________________________________________
____________________ Based on data from BPSJ Health Kanto Branch of Ungaran the Prolanis program at the Puskesmas Getasan
has not reached the target. The percentage of prolanist visits in Getasan Pusskesmas in July to December 2018
was 48.9%, which did not meet the determined indicators of 75%. The purpose of this study was to determine
the factors associated with the use of Prolanis. This type of research is observational analytic research with cross
sectional design. The sample was set at 63 respondents with a purposive sampling technique. Data were
analyzed univariate and bivariate using the Chi-Square test. The results showed that the level of education (p =
0.018), employment status (p = 0.038), attitude (p = 0,000), family support (p = 0,000), ease of information (p
= 0.005), and perception of need (p = 0.002 ) by using prolanis. The advice given in this study is that
participants can better utilize prolanis to maintain their health in order to remain controlled to prevent further
complications.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: feronikawhilia2@gmail.com

864
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

PENDAHULUAN fasilitas kesehatan pratama yang berperan dalam


menjalankan program ini adalah puskesmas.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Peran puskesmas sebagai ujung tombak
menunjukkan prevalensi PTM di Indonesia pelayanan berjenjang BPJS Kesehatan dalam
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan menjalankan Prolanis sangat viral. Puskesmas
Riskesdas 2013. Hipertensi dan Diabetes berperan dalam menurunkan angka kejadian
Melitus (DM) merupakan dua penyakit yang PTM terutama untuk penyakit Diabetes Melitus
masuk dalam sepuluh besar penyakit tidak tipe 2 dan Hipertensi. Penyakit tersebut dirasa
menular atau penyakit kronis di Indonesia. mampu ditangani di fasilitas kesehatan primer.
Hasil pengukuran tekanan darah pada Selain itu puskesmas juga berperan penting
penduduk usia ≥ 15 tahun, hipertensi naik dari dalam melakukan pencegahan terhadap
25,8% menjadi 34,1%. Hasil pemeriksaan gula komplikasi penyakit dengan melaksanakan
darah pada penduduk usia ≥15 tahun, Diabetes skrining atau deteksi dini PTM (Utomo, 2019).
Melitus (DM) naik dari 6,9% menjadi 8,5%. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan
Kenaikan prevalensi PTM ini berhubungan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dengan pola hidup, antara lain merokok, dilaksanakan secara terintegrasi yang
konsumsi minuman beralkhohol, aktivitas fisik, melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
serta konsumsi buah dan sayur (Kemenkes RI, Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
2018). kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menderita penyakit kronis untuk mencapai
Tahun 2017 menyebutkan bahwa penyakit kualitas hidup yang optimal dengan biaya
Hipertensi masih menempati proporsi terbesar pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu Kegiatan yang tertulis dalam buku panduan
sebesar 64,83%, sedangkan urutan kedua praktis Prolanis yaittu konsultasi medis, edukasi
terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar peserta prolanis, remindes SMS gateway, home
19,22 persen. Dua penyakit tersebut menjadi visit, aktivitas klup (senam) dan pemantauan
prioritas utama PTM di Jawa Tengah. status kesehatan. Adapun tujuannya adalah
Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus mendorong peserta penyandang penyakit kronis
tidak dikelola dengan baik maka akan mencapai kualitas hidup optimal dengan
menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung
Stroke, Gagal Ginjal, dan sebagainya. ke FKTP memiliki hasil “baik” pada
Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM
intervensi yang tepat pada setiap sasaran atau Tipe 2 dan Hipertensi sesuai pandauan klinis
kelompok populasi tertentu sehingga terkait sehingga dapat mencegah timbulnya
peningkatan kasus baru PTM dapat ditekan komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014).
(Dinkes Prrovinsi Jawa Tengah, 2018). Data laporan bulanan BPJS Kesehatan
Kabupaten Semarang adalah salah satu Kantor Cabang Ungaran pada 26 puskesmas di
kabupaten dengan jumlah kasus penyakit Kabupaten Semarang selama bulan Juli sampai
Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi Desember 2018 memiliki rata-rata rasio
menduduki lima besar penyakit. Berdasarkan kunjungan peserta Prolanis sebesar 63,75%.
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun Berdasarkan data laporan tersebut masih ada
2017 jumlah kasus penyakit PTM yang tertinggi puskesmas yang dalam kunjungan peserta
adalah Hipertensi dan urutan kedua adalah prolanisnya tidak optimal yaitu Puskesmas
Diabetes Melitus (DM). Jumlah kasus Getasan. Puskesmas Getasan selama bulan Juli
Hipertensi yaitu 49.357, sedangkan Diabetes sampai Desember rata-rata rasio kunjungan
Melitus sejumlah 16.183 (Dinas Kesehatan prolanis sebesar 48,9% hal ini masih dibawah
Kabupaten Semarang, 2018). dari target minimal yang ditetapkan yaitu
Pada pelaksanaan Prolanis, salah satu sebesar 75% peserta terdaftar yang berkunjung

865
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

ke puskesmas berdasarkan buku panduan dukungan keluarga berhubungan dengan


praktis Prolanis. pemanfaatan prolanis. Berdasarkan hasil
Berdasarkan studi pendahuluan yang penelitian diketahui responden yang mendapat
dilakukan di Puskesmas Getasan Kabupaten dukungan keluarga lebih banyak daripada yang
Semarang menyatakan selama ini pelaksanaan tidak mendapat dukungan. Dukungan tersebut
Prolanis di puskesmas sudah dilakukan sesuai berupa saran atau anjuran untuk
dengan pedoman yang diberikan oleh BPJS memanfaatakan prolanis. Dukungan keluarga
Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara lain juga dibuktikan dengan kesediaan anggota
edukasi kesehatan, pemeriksaan kesehatan keluarga untuk menemani dan mengantar
rutin, senam, pelayanan obat, dan reminder SMS responden ke tempat pelaksanaan Prolanis.
gateway tetapi untuk home visit masih belum Penelitian lain yang dilakukan oleh Ginting
dilaksanakan. Namun, meskipun Prolanis sudah (2018) menunjukkan bahwa faktor usia dan
dilakukan sesuai pedomanan dalam hal pekerjaan berhubungan dengan pemanfaatan
pemanfaatannya oleh peserta masih dibawah prolanis.
indikator. Berdasarkan uraian latar belakang
Berdasarkan wawancara kepada beberapa tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
peserta faktor mereka tidak memanfaatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
Prolanis adalah tidak ada yang mengantar, pemanfaatan prolanis di Pusekasmas Getasan
selain itu juga ada beberapa dari mereka yang Kabupaten Semarang.
bekerja serta karena memang ada kepentingan
yang mendadak. METODE
Teori Anderson mengembangkan suatu
model tentang pemanfaatan pelayanan Penelitian ini menggunakan jenis
kesehatan dimana pelayanan kesehatan tersebut penelitian observasional dengan menggunakan
dipengaruhi oleh faktor Predisposisi (usia, jenis studi analitik. Rancangan penelitian yang
kelamin, status perkawinan, pendidikan, digunakan yaitu cross sectional. Penelitian
pekerjaan, suku, sikap dan keyakinan terhadap dilaksanakan bulan Agustus–September 2019 di
pelayanan kesehatan), karakteristik kemampuan Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang.
(sumber pembiayaan dari keluarga, sarana Variabel bebas pada penelitian ini adalah
kesehatan, asuransi kesehatan, tenaga usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
kesehaatan, fasilitas yang tersedia serta status pekerjaan, sikap, dukungan keluarga,
kecepatan pelayanan), dan karakteristik kemudahan informasi, akses pelayanan
kebutuhan (penialian individu dan penilaian kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dan
klinik terhadap suatu penyakit). Setiap faktor persepsi kebutuhan. Variabel terikat pada
tersebut kemungkinan berpengaruh sehingga penelitian ini adalah pemanfaatan prolanis di
dapat untuk memprediksi pemanfaatan Puskesmas Getasan.
pelayanan kesehatan (Priyoto, 2014). Populasi pada penelitian ini adalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan seluru peserta Prolanis yang terdaftar di
Tawakal dan Nadjib (2015) menunjukkan Puskesmas Getasan yang berjumlah 184.
bahwa faktor dukungan petugas kesehatan Sampel adalah sebagian dari populasi atau
berhubungan dengan pemanfaatan prolanis. sebagian dari peserta Prolanis yang pernah
Dukungan dari petugas kesehatan lebih banyak memanfaatkan prolanis di Puskesmas Getasan.
dirasakan oleh peserta yang memanfaatkan Berdasarkan perhitungan sampel diperoleh
prolanis karena pihak petugas kesehatan besar sampel sebanyak 63 peserta. Penelitian ini
bertemu secara langsung dengan responden menggunakan teknik pengambilan sampel
ketika kegiatan prolanis dilaksanakan. secara purposive sampling. Teknik purposive
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi sampling pada penelitian inii dilakukan dengan
dan Hidayat (2015) menunjukkan bahwa faktor cara peneliti memilih responden berdasarkan

866
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

pertimbangan subyektif sesuai dengan kriteria


Inklusi dan Eksklusi. Kriteria responden yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dijadikan sampel penelitian yaitu: (1) Kriteria
Inklusi terdaftar sebagai peserta prolanis dalam Hasil penelitian yang dilakukan pada
6 bulan terakhir, bersedia dijadikan sampel; (2) bulan Agustus sampai September 2019 di
Kriteria Eksklusi menolak untuk berpartisipasi Puskesmas Getasan, didapatkan hasil
sebagai subjek penelitian. Setelah data didapat karakteristik responden meliputi usia dan jenis
kemudian dilakukan Random Sampling kepesetaan JKN. Kemudian akan dibahas
menggunakan SPSS untuk menentukan mengenai hasil analisis bivariate berupa
responden yang menjadi sampel penelitian. hubungan antar variabel penelitian (variabel
Sumber data adalah data primer dan data bebas dan variabel terikat).
sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh
melalui wawancara langsung kepada pasien dan Tabel 1. Karakteristik Responden
data sekunder diperoleh dari BPJS Kesehatan Karakteristik Frekuensi
Kantor Cabang Ungaran terkait data jumlah n %
Ratio Peserta Prolanis Berkunjung (RPPB) di Jenis Kelamin
Puskesmas Kabupaten Semarang. Laki-Laki 15 23,8
Perempuan 48 76,2
Instrumen penelitian menggunakan Jenis Kepesertaan JKN
kuesioner. Kuesioner ini digunakan untuk PBI 44 69,8
mendapatkan informasi tentang variabel yang Non PBI 19 30,2
diteliti berupa usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, status pekerjaan, sikap, Berdasarkan tabel 1 diketahui
kemudahan informasi, akses pelayanan karakteristik reponden berdasarkan hasil survey
kesehatan, dukungan keluarga, dukungan jenis kelamin pada peserta prolanis di
petugas kesehatan, dan persepsi kebutuhan. Puskesmas Getasan menunjukkan jumlah
Teknik pengambilan data dilakukan dengan responden dengan jenis keleamin perempuan
wawancara langsung kepada responden. lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu
Penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji sebanyak 48 orang (76,2%) dan jenis kelamin
reliabilitas untuk menguji validitas dan laki-laki sebanyak 15 orang (23,8%). Distribusi
reliabilitas instrumen. Uji validitas dan responden menurut jenis kepersetaan
reliabilitas dilakukan pada 30 responden di luar memperlihatkan bahwa peserta PBI lebih
responden penelitian. Peneliti melakukan uji bahyak dibandingkan dengan Non PBI yaitu
validitas dan reliabilitas di tempat yang sebanyak 44 orang (69,8%) dan peserta Non PBI
memiliki karakteristik hampir sama dengan sebanyak 19 orang (30,2%).
tempat penelitian atau Puskesmas Getasan yaitu Hasil analisis bivariat dengan uji Chi
di Puskesmas Bergas. Square seperti pada tabel 2, menunjukkan bahwa
Teknik analisis data untuk mengetahui variabel tingkat pendidikan (p=0,018), status
faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan (p=0,038), sikap (0,000), kemudahan
pemanfaatan prolanis di Puskesmas Getasan. informasi (p=0,005), dukungan keluarga
Data yang telah diolah kemudian dianalisis (p=0,000) dan persepsi kebutuhan (p=0,002)
secara bertahap yaitu: (1) Analisis univariat, berhubungan dengan pemanfaatan prolanis,
untuk memperoleh gambaran distribusi sedangkan usia (p=0,644), tingkat pengetahuan
frekuensi dari setiap variabel bebas yang (p=1,000), akses pelayanan kesehatan
diperkirakan sebagai faktor yang berhubungan (p=0,273), dan dukungan petugas kesehatan
dengan variabel terikat, (2) Analisis bivariat (p=1,000) tidak berhubungan dengan
untuk melihat hubungan dua variabel antara pemanfaatan prolanis.
variabel bebas dan variabel terikat dengan Menurut Green usia termasuk dalam
menggunakan uji chi square (α= 0,05). faktor predisposisi yang berhubungan dengan

867
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat dengan Menggunakan Uji Chi Square


Pemanfaatan Prolanis
Pemanfaatan Pemanfaatan
Variabel p-value
Tinggi Rendah
n % n %
Usia
> 60 tahun 9 14,3 12 19,1 0,644
≤ 60 tahun 14 22,2 28 44,4
Tingkat Pendidikan
Tinggi 2 3,2 16 25,3 0,018
Rendah 21 33,3 24 38,2
Tingkat Pengetahuan
Tinggi 21 33,3 36 57,2 1,000
Rendah 2 3,2 4 6,3
Status Pekerjaan
Bekerja 15 12,7 36 57,2 0,038
Tidak Bekerja 8 23,8 4 6,3
Sikap
Baik 21 33,4 5 7,9 0,000
Kurang 2 3,1 35 55,6
Kemudahan Informasi
Mudah 23 36,5 29 46,1 0,005
Sulit 0 0 11 17,4
Akses Pelayanan Kesehatan
Mudah 15 23,8 19 30,2 0,273
Sulit 8 12,7 21 33,3
Dukungan Keluarga
Mendukung 20 31,7 8 12,7 0,000
Tidak Mendukung 3 4,8 32 50,8
Dukungan Petugas Kesehatan
Mendukung 20 4,8 35 55,6 1,000
Tidak Mendukung 3 31,7 5 7,9
Persepsi Kebutuhan
Butuh 23 36,5 27 42,9 0,002
Cukup Butuh 0 0 13 20,6

motivasi untuk bertindak memanfaatkan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pelayanan kesehatan. Hubungan antara usia usia dengan pemanfaatan prolanis di Puskesmas
dan penggunaan layanan medis bagaimanapun Getasan (p=0,644). Hasil penelitan ini sejalan
tidak linier dan tidak sama di setiap jenis dengan Rahmi dan Hidayat (2015), bahwa tidak
pelayanan kesehatan, karena semakin terdapat hubungan antara usia dengan
bertambah usia akan semakin membutuhkan pemanfaatan prolanis di BPJS Kesehatan
pelayanan kesehatan (Priyoto, 2014). Menurut Kantor Cabang Jakarta Timur (p=0,617).
Tawakal (2015) kelompok usia pra lansia lebih Hasil tabulasi silang menunjukkan
banyak dalam pemanfaatan pelayanan responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
dibandingkan kelompok lansia. Hal ini usia > 60 tahun sebanyak 9 responden (14,3%)
dikarenakan kondisi fisik pra lansia yang lebih dan usia ≤ 60 tahun sebanyak 14 orang (22,2%),
baik jika dibandingkan dengan lansia, sehingga sedangkan responden dengan pemanfaatan
untuk datang ke pelayanan kesehatan dapat prolanis rendah usia > 60 tahun sebanyak 12
dilakukan sendiri. Berdasarkan analisis bivariat orang (19,1%) dan usia ≤ 60 tahun sebanyak 28

868
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

orang (44,4%). Proporsi responden yang rendah sebanyak 21 responden (33,3%),


memanfaatkan prolanis pada kelompok usia ≤ sedangkan responden dengan pemanfaatan
60 tahun lebih besar dibandingkan kelompok prolanis rendah dengan tingkat pendidikan
usia > 60 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh tinggi sebanyak 16 responden (25,3%) dan
kondisi fisik usia ≤ 60 tahun lebih baik jika tingkat pendidikan rendah sebanyak 24 orang
dibandingkan dengan usia > 60 tahun sehingga (38,2%). Sesuai dengan pendapat Rahmi (2015)
untuk datang ke puskesmas dapat dilakukan yang menyebutkan menurut Anderson dan
sendiri. Berbeda dengan kelompok usia > 60 Newman (2005) Seseorang yang memiliki
tahun yang kondisi fisiknya sudah mulai lemah pendidikan tinggi cenderung memilih pelayanan
sehingga mengakibatkatkan ketergantungan kesehatan yang lebih tinggi karena
pada orang-orang disekitarnya, khususnya mencerminkan status sosial seseorang dalam
keluarga. Penyebab lain responden tidak masyarakat sehingga akan berpengaruh pula
memanfaatakan adalah tidak ada pengantar, pada gaya hidup dan pola perilaku dalam
dan terkadang lupa jadwal. memanfaatkan pelayana kesehatan.
Berdasarkan teori dari Anderson dan Maksud pengetahuan dalam penelitian
Newman (2005) menyatakan bahwa pendidikan ini adalah semua yang diketahui peserta tentang
seseorang menunjukkan gaya hidupnya, yang Prolanis di Puskesmas Getasan. Berdasarkan
juga menentukan perilakunya untuk analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
diinginkan. Orang yang memiliki pendidikan pemanfaatan prolanis di Puskesmas Getasan
tinggi akan cenderung memilih pelayanan (p=1,000). Hasil penelitian ini sejalan dengan
kesehatan yang lebih tinggi karena yang dilakukan oleh (St. Rachmawati,
mencerminkan status sosial seseorang dalam 2014)bahwa tidak terdapat hubungan antara
masyarakat, sehingga akan berpengaruh pula pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan
pada gaya hidup dan pola perilaku dalam kesehatan di Puskesmas Tamalanrea Kota
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rahmi Makasar dengan nilai p value 0,150.
dan Hidayat, 2015). Pengetahuan masyarakat memiliki peran yang
Hasil analisis bivariat menunjukkan cukup besar dalam kecenderungan masyarakat
bahwa terdapat hubungan antara tingkat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di
pendidikan responden dengan pemanfaatan Puskesmas Tamalanrea Kota Makasar. Semakin
prolanis di Puskeasmas Getasan. Hal ini baik pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
dibuktikan dengan uji Chi Square yang maka semakin tahu akan pentingnya pelayanan
menghasilkan nilai p value 0,018 (p<0,05) yang kesehatan. Menurut Fatimah (2019)
berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan pengetahuan masyarakat tentang pencarian
masyarakat dengan pemanfaatan Prolanis di pengobatan kemungkinan dapat dipengaruhi
Puskesmas Getasan. Penelitian diperkuat banyak faktor, misalnya melalui pengalaman
dengan yang dilakukan oleh Syarifain et al., dan sarana informasi. Ketidaktahuan
(2017) bahwa terdapat hubungan antar masyarakat tentang pelayanan kesehatan
pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan menyebabkan masyarakat tidak ingin
kesehatan di Puskesmas Sario Kota Manado (p memanfaatkan pelayanan kesehatan.
=0,000), dimana hasil yang didapatkan Hasil tabulasi silang menunjukkan
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
pendidikan, maka semakin rendah pemanfaatan dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 21
pelayanan kesehatan. responden (33,3%) dan tingkat pengetahuan
Hasil tabulasi silang menunjukkan rendah sebanyak 2 responden (3,2%), sedangkan
responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi responden dengan pemanfaatan prolanis rendah
dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 2 dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 36
responden (3,2%) dan tingkat pendidikan responden (57,2%) dan tingkat pengetahuan

869
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

rendah sebanyak 4 orang (6,3%). Pengetahuan formal (guru, PNS) lebih memiliki keterikatan
peserta dalam prolanis mayoritas sudah baik. waktu dengan pekerjaannya sehingga hanya
Namun ada beberapa peserta dengan sebagian responden yang dapat meluangkan
pengetahuan masih kurang tentang prolanis, hal waktu untuk hadir dalam kegiatan prolanis.
ini dikarenakan mereka tidak rutin dalam Hasil tabulasi silang menunjukkan
mengikuti kegiatan prolanis. Pengetahuan responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
kurang peserta tentang prolanis menyebabkan dan bekerja sebanyak 15 responden (12,7%) dan
pemanfaatan rendah dalam kegiatan prolanis. yang tidak bekerja sebanyak 8 responden
Berdasarkan teori Anderson (1974) yang (23,8%), sedangkan responden dengan
dikutip dari Notoatmodjo (2012) pekerjaan pemanfaatan prolanis rendah dan bekerja
merupakan faktor predisposisi yang masuk sebanyak 36 responden (57,2%) dan yang tidak
dalam kategori struktur sosial, ini digunakan bekerja sebanyak 4 responden (6,3%).
untuk menggambarkan fakta-fakta bahwa setiap Berdasarkan hasil meskipun responden memiliki
individu mmpunyai kecenderungan aktifitas secara finansial namun mereka masih
menggunakan pelayanan kesehatan. Pekerjaan tetap berusaha untuk datang ke pelayanan
dapat mempengaruhi waktu seseorang dalam kesehatan dalam rangka memeriksakan
mendapatkan informasi. Pekerjaan dapat kesehatan mereka, selain itu pekerjaan yang
memberikan dorongan kepada seseorang dalam mereka jalani adalah pekerjaan yang tidak
pengambilan tindakan untuk kesehatannya. mengikat sehingga mereka dapat datang
Kecenderungan seseorang yang bekerja langsung ke puskemas. Asumsi lainnya adalah
akan lebih akif mencari pelayanan kesehatan responden menyadari bahwa pekerjaan yang
dibandingkan dengan tidak bekerja, karena berat dan menguras tenaga dapat menimbulkan
disamping pengetahuannya yang lebih tinggi berbagai macam penyakit yang dapat
juga karena mereka lebih mandiri secara membahayakan bagi kesehatan pribadi mereka
ekonomi sehingga mereka mencari pelayanan sehingga mereka menganggap perlu untuk
kesehatan yang lebih lengkap (Wahyuni, 2013). datang ke pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Sikap merupakan hasil pertimbangan dari
variabel status pekerjaan hasil analisis bivariat suatu perilaku, sikap mempengaruhi tindakan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara melalui proses pengambilan keputusan dengan
status pekerjaan responden dengan pemanfaatan mempertimbangkannya terlebih dulu
prolanis di Puskeasmas Getasan. Hal ini (Wulandari, 2016). Variabel sikap yang
dibuktikan dengan uji Chi Square yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
menghasilkan nilai p value 0,038 (p<0,05) yang pendapat responden berdasarkan keyakinan
berarti ada hubungan antara status pekerjaan untuk memanfaatkan prolanis di Puskesmas
peserta dengan pemanfaatan Prolanis di Getasan.
Puskesmas Getasan. Berdasarkan hasil penelitian pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan variabel sikap responden hasil analisis bivariat
penelitian yang dilakukan Ginting (2018) bahwa menunjukkan terdapat hubungan antara sikap
terdapat hubungan antara pekerjaan dengan responden dengan pemanfaatan prolanis di
keaktifan mengikuti prolanis pada pasien Puskeasmas Getasan. Hal ini dibuktikan dengan
Hipertensi di Puskesmas Berastagi Kabupaten uji Chi Square yang menghasilkan nilai p value
Karo (p= 0,022). Hasil yang didapatkan 0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan
menunjukkan bahwa responden dengan antara sikap responden dengan pemanfaatan
pekerjaan informal (petani, pedagang, dan ibu Prolanis di Puskesmas Getasan. Hasil penelitian
rumah tangga) tidak memiliki waktu yang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
terikat dengan pekerjaan mereka, sehingga Satrianegara (2016) bahwa terrdapat hubungan
waktu yang digunakan untuk kegiatan prolanis antara sikap dengan pemanfaatan ulang
dapat diluangkan. Responden dengan pekerja pelayanan rawat jalan di RSUD Labuang Baji

870
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Makassar (p=0,013). Sikap responden yang baik berarti ada hubungan antara kemudahan
tentang pengobatan secara teratur, dan informasi dengan pemanfaatan Prolanis di
keinginan berobat sampai dinyatakan sembuh Puskesmas Getasan. Hasil penelitian ini sejalan
mempunyai hubungan dengan pemanfaatan dengan penlitian yang dilakukan Pratiwi (2017)
ulang pelayanan rawat jalan. bahwa terdapat hubungan antara kemudahan
Hasil tabulasi silang menunjukkan informasi dengan pemanfaatan pusat layanan
responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi kesehatan (puslakes) Unnes, mayoritas
dengan sikap baik sebanyak 21 responden mahasiswa mendapatkan informasi melalui
(33,4%) dan sikap kurang sebanyak 2 responden teman, dosen, maupun pihak puslakes.
(3,1%), sedangkan responden dengan Hasil tabulasi silang menunjukkan
pemanfaatan prolanis rendah dengan sikap baik responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
sebanyak 5 responden (7,9%) dan sikap kurang dengan kemudahan informasi dalam kategori
sebanyak 35 orang (55,6%). Berdasarkan hasil mudah sebanyak 23 responden (36,5%),
yang didapatkan diketahui bahwa responden sedangkan responden dengan pemanfaatan
setuju jika harus memanfaatkan prolanis untuk prolanis rendah dengan kemudahan informasi
menjaga kesehatannya agar tetap terkontrol, dalam kategori mudah sebanyak 29 responden
dan juga responden telah merasakan manfaat (46,1%) dan kemudahan informasi dalam
yang diterimanya dari kegiatan prolanis. kategori mudah sebanyak 11 responden (17,4%).
Namun ada beberapa responden yang Hasil penelitian dilapangan, mengenai informasi
tidak dapat memanfaatka karena ada kegiatan tentang prolanis yang ada di Puskesmas
lain seperti bekerja dan kegiatan sosial lainnya. Getasan masuk dalam kategori yang baik, tetapi
Responden dengan sikap baik namun tidak masih terdapat keluhan yang dialami oleh
memanfaatakn prolanis dikarenakan karena responden yaitu informasi perubahan jadwal
tidak ada yang mengantar dan kondisi fisik yang dari puskesmas tidak tersampaikan kepada
kurang mendukung. Sikap responden untuk responden, karena ada beberapa responden yang
memanfaatkan prolanis didukung juga dengan tidak bisa menggunakan alat komunikasi.
biaya yang dibebankan tidak menjadi kendala Menurut Anderson yang dikutip dari
karena kegiatan prolanis bersifat gratis. Notoatmodjo (2012) aksebilitas merupakan
Kemudahan infromasi merupakan salah faktor kemampuan. Aksebilitas adalah layanan
satu faktor yang mempengaruhi seseorang kesehatan yang harus dapat dicapai oleh
dalam menuntukan utilisasi pelayanan masyarakat dan tidak terhalang oleh keadaan
kesehatan. Hal ini karena sebaik apapun geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan
kualitas suatu pelayanan kesehatan yang budaya. Akses dapat mempengaruhi frekuensi
tersedia, jika konsumen belum pernah kunjungan ditempat pelayanan kesehatan,
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk semakin dekat jarak tempat tinggal dengan
pelayanan kesehatan akan berguna bagi mereka, pusat pelayanan kesehatan semakin besar
maka mereka tidak akan membelinya. jumlah kunjungan di pusat pelayanan tersebut.
Kemudahan memperoleh informasi informasi Berdasarkan hasil penelitian pada
yang jelas akan mempengaruhi pengetahuan variabel akses pelayanan kesehatan hasil analisis
dan sikap dalam menentukan pemanfaatan bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat
fasilitas kesehatan (Pratiwi,2017). hubungan antara akses pelayana kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian pada dengan pemanfaatan prolanis di Puskeasmas
variabel kemudahan infromasi hasil analisis Getasan. Hal ini dibuktikan dengan uji Chi
bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara Square yang menghasilkan nilai p value 0,273
kemudahan informasi dengan pemanfaatan (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan
prolanis di Puskesmas Getasan. Hal ini antara akses pelayanan kesehatan dengan
dibuktikan dengan uji Chi Square yang pemanfaatan Prolanis di Puskesmas Getasan.
menghasilkan nilai p value 0,005 (p<0,05) yang Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan

871
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

oleh (Wahyuni, 2013) bahwa tidak terdapat yang bersifat mendukung selalu siap
hubungan antara akses pelayanan kesehatan memberikan pertolongan (Pramudianti, 2018).
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Berdasarkan hasil penelitian pada
Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan variabel dukungan keluarga hasil analisis
dengan nilai p value 0,702. Hal ini dikarenakan bivariat menunjukkan bahwa terdapat
meskipun angkutan umum jarang ada yang hubungan antara dukung dengan keluarga
melewati Puskesmas Sumberejo bukanlah suatu dengan pemanfaatan prolanis di Puskeasmas
masalah karena sebagian besar masyarakat Getasan. Hal ini dibuktikan dengan uji Chi
menggunkan kendaraan pribadi mereka untuk Square yang menghasilkan nilai p value 0,000
mencapai puskesmas, selain itu banyak (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara
transportasi ojek yang dapat digunakan untuk dukungan keluarga dengan pemanfaatan
pengganti angkutan umum. Prolanis di Puskesmas Getasan.
Hasil tabulasi silang menunjukkan Hasil penelitian ini diperkuat dengan
responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi yang dilakukan oleh Harniati (2018), bahwa
dengan akses pelayanan dalam kategori mudah terdapat hubungan antara dukungan keluarga
sebanyak 15 responden (23,8%) dan responden dengan kepatuhan peserta BPJS mengikuti
dengan akses pelayanan dalam kategori sulit kegiatan Prolanis di Puskesmas Rangas
sebanyak 8 responden (12,7%), sedangkan Kabupaten Mamuju (p=0,000). Peserta prolanis
responden dengan pemanfaatan prolanis rendah yang tidak mendapat dukungan keluarga akan
dengan akses pelayanan dalam kategori mudah sulit termotivasi mengikuti kegiatan prolanis.
sebanyak 19 responden (30,2%) dan responden Hasil tabulasi silang menunjukkan
dengan akses pelayanan dalam kategori sulit responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
sebanyak 21 responden (33,3%). Hasil analisis dengan dukungan keluarga dalam kategori
menunjukkan tidak ada hubungan antara akses mendukung sebanyak 20 responden (31,7%) dan
pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan responden dengan dukungan keluarga dalam
prolanis di Puskesmas Getasan, dalam hal ini kategori tidak mendukung sebanyak 3
dikarenakan jalanan di wilayah kerja Puskesmas responden (4,8%), sedangkan responden dengan
Getasan sudah baik. Namun ada beberapa pemanfaatan prolanis rendah dengan dukungan
responden yang menyatakn akses menuju keluarga dalam kategori mendukung sebanyak 8
pelayanan sulit dikarenakan tempat tinggal responden (12,7%) dan responden dengan
mereka tidak dilalui angkutan umum sehingga dukungan keluarga dalam kategori tidak
mereka merasa sulit mencapai puskesmas. mendukung sebanyak 32 responden (50,8%).
Menurut Bomar (2004) dukungan Distribusi responden terbanyak ada pada
keluarga merupakan sikap, tindakan dan responden yang tidak mendapatkan dukungan
penerimaan keluarga pada anggota keluarganya. keluarga dengan pemanfaatan prolanis rendah.
Dukungan keluarga dalam kesehatan Sebelumnya disebutkan bahwa responden
merupakan usaha yang dicurahkan oleh anggota dengan pemanfaatan prolanis rendah karena
keluarga dalam merawat dan membantu dari keluarganya tidak ada yang mengantar.
meningkatkan status kesehatan. Dukungan yang Ada pula yang lupa karena keluarga tidak
diberikan kepada anggota keluarga yang sedang mengingatkan jadwal prolanis, selain itu juga
sakit dapat berupa dukungan emosi, responden ada yang tidak bisa menggunakan
penghargaan, informasi maupun instrumental. alat komunikasi sehingga tidak mendapatkan
Dukungan juga dalam bentuk sosial yang Reminder SMS Gateway. Oleh karena itu,
mengacu pada semua yang dapat diakses atau dibutuhkan peranan keluarga dalam hal
diadakan keluarga dapat membantu dalam mengingatkan dan atau mengantar responden
mengambil keputusan terhadap tindakan untuk mengikuti kegiatan prolanis.
tertentu. Dukungan dapat digunakan maupun Tenaga kesehatan adalah seseorang yang
tidak tetapi anggota keluarga memandang orang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan

872
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

melalui pendidikan di bidang kesehatan. Dalam masyarakat. Sedangkan permintaan pelayanan


kegiatan prolanis, tenaga kesehatan yang terlibat kesehatan terkait unsur preferensi yang dapat
didalamnya antara lain seorang dokter dan dipengaruhi oleh sosial budaya. Idealnya
perawat. Dalam pelaksanaanya, tenaga kebutuhan dan permintaan adalah sama.
kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan Permintaan akan tampak kalau masyarakat
serta edukasi kepada peserta prolanis. sakit dan mencari pengobatan atau informasi
Dukungan dari tenaga kesehatan yakni dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
memberikan motivasi maupun dorongan kepada tersedia. Permintaan dapat dilihat dari angka
peserta untuk selalu mengikuti kegiatan prolanis kunjungan pasien ke tempat pelayanan
(Pramudianti, 2018). kesehatan (Pekabanda, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian pada Berdasarkan hasil penelitian pada
variabel dukungan petugas kesehatan hasil variabel persepsi kebutuhan hasil analisis
analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak bivariat menunjukkan bahwa terdapat
terdapat hubungan antara dukungan petugas hubungan antara persepsi kebutuhan dengan
kesehatan dengan pemanfaatan prolanis dengan pemanfaatan prolanis dengan p value 0,002.
p value 1,000. Sesuai dengan hasil penelitian Sesuai dengan hasil penelitian dari Pekabanda
Pramudiantii (2018) mengenai faktor yang (2016) bahwa terdapat hubungan antara dengan
berhubungan dengan pemanfaatan prolanis di pemanfaatan pelayanan K4 oleh ibu hamil di
Puskesmas Karanganyar Kota Semarag yang Puskesmas Kabupaten Sumba Timur.
mengemukakan bahwa tidak ada hubungan Hasil tabulasi silang menunjukkan
antara dengan pemanfaatan prolanis dengan responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi
nilai p value 0,063. dengan persepsi kebutuhan dalam kategori
Hasil tabulasi silang menunjukkan butuh sebanyak 23 responden (36,5%),
responden dengan pemanfaatan prolanis tinggi sedangkan responden dengan pemanfaatan
dengan dukungan petugas kesehatan dalam prolanis rendah dengan persepsi kebutuhan
kategori mendukung sebanyak 20 responden dalam kategori butuh sebanyak 27 responden
(31,7%) dan responden dengan dukungan (42,9%) dan responden dengan persepsi
petugas kesehatan dalam kategori tidak kebutuhan dalam kategori cukup butuh
mendukung sebanyak 3 responden (4,8%), sebanyak 13 responden (20,6%). Persepsi
sedangkan responden dengan pemanfaatan kebutuhan berkaitan erat dengan pemanfaatan
prolanis rendah dengan dukungan petugas prolanis, dimana responden memanfaatkan
kesehatan dalam kategori mendukung sebanyak kegiatan di dalam prolanis seperti senam,
35 responden (55,6%) dan responden dengan penyuluhan kesehatan, dan pemeriksaan
dukungan petugas kesehatan dalam kategori kesehatan untuk menjaga kesehatannya agar
tidak mendukung sebanyak 5 responden (7,9%). tetap terkontrol. Ada beberapa responden yang
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan menyatakan cukup butuh dalam memanfatatkan
walaupun responden telah mendapat dukungan kegiatan prolanis seperti dalam kegiatan senam.
tenaga kesehatan untuk selalu memanfaatkan Beberapa responden tidak hadir dikarenakan
prolanis belum tentu memiliki tingkat kondisi fisik yang tidak memungkinkan, selain
pemanfaatan yang tinggi. Petugas kesehatan itu ada dari mereka yang bekerja sehingga
sudah sebaik mungkin memberikan dukungan mereka tidak bisa hadir dalam senam.
dalam bentuk motivasi, pemberian informasi,
dan mengingatkan untuk mengikuti kegiatan PENUTUP
prolanis setiap bulannya. Akan tetapi, dalam
semua keputusan responden merupakan pilihan Berdasarkan hasil penelitian dapat
dari setiap individu sendiri. disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat
Kebutuhan pelayanan kesehatan bersifat pendidikan, status pekerjaan, sikap, kemudahan
mendasar yang sesuai dengan keadaan riil informasi, dukungan keluarga dan persepsi

873
Feronika, W. A. / Pemanfaatan Program Pengelolaan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

kebutuhan dengan pemanfaatan prolanis. Sumba Timur Tahun 2016. Jurnal Manajemen
Sedangkan tidak ada hubungan antara usia, Kesehatan Indonesia, 4(3).
tingkat pengetahuan, akses pelayanan kesehatan Pramudianti, R. R., & Suryawati, C. (2018). Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
dan dukungan petugas kesehatan terhadap
Prolanis Di Puskesmas Karanganyar. Jurnal
pemanfaatan prolanis. Saran untuk peneliti
Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 6(5), 157–
selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan 169. Retrieved from
variabel lainnya yang belum ada dalam Pratiwi, Asih dan Raharjo, B. B. (2017). Pemanfaatan
penelitian ini dan menggunakan metode yang Pusat Layanan Kesehatan (Puslakes)
berbeda untuk menggali lebih dalam sehingga Universitas Negeri Semarang. Higeia Journal of
dapat diketahui faktor-faktor lain yang juga Public Health, 1(3), 84–94.
mempengaruhi perilaku pemanfaatan prolanis Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam
kesehatan. Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmi, A. N., & Hidayat, B. (2015). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
DAFTAR PUSTAKA
Program Pengelolaan Penyakit Kronis di
BPJS Kesehatan Kantor Cabang Jakarta
Bomar P. (2004). Promoting Health in Families : Timur Tahun 2015. Administrasi Dan Kebijakan
Applying Family Research anda Theory to Nursing Kesehatan FKM USU, 20.
Pratice. Philadelphia: W.B Saunders Satrianegara, M. F., Surahmawati, & Asriani. (2016).
Company. Faktor - Faktor Yang Behubungan Dengan
BPJS Kesehatan. (2014). Panduan praktis Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan
PROLANIS (Program pengelolaan penyakit Pada Pasien Tb Paru di RSUD Labuang Baji
kronis). BPJS Kesehatan, 3–6. Makassar Tahun 2016. Al-Sihah : Public Helath
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2018). Profil Science Journal, 8, 49–59.
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. St. Rachmawati, D. (2014). Faktor yang Berhubungan
Dinkes Prrovinsi Jawa Tengah. (2018). Profil dengan emanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017. Dinkes Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar. 1–9.
Jateng, 3511351(24), 1–62. Syarifain, A., Rumayar, A. A., Mandagi, C. K. F.,
Fatimah, S., & Indrawati, F. (2019). Faktor Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi,
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di S. (2017). Hubungan Antara Pendidikan dan
Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Research and Development, 1(3), 84–94. Kesehatan Oleh Pasien BPJS di Wilayah
Retrieved from Kerja Puskesmas Sario Kota Manado. FKM
Ginting, J. F. (2018). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Universitas Sam Ratulangi.
Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi Terhadap Tawakal, I., & Nadjib, M. (2015). Pemanfaatan
Keaktifan Dalam Kegiatan Prolanis Di Puskesmas Program Pengelolaan Penyakit Kronis (
Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017. Prolanis ) Di Bpjs Kesehatan Kantor Cabang
Harniati, A., Suriah, & Amqqam, H. (2018). Tangerang. Administrasi Dan Kebijakan
Ketidakpatuhan Peserta BPJS Kesehatan Kesehatan FKM USU.
Mengikuti Kegiatan Prolanis di Puskesmas Utomo, R. N. (2019). Input Program Pengelolaan
Rangas Kabupaten Mamuju. JKMM, 1(1), 1– Penyakit Kronis di Puskesmas. Higea Journal
6. of Public Health Research and Development, 3(1),
Kemenkes RI. (2018). RISKESDAS 2018: Executive 63–73.
Summary. Wahyuni, N. S. (2013). Faktor-Faktor yang
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota
Pekabanda, K., Jati, S. P., & Mawarni, A. (2016). Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur 2012.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Pelayanan K4 Oleh Ibu Hamil
DiWilayah Kerja Puskesmas Kabupaten

874

Anda mungkin juga menyukai