Anda di halaman 1dari 9

TROPHICO: Tropical Public Health Journal

Faculty of Public Health, USU

Implementasi program penanggulangan gizi buruk di wilayah kerja


Puskesmas Medan Deli
The implementation of malnutrition prevention programs in the work area of
Medan Deli Public Health Center
Gayatri Tunggadewi1*, Juanita2, Zulhaida Lubis3

1
Puskesmas Bandar Huluan, Simalungun, Indonesia
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
1*
gayegayatritunggadewi@gmail.com, 2emailpenulis2@domain, 3emailpenulis3@domain

Abstrak
Permasalahan gizi pada bayi dan balita di Puskesmas Medan Deli adalah kasus gizi buruk terbanyak di Kota Medan
sebanyak 8 orang. Program penanggulangan gizi buruk merupakan kegiatan untuk meminimalkan masalah gizi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program penanggulanan gizi buruk yang terdiri dari input,
proses, output, dan outcome di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi terhadap 10 informan. Penelitian menemukan bahwa dari segi input, kurangnya
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG). Segi sarana dan prasarana tergolong minim. Biaya operasional terbatas, biaya
operasional berasal dari BOK dalam bentuk insentif kader dan dana transportasi. Pelaksanaan program gizi buruk
rutin dilakukan setiap bulan di Posyandu. Pemberian vitamin A dua kali setahun pada balita gizi buruk, Pemberian
tablet Fe pada ibu hamil selama 3 bulan berturut-turut dilakukan di posyandu dan puskesmas. Pelaksanaan PMT
Pemulihan sudah diberikan tepat sasaran tetapi kekurangan tenaga kesehatan untuk pemantauan konsumsi. Pusat
Pemulihan Gizi (PPG) sebagai wadah dalam penanganan gizi buruk pada balita melalui rawat inap belum
dimanfaatkan. Cakupan program penanggulangan balita gizi buruk belum mencapai target dalam pemberian
vitamin A, tablet Fe dan PPG sehingga kasus gizi buruk masih tinggi. Kesimpulan dari penelitian bahwa masih
belum terlaksana dengan baik program penanggulangan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli
sehingga Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan puskesmas diharapkan meningkatkan komitmen dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan gizi buruk.

Kata kunci: Implementasi, program penanggulangan, gizi buruk

Abstract
The problem of nutrition in infants and toddlers in Medan Deli Public Health Center is the most cases of
malnutrition in Medan with 8 people. Malnutrition improvement program is a form of activity to minimize
nutritional problems. The objective of the research was to find out the implementation of malnutrition improvement
program of input, process, output and outcome in the working area of Deli Puskesmas. The research used
qualitative researchwith a phenomenological approach for 10 informants. The research found that the input, lack
of nutritionist. Facility and infrastructure were inadequate. Operational costs are limited, operational costs come
from the BOK in the form of cadre incentives and transportation funds. The implementation of the malnutrition
program was routinely carried out every month at Posyandu. Giving vitamin A twice a year to malnourished
toddlers, giving iron tablets to pregnant women for 3 consecutive months at the posyandu and puskesmas.
Implementation of PMT Recovery has been given on target but there is a shortage of health workers to monitor.
The Nutrition Recovery Center (PPG) as a forum for handling malnutrition in toddlers through inpatient care has
not been utilized. The coverage of malnutrition in toddlers to have not reached the target in providing vitamin A,
Fe tablets and PPGso the cases of malnutrition are still high. The research concludes that the malnutrition control
program has not been implemented properly in the work area of the Medan Deli Health Center so that the Head
of the Medan City Health Office and the Puskesmas are expected to increase their commitment to implementing
malnutrition prevention activities.

Keywords: Implementation, prevention program, malnutrition

Pendahuluan marasmus, kwasiorkor dan marasmus-


kwasiorkor (Supariasa, 2016). Permasalahan
Gizi buruk pada balita terjadi apabila Gizi berdampak pada pembangunan
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan berkelanjutan di suatu negara. Hal tersebut
Z-score <-3 SD yang menyebabkan sesuai dengan tujuan Suistainable Development
permasalahan gizi buruk secara klinis yaitu Goals (SDGs) yaitu mengakhiri kelaparan,

81
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

mencapai keamanan pangan dan gizi yang baik Pemulihan Gizi (PPG) apabila tidak ada
serta meningkatkan pertanian berkelanjutan penyakit penyerta.
(Osborn, 2015). Kendala pelaksanaan program gizi
Pada tahun 2018, Riset Kesehatan buruk balita saat ini disebabkan partisipasi
Dasar (Riskesdas) Indonesia menunjukkan masyarakat masih rendah untuk membawa
bahwa 3,9% proporsi status gizi buruk dan anaknya ke posyandu, mobilitas dan sarana
13,8% proporsi gizi kurang. Kasus gizi buruk prasana kurang memadai. Data Laporan
yang masih tinggi tersebut membuat Program Gizi Puskesmas Medan Deli yaitu
pemerintah Indonesia berupaya menerapkan capaian program pemberian tablet Fe ibu hamil
berbagai program kesehatan ibu dan anak hanya 80% (target 90%). Presentase balita
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). kurus mendapat makanan tambahan hanya 65%
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI (target 75%). Persentase bayi 6 bulan mendapat
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya ASI Ekslusif hanya 31% (target 50%).
Perbaikan Gizi pasal 7 bahwa pemerintah Perumusan masalah dalam penelitian
daerah kabupaten/kota bertugas dan ini berdasarkan latar belakang yaitu bagaimana
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan implementasi program penanggulanan gizi
fasilitasi gizi, penyelenggaraan buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
penanggulangan gizi buruk skala tahun 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah
kabupaten/kota, perbaikan gizi keluarga dan untuk mengetahui implementasi program
masyarakat, menyelenggarakan pelayanan penanggulanan gizi buruk yang terdiri dari
upaya perbaikan gizi di fasilitas pelayanan input (masukan), proses (pelaksanaan program
kesehatan wilayah setempat dan melaksanakan gizi buruk) output (target program gizi) dan
fasilitasi, perizinan, koordinasi, monitoring dan outcome (capaian program gizi).
evaluasi.
Data dari Profil Kesehatan Sumatera Metode
Utara yaitu jumlah kasus balita gizi buruk pada
tahun 2018 sebanyak 835 kasus dan sebanyak Jenis penelitian yaitu kualitatif dengan
518 kasus pada tahun 2019 yang tersebar di 26 pendekatan fenomenologi deskriptif untuk
kabupaten/kota (Dinas Kesehatan Provinsi mengeksplorasi penerapan program
Sumatera Utara, 2018). Kota Medan memiliki penanggulangan gizi buruk berdasarkan
cakupan kasus gizi buruk sebanyak 85 kasus pengembangan Teori oleh Edward III melalui
yang tersebar dari 21 kecamatan di Kota Medan model input, proses, output. Lokasi pelaksanaan
pada tahun 2018. Lokasi kasus yang terbanyak penelitian berada di wilayah kerja Puskesmas
(+10 kasus) yaitu Kecamatan Medan Sunggal, Medan Deli yang dilakukan pada bulan Maret
Medan Tembung, Medan Deli dan Medan 2020 sampai dengan selesai penelitian.
Belawan (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2019). Subjek atau informan penelitian
Salah satu puskesmas dengan kasus gizi ditetapkan secara purposive berdasarkan
buruk terbanyak di Kota Medan adalah pertimbangan bahwa informan dianggap
Puskesmas Medan Deli. Laporan Gizi memberikan data dan informasi tentang
Puskesmas Medan Deli Tahun 2018 yaitu penanganan gizi buruk di wilayah kerja
jumlah balita gizi buruk sebanyak 11 orang dan puskesmas. Informan berjumlah 10 orang yang
mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi terdiri dari 1 orang kepala puskesmas, 1 orang
8 orang. Namun gizi buruk juga mulai tenaga pelaksana gizi, 5 orang kader posyandu,
mengalami penurunan pada tahun 2019 karena 1 orang petugas Bidang Gizi Dinas Kesehatan
6 orang menjadi status gizi kurang dan hanya 2 Kota Medan dan 2 orang ibu balita gizi buruk.
orang berstatus gizi buruk. Objek penelitian adalah balita gizi buruk dan
Hasil survei pendahuluan di Puskesmas ibu hamil.
Medan Deli yaitu jumlah petugas tenaga Data primer diperoleh melalui
pelaksana gizi berjumlah satu orang dan kader wawancara mendalam (indepth interview). Data
posyandu berjumlah 390 orang dengan sekunder dikumpulkan dari Profil Dinas
penyebaran kader 5 orang setiap posyandu. Alur Kesehatan Kota Medan dan Profil Puskesmas
pelaksanaan program gizi buruk dimulai Medan Deli 2019, serta catatan laporan
dengan penjaringan ketika balita datang ke puskesmas. Peneliti bertindak sebagai
posyandu, kemudian dilakukan pengukuran dan instrumen penelitian dalam pengumpulan data
penimbangan. Jika balita tersebut menderita dengan menggunakan pedoman observasi dan
gizi buruk maka orangtua harus mengikutkan wawancara mendalam serta alat bantu berupa
balita pada program Pemberian Makanan alat tulis, buku catatan dan alat perekam. Data
Tambahan (PMT) dengan memberikan susu penelitian dianalisis dengan menggunakan
dan biskuit yang mengandung energi tinggi. metode interaktif melalui tahapan pengumpulan
Balita gizi buruk juga dapat dirawat di Pusat data, interpretasi dan disajikan dalam matriks.

82
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

Hasil dan Pembahasan Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat bahwa jumlah tenaga kesehatan di
Karakteristik Informan puskesmas kawasan perkotaan rawat inap
Informan terdiri dari 1 orang kepala berjumlah 2 orang. Jika dibandingkan
puskesmas, 1 orang tenaga pelaksana gizi, 5 ketersediaan tenaga gizi di Puskesmas Medan
orang kader posyandu, 1 orang petugas bidang Deli maka memerlukan seorang petugas gizi
gizi Dinas Kesehatan Kota Medan dan 2 orang lagi untuk mendukung penanggulangan gizi dan
ibu balita gizi buruk. Tabel 1 memperlihatkan program kesehatan lainnya.
gambaran karakteristik informan dalam Petugas gizi di Puskesmas Medan Deli
penelitian. dibantu oleh seorang bidan yang memiliki
tanggung jawab pelaksanaan program gizi dari
Tabel 1 Puskesmas Pembantu (Pustu) Medan Deli
Karakteristik Informan berjumlah 1 orang. Sesuai ungkapan informans
Lama 3 bahwa:
Umur Jenis Pendi
Informan Kerja Alamat
(Thn) Kelamin dikan (Thn)
Kepala “…yang rutin datang dalam
55 Perempuan S 1 10 Medan melakukan pemantauan adalah
Puskesmas
Petugas petugas gizi dari Pustu.” (Informan 3)
45 Perempuan D IV 6 Medan
gizi
Kader Petugas gizi dari Pustu melaksanakan
posyandu 1 50 Perempuan SMA 8 Medan
tugas memantau kegiatan pemberian MP-ASI ,
Kader dan pemberian F75 serta F100 kepada balita
posyandu 2 37 Perempuan SMA 8 Medan
gizi buruk saat kegiatan Posyandu. Petugas gizi
Kader juga melakukan kunjungan rumah uintuk
39 Perempuan SMP 9 Medan
posyandu 3
Kader memastikan pemberian F75 dan F100 telah
40 Perempuan SMA 5 Medan sampai pada sasaran.
posyandu 4
Kader Kerjasama. Kerjasama tenaga
35 Perempuan SMP 7 Medan
posyandu 5 pelaksana gizi dengan program lintas sektoral
Kepala Seksi seperti lurah, camat, dinas, kader dalam
Kesehatan mensukseskan program gizi buruk sudah
42 Perempuan S 1 3 Medan
Keluarga
dan Gizi berjalan dengan baik. Sesuai dengan ungkapan
Ibu Balita I 33 Perempuan SMP - Medan informan 1 dan 2 menyatakan:
Ibu Balita II 36 Perempuan SMP - Medan
“Peran lurah dalam mendukung
Input program gizi dimana dalam hal
Pelaksanaan kegiatan program pengurusan surat-surat bila ditemukan
penanggulangan gizi buruk terdiri dari aspek gizi buruk pada balita dan mengurus
tenaga pelaksana, kerjasama, biaya operasional surat merujuk ke rumah sakit. Mereka
dan sarana serta prasarana. tidak aktif dalam pemantauan.”
Tenaga pelaksana program. Tenaga (Informan 1 dan 2)
Gizi di puskesmas Medan Deli belum
memenuhi kecukupan jumlah dan kualifikasi. Peran lurah dalam penanggulangan gizi
Hasil wawancara dengan informan 1 dan 2 buruk sebatas mengurus administrasi untuk
yaitu: perawatan atau pengobatan ke rumah sakit
disebabkan lurah memiliki pekerjaan lainya
“….setiap puskesmas rawat inap seperti mengurus pelayanan administrasi bagi
minimal memiliki 1 petugas gizi masyarakat di sekitarnya. Lurah jarang
dibantu oleh bidan atau perawat memantau kegiatan program penanggulangan
tamatan D3. Kemudian dibantu oleh gizi buruk di Posyandu. Penelitian Sihombing
petugs gizi dari Pustu.” (Informan 1 (2016) menjelaskan bahwa kegiatan di
dan 2) posyandu didukung oleh, tetapi lurah tidak bisa
secara rutin datang untuk memantau kegiatan
Latar belakang pendidikan dari petugas posyandu, melainkan mengutus PKK maupun
gizi di Puskesmas Medan Deli adalah tamatan stafnya.
Diploma IV yang sudah sesuai dengan Kerjasama lintas sektoral program gizi
peraturan yang ada. Program gizi yang berhasil buruk sudah dimulai sejak 2017, sebagaimana
di Puskesmas Medan Deli sangat tergantung ungkapan informan 1 mengatakan:
dari kompetensi para penanggungjawab
program gizi. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 “Secara lintas sektor, penanganan gizi
buruk dilakukan Bappeda Kota Medan

83
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

sebagai koordinator untuk penyusunan buruk balita tergantung dari kasus yang ada
dokumen rencana aksi daerah pangan pada saat itu.
dan gizi serta sebagai koordinator Sarana dan prasarana. Hasil
dalam perencanaan dan penganggaran pengamatan bahwa posyandu di wilayah kerja
program gizi buruk.” (Informan 1) Puskesmas Medan Deli berjalan dengan aktif
setiap bulan. Jadwal kegiatan posyandu
Program penanganan gizi buruk pada berlangsung pada minggu kedua. Apabila
balita secara lintas sektor telah dilaksanakan jadwal bertepatan pada hari libur atau hari
Pemerintah Kota Medan. Masro et al. (2014) minggu, maka jadwal posyandu akan
menyatakan penggalangan kerjasama lintas dimajukan atau dimundurkan. Semua posyandu
sektor bisa melahirkan suatu komitmen di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli belum
bersama atau kebijakan secara tertulis (SK) optimal melakukan layanan sistem 5 meja dan
yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat pelaksanaan posyandu memakai pengukuran
tentang penanggulangan gizi buruk di suatu berat badan yang belum sesuai dengan standar
kecamatan. Selanjutnya kebijakan pelaksanaan . Sesuai ungkapan informan 2 yaitu:
terkait penanggulangan gizi buruk yang pernah
dilakukan di Puskesmas Medan Deli, “…sarana yang paling dibutuhkan di
sebagaimana diungkapkan informan 1 dan 2, Posyandu adalah alat pengukuran berat
yaitu: badan/tinggi badan dan media. Saat ini
sebagian Posyandu menggunakan
“... kegiatan upaya penanganan gizi meteran biasa. Kami butuh
buruk yang dilakukan puskesmas yaitu antropometri kit di setiap posyandu.”
pelacakan kasus balita gizi buruk, (Informasi 2, 4 dan 6).
pemberian F75 dan F100, pusat
pemulihan gizi, monitoring dan Sarana yang belum tersedia dalam
evaluasi PMT.” (Informan 1 dan 2) program penanggulangan gizi buruk antara lain
alat pengukuran tinggi badan dan media
Pelaksanaan penanggulangan gizi penyuluhan. Alat pengukur tinggi badan bagi
buruk sudah berjalan sesuai dengan kebijakan bayi yang dianjurkan adalah infatometer
yang ada di Puskesmas Medan Deli. Pelacakan dengan ketelitian 0,1 cm atau 1 mm dan
kasus gizi buruk adalah pelaporan dan microtoise. Alat pengukuran berat badan adalah
penanganan segera kasus gizi buruk dalam dacin yang mudah didapat dan harganya
waktu 1x24 jam sehingga kasus gizi buruk terjangkau. Hal ini sesuai dengan ungkapan
harus dianggap sebagai kejadian luar biasa. informan 8 sebagai berikut:
Biaya operasional. Dana program
penanggulangan gizi buruk berasal dari dana “….alat pengukuran tinggi badan dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). media penyuluhan belum lengkap di
Pernyataan Informan 1 tentang biaya setiap puskesmas karena masih ada
operasional sebagai berikut: fasilitas yang lama, sedangkan
mengganti yang rusak belum ada
“...pendanaan penanggulangan gizi anggarannya, tetapi anggaran
buruk berasal dari dana BOK… setiap diupayakan tercapai tahun 2020.”
ada program gizi buruk kami mendapat (Informan 8)
insentif Rp. 50.000 setiap bulan selama
3 bulan berturut-turut. Untuk total Alat pengukuran tinggi badan meng-
biaya saya lupa, tapi ratusan jutaan. gunakan pita (meteran) untuk menentukan
”(Informan 1) tinggi badan bayi atau balita saat ini dapat
memengaruhi pengukuran IMT. Sesuai survei
Pemberian PMT ataupun MP-ASI awal yang dilakukan oleh Rusdiarti (2019)
merupakan bentuk pendanaan dari puskesmas bahwa prosedur pengukuran panjang badan
untuk program penanggulangan gizi buruk. yang dilakukan kurang tepat. Alat pengukuran
Program pemberian PMT ataupun MP-ASI length board seharusnya digunakan untuk
diberikan selama 3 bulan. Insentif juga akan mengukur panjang badan, namun pengukuran
diberikan kepada Para kader sebesar dilakukan dengan alat ukur meteran dan tidak
Rp.50.000,- per bulan. memperhatikan posisi kaki anak
Biaya penanggulangan gizi buruk tidak Sarana seperti PMT-P dan MP-ASI,
dapat diungkapkan oleh informan tetapi Kapsul Vitamin A, dan Tablet Fe sudah
jumlahnya ratusan jutaan untuk mendukung terpenuhi dengan baik serta prasarana lainnya
atau mengurangi kasus gizi buruk di wilayah yaitu tempat penyimpanan PMT-P dan MP-ASI
kerja Puskesmas Medan Deli. Namun setiap dalam kondisi baik. Sarana dan prasarana sudah
tahun dana anggaran penanggulangan gizi

84
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

terpenuhi sesuai ungkapan informan 1 dan 2 untuk datang ke posyandu. Sesuai penelitian
mengatakan: Sari & Hartati (2019), kader aktif
menyelenggarakan kegiatan Posyandu
“ ....PMT , MP-ASI, Kapsul Vitamin (penimbangan balita, pemberian PMT,
A, Tablet Fe cukup karena setiap pemeriksaan kesehatan, imunisasi, pemeriksaan
triwulan kami mengirimkan permintaan tensi, konsultasi kesehatan) melainkan
ke Dinas Kesehatan sesuai data jumlah memiliki fungsi yang sangat besar bagi
balita sehat dan jumlah balita gizi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat,
buruk, jumlah ibu hamil jadi tidak terutama yang menyangkut masalah kesehatan
kekurangan. Pembagiannya juga di Tanjung Batang Kapas Inderapura Barat.
bertahap kami berikan untuk Pada penelitian ini, ibu tidak tidak
menghindari kekosongan stok.” membawa balita gizi buruk ke Posyandu setiap
(Informan 2) bulan. Hal ini sesuai ungkapan informan 6 dan
7 mengatakan:
“….tempat penyimpanan PMT-P dan
MP-ASI sudah tersedia ruangan “Kalo tidak ada halangan ibu datang
khusus sehingga memudahkan dalam bersama balita, memang yang datang
pendistribusian ke masyarakat yang tidak berbeda jauh dengan yang datang
memerlukannya. Angkutan khusus bulan lalu karena tidak sempat, jauh
pendistribusian kepada balita tidak ada dan malas, Banyak juga yang datang.”
tetapi menggunakan motor miliki (Informan 6, 7, dan 9)
bidan.” (Informan 1)
Ibayi dan balita gizi buruk ada yang
Sarana PMT-P dan MP-ASI, Kapsul tidak rutin menimbang ke posyandu setiap
Vitamin A, dan Tablet Fe telah tersedia sesuai bulan. Hal ini dikarenakan ibu tidak memiliki
dengan permintaan berdasarkan data jumlah waktu luang untuk pergi ke posyandu, ibu
balita dan ibu hamil yang di usulkan oleh TPG bekerja dan terdapat anak yang lain sedang sakit
di Puskesmas Medan Deli kepada Dinas serta jarak tempuh ke posyandu jauh. Para ibu
Kesehatan. Prasarana di Puskemas Medan Deli rajin ke posyandu karena terdapat program
telah mempunyai dua gudang sesuai standar penanggulanggan gizi buruk yaitu bantuan
tempat penyimpanan PMT dan MP-ASI. pemberian makanan tambahan kepada
Distribusi bahan PMT-P dari Dinas Kesehatan masyarakat khususnya ibu yang memiliki
Kota Medan ke puskesmas menggunakan mobil balita.
puskesmas Selanjutnya bahan PMT-P dari Ibu balita gizi buruk membawa
puskesmas diangkut menggunakan kendaraan anaknya untuk ditimbang dengan membawa
roda dua milik bidan dan disimpan terlebih Kartu Menuju Sehat (KMS). Sesuai ungkapan
dahulu di Pustu sebelum dibagikan ke ibu balita informan 2 mengatakan:
sasaran.
“Setiap bayi atau balita yang datang
Proses ke Posyandu didaftar di Meja 1 untuk
Pemantauan pertumbuhan. Para ditulis identitaskan dan diberikan
kader memiliki tugas untuk melakukan KMS sebagai bahan evaluasi dalam
penimbangan pada bayi dan balita kemudian memantau status gizinya. Tidak
melakukan pencatatan penimbangan ke dalam membawa tetap dilayani dan dicatat
buku catatan atau pada KMS, sedangkan berat badan dan tingginya di buku”
petugas puskesmas melakukan imunisasi atau (Informan 2).
disebut dengan juru imunisasi. Sesuai dengan
ungkapan informan 1 dan 2 mengatakan: Pengisian KMS dilakukan oleh kader
kesehatan. Kegiatan posyandu menggunakan
“..penimbangan balita dilakukan oleh sistem 5 Meja, di mana Meja 1 tempat mencatat
kader yang bertugas melaksanakan identifikas bayi setelah dilakukan
kegiatan posyandu rutin setiap bulan. penimbangan. Ibu tidak membawa KMS tetap
Jumlah Posyandu aktif sebanyak 45 dilayani dengan baik. Penelitian Didah (2020)
unit posyandu” (Informan 1 dan 2) menyatakan bahwa sistem 5 meja di posyandu
belum berjalan secara optimal di Desa
Tugas kader dalam kegiatan Posyandu Banyurejo Sleman Yogyakarta tahun 2012.
adalah mempersiapkan alat penimbangan bayi, Hasil pengamatan dari laporan
alat pengukur, alat peraga, obat-obat yang penimbangan balita pada bulan Mei dan Juni
dibutuhkan dan melakukan penyuluhan. Kader diketahui bahwa masih ada balita yang tidak
menggerakkan masyarakat dengan naik berat badannya. Seperti ungkapan
memberitahu ibu hamil dan ibu memiliki balita

85
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

informan 2 mengatakan: Sulastri (2020) mengatakan bahwa Cakupan


pemberian vitamin A secara keseluruhan di
“…Balita tidak naik berat badan ada 3 wilayah kerja puskesmas ”S” sebesar 81,6%
orang karena menu makanan keluarga, belum mencapai target 90%.
PMT kadang anak kurang suka. Pemberian tablet Fe. Pemberian tablet
Ditambah ekonomi rendah dan karena besi kepada ibu hamil adalah bidan dari Pustu.
penyakit.” (Informan 2) Jika ibu hamil atau menyusui tidak hadir maka
bidan desa dan kader bekerjasama memberikan
Balita yang tidak naik berat badannya tablet Fe secara door to door ke rumahnya atau
setelah diberikan PMT Pemulihan masih bisa juga dengan mengambil di puskesmas jika
ditemukan sebanyak 3 orang. Hal ini dapat tidak ke posyandu. Menurut ungkapan informan
disebabkan pendapatan keluarga yang rendah 2 yaitu :
karena kurang mampu menyediakan kualitas
makanan yang mengandung gizi baik, “…pemberian dilakukan oleh bidan di
ketersediaan keragaman makanan seperti susu pustu, puskesmas. Petugas gizi biasa
dan buah yang mengandung gizi baik untuk kami memberikan tablet Fe ke Remaja
meningkatkan berat badannya. Keluarga miskin di sekolah-sekolah. Didistribusikan
(gakin) dengan pendapatan yang rendah kepada ibu hamil mencapai 90 tablet”
mengalami keterbatasan pangan di rumah (Informan 2)
tangga yang berlanjut pada jumlah dan mutu
MP-ASI yang rendah. Pendistribusian tablet besi yang telah
Sesuai pendapat Ciptaningtyas et al. sampai ke puskesmas akan didistribusikan
(2012) mengatakan adalah mutu MP-ASI yang kepada petugas kesehatan di Pustu dan kader.
rendah dan pola asuh pemberian makan yang Kader maupun tenaga kesehatan
tidak tepat mengakibatkan zat gizi yang mendistribusikan tablet Fe kepada ibu hamil
dibutuhkan tidak terpenuhi khususnya energi saat datang berkunjung ke posyandu dan
dan zat gizi mikro yang menjadi penyebab pemeriksaan kesehatan di puskesmas. Menurut
gangguan tumbuh kembang bayi usia 6-11 Khoiriah (2020) bahwa distribusi tablet besi itu
bulan dan anak usia 12-24 bulan serta bayi di sendiri sebenarnya dapat dilakukan melalui
bawah dua tahun (baduta). beberapa cara yakni saat bumil melakukan
Pemberian vitamin A. Kekurangan kunjungan ANC, kelas bumil, bidan berkunjung
vitamin A akibat asupan zat gizi yang kurang door to door, ataupun dapat diperoleh di
biasanya dialami oleh anak dengan gizi buruk. Posyandu.
Balita gizi buruk mendapatkan vitamin A dua Tidak adanya monitoring pemberian
kali setahun. Pernyataan informan 2 yaitu: tablet zat besi dapat menyebabkan perhitungan
target yang ingin dicapai belum valid.
“….pemberian Vitamin A diberikan Perhitungan target yang dicapai dapat
kepada balita pada bulan Februari dan dihitungan dengan membandingkan jumlah
Agustus 2020.” (Informan 2) tablet zat besi yang di distribusikan kepada ibu
hamil dengan jumlah ibu hamil tahun berjalan.
Pendistribusian vitamin A kepada balita Sesuai ungkapan informan 2 dan 7 mengatakan:
seyoginya balita gizi buruk mendapat vitamin A
secara serentak. Namun kenyataannya di “…masih di bawah target ya karena
lapangan pelaksanaan belum dilakukan ibu hamil kadang sudah diberi tablet
serentak. Sesuai ungkapan informan 2 yaitu : Fe, tidak di minumnya. Ibu tidak mau
minum tablet zat besi karena mual dan
“…pemberian vitamin A belum baunya tidak enak” (Informan 2 dan 7)
mencapai target karena kondisi
pendemi saat ini, dan biaya Pelaksanaan pemberian tablet zat besi
transportasi kader belum mendukung.” belum sesuai target yang diharapkan. Hal ini
(Informan 2) disebabkan oleh faktor dari ibu yang tidak
bersedia mengkonsumsi tablet tersebut karena
Kapsul vitamin A diberikan 2 kali dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
dalam satu tahun, yaitu pada bulan Februari dan Peran petugas kesehatan atau bidan, sangat
bulan Agustus. Informan menyebutnya dengan memengaruhi ibu mengkonsumsi tablet Fe.
istilah bulan vitamin A. 85% cakupan balita Menurut penelitian Septiani (2017) bahwa
diberi kapsul vitamin A pada bulan Februari pelaksanaan program gizi tentang tablet Fe
tahun 2020, sedangkan pada bulan Agustus mengalami kekosongan dan kekurangan
meningkat menjadi 87%. Pemberian kapsul dikarenakan keterbatasan distribusi tablet Fe
bulan Februari dan Agustus belum sesuai dari Dinas Kesehatan sehingga masih banyak
dengan target yaitu 100%. Sesuai penelitian

86
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

ibu hamil yang belum menerima tablet Fe. formula dari susu, minyak, gula dan
Pemberian PMT pemulihan. mineral mix….” (Informan 4)
Pemulihan gizi balita dilakukan melalui
pemberian makanan dengan kandungan gizi Beberapa kendala dalam pelaksanaan
cukup sehingga kebutuhan gizi pada balita program PMT-P seperti penelitian Adiyasa
dapat dipenuhi. Kegiatan tersebut merupakan (2010) yang menemukan masalah terbatasnya
Program PMT-P. Standar pelayanan perawatan pengalokasian bahan dari pusat, pendataan riil
gizi buruk di Puskesmas Medan Deli, seperti balita pada keluarga miskin, adanya penolakan
ungkapan informan 2 yaitu: PMT-P, pemantauan petugas yang kurang
dalam menentukan ketepatan konsumsi sasaran,
“…pasien rawat jalan diberikan PMT adanya keterlambatan formulir pencatatan dan
dan Pemberian Formula F75 dan F100. pelaporan dan pelaksanaan program yang selalu
selama ini kami sudah melakukan di akhir tahun. Selain itu, sumber daya yang
pelayanan perawatan dengan sesuai kurang, sarana dan prasarana juga merupakan
standar pelayanan namun sering kali kendala (Lubis, 2012),
masyarakat tidak berpartisipasi Kebanyakan anak penderita gizi buruk
mengikuti perawatan (Informan 2) berasal dari keluarga menengah ke bawah dan
umumnya juga disertai penyakit bawaan lahir
Perawatan balita gizi buruk di rawat seperti jantung bawaan, TB paru, down
inap puskesmas akan lebih baik daripada syndrome, dan cerebral palsy (Safitri, 2018).
perawatan di rumah karena kondisi balita dapat
dikontrol setiap hari dan jika ada gangguan Output
kesehatan dapat segera diobati dan dapat Capaian penanggulangan gizi
dirujuk segera ke rumah sakit jika terdiagnosa buruk. Berbagai upaya telah dilakukan
penyakit akut. Namun keinginan keluarga lebih pemerintah dalam penanggulangan gizi buruk
memilih perawatan rumah karena lebih mudah antara lain pelayanan gizi kepada ibu dan balita
memantau anaknya sendiri di rumah oleh mulai dari pemberian vitamin A, tablet Fe,
anggota keluarga lainnya. PMT, dan pelaksanaan PPG. Sesuai ungkapan
Pelaksanaan pusat pemulihan gizi. informan 1 dan 2 mengatakan:
Therapeutic Feeding Center (TFC) adalah
tempat perawatan balita gizi buruk melalui “…pemberian PMT Pemulihan tahun
rawat inap di puskesmas dengan cara memberi 2020 mencapai target. Untuk
makanan secara intensif dan terlaksana dengan pelaksanaan vitamin A, Tablet Fe dan,
adanya bangunan khusus di puskesmas untuk PPG belum mencapai target.”
menyelenggarakan makanan bagi pasien balita (Informan 1 dan 2)
gizi buruk. Menurut ungkapan informan 2
mengatakan: Prevalensi gizi buruk balita.
Prevalensi gizi buruk balita berhubungan
“….ibu balita gizi buruk tidak mau dengan pendidikan orangtua sesuai pernyataan
anaknya untuk dilakukan rawat inap di informan 2 yaitu:
puskesmas dengan alasan tidak bisa
menjaga anaknya di puskesmas. Para ibu “…prevalensi gizi buruk bulan
biasanya mengambil formula F75 dan Oktober tahun 2019 terdapat 4 orang.
formula F100 ke puskesmas untuk Tahun 2020 sampai saat ini 3 orang.
diberikan kepada anaknya.” (Informan Biasanya pada keluarga yang kurang
2) mampu dan punya latar belakang
pendidikan rendah.” (Informan 2)
Pemberian makanan pada anak gizi
buruk sebaiknya sesuai dengan formula diet Berdasarkan laporan Puskesmas Medan
WHO, yaitu formula 75 (F75) dan formula 100 Deli tahun 2019 diketahui bahwa pencapaian
(F100). Energi 75 kkal untuk tiap 100 ml larutan program penanggulangan gizi meliputi capaian
dikandung dalam formula 75, sedangkan energi pelaksanaan konsultasi pada ibu balita 75,3%
100 kkal untuk tiap 100 ml larutan dikandung (target 80%), capaian pemberian vitamin A
dalam formula 100. pada bayi dan balita 85,3% (target 90%),
PMT Formula 100 signifikan capaian pemberian tablet Fe pada ibu hamil
memperbaiki status gizi, tetapi tidak semua 93,6% (target 100%), capaian pemberiankPMT
anak mengkonsumsi Formula 100 sesuai Pemulihan 100% (100%), capaian Pusat
pernyataan Informan 4 berikut: Pemulihan Gizi (PPG) mencapai 56,3%
(100%). Bila dicermati terlihat bahwa
“...tidak semua anak gizi buruk mau pelaksanaan program penanggulangan gizi
minum susu. Formula 100 merupakan buruk melalui pemberiankPMT Pemulihan

87
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

telah mencapai target dan pelaksanaan lainnya Pusat Pemulihan Gizi (PPG) sebagai wadah
tidak mencapai target sesuai yang diharapkan. dalam penanganan gizi buruk pada balita
Senada penelitian Pratiwi (2015), melalui rawat inap belum dimanfaatkan
menyatakan pogram penanggulangan gizi sepenuhnya oleh keluarga.
buruk pada balita dan ibu hamil terlihat belum Cakupan program penanggulangan
maksimal di Kecamatan Mempawah Hilir balita gizi buruk cenderung belum mencapai
Kabupaten Pontianak. Penelitian Syahputra target dalam pemberian vitamin A, Tablet Fe
(2016) juga menjelaskan kekurangan sumber dan, PPG belum mencapai target dan pemberian
daya manusia, dana pada program PMT pemulihan mencapai target. Prevalensi
penanggulangan gizi kurang hanya berupa balita gizi buruk mengalami penurunan tetapi
PMT, sarana dan prasarana masih belum tidak signifikan hanya satu orang balita gizi
mendukung. Demikian juga pelaksanaan buruk mengalami peningkatkan berat badan
penyuluhan atau konseling gizi balita dinilai
menjadi normal.
masih belum berjalan dengan baik.
Kasus gizi buruk belum mencapai tidak Daftar Pustaka
ada kasus seperti target yang diharapkan. Hal
ini disebabkan upaya penanggulangan gizi Adiyasa, I.N., Hadi, H., Gunawan, I. M. .
buruk oleh pemerintah belum terselenggara (2010). Evaluasi program pemberian mp-
secara menyeluruh, terpadu dan asi bubuk instan dan biskuit di Kota
berkesinambungan, tidak didukung fasilitas Mataram, Kabupaten Lombok Barat,
yang memadai, serta biaya kesehatan yang Lombok Timur, dan Bengkulu Utara.
tinggi. Oleh karena itu, perlu kolaborasi yang Indonesia, Jurnal Gizi Klinik, 6(3), 145–
kuat antar lintas sektoral dalam penanganan gizi 155.
buruk agar tidak ada kasus gizi buruk lagi pada Ciptaningtyas, R., Sumantri, A., & Ramadhan,
tahun berikutnya. M. A. (2012). Evaluasi berat badan tidak
naik pada bayi di bawah dua tahun warga
Kesimpulan miskin setelah pemberian MP-ASI. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(5),
Puskesmas Medan Deli belum
227–232.
meningkatkan penanganan gizi buruk. Hal ini
Didah. (2020). Pengetahuan kader tentang
dikarenakan dari segi input yaitu kurangnya
sistem 5 meja di Posyandu Wilayah Kerja
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan sarana serta
Puskesmas Jatinangor Kabupaten
prasarana tergolong minim. Sarana yang belum
Sumedang. Jurnal Kebidanan
tersedia yaitu antropometri kit. Sarana PMT,
Malahayati, 6(1), 95–98.
MP-ASI , kapsul vitamin A, dan tablet Fe sudah
https://doi.org/10.33024/jkm.v6i1.2303
tersedia. Prasarana gedung penyimpanan PMT
Dinas Kesehatan Kota Medan. (2019). Profil
dan MP-ASI sudah terpenuhi. Biaya
Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2019.
operasional terbatas, biaya operasional berasal
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
dari BOK Dinas Kesehatan dalam bentuk
(2018). Rapat Kerja Kesehatan Daerah
insentif kader dan dana transportasi. Dinas
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.
Kesehatan mengalokasikan dana untuk program
Ernawati, A. (2019). Analisis implementasi
penanggulangan gizi buruk dalam bentuk PMT-
program penanggulangan gizi buruk pada
P dan MP-ASI ke puskesmas.
anak balita di Puskesmas Jakenan
Program penanggulangan gizi buruk
Kabupaten Pati. Jurnal Litbang: Media
melalui penimbangan BB dan pengukuran TB,
Informasi Penelitian, Pengembangan Dan
konsultasi gizi kepada keluarga balita gizi
IPTEK, 15(1), 39–50.
buruk rutin dilakukan setiap bulan di Posyandu
https://doi.org/10.33658/jl.v15i1.131
dan melalui kunjungan rumah. Pemberian
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku saku
vitamin A dua kali setahun pada balita gizi
pemantauan status gizi balita tahun 2017.
buruk, Pemberian tablet Fe selama 3 bulan
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Kemenkes
berturut- turut pada ibu hamil di posyandu dan
tingkat status gizi masyarakat.
puskesmas. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
https://www.kemkes.go.id/article/view/1
belum mencapai target sehingga perlu pedoman
9081600004/kemenkes-tingkatkan-status-
khusus dalam melakukan monitoring kepatuhan
gizi-masyarakat.html
mengkonsumsi tablet tersebut. Pelaksanaan
Khoiriah, A., L. (2020). Pemberian tablet zat
PMT Pemulihan sudah diberikan tepat sasaran
besi (fe) pada ibu hamil di Posyandu
tetapi kekurangan tenaga kesehatan untuk
Mawar Berduri Rt 05 Kelurahan Tuan
pemantauan konsumsi PMT berupa F75 dan
Kentang Kecamatan Jakabaring Kota
F100 untuk mengetahui kepatuhan dalam
Pelembang. Jurnal Pengabdian
mengkonsumsi formulas tersebut.di lapangan.
Masyarakat Kebidanan, 2(1), 1–8.

88
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU

http://103.97.100.145/index.php/JPMK/ar bawaan dengan status gizi anak di Rumah


ticle/view/5360/4698 Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Lubis, Z., Tampubolon, E., J. (2012). Analisis Medan. Universitas Sumatera Utara.
implementasi program penanggulangan Sari, V.Y., Hartati, S. (2019). Pelaksanaan
gizi buruk pada anak balita di wilayah kegiatan posyandu dalam meningkatkan
kerja Puskesmas Medan Labuhan, Kota kesehatan batita di Tanjung Batang,
medan Tahun 2008. Penel Gizi Makan, Kapas, Inderapura Barat. Golden Age:
53(1), 70–77. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak
Masro, A., Edison, & Gracediani, L. (2014). Usia Dini, 4(3), 1–8.
Implementasi penanggulangan gizi buruk https://doi.org/10.14421/jga.2019.43-01
di wilayah kerja Puskesmas Sungai Limau Septiani, W. (2017). Pelaksanaan Program
Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu
Kesehatan Masyarakat, 8(1), 21–26. Hamil. Journal of Midwifery Science,
Osborn, D., Cutter A., Ullah, F. (2015). 1(2), 86–92.
Universal sustainable trend goal’s. Sihombing, K., Kandarina, B.J. I., S. (2016).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Peran lurah, petugas kesehatan, dan kader
Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang dalam partisipasi ibu balita ke posyandu di
Pusat Kesehatan Masyarakat. wilayah cakupan D/S terendah dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 tertinggi di Kota Jambi. Jurnal Gizi Dan
Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of
Vitamin A. Nutrition and Dietetics), 3(2), 87.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 https://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(2).8
tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. 7-97
Pratiwi, K. (2015). Implementasi program Sulastri, M., Suryani, I.S., Lutfi, B. (2020).
penanggulangan gizi buruk pada balita Gambaran pengetahuan kader posyandu
dan ibu hamil di Kecamatan Mempawah tentang vitamin a dan cakupan pemberian
Hilir Kabupaten Pontianak. Ublika, vitamin a pada balita di Posyandu “S.”
Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara, Jurnal Keperawatan & Kebidanan, 4(1),
4(2), 1–19. 17–23.
Rusdiarti. (2019). Analisis pengukuran Syahputra, R. (2016). Evaluasi program
ketepatan antropometri tinggi badan balita penanggulangan gizi kurang di wilayah
pada pelatihan kader posyandu di kerja Puskesmas Bugangan Kecamatan
Panduman Kecamatan Jelbuk. Health Semarang Timur Kota Semarang. In
Information Jurnal Penelitian, 11(2), Skripsi. Umivesitas Negeri Semarang.
173–181.
Safitri, W. (2018). Hubungan penyakit jantung

89

Anda mungkin juga menyukai