Disusun oleh :
Vinson Hartoyo
(07120110004)
(07120110024)
Ary Ardiansyah
(07120110080)
Pembimbing :
Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M.Kes
dr. David Setiawan
Muttaqiah, AMd.GK
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya, tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
evaluasi program ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat dalam Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Univeristas Pelita Harapan pada periode 18 Januari 2016 12 Maret 2016.
Adapun kepaniteraan klinik bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dari tim
penulis bertempat di Puskesmas Mauk yang terlaksana berkat kerjasama antara
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan dengan Dinas Kesehatan
Kabupatan Tangerang dan Puskesmas Mauk.
Berbekal pengetahuan, serta serangkaian bimbingan dan pengarahan dari
para dosen, staff, serta dokter pembimbing, baik sebelum maupun selama
kepaniteraan ini berlangsung, penulis mencoba menyusun laporan evaluasi
program penanggulangan kurang energi protein pada balita di desa Tegal Kunir
Kidul dan Tegal Kunir Lor tahun 2015. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
2.
dr. David Setiawan, selaku Kepala Puskesmas Mauk beserta staff selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat ini, untuk bantuan
dan bimbingan dalam penyusunan evaluasi program ini, sehingga penyusunan
3.
4.
5.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi.. 3
Daftar Gambar..........................................................................................................4
Daftar Tabel..............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.. 7
1.1
atar Belakang... 7
1.2
erumusan Masalah... 8
1.3
ertanyaan.. 8
1.4
ujuan 9
1.4.1
ujuan
Umum..
9
1.4.2
ujuan
Khusus.
9
1.5
anfaat.. 9
1.5.1
uang Lingkup 10
isi...
40
3.2
isi..
40
3.3
atas
Wilayah..
40
3.4
emografi....
42
3.5
4.2
Masalah.
57
4.2.2
Daftar Gambar
Gambar 1. Persentase gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia
Gambar 2. Alur Pelaporan dan Umpan Balik serta Koordinasi
Gambar 3. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk di Rumah Sakit/ Puskesmas
Perawatan
Gambar 4. Jadwal Pengobatan dan Perawatan Anak dengan Gizi Buruk
Gambar 5. Pemantauan dan Evaluasi Gizi
Gambar 6. 5 Kondisi Gizi Buruk
Gambar 7. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mauk
Gambar 8. Piramida Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur Kecmatan Mauk Tahun 2014
Gambar 9. Persentase KEP pada balita di wilayah kerja Puskemas Mauk tahun
2015
Gambar 10. Denah Puskesmas Mauk
Gambar 11. Kerangka Dasar dari Pelaksanaan Evaluasi Program Formative dan
Summative
Gambar 12. Komponen Sebuah Sistem
Gambar 13. Konsep Dasar Diagram Fish Bone Mencari Penyebab Masalah
Gambar 14. Penyebab masalah yang ditemukan pada Analisis Variabel
Daftar Tabel
Tabel 1. Perkiraan Selisih Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Wilayah Banten
Berdasarkan Data Riskesdas dan Laporan Rutin Tahun 2013
Tabel 2. Perkiraan Selisih Balita Ditimbang Berdasarkan Data Komunikasi Gizi
KIA terintegrasi Tahun 2013
Tabel 3. Persentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang, Penimbangan Balita dan Rasio
Bidan per Puskesmas di Indonesia
Tabel 4. Capaian MDG 1
Tabel 5. Klasifikasi Status gizi berdasarkan BB, TB, dan umur berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI, no : 920/Menkes/SK/VIII/2002
Tabel 6. Komposisi Bahan Makanan untuk PMT
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Kecamatan Mauk Tahun 2014
Tabel 8. Jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja
Puskesmas Mauk Tahun 2014
Tabel 9. Jumlah Penduduk Berusia Lebih dari 10 tahun menurut Tingkat
Pendidikan tertinggi yang diperoleh di Kecamatan Mauk 2014
Tabel 10. Jumlah Balita berdasarkan status gizinya per desa di Kecamatan Mauk
pada Tahun 2014
Tabel 11. Jumlah Balita Dengan KEP pada desa Tegal Kunir Lor di Kecamatan Mauk
2015
Tabel 12. Jumlah Balita Dengan KEP pada desa Tegal Kunir Kidul di Kecamatan Mauk
2015
Tabel 13. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Puskesmas Mauk Tahun 2015
Tabel 14. Penetapan Prioritas Masalah Menggunakan Teknik Skor Cara Bryant
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurang energi protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan
kesehatan masyarakat di Indonesia.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013, prevalensi anak Kurang Energi Protein pada tahun 2013 adalah
19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. 1
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) lebih
dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk,
oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Di
Indonesia, sekitar 37,5 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan,
separuh dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari
kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari
100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Anak
balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan
gizi. Di negara berkembang anak-anak umur 0-5 tahun merupakan golongan
yang paling rawan terhadap gizi, khususnya pada periode umur 1-3 tahun.
Gizi kurang dan/atau gizi buruk pada bayi dan anak-anak terutama pada
umur kurang dari 5 tahun dapat berakibat terganggunya pertumbuhan
jasmani dan kecerdasan otak.
Sampai saat ini, prevalensi gizi kurang dan buruk pada anak usia di bawah
dua tahun semakin meningkat setelah melewati masa pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif selama 6 bulan yaitu 10%, 20%, dan 30% berturut-turut
pada usia 6,12, dan 24 bulan. Kecenderungan pola peningkatan jumlah anak
baduta yang berstatus gizi kurang dan buruk ini tidak berubah selama
seupuh tahun terakhir (Jahari et al., 2000).
Dampak dari KEP selain dari pada mutu fisik, segi intelektual, dapat juga
menurunkan imunitas tubuh sehingga berisiko untuk sering sakit. Beberapa
1.2
Rumusan Masalah
Mengapa desa Tegal Kunir Lor dan Tegal Kunir Kidul tinggi akan balita
dengan KEP?
1.3
Pertanyaan
a.
Apa
upaya
yang
sudah
Apa
solusi
yang
dapat
1.4
Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
program
penanggulangan
KEP pada balita di Desa Tegal Kunir Kidul dan Tegal Kunir Lor periode
tahun 2015 dari segi jumlah program, tenaga kerja, alat, bahan, biaya dan
hasil perbaikan gizi pada anak yang sudah diberi penanggulangan KEP pada
balita.
b.
dapat
10
a.
Melaksanakan
Melatih
ilmu
dan
Menambah
metode
Mengetahui
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
KEP pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di
Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0%
berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. 1 Data yang sama
menunjukkan l3,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1%
anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada tingginya
angka kematian bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi
kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat
dan tepat.1
Klasifikasi KEP 2
6.
menurut umur BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan
menurut tinggi badan BB/TB 80-90% baku median WHO-NCHS
7.
KEP sedang bila BB/U (di bawah garis Merah) 6070% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median
WHO-NCHS
8.
12
Jumlah balita gizi buruk dan kurang menurut hasil Riskesdas 2013 masih
sebesar 19,6% dan terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010.
Tabel 1. Perkiraan Selisih Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Wilayah Banten
Berdasarkan Data Riskesdas dan Laporan Rutin Tahun 2013 2
13
Melihat banyaknya balita yang tidak ditimbang, yaitu sekitar 12 juta, ada
kemungkinan balita yang tidak terdeteksi mengalami gizi buruk atau gizi kurang
di antara balita yang ditidak ditimbang tersebut. Penimbangan rutin balita di
posyandu diharapkan dilaksanakan oleh masyarakat melalui kader kesehatan
dengan pembinaan dari puskesmas. Untuk itu dilakukan analisis hubungan antara
persentasi dan gizi kurang, peningmbangan balita, rasio kader per desa dan rasio
bidan per puskesmas.3
Tabel 3. Persentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang, Penimbangan Balita dan Rasio
Bidan per Puskesmas di Indonesia 3
14
15
16
17
spesik.
Kelebihan
indikator
BB/TB
yaitu
independen tcrhadap umur dan ras dan dapat menilai status kurus dan gemuk dan
keadaan marasmus atau berat lain. Sedangkan kelamahan indikator BB/TB yaitu
kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/dikoreksi
18
dan anak bergerak terus, kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan
pada kelompok usia balita, kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur,
terutama bila dilakukan oleh petugas non profesional, tidak dapat memberikan
gambaran apakah anak tersebut pendek, normal atau jangkung.
Tabel 5. Klasifikasi Status gizi berdasarkan BB, TB, dan umur berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI, no : 920/Menkes/SK/VIII/2002 5
Secara klinis Pada KEP ringan dan sedang, gambaran klinis yang
ditemukan anak tampak kurus. Secara garis besar penyebab KEP, yaitu:6,7
Asupan
makanan
yang
kurang
Terjadi akibat masukan kalori yang kurang, pemberian makanan yang tidak sesuai
19
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua, misalnya pemakaian
secara luas susu kalengyang terlalu encer.
Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan KEP, terutama infeksi enteral, misal
gastroenteritis.
Kelainan struktur bawaan
Kelainan struktur bawaan yang dapat menyebabkan terjadinya KEP, misal
penyakit jantung bawaan, deformitas palatum, stenosis pilorus, hiatus
hernia, penyakit Hirschsprung, dan penyakit lainnya.
Prematuritas
dan
penyakit
pada
masa
neonatus
Pada keadaan-keadaan seperti prematuritas dan penyakit pada masa neonatus akan
mempengaruhi reeks mengisap sehingga pemberian ASI akan berkurang.
Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang dapat menyebabkan KEP yaitu asidosis renal,
galaktosemia, intoleransi laktosa.
Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disenai dengan pemberian makanan yang kurang
akan menimbulkan KEP.
Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan faktor predisposisi terjadinya KEP.
Meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula dengan perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan pemberian susu yang terlalu encer. Hal ini dapat diakibatkan
oleh ketidakmampuan untuk membeli susu. Bila keadaan ini juga disertai dengan
infeksi berulang, terutama gastroenteritis, maka akan lebih mudah terjadinya KEP.
KEP disebut sebagai compensated malnutrition. Hal ini disebabkan dalam
kekurangan makanan, tubuh akan selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atauenergi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein, dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai energi. Akan tetapi, kemampuan tubuh untuk
20
menyimpan karbohidrat sangat sedikit sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. 8
Setelah terjadinya kekurangan karbohidrat, tubuh akan mempergunakan
protein sebagai energi. Katabolisme prctein akanmenghasilkan asam amino yang
segeradiubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Penggunaan jaringan
protein akan menyebabkankeseimbangan nitrogen yang negatif. Organ viseral dan
otot - otot tubuh akan dipecah dan menyebabkan penurunan berat badan. Bagian
organ viseral yang kehilangan berat terbanyak yaitu hati dan intestinal.Organ
tubuh lainnya yang kehilangan berat terbanyak selanjutnya, yaitu jantung dan
ginjal. Organ tubuh yang kehilangan berat paling terkecil yaitu sistem saraf.8
Selama puasa, jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol, dan
benda keton.Otot dapat mcmpergunakan asam lemak dan benda keton sebagai
sumber energi bila kekurangan makanan berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri untuk tidak memecahkan protein setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. 8
Alur Pemeriksaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani penemuan kasus anak gizi
kurang adalah: 9
Penemuan Anak Gizi kurang, dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan dokter/bidan praktek swasta), hasil
laporan masyarakat (media massa, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya)
dan skrining aktif (operasi timbang anak).
Penapisan Anak Gizi kurang, anak yang dibawa oleh orangtuanya atau anak yang
berdasarkan rujukan dari posyandu maka dilakukan pemeriksaan antropometri dan
tanda klinis, semua anak diperiksa tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia
berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran),
semua anak diperiksa nafsu makan dengan cara tanyakan kepada orang tua apakah
anak mau makan atau tidak mau makan.
Faktor yang mempengaruhi status gizi
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. Faktor-faktor yang
21
mempengaruhi status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
Faktor yang mempengaruhi secara langsung9
Konsumsi makanan
Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangaan menunjukkan
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan
perbandingannya yang satu dengan yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum
masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Susunan hidangan baik dari
segi kualitas maupun kuantitas maupun memenuhi kebutuhan tubuh, maka tubuh
akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Sebaliknya
konsumsi yang kurang dari makanan baik segi kualitas maupun kuantitas akan
memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau dcsiensi.10
Infeksi
Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus, parasit) dengan malnutrisi.
Ada interaksi yang sinergis antara malnutxisi dengan penyakit infeksi dan juga
infeksi ekan mempengaruhi status
22
23
24
Pos gizi 11
Dibentuk untuk mengoptimalkan keberhasilan program penanggulangan anak
balita gizi buruk dan gizi kurang yang telah dilakukan, mempercepat perubahan
perilaku ibu balita dalam merawat dan memberi makan anak dengan perilaku yang
lebih sehat dan baik, dan menumbuhkan kemandirian.
Sasaran pos gizi adalah semua anak balita dengan indeks antropometri BB/U <2SD WHO 2005. Idealnya pos gizi dilakukan di wilayah posyandu dengan prev
alensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk > 20%.
Pos gizi dikelola oleh kader posyandu dan kader PKK setempat. Kegiatan utama
dari pos gizi ialah :
1)
2)
3)
4)
5)
pengkuruan antropometri
Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
PMT bersama
Pemberian nutrisi mikr
Penyuluhan gizi dan kesehatan dan stimulasi perkembangan
Pelaksanaan program pos gizi ialah selama 9 bulan, 1,5 bulan pertama untuk
kegiatan sosialisasi, screening, persiapan peaksanaan dan pelatihan,, 6 bulan
berikutnya adalah pelaksanaan pos gizi di Posyandu, dan 1,5 bulan terakhir adalah
evaluasi akhir, pengumpulan data akhir dan pembuatan laporan.
25
26
27
Pertama anak diukur antropometrinya lalu dilihat gejala klinisnya apakah disertai
dengan penyakit atau bila gizi buruk disertai dengan komplikasi atau tidak. Rawat
jalan dilakukan bila gizi kurang dengan penyakit ringan atau gizi buruk tanpa
komplikasi. Pasien dengan rawat jalan harus kontrol ke puskesmas dan
posyandu.13
28
Terdapat 5 fase dalam penangan dalam gizi buruk, pertama pemantauan tanda
bahaya dan tanda penting, kedua fase stabilisasi, ketiga fase transisi, keempat fase
rehabilitasi, ke lima fase tindak lanjut. Pada fase tindak lanjut perawatan dapat
dilakukan di rumah, di mana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke
Puskesmas atau Rumah sakit untuk bulan pertama. Bulan ke dua 1x/2 minggu,
bulan ke 3-4 1x/ bulan. Akan tetapi harus disertai dengan sering memberi makan
sesuai umur, imunisasi lanjutan, pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan
sekali dan edukasi orang tua cara membuat makanan dengan kandungan yang
baik. 13
29
30
31
Pemberian PMT kepada ibu hamil bertujuan untuk memperbaiki status gizi
ibu dan secara tidak langsung pula dapat memperbaiki status gizi calon
bayi ibu sehingga diharapkan juga mampu mengurangi risiko angka
kematian ibu dan bayi. PMT ibu hamil diberikan pada ibu hamil dengan
KEK (kurang energi kronik) atau dengan LILA < 23,5 cm. kepada ibu
hamil yang mendapatkan PMT diharapkan terjadi kenaikan berat badan
secara signifikan.6,14
Jenis PMT berdsarkan jenisnya antara lain PMT penyuluhan dan PMT
pemulihan. PMT Penyuluhan diberikan satu bulan sekali di posyandu dengan
tujuan disamping untuk pemberian makanan tambahan juga sekaligus
memberikan contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita.
PMT Pemulihan adalah PMT yang diberikan selama 60 hari pada balita gizi
kurang dan 90 hari pada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan
status gizi balita tersebut. Dalam hal jenis PMT yang diberikan harus juga
memperhatikan kondisi balita karena balita dengan KEP berat atau gizi buruk
biasanya mengalami gangguan sistim pencernaan dan kondisi umum dari balita
tersebut.14
Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6 - 24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan tambahan adalah memberi
makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama
untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya
sampai usia 6 bulan. Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau
anak usia 6 - 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan
tambahan pada bayi adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi
setelah berusia 6 - 24 bulan.14
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi
disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.MP-ASI diberikan mulai
umut 6 - 24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
32
dalam
memenuhi
kebutuhan
diantaranya
untuk
33
Melengkapi zat-zat gizi yang kurang, karena kebutuhan bayi yang semakin
meningkat.
Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan
tinggi.
Membantu menanamkan kebiasaan makan yang baik.
Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan
tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga.Selain
untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan
tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk
mengunyah dan menelan makanan padat, serta membiarkan selera-selera batu.6
Pemberian
makanan
tambahan
dilakukan
secara
bertahap
untuk
baik
adalah
makanan
yang
mengandung
sejumlah
kalori
atau
34
35
Protein
Nabati
Hewani
Kacang hijau
Dagingsapi
Nasi
Daunbawang
Kacang
Dagingbabi
Nasitim
Daunkacangpanjan Apel
Dagingayam
Buburberas
Hatisapi
Nasijagung
Didihsapi
Kentang
terkupas
Babat
Singkong
Kacang
Usussapi
Talas
kedelai
Telur ayam
Ubi
kedelai
Kacang
merah
Kacang tanah
HidratArang
Sayuran
Buahbuahan
g
Jamursegar
Kangkung
Tomat
Kecipir
Buncis
Alpukat
Anggur
Belimbing
Jambubiji
Jambu air
Duku
Durian
36
Oncom
Telur bebek
Biscuit
Kol
Jerukmanis
Keju
Ikan segar
Krakers
Kembangkol
Kedondong
Ikan asin
Maizena
Papaya muda
Manga
Ikan teri
Tepung beras
Rebung
Nanas
Sawi
Nangkamasa
kacangtanah
Tahu
Tempe
singkong
Tepung sagu
Tepung
terigu
Tepung
Selada
Seledri
Tauge
Terong
hunkwe
Cabehijaubesar
Mi kering
Bayam
Mi basah
Buncis
Macaroni
Daunsingkong
Bihun
Daun papaya
k
Papaya
Pir
Pisangambo
n
Rambutan
Salak
Sawo
Sirsak
Semangka
Jaungmuda
Jantungpisang
Genjer
Kacangpanjang
Nangkamuda
Pare
Wortel
Ketimun
37
Makanan pertama yang baik untuk bayi adalah biji-bijian, sereal bayi yang
diperkaya zat besi, biasanya sereal beras (nasi bubur).Makanan tambahan harus
mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat-zat gizi dalam keseimbangan yang
baik.Karena lambung bayi masih kecil makanan yang diberikan harus cepat
meninggalkan lambung.Makanan baru berupa nasi yang bersama-sama di tim
dengan sayuran (misalnya bayam, wortel, tomat) dan hati ayam seyogyanya tidak
diberikan sebelum umur 6 atau 7 bulan.6
Pola pemberian makanan bayi merupakan cara pemberian makanan pada bayi
dimana jenis, frekuensi dan jadwal pemberiannya telah ditetapkan. ASI yang
merupakan makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan setelah 6 bulan ASI tidak
mampu mencukupi kebutuhan energi dan zat gizi bagi bayi sehingga diperlukan
MP-ASI. Adapun tahapan pemberian makanan pada bayi 0-12 bulan adalah
sebagai berikut:6
38
ASI tetap diberikan, jenis makanan berupa nasi lumat, nasi tim kasar, dan
sudah perlu diperkenalkan jenis makanan yang beragam seperti lauk pauk
dan sayuran.
o
o
o
+ 4 sendok makan)\
Berikan ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI
39
Pada makanan pendamping ASI tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging
Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari, sebanyak 1/3
sampai 1/2 porsi makan orang dewasa, terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
40
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
3.1
Visi
Terwujudnya Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan terbaik
Misi
Misi Puskesmas Mauk :17
Batas Wilayah
PuskesmasMauk merupakan puskesmas perawatan di wilayah kerja
: Laut Jawa
: Kecamatan Rajeg
: Kecamatan Sukadiri
41
4. Sebelah Barat
: Kecamatan Kemiri
Secara adminstratif, wilayah kerja Puskesmas Mauk meliputi 11 wilayah desa dan
1 wilayah kelurahan yang meliputi :17
1. Desa Mauk Barat
2. Kelurahan Mauk Timur
3. Desa Sasak
4. Desa Gunungsari
5. Desa Kedung Dalem
6. Desa Tegal Kunir Lor
7. Desaa Banyu Asih
8. Desa Tegal Kunir Kidul
9. Desa Jatiwaringin
10. Desa Ketapang
11. Desa Margamulya
12. Desa Tanjung Anom
42
3.4
Demografi
Pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik Kabupaten mencatat jumlah
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Laki laki +
Perempuan
1.
0-4tahun
3844
3684
7528
2.
5-9tahun
3358
3181
6539
3.
10-14tahun
3774
3582
7356
4.
15-19tahun
4498
4081
8579
5.
20-24tahun
4454
4080
8534
6.
25-29tahun
3918
3767
7685
7.
30-34tahun
3577
3574
7151
8.
35-39tahun
2972
2990
5962
9.
40-44tahun
2722
2669
5391
10
45-49tahun
2272
2167
4439
11. 50-54tahun
1892
1952
3844
12
1468
1280
2748
55-59tahun
43
13
60-64tahun
928
915
1843
65-69tahun
583
627
1210
70-74tahun
334
436
770
>75tahun
283
376
659
40.877
39.361
80.238
.
14
.
15
.
16
.
JUMLAH
44
berumur 0-14 tahun sebanyak 21.423 jiwa (26,70%) dan penduduk berusia lebih
dari 65 tahun sebanyak2.639 jiwa (3,290%). Dengan jumlah total penduduk
Kecamatan Mauk sebesar 80.238 jiwa maka angka beban rasio ketergantungan
penduduk di wilayah Mauk (ABK) pada tahun 2014 sebesar 42,83% dan angka
rasio jenis kelaminnya sebesar 1,03.17
Tabel 8. Jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja
Puskesmas Mauk Tahun 2014. 17
No
Desa
Luas
Wilayah
(Km5)
Jumlah
Penduduk
Jumlah
Rumah
Tangga
Kepadatan
Penduduk/
Km5
1.
1,51
6083
1303
4028,5
2.
4,07
5708
998
1402,5
3.
Ds. Sasak
3,10
5003
1031
1613,9
4.
3,18
4211
956
1324,2
5.
8194
1434
2220,6
6.
7214
1016
2128,0
Lor
7.
1,36
7196
1204
5291,2
8.
8493
1577
2326,8
Kidul
9.
3,66
7776
1460
2124,6
10.
Ds. Ketapang
2,25
6298
1248
2799,1
11.
6,86
6934
1506
1010,8
12.
3,36
7128
1351
2121,4
JUMLAH
40,1
80238
15084
2000,94
45
46
Kecamatan
Tidak
Perna
h
Sekol
ah
Tidak
Tamat
SD/MI
Tamat
SD/MI
SMP/
MT
SMA/
SMK/
MA
AK/
DIPL
OMA
Universita
s
Jumlah
1.
Mauk Barat
1.333
915
522
628
218
49
21
3.686
2.
Mauk Timur
241
381
820
808
949
221
173
3.593
3.
Sasak
369
447
905
1.352
681
280
37
4.071
4.
Gunung Sari
60
45
960
80
59
14
1.224
5.
Kedung
dalam
640
239
131
87
64
16
6.
Tegal Kunir
Lor
623
175
95
553
127
16
7.
Banyu Asih
529
3.657
1.292
878
428
29
23
8.
Tegal Kunir
Kidul
1.526
781
781
776
535
10
10
9.
Jatiwaringin
571
42
116
127
925
74
48
1.903
10.
Ketapang
846
239
410
360
134
16
11
2.016
11.
Margamulya
305
255
227
117
89
23
16
1.032
12.
Tanjung
Anom
1.112
1.412
1.455
476
161
36
10
JUMLAH
8.155
8.588
7.714
6.242
4.370
784
372
1.186
1.597
6.836
4.419
4.662
36.2
25
47
usia lebih dari 10 tahun yang memenuhi program wajib belajar 9 tahun hanya
32.48%.17
Tabel 10. Jumlah Balita berdasarkan status gizinya per desa di Kecamatan Mauk
pada Tahun 2014
Bila dilihat secara keseluruhan, total balita dengan KEP yakni 158+219 =
377 anak. Yang di antaranya gizi buruk 40 anak dan 337 anak sisanya gizi kurang.
Bila dibandingkan dengan anak balita lainnya, angka KEP: 377/5243 = 7,19%.
Seolah-olah angka ini menandakan kecamatan mauk angka kejadian KEPnya
sudah mencapai target MDGs akan tetapi sayangnya balita dengan KEP
mengumpul di beberapa desa yakni desa Tegal Kunir Kidul dan Tegal Kunir Lor.
Jumlah KEP pada Tegal Kunir Lor: 79/ 420 = 18,8%. Persentase ini
menunjukkan bahwa di desa Tegal Kunir Lor angka kejadian KEP belum
mencapai target MDGs. Sedangkan pada desa Tegal Kunir Kidul: 88/ 437 =
20,13%, juga sama belum mencapai target KEP <15,5%
48
Gambar 9. Persentase KEP pada balita di wilayah kerja Puskemas Mauk tahun
2015
Tabel 11. Jumlah Balita Dengan KEP pada desa Tegal Kunir Lor di Kecamatan Mauk
2015.
Jumlah
Posyandu
1
2
3
4
5
6
TOTAL
BURUK
KURANG
BAIK
LEBIH
TOTAL
2
4
5
2
7
14
17
11
5
18
7
72
59
55
61
57
69
66
357
0
9
1
1
1
0
12
75
85
78
65
95
75
473
2
22
Pada desa Tegal Kunir Lor, di dapatkan angka gizi buruknya 22/473= 4,65% di
mana angka gizi buruknya masih di atas target MDGs yakni di bawah 3,6%.
49
Sedangkan untuk gizi kurangnya 72/473 = 15,2% belum mencapai target MDGs
yakni di bawah 11,9%.
Tabel 12. Jumlah Balita Dengan KEP pada desa Tegal Kunir Kidul di Kecamatan Mauk
2015
Jumlah
Posyandu
1
2
3
4
5
6
7
8
TOTAL
BURUK
KURANG
BAIK
LEBIH
TOTAL
4
4
6
2
2
17
67
10
12
8
5
44
36
199
68
21
66
52
38
36
11
7
299
1
3
0
1
0
1
0
0
6
90
95
82
67
48
43
58
43
526
1
3
0
22
Pada desa Tegal Kunir Kidul didapatkan angka gizi buruknya 22/526 =
4,18% di mana angka gizi buruknya masih di atas target MDGs yakni di bawah
3,6%. Sedangkan untuk gizi kurangnya 199/526 = 37,83% juga melebihi dari
target yang ada.
3.5
Jawa (Jawa Banten), Sunda, Betawi, dan Tionghoa. Etnis Jawa berasal dari
masyarakat Cirebon yang bermigrasi ke Banten sejak berdirinya kesultanan
Banten, sedangkan etnis Sunda merupakan penduduk asli Mauk karena Mauk
masih wilayah kerajaan Padjajaran, sedangkan etnis Betawi dan Tionghoa berasal
dari Batavia (Jakarta).17
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat di wilayah Puskesmas Mauk,
masyarakat masih memiliki ikatan yang kental terhadap tradisi sosial budaya yang
diturunkan. Beberapa contoh tradisi yang sering terjadi adalah:17
Persalinan harus terjadi di rumah dan ditolong oleh dukun pariaji,
50
Bayi baru lahir beserta ibunya tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum 40 hari,
Sakit gondongan cukup diberikan belaco, dan lain-lain
Ditinjau dari segi ekonomi, perkembangan ekonomi masyarakat di
wilayah kerja Puseksmas Mauk dari tahun ke tahun belum banyak berubah.80%
penduduk bermatapencaharian sebagai petani, nelayan, dan buruh pabrik.
Lambatnya perkembangan ekonomi dalam wilayah kerja Puskesmas Mauk ikut
menjadi andil dalam lambatnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerja Puskesmas Mauk. Jumlah keluarga miskin di wilayah kerja
Puskesmas Mauk pada tahun 2014 tercatat sebanyak 52.649 jiwa atau sebesar
65,61%, dimana hanya terjadi pengurangan 713 jiwa dari jumlah 53.362 jiwa pada
tahun 2013.17
3.6
6000 M5, terdiri dari: Ruang Kepala Puskesmas, Ruang TU, Aula, Balai
pengobatan umum, Balai Pengobatan Anak, Balai Pengobatan Gigi, Ruang KIAKB, Klinik TB, Klinik Gizi, Laboratorium, Loket, Apotik, Gudang Obat, Kamar
Bersalin, Ruang perawatan inap, Ruang perawatan bersalin, Ruang USG, Ruang
pelayanan 24 jam terbatas, Ruang Imunisasi dan penyimpanan vaksin, dan
Mushola.
51
Tabel 13. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Puskesmas Mauk Tahun 2015
No
Kategori Kerja
.
1.
Status
PNS
Kepala
Jumlah
PTT
Honorer
UPT 1
Puskesmas
2.
Kasubag TU
52
3.
Dokter Umum
4.
Dokter Gigi
5.
Sarjana
Kesehatan 0
Masyarakat
6.
Asisten Apoteker
7.
D I Kebidanan
8.
D III Kebidanan
14
23
9.
D IV Kebidanan
10.
Ahli Gizi
11.
Analis
12.
Sanitarian
13.
Perawat Gigi
14.
Perawat
10
12
15.
Pekarya
16.
Satpam
17
Kebersihan
18
Simpus
19
Penata
Status 0
16
14
60
Pasien
JUMLAH
30
53
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Teori Evaluasi Program Pendekatan Sistem
4.1.1 Definisi
Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil akhir dari sebuah kinerja dengan target atau tolak ukur yang
telah ditetapkan sebelumnya, dan dilanjutkan dengan menganalisis dan
menetapkan keberadaan masalah yang ada untuk pengambilan kesimpulan akan
kesenjangan yang terjadi serta merangkai solusi untuk meningkatkan hasil dari
sebuah kinerja.
Definisi evaluasi ini sangat beragam, menurut Stufflebeam (dalam Arikunto
2004), evaluasi adalah suatu proses penggambaran, pencarian dan pemberian
informasi yang bersifat sistematis dan bermanfaat bagi pengambil keputusan
untuk menentukan alternative keputusan untuk kinerja kedepannya.
Evaluasi ini merupakan bagian dari sistem manajemen, yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, tidak akan
diketahui bagaimana kondisi sebuah kinerja dalam mencapai hasilnya dan
bagaimana untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang ada agar dapat
mencapai target dari sebuah kinerja. Oleh karena itu, evaluasi program merupakan
salah satu langkah awal dalam supervise, yaitu mengumpulkan data yang tepat
agar dapat dilanjutkan dengan melakukan pembinaan yang tepat pula. Evaluasi
program ini sangat penting bagi pengambil keputusan karena dari masukan
evaluasi program inilah pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari
program yang sedang dan/atau akan dilaksanakan.
4.1.2 Pelaksanaan Evaluasi Program
Pelaksanaan dari evaluasi program tidak selalu dilakukan hanya pada akhir
pelaksanaan. Evaluasi program dapat dilakukan saat pelaksanaan dari aktivitas
program tersebut masih berjalan dan/atau baru akan berjalan, evaluasi ini disebut
54
dengan formative evaluation. Evaluasi ini lebih memfokuskan pada proses dari
suatu program dan bertujuan untuk melakukan identifikasi dan perubahan
kebijakan yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari program tersebut.
Evaluasi program yang dilakukan pada akhir dari sebuah program disebut dengan
summative evaluation. Evaluasi ini fokus pada analisa dari hasil akhir/keluaran
dan dampak yang ditimbulkan untuk dilakukan intervensi atau perubahan
kebijakan pada pelaksanaan program berikutnya. Berikut terdapat gambar yang
menunjukkan secara sederhana penjelasan pelaksanaan evaluasi program.
Gambar 11. Kerangka Dasar dari Pelaksanaan Evaluasi Program Formative dan
Summative
55
tujuan umum lebih ditujukan pada program tersebut secara keseluruhan, dan
tujuan khusus lebih ditujukan dan difokuskan pada setiap komponen yang ada
pada program tersebut.
Secara garis besar, tujuan dari evaluasi program adalah :
1.
Untuk
mengetahui
Untuk
mengetahui
Untuk
memberikan
Untuk
memberikan
Masukan (Input)
merupakan sebuah kumpulan elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya/berjalannya suatu sistem.
Terdapat 4 komponen dasar dari masukan (input), yaitu manusia (man),
uang/dana (money), sarana (material), dan metode (method).
2.
Proses (Process)
56
Keluaran (Output)
Dampak (Impact)
Lingkungan (Environment)
merupakan hal di luar sistem yang tidak dapat dikendalikan oleh sistem
namun mempengaruhi sistem.
Gambar 12. Komponen Sebuah Sistem
57
Penilaian terhadap keluaran ialah penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
dari dilaksanakannya program tersebut. Penilaian ini menentukan apakah
terdapat kesenjangan antara target dan hasil yang dicapai.
4.
Pengumpulan data
Pengolahan data
58
Penyajian data
Tekstular
Grafikal
Tabular
berapa
banyak
masalah tersebut
Manageability
mengatasinya
Tabel 14. Penetapan Prioritas Masalah Menggunakan Teknik Skor Cara Bryant
PARAMETER
MASALAH
59
Community Concern
Prevalence
Seriousness
Manageability
JUMLAH
Setiap parameter diberi nilai 1 sebagai nilai terkecil sampai 5 sebagai nilai
terbesar. Masalah yang diprioritaskan adalah masalah yang memiliki jumlah
(CC + P + S + M) yang paling besar.
4.2.3 Mencari Penyebab Masalah
Penyebab masalah merupakan suatu kesenjangan yang terjadi di luar
keluaran atau Output. Untuk menetapkan penyebab masalah, gambarkan terlebih
dahulu kerangka konsep sistem dari prioritas masalah, sehingga diharapkan semua
faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi tanpa ada yang
ketinggalan.
Mengelompokkan unsur masukan, proses,
lingkungan dan umpan balik sebagai faktor yang diperkirakan berpengaruh
dalam menyebabkan rendahnya keluaran pada prioritas masalah
Menentukan tolak ukur dari masing-masing
unsur tersebut
Membandingkan pencapaian dari unsurunsur tersebut dengan tolak ukur yang ideal, kesenjangan yang ada
merupakan penyebab masalah
dalam mencari penyebab masalah sering kali dijelaskan dengan konsep Fish bone.
Gambar 13 Konsep Dasar Diagram Fish Bone Mencari Penyebab Masalah
60
61
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Evaluasi Program
Pada laporan ini, program yang diambil untuk dilakukan evaluasi program
adalah Program Penanggulangan KEP pada balita di Desa Tegal Kunir Kidul dan
Tegal Kunir Lor pada tahun 2015.
Data yang dipakai untuk dilakukannya evaluasi program ini merupakan data
primer dan sekunder yang diperoleh dari Laporan Kinerja Puskesmas Mauk pada
tahun 2015 dan laporan kegiatan dari Program Penanggulangan KEP pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Mauk pada tahun 2015.
5.2.
No
Analisis Variabel
Variabel
Tolak Ukur
Cakupan
Kesenjangan
Kepala Puskesmas
1 orang
1 orang
Tidak ada
1 orang
1 orang
Tidak ada
Bidan desa
1 orang/desa
1 orang/desa
Tidak ada
MASUKAN
1.
orang
posyandu
posyandu
tenaga Semua
pelaksana
100%
termotivasi
Tidak Ada
termotivasi
melaksanakan
tugas
Sikap tenaga pelaksana
Semua
100%
Tidak Ada
baik, sikap
yang
dapat
berkerja
62
sama
Pengetahuan
memiliki
pelaksana program
pengetahuan
sesuai standar
sesuai
standar
Pengetahuan
2.
3.
sumber Pengetahuan
Pengetahuan
SDM kurang
kader
baik
Ada
Dana
Dana operasional
APBD 2
Ada
Tidak Ada
Dana transportasi
APBD 2
Ada
Tidak Ada
Dana penyuluhan
APBD 2
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak ada
Sarana
Sarana transportasi yang Ada
disiapkan
dari
puskesmas ke desa-desa
Sarana
transportasi Ada
pribadi
Sarana komunikasi yang Semua
memadai (antara bidan yang
orang 20%
tidak Ada
komunikasi.
sarana
komunikasi
yang baik
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
rawat
inap Ada
untuk TFC
Ketersediaan vitamin A
Ada
63
Ketersediaan
paket Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
dan Ada
Ada
Tidak Ada
terlaksananya Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
yang
bentuk
makanan tambahan
Puskesmas
Ketersediaan alat ukur Ada
berat badan di setiap
desa
Ketersediaan alat ukur Ada
panjang/tinggi badan di
setiap desa
Ketersediaan
bahan- Ada
gizi
buruk
Ketersediaan Posyandu Ada
di setiap desa
4.
Metode
Pedoman Pergizi
baik
dari
para
formulir dan
kesehatan lingkungan
laporan
posyandu)
Kerja
sama
lintas Ada
Ada
Tidak Ada
64
program
PROSES
1.
Perencanaan
Pengajuan
rencana Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
untuk Ada
Ada
Tidak ada
kepala
puskesmas
Perencanaan dana yang Ada
dibutuhkan
Perencanaan
waktu Ada
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan Ada
yang
dalam
terlibat
pelaksanaan
program
Perencanaan
pemilihan
metode Ada
tenaga
kepada
masyarakat
Perencanaan
peninjauan langsung ke
lapangan oleh petugas
65
pemegang program
Perencanaan kunjungan Ada
Ada
Tidak ada
distribusi Ada
Ada
Tidak Ada
Perencanaan
bulan Ada
Ada
Tidak Ada
penimbangan
balita
distribusi Ada
Ada
Tidak Ada
membuat Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
langsung
ke
rumah
(BPB)
Perencanaan
PMT
Perencanaan
Pengorganisasian
Struktur
organisasi Ada
pelaksana program
Koordinasi antara dinas Ada
kesehatan,
Puskesmas,
penanggung
jawab
program,
tenaga
dan
pelaksana
pembantu
setiap desa
Uraian
tugas
tenaga
setiap Ada
pelaksana
program
Sistem pemilihan tenaga Ada
pembantu yang sesuai
standar dan berdedikasi
3.
Pelaksanaan
66
Penyampaian
rencana Ada
dan
kepada
kegiatan
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
kepala puskesmas
Penyampaian
rencana Ada
setiap
tenaga
yang terlibat
Pembinaan berkala bagi Ada
setiap
tenaga
yang
terlibat
Pemilihan kader yang Ada
baik dan berdedikasi
Penyuluhan
kepada Ada
masyarakat
Distribusi vitamin A
Ada
Ada
Tidak Ada
Pelaksanaan BPB
Ada
Ada
Tidak Ada
Distribusi PMT
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak
Ada
Pelaksanaan
kegiatan Dilaksanakan
selama
Distribusi dana
24 setiap
minggu
minggu
Terdistribusi
Terdistribusi
100%
kebutuhan
di kebutuhan
tiap daerah
tiap daerah
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
lapangan
Kunjungan
ke
rumah Ada
67
gizi buruk
Pelaporan jumlah rumah Ada
yang
telah
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
diinspeksi
ke
4.
Pengawasan
Adanya supervisi dari 1x/tahun
Dinas
Kesehatan
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
ke
Puskesmas
Adanya supervisi dari 6x/tahun
kepala
mengenai
puskesmas
pelaksanaan
program
Adanya
kegiatan
pengawasan 12x/tahun
dari
tenaga
evaluasi 12x/bulan
Cakupan
program Kurang
Ada
TKK 21,48%
68
Fisik
Lokasi
rumah
warga 100%
warga
terjangkau
terjangkau
Lokasi Puskesmas
tenaga
dapat
pembantu
menjangkau
dapat
lokasi
menjangkau
puskesmas
lokasi
Mauk
puskesmas
Tidak Ada
Mauk
Semua pasien Tidak semua Ada
2.
dapat
pasien dapat
menjangkau
menjangkau
lokasi
lokasi
puskesmas
puskesmas
Mauk
Mauk
Non-Fisik
Pendidikan terakhir dari Berpendidikan
Ada
Tidak Ada
Pengetahuan
Ada
mengenai
masyarakat
semua
orang
yang minimal D3
penanggulangan
pada balita
masih kurang
an KEP pada
balita
69
cukup
hari
membiayai
makanan anak
untuk
makanan
anaknya
Perilaku dari masyarakat Semua
Semua
dalam
mendukung,
menanggapi mendukung,
pelaksanaan
program toleransi
penanggulangan
Tidak Ada
bekerja sama
buruk
UMPAN BALIK
1.
dan Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
pembantu
penanggung
program
ke
jawab
dan
petugas
Kesehatan lingkungan
Pencatatan
dan Ada
dari
jawab
Monitoring
Monitoring oleh kepala Ada
Puskesmas
akan
terlaksananya Program
Monitoring oleh Dinas Ada
Kesehatan
terhadap
Kabupaten
kinerja
Puskesmas
70
5.3.
Masalah
Masalah dalam evaluasi program ini adalah tidak tercapainya target dari
program penanggulangan kasus Kurang Energi Protein di wilayah kerja
Puskesmas Mauk yakni pada desa Tegal Kunir Kidul dan desa Tegal Kunir Lor.
71
5.4.
Penyebab Masalah
Penyebab masalah merupakan kesenjangan yang terjadi diluar keluaran
(output). Setelah kami melakukan analisis variabel pada program penanggulangan
kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dengan metode pendekatan
sistem, kami mendapatkan beberapa penyebab masalah terkait program ini.
Berikut penyebab masalah yang kami temukan :
2)
B.
1)
Masukan (Input)
Sumber Daya Manusia (Man)
Kurangnya jumlah tenaga pelaksana pembantu (kader).
Kurangnya pengetahuan sumber daya manusia sebagai kader.
Sarana (Material)
Tidak seluruh tenaga pelaksana memiliki alat komunikasi.
Tidak tersedianya alat untuk mengukur panjang badan di setiap desa.
Proses (Process)
Perencanaan
Tidak adanya perencanaan dalam pemilihan tenaga pembantu yang sesuai standar
dan berdedikasi
2) Organisasi
Tidak adanya sistem pemilihan tenaga pembantu yang sesuai standar dan
berdedikasi
3) Pelaksanaan
72
Tidak terlaksananya kegiatan pos gizi yang sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Kurangnya kesadaran keluarga dengan pasien KEP untuk kembali melakukan
kunjungan ke puskesmas untuk terapi lebih lanjut.
Lingkungan (Environment)
Fisik
Tidak semua keluarga pasien dapat menjangkau lokasi puskesmas Mauk.
Non-fisik
Pengetahuan masyarakat mengenai program ini masih kurang
Kurangnya pendapatan warga sehingga tidak cukup membiayai pembelian
C.
1)
2)
makanan.
5.5.
1.
jumlah
pelatihan
berkala
K
urangnya pengetahuan sumber
daya manusia sebagai kader
mengenai
dengan
metode
pendekatan
atau
tempat
kerja
masing-masing.
2
Tersedianya
sarana
maupun
dapat
mendukung
73
idak
tersedianya
alat
ukur
untuk
pembelian/belanja
keperluan
barang
untuk
desa.
T mendapatkan
tenaga
pelaksana
pelaksana
sesuai
pembantu
standar
berdedikasi
dan
Kader
Pemberdayaan
Gizi
bahwa
beberapa
kriteria
terdapat
yang
harus
T mendapatkan
tenaga
pelaksana
pelaksana
74
tentang
Kader
Pemberdayaan
Gizi
bahwa
beberapa
kriteria
terdapat
yang
harus
K Melakukan
pasien
KEP
penyuluhan
tentang
kepada
pentingnya
Meningkatkan
komunikasi
yang
75
Meningkatkan
komunikasi
T baik
tenaga
antara
yang
pelaksana
menjangkau
lokasi penanggung
puskesmas.
jawab
program
di
jadwal
kunjungan
rumah.
dilakukan
di
rumah
pasien.
Melakukan penyuluhan mengenai
evaluasi
dengan
K
urangnya
pendapatan
sehingga
tidak
membiayai
makanan.
warga
Dinas
Tenaga
meningkatkan
Kerja
sehingga
kemampuan
kerja
masyarakat.
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Kurangnya
Kurangnya
Tidak
jumlah
tenaga
tenaga
Tidak
adanya
sistem
Kurangnya
kesadaran
Pengetahuan
masyarakat
77
Setelah mengetahui penyebab masalah yang ada dari program ini, kami
mengevaluasi dan menganalisis kembali setiap masalah untuk mencari alternatif
jalan keluar yang bersifat feasible dan dapat dijadikan masukan untuk
perencanaan pelaksanaan program kedepannya.
6.2.
Saran
Dari alternatif jalan keluar yang telah diperoleh, penulis memiliki beberapa
saran demi tercapainya target dari program penanggulangan KEP pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Mauk. Berikut saran yang dapat dilakukan kedepannya :
1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tangerang
Menyediakan dana untuk penyediaan alat dan sarana demi mendukung upaya
kesehatan di luar gedung Puskesmas.
Menyusun sebuah sistem dan standar minimal yang harus dicapai dalam
pemilihan tenaga pelaksana pembantu.
2. Untuk Puskesmas Mauk
Menambah jumlah tenaga pelaksana pembantu menjadi 5 orang per posyandu.
Melakukan pelatihan berkala terhadap kader sesuai dengan Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Kader Kesehatan Kerja oleh Kementerian Kesehatan
RI.
Melakukan koordinasi dengan Dinas Kabupaten untuk menyediakan sarana dan
prasarana yang dapat mendukung terlaksananya program ini dengan baik.
Melakukan seleksi yang baik terhadap calon tenaga pelaksana pembantu sesuai
dengan kebijakan yang disusun oleh pemerintah daerah.
Melaksanakan program pos gizi yang sesuai dengan jadwal seperti pada Pedoman
Pergizi.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya program
penanggulangan KEP dengan evaluasi setiap akhir sesi kepada peserta penyuluhan
untuk meningkatkan kesadaran keluarga untuk kembali melakukan kunjungan ke
puskesmas.
Meningkatkan komunikasi yang baik antara tenaga pelaksana pembantu, bidan
desa, dan penanggung jawab program di puskesmas agar pasien tidak lolos dari
jadwal kunjungan rumah.
Melakukan kunjungan ke rumah keluarga dengan pasien gizi buruk yang kesulitan
dalam menjangkau puskesmas.
3. Untuk masyarakat wilayah cakupan puskesmas Mauk
Meningkatkan motivasi diri dalam mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh
puskesmas.
78
79
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.2010. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2. Nasar S, Hamzah E.S, Hartati B, Peedyawati E, Harianto B, et al. Kurang
Energi Protein. gizi.depkes.go.id/wp-content/.../10/ped-tata-kurang-protein
3. Anonim. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; Jakarta, 2014
4. Sugihatono Anung. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Bidang Gizi
dan KIA. Yogyakarta: Pertemuan ilmiah dan kongres persagi XV; 2014.
5. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi Protein pada
Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
1998.
6. Handayani L, Surahma AM, Nurdianis N. Evaluasi Program Pemberian
Makanan Tambahan Anak Balita. 2008. Tersedia pada: http://lina.staff.uad.ac.id/?
download=03-3.APlinahandayani.pdf. Diakses 2016
7. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.
920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Klasififikasi Status Gizi Anak Bawah Lima
Tahun (Balita). Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2002.
8. Suyono A. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita dengan Bahan Utama
Jagung. 2009. Tersedia pada :http://www.solex-un.net/repository/id/hlth /CR4Res1-ind.pdf . Published 2009. Diakses 2016
9. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
10. Ramadhan. Pemberian Makanan Tambahan Anak Usia Prasekolah. Database
Online.
Tersedia
pada
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/02/10/
80
81
LAMPIRAN
Inisial Nama:
Umur:
Pekerjaan:
1)
a) Tidak sekolah
b) SD
Pendidikan terakhir:
c) SMA
2)
a. < 5 tahun
d) D3
e) S1
b. > 5 tahun
3)
b < 2x
c Tidak pernah
4)
5)
b. Tidak
6)
a) Sangat termotivasi
b) Biasa saja
7)
82
a) ASI saja
8)
9)
Rujuk ke puskesmas
Edukasi ibunya
Edukasi + beri makanan tambahan
gizi buruk?
a)
b)
c)
buruk
83
Nama
Usia
Pekerjaan
1. Penghasilan keluarga
a. < 500.000 per bulan
b. 500.000-1.000.000 per bulan
c. > 1.000.000 per bulan
2. Pendidikan terakhir
a. Ibu
:
b. Bapak :
3. Antropometri anak
a. Umur anak
:
b. Berat badan terakhir
:
c. Panjang/tinggi badan terakhir :
4. Apakah empeng bagus untuk bayi?
5. Apakah bayi anda ditimbang setiap bulan?
6. Apakah gizi buruk dapat mengurangi tumbuh kembang anak?
7. Bagaimana kondisi gizi anak ibu? (normal/gizi kurang/gizi buruk)
8. Apakah anak anda pernah sakit berat? (Jika pernah, sebutkan penyakitnya)
9. Apakah anak anda mengkonsumsi ASI?
10. Menurut bapak/ibu lebih baik memberikan ASI atau susu formula kepada anak?
Mengapa?
11. Apakah makanan yang dapat diberikan kepada anak selain ASI?
12. Pada usia berapakah makanan tambahan selain ASI boleh diberikan pada anak?
13. Bagaimana cara memberikan makanan tambahan bagi anak?
14. Apakah anda tahu program Pemberian Makanan Tambahan(PMT)?
84