Anda di halaman 1dari 8

IJPHN 2 (1) (2022) 67-74

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Evaluasi Program Theurapetic Feeding Center dalam Upaya Penanganan Kasus Gizi
Buruk pada Balita di Kabupaten Tegal
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bumijawa, Tegal Tahun 2021)

Nur Atik Umami , Eko Farida


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Gizi buruk di Jawa Tengah meningkatan sejak empat tahun terakhir. Tahun
Submitted 25 September 2021 2019 prevalensi di Kabupaten Tegal menempati urutan kedua yaitu 10,4%. Selain itu Puskes-
Accepted 30 Desember 2021 mas Bumijawa telah berhasil mendirikan Program Theurapetic Feeding Centre (TFC) seba-
Published 31 Maret 2022 gai upaya mengatasi gizi buruk. Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi program ditinjau dari
komponen input, proses dan output.
Keywords: Metode : Jenis penelitian kualitatif yang dilengkapi dengan data-data kuantitatif dengan de-
Babies, Malnutrition,
sain analisis deskriptif. Informan dipilih secara purposive sampling dan snowball sampling
Theurapetic Feeding Center.
terdiri dari 4 informan utama dan 4 informan triangulasi. Teknik pengambilan data dengan
DOI:
wawancara, observasi dan telaah rekam medis. Analisis data kualitatif menggunakan Miles
https://doi.org/10.15294/ dan Huberman sedangkan kuantitatif deskriptif presentase.
ijphn.v2i1.50214 Hasil : Hasil menunjukkan bahwa program berjalan cukup baik . Komponen input (petugas,
dana, bahan dan waktu pelaksanaan sudah baik, namun peralatan masih kurang memadai
dan paket makanan tidak sesuai sasaran). Komponen proses (penemuan kasus sudah sesuai
dengan panduan, penanganan kasus sesuai dengan kondisi balita, serta pemulihan sudah di-
lakukan orang tua. Namun orang tua balita merasa kesulitan dalam menyokong pemulihan-
nya selama di rumah). Komponen output mengalami kenaikan berat badan dalam waktu 3
bulan selama mengikuti program.
Kesimpulan : Program TFC Puskesmas Bumijawa berjalan cukup baik, namun masih ada
beberapa kendala yang harus di perbaiki.

Abstract
Background: Malnutrition in central Java increased over the last four years. In 2019 malnutri-
tion prevalence in Tegal occupies second position with 10,4%. Bumijawa public health center
runs Theurapetic Feeding Centre (TFC) as an effort to solved malnutrition. This study aims to
observe input components, process components, and output components for evaluation.
Method: this research is qualitative with quantitative data and descriptive design. Research par-
ticipants are chosen using purposive sampling and snowball sampling with certain criteria from
4 main participants and 4 triangulation participants. Data collection use depth interview, ob-
servation, and medical record review. Qualitative data is analyzed using Miles and Huberman
model. The quantitative data is presented using percentage descriptive.
Result: It shows that TFC is adequate. Input component (employee, fund, material, and time
have been well organized, yet there are inadequate tools and food which are not accordance to
program target). Process component (case finding stage is good, handling case stage is appropri-
ate, yet in recovery stage by parents, parents encounter difficulties). On the output components
(during 3 months, the malnutrition patient increased weight).
Conclusion: TFC in Bumijiwa public health center runs well, yet there are still constraints during
the implementation that must be fixed.

© 2022 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : nuratikumami@students.unnes.ac.id
67
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

Pendahuluan sebagai program dalam mengatasi gizi buruk di


Gizi buruk merupakan suatu keadaan wilayah kerja Puskesmas Bumijawa (Presiden
yang dapat menyebabkan kualitas hidup manusia Republik Indonesia, 2009).
menurun dan meningkatnya resiko angka Berdasarkan hasil wawancara dengan
kematian, kesakitan, gangguan pertumbuhan petugas Rumah Pemulihan Gizi di Puskesmas
fisik serta gangguan perkembangan mental dan Bumijawa, program TFC satu-satunya program
kecerdasan (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan yang sudah berdiri di Puskesmas Bumijawa
Peraturan Menteri Kesehatan No 29 tahun pada Agustus 2018 yang didukung penuh
2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Bagi Anak Akibat Penyakit, gizi buruk dapat Kegiatan program tersebut meliputi penemuan
ditandai dengan kondisi fisik yang sangat kasus, pelaporan kasus, penanganan kasus
kurus, ada atau tidak adanya edema pada serta pendampingan. Penemuan kasus gizi
kedua punggung kaki, kemudian dilihat dari dan pencatatan dilakukan di posyandu dengan
berat badan menurut panjang badan atau tinggi bantuan kader setempat yang kemudian
badan kurang dari -3 standar deviasi serta dilaporkan kepada pihak puskesmas untuk
lingkar lengan kurang dari 11,5 cm pada anak dilakukan penanganan di TFC. Sejak berdirinya
usia 6-59 bulan (Menteri Kesehatan Republik program TFC permasalahan gizi buruk pada
Indonesia, 2019). balita di Puskesmas Bumijawa setiap tahunnya
Berdasarkan Buku Saku Kesehatan Jawa masih terjadi peningkatan. Data yang diperoleh
Tengah 2020 Triwulan 3, tren kasus balita gizi dari Puskesmas Bumijawa yang mendapat
buruk di Jawa Tengah mengalami peningkatan perawatan mengalami kenaikan di tahun 2020
sejak empat tahun terakhir, yaitu pada tahun yaitu sebesar 60 balita gizi buruk dan kurangnya
2017 dengan jumlah kasus sebanyak 922 balita, angka pencapaian yang masih di bawah target
961 balita kasus gizi buruk tahun 2018, 1216 setiap tahunnya di Puskesmas Bumijawa. Dari
kasus pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 permasalahan tersebut hal ini dapat menjadi
triwulan ke 3 mengalami peningkatan yang penghambat keberhasilan program TFC dalam
signifikan sebanyak 1845 balita kasus gizi mengatasi gizi buruk pada balita.
buruk (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Keefektifan sebuah program TFC dapat
2020). Menurut data dari Profil Kesehatan Jawa dilihat dari tingkat kesembuhan atau jumlah
Tengah (2019), kasus gizi buruk pada balita anak yang sembuh dari gizi buruk seperti yang
dengan kasus tertinggi pertama ditempati di diidentifikasi dari hasil catatan perawatan
Jepara yaitu sebesar 14,8% dan diikuti oleh lanjutan di Puskesmas/Pelayanan Program
Kabupaten Tegal dengan presentase 10,4%. TFC. Dalam analisis ini dapat dianggap
Prevalensi ini mengalami peningkatan dari sembuh jika anak yang dipulangkan sudah
tahun 2018 yang mana Kabupaten Tegal masih memenuhi kriteria Berat Badan ≥85% selama
berada di peringkat keempat dengan kasus dua kali penimbangan berturut-turut dan tidak
gizi buruk tertinggi menjadi peringkat kedua ada edema selama sepuluh hari (Tekeste et al.,
tertinggi pada tahun 2019 (Dinas Kesehatan 2012).
Provinsi Jawa Tengah, 2019). Beberapa hal yang membedakan
Upaya pemerintah dalam mengatasi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
masalah gizi buruk yaitu dengan mengeluarkan yaitu penelitian program Posyandu TFC
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang di Puskesmas Bumijawa diperuntukkan
Kesehatan khususnya pada Bab VIII berkaitan untuk balita gizi kurang. Pada penelitian
Gizi pasal 141 dan 142 bahwa upaya perbaikan ini mengevaluasi program TFC yang ada di
gizi pada bayi dan balita, pemerintah ikut serta Puskesmas Bumijawa dengan sasaran program
bertanggung jawab dalam menetapkan standar dengan variabel penelitian yang berbeda
pelayanan gizi dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan penelitian sebelumnya. Rancangan
dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang ada penelitian yang digunakan yaitu penelitian
guna peningkatan mutu gizi. Salah satu bentuk kualitatif metode deskriptif. Berbeda pada
upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Bumijawa penelitian ini rancangan penelitian yang
ialah membangun Therapeutic Feeding Center digunakan yaitu penelitian kualitatif dilengkapi

68
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

dengan data-data kuantitatif dengan metode kualitatif menggunakan model analisis Miles
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan Huberman sedangkan pada penelitian
(Rahmanindar et al., 2019). Pada penelitian kuantitatif menggunakan analisis deskriptif
Ulfa & Khaidir (2019) tidak terdapat komponen presentase.
input dan proses kecuali mengenai sarana dan
prasarana dan pada komponen output tidak Hasil dan Pembahasan
dilengkapi dengan data-data kuantitatif sebagai Berdasarkan hasil penelitian yang telah
data pendukung efektifitas program dalam dilakukan, evaluasi program Therapeutic
penelitian ini. Sedangkan pada penelitian yang Feeding Centre (TFC) di Puskesmas Bumijawa
dilakukan oleh Teferi et al (2010) penelitian ini yang ditinjau dari komponen input, proses dan
lebih meneliti pada hasil dalam pelaksanaan output adalah sebagai berikut :
program TFC atau disebut dengan komponen Komponen Input
output. Berbeda dalam penelitian ini, selain Berdasarkan komponen input, petugas
komponen output komponen input dan proses pelaksanaan program TFC merupakan
diteliti dalam penelitian ini. peranan penting dalam menentukkan
Berdasarkan uraian di atas tujuan keberhasilan program. Petugas yang terlibat
penelitian ini yaitu mengevaluasi pelaksanaan dalam pelaksanaan program TFC Puskesmas
program Theurapetic Feeding Center dalam Bumijawa terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat,
upaya penanganan gizi buruk pada balita programmer anak, farmasi, laboratorium dan
ditinjau dari komponen input, proses, dan kader posyandu. Sejalan dalam penelitian,
output di wilayah kerja Puskesmas Bumijawa menurut buku panduan tatalaksana gizi
buruk tahun 2020 bahwa petugas yang
Metode bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan metode program pencegahan dan tatalaksana gizi buruk
kualitatif yang dilengkapi dengan data-data terdiri dari dokter, perawat/bidan, nutrisionis/
kuantitatif dengan desain penelitian analisis dietisien dan petugas kesehatan yang lainnya
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
bulan Juli 2021 di TFC Puskesmas Bumijawa Petugas yang terlibat dalam pelaksanaan
Kabupaten Tegal. Fokus dalam penelitian program TFC mempunyai perannya masing-
yaitu mengevaluasi pelaksanaan program masing sesuai dengan kerangka acuan yang
Therapeutic Feeding Centre (TFC) yang sudah ditetapkan oleh puskesmas. Hasil
ditinjau dari komponen input, process dan penelitian menyatakan bahwa dokter yang
output. Informan dalam penelitian terdiri secara struktural menjadi ketua di TFC
dari 4 informan utama (dokter TFC sejumlah Puskesmas Bumijawa memiliki tugas dalam
1 orang, ahli gizi TFC sejumlah 2 orang, melakukan pemeriksaan medis, terapi, edukasi
perawat sejumlah 1 orang dan programmer medis, rujukan dan kunjungan rumah yang
anak berjumlah 1 orang) sedangkan informan dibantu oleh perawat sedangkan ahli gizi
triangulasi sejumlah 4 orang, terdiri dari 2 bertugas sebagai tim asuhan gizi yang nantinya
orang kader posyandu dan 2 orang tua balita. akan mendiagnosis gizi sampai keperawatan
Teknik pengambilan informan tersebut gizi. Programmer anak yang merupakan
dilakukan secara purposive sampling dengan bidan desa posyandu memiliki peran dalam
kriteria-kriterian tertentu. melakukan stimulasi deteksi dini tumbuh
Sumber data penelitian yaitu data kembang anak. Kemudian untuk kader
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan memiliki peran dalam membantu serangkaian
data kualitatif dan kuantitatif menggunakan kegiatan baik di posyandu maupun di TFC.
observasi, wawancara mendalam dan telaah Peranan kader dalam hal ini sangat
rekam medis dengan instrumennya yaitu penting dalam menemukan kasus gizi buruk
pedoman wawancara, form pencatatan, di posyandu. Jika kader tidak berperan
alat perekam dan kamera digital. Teknik aktif dalam pelaksanaan posyandu maka
keabsahan data menggunakan uji validitas dan akan mempengaruhi keberhasilan program
reliabilitas. Teknik analisis data pada penelitian khususnya dalam pemantauan tumbuh

69
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

kembang anak (Nurhidayah et al., 2019). pendanaan tersebut lebih banyak dialihkan
Jika dilihat dari latar belakang pendidikan untuk COVID-19 tanpa menjadikannya
kader, kader yang terpilih menjadi informan sebagai kendala dalam pelaksanaan program.
merupakan kader posyandu yang berasal dari Material merupakan komponen bahan
lulusan SD dan SMP. Namun dari segi kualitas, yang digunakan dalam keberlangsungan
kader memiliki pengetahuan yang cukup luas pelaksanaan program. Bahan-bahan terkait
karena selain pengalaman menjadi kader juga pelaksanaan program TFC di Puskesmas
karena pelatihan yang diperoleh. Hal ini sejalan Bumijawa dapat dikategorikan menjadi bahan
dalam penelitian Chomawati & Handayani berupa paket makanan dan bahan kelengkapan
(2019) bahwa rerata tingkat pendidikan kader administrasi. Paket makanan di TFC Puskesmas
posyandu yaitu SMA/SMK, namun ada salah dikirimkan dari Dinkes Kabupaten Tegal dalam
satu kader dengan tingkat pendidikan SMP bentuk paket dus dan disimpan di dalam ruang
yang justru menjadi koordinator di posyandu penyimpanan paket makanan di TFC. Paket dus
tersebut. Dari keahlian kader tersebut yang tersebut berupa biskuit MP ASI, susu formula,
memiliki pengetahuan yang tinggi dan keahlian vitamin, syirupsing Zink dan bahan-bahan
dalam mendeteksi kasus gizi dengan baik pelatihan sesuai kebutuhan. Paket makanan
didapatkan selain dari pengalamannya yang tersebut untuk diberikan kepada balita gizi
cukup lama yaitu 18 tahun juga dari pelatihan. buruk untuk melengkapi gizi dari makanan
Berdasarkan penelitian Hasana & rumah tangga.
Mukarromah (2019) menyatakan bahwa Dari macam-macam paket makanan
pendanaan untuk kesehatan merupakan salah tersebut serupa dalam penelitian (Budiastutik
satu faktor penting dalam mempengaruhi et al., 2011), bahwa penanggulangan gizi buruk
derajat kesehatan, termasuk salah satunya di Nganjuk Jawa Timur berupa pemberikan
masalah gizi buruk. Sumber dana dalam paket makanan antara lain susu formula,
penyelenggaraan pemeriksaan gizi buruk di MP ASI biskuit, vitamin, dan syrup zink
rumah pemulihan gizi Semarang bersumber sulfat. Paket tersebut berasal dari pemerintah
dari Anggaran Belanja Daerah Kota Semarang Kabupaten Nganjuk melalui disitribusi Dinas
dan didukung pula dana dari operasional Kesehatan Nganjuk Jawa Timur yang kemudian
kesehatan. akan disalurkan kepada sasaran program setiap
Dana yang digunakan dalam pelaksanaan bulan.
program TFC berasal dari dana BOK, dana Selain komponen bahan, pelaksanaan
APBD 2, dan dana BLUD. Sumber dana yang program TFC memerlukan sarana peralatan
diperoleh tersebut dialokasikan khusus untuk yang memadai dalam pelaksanaan program.
seluruh kegiatan program termasuk juga untuk Peralatan yang digunakan dalam program TFC
kepentingan petugas maupun masyarakat yang berupa peralatan pemeriksaan dan peralatan
ikut serta pelaksanaan yaitu kader posyandu. penunjang. Peralatan pemeriksaan terdiri dari
Dari penelitian ini menyatakan bahwa kader pemeriksaan medis dan pemeriksan gizi. Alat
posyandu yang ikut serta berperan dalam pemeriksaan tersebut biasa digunakan dokter
terlaksananya program mendapatkan uang dan ahli gizi untuk menentukan diagnosis
insentif sekali dalam satu periode. secara medis dan diagnosis gizi, sehingga dapat
Semakin besar dana yang dikeluarkan menentukan intervensi yang akan diberikan
pemerintah untuk memperbaiki sebuah kepada sasaran program. Sedangkan peralatan
program, maka hasilnya semakin efektif jika penunjang berupa instrumen SDIDTK dan
digunakan secara efesien. Begitu juga kecilnya APE.
dana yang dikeluarkan dalam pelaksanaan Alat APE tersebut dirasa menjadi salah
program, maka program tersebut tidak efektif satu kendala peralatan yang dimiliki oleh
dan akan berjalan lambat (Ernawati, 2019). TFC Puskesmas Bumijawa. Berdasarkan
Namun selama masa pandemi beberapa hasil penelitian, APE yang dimiliki oleh TFC
kegiatan program TFC dibatasi sehingga masih sedikit sehingga pada saat pelaksanaan
pendanaan tidak dialokasikan sesuai dengan program banyak balita yang memperebutkan
perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian permainan tersebut. Selain APE, peralatan yang

70
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

masih menjadi kendala yaitu alat pengukur dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan
berat badan dan tinggi badan berbasis manual. tersebut berupa perawatan rawat jalan dan
Dari beberapa kasus yang terjadi di lapangan, kegiatan-kegiatan penunjang lainnya pada
pada pemeriksaan balita gizi buruk dengan balita yang terdeteksi gizi buruk. pelaksanaan
berkebutuhan khusus dalam melakukan ini berbeda pada penanganan balita gizi buruk
pengukuran antropometri merasa kesulitan rawat inap, waktu pelaksanaan dapat dikatakan
sehingga dalam pengukuran tersebut bisa isidentil atau berdasarkan kasus gizi buruk
menghasilkan data bias dan menyebabkan yang muncul dengan derajat keparahan balita.
salah nya diagnosis gizi. Saat ini pelaksanaan program TFC dibatasi
Pelaksanaan program TFC Puskesmas dari segi waktu, sasaran dan kegiatan-kegiatan
Bumijawa metode yang digunakan secara program. Waktu pelaksanaan program pun
umum mulai dari menemukan kasus gizi mengalami perubahan jadwal menyesuaikan
buruk, penanganan kasus, dan pendampingan. dengan pandemi covid-19 yang membatasi
Penemuan kasus dilakukan di Posyandu yang untuk melakukan kegiatan.
dibantu oleh kader untuk mendeteksi kasus gizi Menurut penelitian (Lybaws & Renyoet,
buruk, penangan kasus dalam hal ini berupa 2020) program penanganan gizi buruk
penanganan rawat inap dan penanganan rawat tetap dijalankan bagi daerah yang sedang
jalan disertai dengan pemberian paket MP ASI, menerapkan PSBB. Bagi balita gizi buruk
sedangkan pendampingan berupa kegiatan- disertai komplikasi medis mendapatkan
kegiatan tambahan untuk memulihkan pelayanan berupa rawat inap sedangkan
perawatan balita gizi buruk yang dilakukan balita gizi buruk tanpa komplikasi tetap
orang tua di rumah. Penanganan kasus gizi mendapatkan pelayanan rawat jalan. Pelayanan
buruk tersebut sesuai dengan alur pemeriksaan yang diberikan bersifat terbatas dapat berupa
kasus gizi buruk (Kementerian Kesehatan kunjungan rumah maupun kunjungan ke
RI, 2020) terdiri dari penanganan rawat inap Fansyankes. Kunjungan Fansyankes dilakukan
di Puskesmas/RS/perawatan program TFC, selama satu kali dalam satu bulan pada waktu
penanganan rawat jalan atau program TFC yang telah dijadwalkan oleh petugas. Sejalan
rawat jalan dan penanganan dengan PMT. Di dalam penelitian ini bahwa program TFC
Puskesmas Bumijawa pelaksanaan program Puskesmas Bumijawa selama masa pandemi
TFC rawat jalan selalu dibekali dengan tetap berjalan dengan tetap mematuhi protokol
pemberian PMT yang diberikan setiap bulan kesehatan.
kepada balita gizi buruk. Komponen Proses
TFC atau yang biasa disebut dengan Pada komponen proses dalam
pusat pemulihan gizi merupakan sarana penelitian ini, penemuan kasus gizi buruk
pelayanan penanganan bagi balita gizi buruk dilakukan setiap satu bulan sekali pada saat
dengan maksud untuk memulihkan kembali penimbangan di Posyandu. Penimbangan
status gizi. Bentuk pelayanan tersebut berupa tersebut biasanya dilakukan oleh kader yang
pelayanan medis, nutrisi dan keperawatan didampingi petugas kesehatan yang lain seperti
yang diberikan secara intensif dan terintegrasi dokter dan bidan desa. Sehingga penemuan
(Tumenggung, 2015). Dari hasil penelitian, kasus gizi buruk ini ditemukan oleh kader dan
program TFC di Puskesmas Bumijawa lebih petugas kesehatan yang secara langsung andil
di prioritaskan untuk diterapkan pada balita dalam pelaksanaan posyandu balita.
gizi buruk. Sasaran program perbaikan gizi Berdasarkan hasil penelitian,
pada usia balita dianggap strategis dalam penemuan kasus gizi buruk sejauh pelaksanaan
menanggulangi masalah gizi (Rakhma et al., program TFC di Puskesmas Bumijawa
2017). Program TFC dalam hal ini merupakan belum pernah terjadi melalui masyarakat
program diperuntukkan untuk usia balita ataupun PKK. Berbeda dalam penelitian yang
terlebih yang memiliki permasalahan khusus dilakukan oleh Masro et al (2014) penemuan
seperti gizi buruk. dan penentuan kasus gizi buruk dapat melalui
Dari segi waktu pelaksanaan program, posyandu dengan penimbangan rutin (2T
program TFC di Puskesmas Bumijawa dan BGM), hasil dari laporan bidan desa dan

71
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

adanya pemeriksaan puskesmas. Selain itu juga dan obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi di
dapat dilakukan melalui acara yang digelar rumah pasien dengan syarat harus mengunjungi
PKK dengan melibatkan orang tua balita. terapi rawat jalan setiap minggu atau dua
Pelaksanaan tersebut terjadi secara kebetulan minggu sekali untuk memantau perkembangan
dari pengurus PKK yang mencurigai anak dan memasok kembali makanan. Sedangkan
yang dibawa ibu balita adanya tanda-tanda pada anak gizi buruk disertai komplikasi medis
permasalahan gizi. Sehingga dengan adanya dirawat di pusat stablisasi rawat inap yang
tanda-tanda tersebut, dari PKK langsung menerima perawatan awal standar sampai
melaporkan penemuan ke puskesmas untuk memiliki nafsu makan yang cukup dan mampu
dilakukan pemeriksaan secara klinis. untuk melanjutkan perawatan secara rawat
Dalam penelitian, pelaporan kasus jalan.
yang ditemukan dilakukan secara langsung Pemulihan kasus gizi buruk dalam
oleh bidan desa atau kader posyandu kepada program TFC dilakukan oleh orang tua
ahli gizi TFC. Bentuk pelaporan dicatat dalam balita terutama ibu balita. Hasil penelitian
buku register posyandu dan dilakukan setiap menyatakan bahwa bentuk pemulihan balita
satu bulan sekali. Dalam buku tersebut berisi gizi buruk dilakukan di rumah dengan
kolom khusus yang sudah ditentukan TFC memberikan makanan tambahan dan terapi-
mulai dari daftar hadir, hasil penimbangan dan terapi khusus untuk menyongkong tumbuh
kategori status gizi balita. Hal ini sejalan dalam kejar balita. Sejalan dalam penelitian ini bahwa,
penelitian (Alita & Ahyanti, 2016) bahwa keberhasilan pemulihan gizi buruk pada balita
pencatatan yang dilakukan menyesuaikan dapat dilihat dari cara pemberian gizi yang baik
format pencatatan yang diberikan Puskesmas pada anaknya, sehingga pola asuh anaknya
yaitu dengan menggunakan register dan kartu diharapkan tidak terjadi kesalahan. Pada saat
pantau. Hal tersebut dimaksudkan untuk pemulihan selain intervensi medis, pembinaan
mengetahui apakah ada perubahan berat yang berkelanjutan pada orang tua balita
badan balita sebelum dan sesudah diberikan penting untuk di terapkan agar tidak terjadi
intervensi. pada kondisi gizi buruk (Setyaningsih, 2008).
Kasus gizi buruk yang ditemukan akan Selama masa pemulihan, dari pernyataan
ditangani langsung oleh ahli gizi TFC yang informan proses pemulihan yang dilakukan di
berkolaborasi dengan petugas TFC yang lainnya. rumah merasa sangat kesulitan tersendiri. Selain
Penanganan tersebut dibedakan menjadi karena masalah ekonomi keluarga, sebagai ibu
dua yaitu secara rawat jalan dan rawat inap. balita yang mengasuh anaknya harus fokus
Penanganan rawat inap diperuntukkan bagi dalam merawat anaknya agar mempercepat
balita yang memiliki permasalahan gizi buruk kembali normalnya status gizi balita. Selain itu,
disertai dengan penyakit penyerta sedangkan transport yang harus dilalui juga menjadi salah
penanganan rawat jalan diperuntukkan bagi satu kendala untuk melakukan kunjungan rutin
balita tanpa mempunyai penyakit penyerta. Hal setiap bulan.
ini sejalan dengan Pedoman Penanggulangan Komponen Output
dan Tatalaksana Gizi Buruk Tahun 2020 dari Komponen Output program TFC
Kementerian Kesehatan RI bahwa Penanganan sesuai dengan tujuan utama yang akan dicapai
pada kasus gizi buruk dapat dilakukan secara yaitu program tersebut efektif dalam mengatasi
rawat jalan maupun rawat inap bergantung permasalahan gizi buruk balita di Puskesmas
derajat keparahan balita. Bumijawa. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
Penanganan rawat jalan dan rawat inap di orang tua balita dan dilengkapi dengan data
TFC Puskesmas Bumijawa saling berhubungan. rekam medis adanya peningkatan rerata berat
Menurut Tekeste et al (2012) Pada pasien gizi badan balita. jangka waktu data rekam medis
buruk dengan nafsu makan yang baik, tanpa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
disertai komplikasi medis dapat dilakukan peningkatan berat badan balita yaitu selama 90
perawatan jalan yang menyediakan makanan hari atau 3 bulan. Jangka waktu tersebut kurang
therapeutic siap pakai dan obat-obatan untuk untuk dapat memperbaiki status gizi buruk
mengatasi kondisi medis sederhana. Makanan balita, sehingga waktu tersebut digunakan

72
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

untuk memonitoring peningkatan berat badan TFC dalam mengatasi masalah gizi buruk pada
balita selama mengikuti program TFC. balita di Puskesmas Bumijawa dapat dilihat dari
Dari pernyataan orang tua balita, data rekam medis adanya peningkatan berat
selama mengikuti program TFC adanya badan. Data rekam medis diambil dari hasil
perubahan terutama pada berat badan balita, penimbangan di TFC selama 3 tahun terakhir
namun penambahan berat badan tersebut sejak berdirinya TFC Puskesmas Bumijawa.
bertahap yaitu mulai dari 1 ons sampai 1 kg/ Kemudian dari kasus gizi buruk dipantau berat
bulan. Selain itu, tingkat keefektifan program badannya selama 90 hari.
Tabel 1. Deskriptif Persentase Hasil Pelaksanaan Program TFC
Tingkat
Tahun Pelaksanaan Jumlah balita Jumlah balita
Efektivitas Kategori
Program BB naik (n) gizi buruk (N)
(P%)
Tahun 2018 15 35 42% Cukup Efektif
Tahun 2019 14 21 66% Efektif
Tahun 2020 14 23 60% Efektif
Hasil menunjukkan bahwa jumlah balita untuk menjangkau seluruh sasaran program,
yang mengalami kenaikan berat badan setelah bahan berupa paket makanan dan kelengkapan
mengikuti program TFC dibanding jumlah administrasi habis pakai, peralatan yang
balita gizi buruk yang terdata mengikuti digunakan berupa peralatan yang digunakan
program TFC tahun 2018 adalah 42% (cukup untuk pemeriksaan balita gizi buruk dan juga
efektif), tahun 2019 adalah 66% (efektif) peralatan penunjang seperti APE, metode yang
dan tahun 2020 adalah 60% (efektif). Hal ini digunakan mengacu pada panduan tatalaksana
didukung oleh penelitian Chomawati (2019), gizi buruk mulai dari penemuan kasus sampai
bahwa pelaksanaan program pos peduli gizi pemulihan kasus dengan sasaran khusus pada
yang ada di Puskesmas Mijen selama 90 hari usia balita, dan waktu pelaksanaan program
memberikan nilai positif terhadap kenaikan secara umum dilakukan setiap satu bulan
berat badan balita sebelum dan sesudah sekali melalui kunjungan rutin di TFC. Pada
intervensi dilakukan. komponen proses, pelaksanaan program TFC
Penelitian ini juga sejalan dengan Puskesmas Bumijawa dilakukan mulai dari
penelitian (Teferi et al., 2010) hasil pengobatan penemuan kasus pada saat penimbangan di
pada anak-anak yang menderita malnutrisi posyandu yang dilakukan oleh kader dan
tingkat berat di Tempat Pemulihan Gizi (TFC) petugas lain yang ikut andil dalam pelaksanaan
Ethiopia Selatan dari 11.550 (83%) penemuan posyandu, penanganan pada balita yang
kasus gizi, sebanyak 47% (5.447) mengalami terindikasi gizi buruk dapat ditangani secara
wating parah dan 53% (6.103) mengalami rawat jalan dan rawat inap bergantung derajat
malnutrisi edema. Selama masa perawatan keparahan balita, dan pemulihan kasus
di TFC dengan rata-rata lama rawat untuk dilakukan oleh orang tua balita atau pengasuh
wasting parah dan malnutrisi edema yaitu 25 di rumah. Sedangkan pada komponen output
hari dan 21 hari mengalami penambahan berat dalam pelaksanaan program TFC Puskesmas
badan rata-rata 14g/kg/hari untuk wating berat Bumijawa efektif dalam mengatasi gizi buruk
dan 13,4 g/kg/hari untuk malnutrisi edema. dilihat dari hasil wawancara dengan orang
tua balita dengan rerata kenaikan berat badan
Kesimpulan balita sebelum mengikuti program TFC dan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sesudah mengikuti program TFC.
kesimpulan bahwa pelaksanaan program
TFC Puskesmas Bumijawa dari komponen Daftar Pustaka
input, ada petugas khusus dalam pelaksanaan Alita, R., & Ahyanti, M. (2016). Keberhasilan
program TFC yang sudah sesuai dengan Program Pemberian Makanan Tambahan
pedoman, sumber pembiayaan yang cukup Pemulihan untuk Balita di Kota Bandar

73
Nur Atik Umami, Eko Farida / Evaluasi Program Theurapetic / IJPHN (2) (1) (2022)

Lampung. Jurnal Kesehatan, 4(1), 297–304. Nurhidayah, I., Hidayati, N. O., & Nuraeni, A. (2019).
Budiastutik, I., Wirjatmadi, B., & Adriani, M. Revitalisasi Posyandu melalui Pemberdayaan
(2011). Pengaruh Suplementasi Zink Sulfat Kader Kesehatan. Media Karya Kesehatan,
dan Biskuit terhadap Konsentrasi Zink 2(2), 145–157.
Rambut Balita (Program MP ASI Biskuit di Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang
Kertosono Jawa Timur). Buletin Penelitian Undang Republik Indonesia No 36 Tahun
SIstem Kesehatan, 14(3), 270–281. 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Chomawati, R., & Handayani, O. W. K. (2019). Rahmanindar, N., Nisa, J., & Izah, N. (2019).
Analisis Efektivitas Program Pos Peduli Implementasi Program Posyandu TFC
Gizi Anak Berbasis Potensi Lokal (Studi di (Theurapetic Feeding Center) sebagai Strategis
Daerah Urban Fringe Puskesmas Mijen). Penuntasan dan Pmulihan Gizi Kurang bagi
Kesmas Indonesia, 11(2), 90–105. Balita di Puskesmas Bumijawa Kabupaten
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Tegal. 10(2), 773–782.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Rakhma, L. R., F, E., & F, A. W. (2017). Correlation
2019. Semarang: Dinkes Jateng. Of Education Level To Mother’s Knowledge
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2020). Following Therapeutic Feeding Center
Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Tfc) Program In Sukoharjo Central Java.
Triwulan 3 Tahun 2020. Semarang: Dinkes Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2),
Jateng. 66–72.
Ernawati, A. (2019). Analisis Implementasi Program Setyaningsih, P. (2008). Pengaruh Kompetensi Bidan
Penanggulangan Gizi Buruk pada Anak di Desa Dalam Manajemen Penatalaksanaan
Balita di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati. Kasus Gizi Buruk pada Anak Balita terhadap
Jurnal Litbang : Media Informasi Penelitian, Pemulihan Kasus Gizi Buruk Tahun 2008
Pengembangan Dan IPTEK, 15(1), 39–50. (Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kabupaten
Hasana, D., & Mukarromah, S. B. (2019). The Pekalongan).
Evaluation of the Success about House Teferi, E., Lera, M., Sita, S., Bogale, Z., Datiko, D. G.,
Nutrition in Improvement Nutrition Status & Yassin, M. A. (2010). Treatment Outcome
in Semarang. Public Health Perspective of Children with Severe Acute Malnutrition
Journal, 4(66), 94–103. Admitted to Therapeutic Feeding Centers
Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia in Southern Region of Ethiopia. Ethiopian
Tahun 2012. In Kementerian Kesehatan RI. Journal of Health Development, 24(3), 234–
Jakarta. 238.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pencegahan Tekeste, A., Wondafrash, M., Azene, G., & Deribe,
Dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita Di K. (2012). Cost Effectiveness of Community-
Layanan Rawat Jalan (Buku Saku). Jakarta: Based and In-Patient Therapeutic Feeding
Kemenkes RI. Programs to Treat Severe Acute Malnutrition
Lybaws, L., & Renyoet, B. S. (2020). Analysis of in Ethiopia. Cost Effectiveness and Resource
the Role and Effects of Nutrition Services on Allocation, 10(1), 1–10.
Wasting Children in Puskesmas and Posyandu Tumenggung, I. (2015). Penatalaksanaan Diet
during the COVID-19 Pandemic Period. 19. Dan Perkembangan Status Gizi Balita Gizi
Masro, A., Edison, & Gracediani, L. (2014). Buruk Di TFC (Therapeutic Feeding Center)
Implementasi Penanggulangan Gizi Buruk Puskesmas Telaga Kabupaten Gorontalo
di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Limau Tahun 2011–2013. Health and Nutritions
Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Journal, I, 1–15.
Kesehatan Masyarakat Andalas, 8(1), 15–20. Ulfa, Z., & Khaidir, A. (2019). Efektivitas Kinerja
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Pusat Pemulihan Gizi Cahaya Husada di
Permenkes No 29 Tahun 2019 Tentang Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.
Penaggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Ranah Research: Journal of Multidicsiplinary
Akibat Penyakit. Jakarta. Research and Development, 1(3), 396–406.

74

Anda mungkin juga menyukai