Anda di halaman 1dari 13

JKMM, Vol. 3 No.

1, Maret 2020 ISSN : 25999-1167

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM


INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK) DI
PUSKESMAS KABUPATEN POLEWALI MANDAR

FACTORS THAT AFFECT THE IMPLEMENTATION OF HEALTHY


INDONESIA PROGRAM THROUGH FAMILY APPROACH (PIS-PK) IN
HEALTH CENTERS OF POLEWALI MANDAR REGENCY
Kuntum Hartomo Pujosiswanto1, Sukri Palutturi2, Hasanuddin Ishak3
1
Program Pascasarja,Departemen administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin
2
Departemen administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
3
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Keehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Email Korespondensi: pru.kuntum@gmail.com)
ABSTRAK
Kebijakan penguatan upaya kesehatan dasar yang berkualitas salah satunya dilakukan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), monitoring dan evaluasi kebijakan diperlukan untuk
mengukur apakah implementasi kebijakan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Puskesmas Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini menggunakan desain
kualitatif, penentuan informan dengan teknik purposive sampling dimana informan utama sebanyak lima orang dan
informan triangulasi sebanyak enam orang. Analisis data menggunakan content analysis. Hasil penelitian didapatkan
bahwa implementasi PIS-PK sudah terlaksana namun belum maksimal. Faktor yang mendukung implementasi adalah
dari faktor komunikasi sudah berjalan dengan baik dengan adanya sosialisasi baik internal maupun eksternal, faktor
sikap pelaksana memiliki komitmen mendukung terlaksananya program dengan baik. Sedangkan faktor yang
menghambat dari sisi sumberdaya adalah keterbatasan sarana prasarana program dan keterlambatan pencairan
anggaran. Dari faktor struktur birokrasi belum terbentuknya kordinasi berjenjang antar dinas kesehatan dan
puskesmas. Saran agar dinas kesehatan kabupaten dapat segera membuat struktur organisasi program untuk
mempermudah koordinasi, memudahkan proses pencairan anggaran serta mengadakan sarana-prasarana pendukung
program.
Kata Kunci : Implementasi kebijakan, PIS-PK, pendekatan keluarga

ABSTRACT
Policies to strengthen basic health efforts one of which is by conducting the Healthy Indonesia Program
through Family Approach (PIS-PK), monitoring and evaluation of the policy is needed to measure whether the
implementation of the policy run in accordance with the intended purpose. The purpose of this research is to know
about the factors that influence the implementation of Healthy Indonesia Program through Family Approach (PIS-
PK) in Puskesmas Polewali Mandar District. This research uses qualitative design, informant in this study using
purposive sampling technique with five main informants and six people of informant triangulation, data analysis using
content analysis. The result of the research shows that the implementation of PIS-PK has been implemented but not
yet maximal. Factors that support the implementation is communication factor already running well with the internal
and external socialization, from the dispotition side the implementor has a commitment to support the implementation
of the program well. While the inhibiting factors from the resource side are the limited facilities of the program
infrastructure and the delayed disbursement of the budget. from bureaucracy structure factor has not yet established
tiered coordination between the health offices and puskesmas. We recommend that the district health office can
immediately create the organizational structure of the program to facilitate coordination, ease the process of
disbursement of the budget as well as holding facilities supporting the program.
Keywords: Policy Implementation, PIS-PK, Family Approach

123
Pujosiswanto , 2020
PENDAHULUAN kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2007
Dalam deklarasi Alma Ata (228 per 100.000 kelahiran hidup) mengalami
ditetapkan bahwa kesehatan adalah hak penurunan, akan tetapi pada tahun 2012
asasi bagi setiap manusia, setiap manusia meningkat kembali menjadi sebesar 359 dan
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun 2015 menurun menjadi 305 per
yang terjangkau, dan berkualitas. 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat
Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan dikatakan terus menurun, pada 2012
kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal yang menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI
sangat multidimensional. Aksesibilitas tidak 2012), dan pada tahun 2015 sebesar 22,23 per
hanya dipengaruhi oleh faktor supply 1.000 kelahiran hidup (Direktorat Kesehatan
semacam ketersediaan tenaga kesehatan dan Keluarga Kementerian Kesehatan, 2016).
fasilitas, tetapi juga dipengaruhi oleh Program Indonesia Sehat Dengan
beberapa hal yang justru bisa menjadi Pendekatan Keluarga (PIS-PK) bertujuan
hambatan bila tidak dikelola dan diantisipasi untuk meningkatkan akses keluarga berserta
dengan baik. Misalnya, kondisi geografis dan anggotanya terhadap pelayanan kesehatan
cakupan kepemilikan jaminan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan
(Laksono et al., 2016). promotif dan preventif serta pelayanan
Selain masalah aksesibilitas sampai kuratif dan rehabilitatif dasar Kementrian
saat ini kondisi kesehatan masyarakat di Kesehatan (2016). Pendekatan keluarga telah
Indonesia masih memprihatinkan, meskipun menjadi salah satu pendekatan yang telah
beberapa indikator menunjukkan perbaikan dilaksanakan dibeberapa Negara berdasarkan
namun masih jauh dari target yang ditetapkan hasil penelitian Siddharudha Shivalli (2015)
bersama dalam Suistenable Development menemukan bahwa pendekatan perawatan
Goals (SDGs). Dari hasil Riset Kesehatan keluarga telah meningkatkan presepsi dan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ditemukan praktik masyarakat terhadap kesehatan dan
beberapa prevalensi penyakit dan faktor isu-isu terkait, sedangkan di Brazil hasil
risikonya semakin meningkat. Masalah penelitian menunjukkan bahwa ditemukan
stunting (anak balita pendek), sampai saat ini efek yang konsisten dari program kesehatan
masih belum terselesaikan, walaupun data keluarga pada penurunan angka kematian
SDKI menunjukkan bahwa angka kematian sepanjang distribusi usia, terutama pada usia
ibu pada periode tahun 1994 (390 per 100.000 dini. Bukti menunjukkan bahwa Program

124
Pujosiswanto , 2020
Kesehatan Keluarga adalah alat yang sangat untuk pengembangan kebijakan berikutnya
hemat biaya untuk meningkatkan derajat (Ayuningtyas, 2015).
kesehatan di daerah miskin (Rocha & Soares, Tujuan penilitian ini adalah peneliti
2010). tertarik untuk meneliti mengenai faktor-
Beberapa lokasi telah melakukan faktor yang mempengaruhi implementasi
pendataan meskipun dengan keterbatasan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
sumber daya. Salah satu penyebab belum Keluarga di Puskesmas Kabupaten Polewali
dilakukannya pendataan di kabupaten Lebak, Mandar.
karena adanya kendala anggaran (Laelasari
BAHAN DAN METODE
dkk., 2017). Berdasarkan hasil pendataan
Lokasi dan Desain Penelitian:
Propinsi Sulawesi Barat Menurut data
Penelitian ini merupakan jenis
nasional jumlah keluarga yang telah terdata
penelitian kualitatif. Penelitian ini
per Desember 2017 sebanyak 3.928.651
dilaksanakan pada rentan waktu Maret-April
keluarga atau baru sekitar 5,897% secara
2018 di Kabupaten Polewali Mandar, dengan
nasional. Untuk wilayah Polewali Mandar
memilih 3 (tiga) puskesmas berdasarkan
sendiri, sebanyak 9794 keluarga telah didata,
kategori kewilayahan yaitu Puskesmas
baru sekitar 3,329% sampai dengan minggu
Massenga (perkotaan), Puskesmas
pertama Desember 2017 berdasarkan data
Pambusuang (pesisir) dan Puskesmas Tubbi
Nasional laporan website PIS-PK jumlah
Taramanu (terpencil).
keluarga yang telah dikunjungi untuk wilayah
Pengambilan sampel
puskesmas Massenga sebagai lokus jumlah
Sampel dalam penelitian ini
keluarga yang telah didata baru sebanyak 815
menggunakan teknik purposive sampling.
keluarga dari 5.429 atau baru sekitar 0,838 %.
Dimana informan utama adalah Kepala Dinas
Sebagai sebuah kebijakan publik
Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar,
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Kordinator Tim pengelola PIS-PK Kabupaten
Keluarga (PIS-PK) akan melewati siklus
Polewali Mandar, Kepala Puskesmas
kebijakan mulai dari pembuatan kebijakan,
Massenga, Kepala Puskesmas Tinambung,
implementasi kebijakan, dan monitoring serta
Kepala Puskesmas Tubbi Taramanu,
evaluasi sebagai dasar pengajuan
sedangkan informan triangulasi adalah
rekomendasi sebagai umpan balik (feedback)
Koordinator dan Anggota Tim PIS-PK
Puskesmas Massenga, Tinambung dan Tubbi

125
Pujosiswanto , 2020
Taramanu Kabupaten Polewali Mandar. lintas sektor terkait di tingkat kabupaten, juga
Metode Pengumpulan Data pada tahun 2017 telah dilaksanakan pelatihan
Metode dalam peneltian ini akan lebih mengenai pelaksanaan PIS-PK bagi 20
menekankan pada metode kualitatif, puskesmas yang ada di wilayah kabupaten
didapatkan dengan mengumpulkan data Polewali Mandar hal ini sesuai dengan yang
melalui teknik wawancara mendalam dinyatakan informan:
(Indepth Interview) terhadap informan dan “…program PIS-PK sendiri dikabupaten Polman
sudah berjalan sejak awal 2017, ditahap awal sudah
telaah dokumen.
dilakukan sosialisasi baik internal maupun eksternal
Analisis data
melibatkan lintas sektor dan pusksesmas telah
Analisis data digunakan teknik diikutkan pelatihan di BBPK Makassar sama yang
analisis isi (content analysis) melalui tahapan dilaksanakan propinsi yah, tapi terakhir semua 20
reduksi data, penyajian data dan penarikan puskesmas sudah ikut pelatihan PIS-PK…” (ASN 54)

kesimpulan. Data diproses dengan Namun sampai dengan tahun 2018

menggunakan komputer dan tape recorder, triwulan pertama dalam hal pelaksanaan

data kemudian ditranskrip kedalam transkrip program dari ketiga puskesmas yang diteliti

wawancara kemudian data disederhanakan masih dalam tahap pendataan, pada tahun

dan dimasukkan kedalam matriks 2017 hanya puskesmas Massenga yang

berdasarkan pada item pertanyaan kemudian ditunjuk sebagai lokus PIS-PK dan telah

dilakukan teknik analisis konten, kesimpulan mengadakan pendataan keluarga, serta telah

dari matriks kemudian dianalisis dan melakukan penginputan data pada sistem

dijelaskan kedalam narasi. aplikasi keluarga sehat. Dari ketiga


puskesmas yang diteliti menurut analisis
HASIL PENELITIAN
dokumen ditemukan masih ada satu
Implementasi Program Indonesia Sehat puskesmas yang sama sekali belum
dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas memasukkan hasil pendataan pada aplikasi
Kabupaten Polewali Mandar yaitu puskesmas Tubbi Taramanu hal ini
Implementasi Program PIS-PK di terkendala karena hanya puskesmas Tubbi
Puskesmas Kabupaten Polewali Mandar telah Taramanu yang belum terdaftar pada aplikasi
mulai dilaksanakan pada tahun 2017 dimana keluarga sehat, jumlah keluarga yang telah
telah dilakukan sosialisasi di tingkat didata sampai dengan bulan april 2018 untuk
kabupaten mengenai tujuan dari program ini kabupaten Polewali Mandar sebanyak 25.405
dengan melibatkan semua puskesmas dan

126
Pujosiswanto , 2020
KK, baru sekitar 26,4% dari total sasaran KK eksternal hal ini sesuai dengan yang disampaikan

di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak informan:


“…iya sosialisasi sudah untuk internal sudah, kalo
95.884 KK, Hal ini sesuai dengan pernyataan
eksternal pada waktu kita mau mendata saja
informan
pengumuman di mesjid saja secara formal belum
“…sampai bulan maret semua puskesmas masih
ada…”(MYN 32 Tahun).
mendata keluarga, tahun lalu memang sudah ada
selesai satu dusun tapi belum maksimal, tahun ini kita
“…tujuan kebijakannya untuk tahap awal ini melalui
baru fokus, lambat memang tapi yah kita tetap
pendataan keluarga untuk memperoleh data kesehatan
jalan…”(IDM 43 Tahun)
keluarga, dianalisis, di tentukan prioritas masalah
Berdasarkan pernyataan diatas kita dan tindakan untuk menengani permasalahan disuatu
dapat simpulkan bahwa program ini telah wilayah dalam rangka penguatan manajemen
dilaksanakan namun belum berjalan pelayanan kesehatan..”(YSN 48 Tahun)

maksimal. Sosialisasi dan pelatihan telah Sedangkan dari segi konsistensi

dilakukan di tingkat kabupaten dan dalam komunikasi ditemukan bahwa :


“…Konsitensi kebijakan saya rasa iya, dari tahun
tahapan implementasi PIS-PK keseluruhan
lalu kami sosialisasikan tidak ada yang berubah,
puskesmas kabupaten Polewali Mandar
materinya tetap sama…” (NSM 41 Tahun)
masih dalam tahapan awal yaitu kegiatan
Berdasarkan pernyataan informan
kunjungan rumah untuk pengumpulan data
diatas dari sisi komunikasi telah dilaksanakan
kesehatan keluarga.
sosialisasi program. Dari penjelasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
informan keseluruhan implementor telah
implementasi kebijakan PIS-PK
memahami maksud dan tujuan dari program
Faktor Komunikasi
ini ialah dalam rangka penguatan manajemen
Dari hasil penelitian diperoleh informasi
upaya pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk
bahwa dalam hal konsistensi komunikasi
konsistensi kebijakan sendiri dari hasil
informasi dari tingkat kabupaten ke puskesmas
penelitian ditemukan bahwa kebijakan sudah
sudah berjalan sesuai dengan petunjuk kebijakan
yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan,
berjalan dengan konsisten tidak ada

sosialisasi baik internal maupun eksternal telah perubahan atau penambahan aturan-aturan
dilaksanakan baik oleh dinas kesehatan baru mengenai pelaksanaan program ini
kabupaten maupun oleh puskesmas, dari ketiga sampai penelitian ini berlangsung.
puskesmas hanya puskesmas Tubbi Taramanu Faktor Sumber daya
yang belum melaksanakan sosialisasi di tingkat Sumberdaya adalah salah satu faktor
penting dalam implementasi program baik

127
Pujosiswanto , 2020
dari segi kecukupan maupun dari segi pengadaan sarana pendukung dalam
kualitas sumberdaya, dari hasil penelitian mengelola data keluarga seperti laptop,
untuk sumberdaya anggaran dari hasil handphone android masih belum ada jadi
wawancara dengan informan mengemukakan petugas masih memanfaatkan sarana yang
informasi bahwa: ada dipuskesmas berupa manual yaitu
“ …Tahun 2017 kami melakukan pendataan, di POA melalui formulir kesehatan keluarga,
tidak ada khusus anggaran, karena belum jelas di
sedangkan untuk puskesmas Tubbi Taramanu
juknis BOK, baru tahun ini (2018) jelas dicantumkan
bahkan sama sekali belum melakukan
item kegiatan PIS-PK di dana BOK...”(AZS 42 Tahun)
penginputan data kelurga, salah satu yang
“…yang 2017 itu ada anggaran penggandaan format menjadi kendala adalah tidak tersedianya
saja sekitar 5 jutaan operasional belum ada, tahun jaringan internet yang menjangkau wilayah
2018 ini karena juknis BOK sudah ada item program
puskesmas, juga terkendala data dipusat
PIS-PK, kami di POA puskesmas menganggarkan 100
dimana puskesmas Tubbi Taramanu belum
juta untuk kegiatan BOK selama setahun mulai dari
pendataan sampai tahap intervensi, tapi sampai bulan terdata didalam database Kementrian
empat dana BOK Belum cair, kami pakai dana pribadi Kesehatan berikut kutipan informasi yang
saja dulu…” (YSN 48 Tahun) diperoleh dari informan:
Dari segi sumber anggaran dari hasil “…kami sudah mendata, tapi hasilnya belum bisa
penelitian ditemukan dukungan anggaran terinput karena puskesmas kita belum terdaftar
didatabase kementrian, belum lagi jaringan telpon
selama tahun 2017 belum maksimal, baru
belum sampai ke puskesmas kami, jadi agak lama
pada tahun 2108 dilaksanakan perencanaan
dalam input ke sistem…” (SDM 42 Tahun)
penganggaran dalam melaksanakan program
Mengenai dukungan sarana prasarana
PIS-PK namun dalam pencairannya masih
program informan menyampaikan bahwa:
dinilai lambat oleh informan diketiga “kalau pengadaan Komputer,Laptop atau HP
puskesmas, sampai dengan triwulan pertama smarthphone khusus program ini belum ada, semua
dana kegiatan belum dapat dicairkan masih memakai pribadi,alat tensi juga biasaya kita
pakai bergantian tidak ada pengadaan khusus dari
sedangkan dinas kesehatan memasang target
dinas atau puskesmas, Pengadaan Pinkesga juga
total coverage pada bulan juni 2018.
belum ada sampai saat ini…” (DM 33 Tahun)
Sedangkan dari sisi sumberdaya sarana
Dari faktor sumberdaya dapat
prasarana juga masih dirasakan kurang
disimpulkan menjadi salah satu faktor
mendukung dalam pelaksanaan program, dari
penghambat dalam pelaksanaan kegiatan
hasil penelitian ditemukan bahwa untuk
PIS-PK, ditahun 2017 anggaran untuk

128
Pujosiswanto , 2020
program ini masih terbatas, dan yang menjadi puskesmas, sehingga nanti intervensi bisa tepat
sasaran, mungkin yang masih jadi sedikit kendala
kendala adalah lambatnya proses pencairan
masih ada sikap sebahagian masyarakat yang
anggaran yang sampai triwulan pertama
menolak untuk diperiksa dan didata, tapi kami tetap
petugas belum menerima dana kegiatan upaya persuasif kemasyarakat….” (IDM43 Tahun)
pendataan keluarga sedangkan mereka Dalam pelaksanaan kebijakan PIS-PK
dituntut oleh dinas kesehatan kabupaten implementor telah menunjukkan sikap
untuk total coverage pada juni tahun 2018, menerima pelaksanaan kebijakan mereka
sedangkan dari sisi sarana prasarana telah menerima pelatihan dan sosialisai
pendukung masih dirasakan kurang mengenai kegiatan PIS-PK hal ini dibuktikan
mendukung pelaksanaan program, seperti dari hasil wawancara pada implementor
aplikasi program yang belum memasukkan ditiga puskesmas menyatakan mereka siap
semua puskesmas serta belum munculnya menjalankan program, implementor tetap
indikator keluarga di tingkat desa sampai menjalankan tahap awal kunjungan rumah
kabupaten, kendala jaringan internet untuk pendataan meskipun dengan segala
diwilayah puskesmas terpencil, serta keterbatasan anggaran yang mereka
kurangnya sarana pendukung pengolahan memiliki, dari segi sikap yang masih menjadi
data keluarga. sedikit kendala adalah sikap penerimaan
Faktor Disposisi sebahagian masyarakat yang menolak untuk
Komitmen pelaksana program PIS- diperiksa dan didata oleh tenaga kesehatan.
PK sudah sangat baik, hal ini terlihat dari Faktor Struktur birokrasi
kuatnya keinginan dan semangat mereka Mengenai pernyataan tentang struktur
dalam menjalankan program ini dari jajaran birokrasi dalam hal ini koordinasi berjenjang
pengambil kebijakan sampai dengan ditemukan bahwa belum berjalan dengan
pelaksana kegiatan. Hal ini sesuai dengan baik hal ini sesuai dengan pernyataan
pernyataan informan: informan:
“…sikap teman-teman menerimaji program ini, “ kami belum pernah melakukan evaluasi triwulan
buktinya meskipun dana belum cair, mereka tetap pertama ini, kami belum bisa jalan maksimal, karena
semangat menjalankan program ini, jadi mereka SK dari kepala dinas belum ditandatangi, hanya saja
mendata diluar jam kantor, bahkan ada yang mendata setahu kami yang ditunjuk sebagai pengelola
sampai magrib” (AZS, 41 Tahun) dikabupaten itu dari bidang pelayanan dan
perencanaan” NSM (41 Tahun)
“…sikap kami jelas menerima program ini, apalagi ini
Dalam hal koordinasi berjenjang
sangat membantu dalam penguatan database

129
Pujosiswanto , 2020
ditemukan bahwa belum terbentuknya internal maupun eksternal puskesmas,
struktur yang baku ditingkat dinas kesehatan berikutnya adalah faktor disposisi sikap
dalam hal struktur koordinasi program pelaksana telah menerima untuk
dengan puskesmas, dari ketiga puskesmas melaksanakan program, sedangkan faktor
meyatakan koordinasi menjadi salah satu yang menghambat pelaksanaan PIS-PK
kendala yang menghambat pelaksanaan adalah dari sisi faktor sumberdaya dimana
program dilapangan, karena masalah yang masih ada keterbatasan angggaran dan
ditemui tidak dapat langsung direspon oleh keterlambatan pencairan anggaran,
yang memiliki wewenang lebih tinggi dalam begitupula dengan keterbatasan sarana dan
hal ini dinas kesehatan kabupaten dan dari prasarana program yang masih kurang,
ketiga puskesmas dalam hal struktur adapun faktor struktur birokrasi belum
organsiasi program PIS-PK hanya puskesmas terbentuk dengan baik sehingga koordinasi
Tinambung yang telah memiliki SK program antara puskesmas dan dinas
pengelola program, sedangkan untuk kesehatan belum berjalan dengan baik
puskesmas Massenga dan puskesmas Tubbi Untuk menjamin implementasi
Taramanu mengenai tugas dan fungsi mereka program dapat berjalan lancar sebelum
dalam tim PIS-PK masih sebatas pernyataan penyampaian berbagai keluaran kebijakan
lisan dari kepala puskesmas, tidak ditemukan dilakukan kepada kelompok sasaran maka
bentuk fisik dalam bentuk surat keputusan. perlu didahului dengan penyampaian
PEMBAHASAN informasi, dalam hal ini berdasarkan hasil
Penelitian ini menemukan bahwa penelitian dilapangan transmisi komunikasi
Implementasi Program Indonesia Sehat kebijakan program telah berjalan dengan baik
dengan Pendekatan keluarga (PIS-PK) telah yang dilakukan berupa kegiatan sosialisasi
terlaksana namun belum berjalan maksimal. program yang dilaksanakan secara ekternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi maupun internal, mulai dari tingkat propinsi
implementasi Program Indonesia Sehat sampai dengan puskesmas baik dalam bentuk
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di metode pertemuan lintas sektor dengan
Puskesmas kabupaten Polewali Mandar ceramah, maupun berupa instruksi atau
ditemukan bahwa faktor yang mendukung persuratan.
yaitu faktor komunikasi sudah terlaksana Hal ini sesuai dengan yang
dengan baik dengan adanya sosialisasi baik disampaikan Purwanto and Sulistyastuti

130
Pujosiswanto , 2020
(2015) bahwa kegiatan penyampaian mengalami kendala karena tidak ada alokasi
informasi dalam implementasi kebijakan ini anggaran yang disiapkan baik dari dinas
biasa disebut sebagai kegiatan sosialisasi, kesehatan maupun dari puskesmas sedangkan
sosialisasi dapat dilakukan melalui dua cara, pada tahun 2018 baik dinas maupun
yaitu secara langsung dan tidak langsung, puskesmas telah menganggarkan anggaran
dengan tujuan pemberian informasi adalah untuk pelaksanaan program PIS-PK dengan
agar kelompok sasaran memahami kebijakan mengacu pada juknis alokasi dan BOK tahun
yang akan diimplementasikan sehingga 2018, hanya saja sebahagian informan masih
mereka tidak hanya akan dapat menerima menggunakan dana pribadi untuk
berbagai program yang diinisiasi oleh menjalankan program karena keterlambatan
pemerintah akan tetapi berpartisipasi aktif pencairan dana.
untuk mewujudkan tujuan kebijakan. Begitupula dari sarana prasarana
Berdasarkan studi dari hampir semua puskesmas mengeluhkan
Suphanchaimat., dkk (2015) menemukan ketiadaan pinkesga sebagai salah satu
bahwa beberapa tantangan operasional instrumen yang harusnya ada pada saat
program dimana faktor komunikasi yang pendataan dan sarana Teknologi Informasi
tidak memadai dan panduan layanan yang seperti komputer/ handphone android untuk
tidak jelas berkontribusi terhadap mendukung penginputan belum ada
ketidakefektifan dalam belanja anggaran dan pengadaan khusus begitu juga dengan tensi
penyediaan layanan. Tentunya program PIS- yang digunakan pada saat mendata masih
PK ini masih memerlukan lebih banyak menggunakan peralatan pribadi dari petugas.
sosialisasi agar dapat meningkatkan Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang
pemahaman bagi setiap staf yang ada di dilakukan oleh Laelasari et al. (2017) bahwa
puskesmas maupun bagi masyarakat yang yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
menerima manfaat dari kegiatan PIS-PK ini. pendataan PIS-PK di puskesmas adalah
Faktor sumberdaya berdasarkan hasil belum ada peningkatan pengetahuan terutama
penelitian mengenai sumberdaya dibagi mengenai IT dan analisis data; belum
berdasarkan alokasi anggaran dan sarana tersedianya perangkat IT (gadget, program
prasarana, dari tiga puskesmas yang diteliti entry yang masih belum pasti) peralatan
dalam hal ketersediaan instrumen kebijakan penunjang seperti IT diperlukan guna
dalam hal anggaran, pada tahun 2017 sedikit mendukung pelayanan kesehatan, diera

131
Pujosiswanto , 2020
digitalisasi penggunaan internet sebagai Dalam hal disposisi kesiapan
sarana komunikasi antar pelayanan kesehatan pelaksana adalah hal yang penting dalam
sudah tidak dapat dihindarkan lagi, kecepatan mendukung keberhasilan implementasi
informasi dibutuhkan agar pengambilan kebijakan, artinya bahwa sejelas dan
keputusan dapat direncanakan dengan cepat, sekonsisten apapun peraturan atau kebijakan
sehingga penyediaan sumberdaya ini menjadi dilakukan, jika para pelaksananya baik pusat
bagian penting dalam pelaksanaan program. maupun daerah yang terlibat didalam
Sebelum menerapkan sistem ini seharusnya pelaksanaanya kebijakan kurang memahami
dibuat perencanaan yang memadai dan atau tidak memiliki kesiapan atau kemauan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sehingga tidak dapat melakukan kegiatan
agar program kegiatan dapat berkelanjutan secara efektif.
dengan baik (Kiberu dkk., 2017). Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Ketidakselarasan antara sumberdaya sikap seluruh implementor mulai dari tingkat
yang ada dengan kebutuhan program kabupaten sampai dengan puskesmas telah
memiliki risiko yang signifikan terhadap menyatakan kesiapannya untuk mendukung
kegagalan implementasi. Faktor-faktor yang program PIS-PK ini, hal ini dibuktikan
menjadi kendala kemampuan informasi dan meskipun dengan keterbatasan sumberdaya
komunikasi, pendidikan dan keahlian yang ada dalam menjalankan program seperti
pelaksana serta kemampuan anggaran harus ketidakadaan pinkesga ataupun dana
diidentifikasikan dan ditangani sedini transportasi kegiatan yang belum cair,
mungkin, dalam kajian Ugwuanyi and mereka tetap bersemangat untuk menjalankan
Chukwuemeka (2013) mengenai hambatan program ini, hal ini dibuktikan dengan
penerapan kebijakan di Nigeria, salah satu capaian pendataan dan pelaksanaan
dari lima hambatan yang ditemukan adalah sosialisasi yang telah dilaksanakan.
permasalahan sumberdaya instansi atau Penelitian oleh Laelasari et al. (2017)
lembaga yang dibebani tanggung jawab menemukan bahwa pada hasil pengumpulan
melaksanakan kebijakan yang diberikan tidak data kabupaten/kota dengan pendataan lebih
memiliki sumberdaya yang dibutuhkan baik dari 50% Sebagian informan (kepala
sumberdaya manusia maupun keuangan puskesmas) menyatakan siap melakukan
untuk penerapan kebijakan yang efektif. pendataan, yang ditunjukan dengan
dibuatnya SK atau surat penugasan khusus

132
Pujosiswanto , 2020
bagi tenaga yang terlibat. Menurut George C. puskesmas belum pernah melakukan
Edward III, disposisi atau sikap para koordinasi yang resmi dengan pengelola di
pelaksana adalah faktor penting dalam dinas kesehatan mengenai capaian program
pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika sejauh ini.
pelaksanaan ingin efektif, maka para Menurut Handoko (2003)
pelaksana tidak hanya harus memiliki pendelegasian wewenang atau tanggung
kemampuan untuk melaksanakannya, dimana jawab dari atasan kepada bawahan
kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi merupakan suatu proses yang diperlukan agar
oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor organisasi dapat berfungsi lebih efisien dan
pelaksana (Agustino, 2016). efektif. Delegasi memungkinkan bawahan
Struktur birokrasi diperlukan untuk untuk tumbuh dan berkembang. langkah
mengatur sumber daya atau pelaksana dapat utama dalam melakukan pendelegasian
melaksanakan kegiatan dengan kondusif dan wewenang atau tanggung jawab adalah
terkoordinasi dengan baik. Dalam penjelasan penugasan, spesifikasikan tentang
pengelolaan kebijakan yang kompleks keleluasaan bawahan, memberikan
diperlukan struktur birokrasi yang kuat dan kesempatan pada bawahan untuk
dapat mengatur kerjasama orang-orang atau berpartisipasi dan menetapkan kontrol umpan
sumber daya di dalamnya secara efektif, balik. Dengan ini maka bawahan akan
dalam program Ini alur birokrasinya bersifat menerima pertanggung jawaban untuk hasil-
top-down mulai dari kementrian sampai hasil yang akan menerima pertanggung
tingkat puskesmas, dari hasil penelitian jawaban untuk hasil-hasil yang akan
ditemukan bahwa untuk struktur birokrasi diharapkan. Ketua organisasi atau
dan jalur koordinasi antara tingkat kabupaten penanggung jawab program dapat
belum berjalan dengan baik tim pengelola mendelegasikan wewenang kepada anggota
kabupaten sampai sejauh ini belum ada organisasi lainnya bila dianggap perlu dan
struktur yang jelas karena SK belum bermanfaat untuk pencapaian keberhasilan
dikeluarkan oleh dinas kesehatan, kepala program.
dinas kesehatan telah menunjuk bagian KESIMPULAN DAN SARAN
perencanaan dan pelayanan sebagai Implementasi Program Indonesia
pengelola program ini tapi belum berjalan Sehat dengan Pendekatan Keluarga telah
secara maksimal, sampai saat ini pihak berjalan di semua Puskesmas Kabupaten

133
Pujosiswanto , 2020
Polewali Mandar sejak tahun 2017, namun Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian
Kesehatan. (2016) Laporan Tahunan
belum berjalan dengan maksimal. adapun
Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun
Faktor yang mendukung implementasi 2016. Jakarta.
kebijakan adalah Faktor komunikasi, dimana Handoko, T. H. (2003). Manajemen Edisi 2.
sosialisasi telah dilaksanakan baik dari Yogyakarta: BPFE.

internal maupun eksternal, Faktor sikap Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
petugas yang menerima program dengan baik tentang Pedoman Penyelenggaraan
dan telah melaksanakan kegiatan pendataan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
keluarga guna mendukung keberhasilan PIS- (2016).
PK, sedangkan Faktor yang menghambat
Laelasari, E., Anwar, A., & Soerachman, R.
adalah dari Faktor sumberdaya dimana (2017). Evaluasi Kesiapan
keterbatasan dan keterlambatan pencairan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
Dengan Pendekatan Keluarga. Jurnal
anggaran serta sarana prasarana program Ekologi Kesehatan, 16(2), 57-72.
yang kurang membuat program kurang Laksono, A. D., Mubasyiroh, R., Laksmiarti,
berjalan maksimal, sedangkan dari Faktor T., Nurhotimah, E., Suharmiati, &
Sukoco., N. E. (2016). Aksesibilitas
Struktur Birokrasi, koordinasi berjenjang Pelayanan Kesehatan di Indonesia.
antar dinas kesehatan dan puskesmas belum Daerah Istimewa Yogyakarta: PT
Kanisius.
berjalan dengan baik, Saran kami, agar dinas
kesehatan kabupaten dapat segera membuat Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R.
(2015). Implementasi Kebijakan
struktur organisasi program untuk Publik : Konsep dan aplikasinya di
mempermudah koordinasi, memudahkan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.
proses pencairan anggaran serta mengadakan
Rocha, R., & Soares, R. R. (2010). Evaluating
sarana-prasarana pendukung program. The Impact Of Community-Based
Health Interventions: Evidence From
Brazil’s Family Health Program.
Helath Econ, 19, 126-158. doi:
DAFTAR PUSTAKA 10.1002/hec.1607
Agustino, L. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan Siddharudha Shivalli, J. P. M., K. M.
Publik (Edisi Revisi). Bandung: Akshaya, Ghulam Jeelani Qadiri.
Alfabeta. (2015). Family Centered Approach in
Primary Health Care: Experience
Ayuningtyas, D. (2015). Kebijakan from an Urban Area of Mangalore,
Kesehatan: Prinsip dan Praktik. India. The Scientific World Journal.
Jakarta: Rajawali Pers.

134
Pujosiswanto , 2020
Ugwuanyi, B. I., & Chukwuemeka, E. E. O.
(2013). The Obstacles To Effective
Policy Implementation By The Public
Bureaucracy In Developing Nations:
The Case Of Nigeria. Kuwait Chapter
of Arabian Journal of Business and
Management Review, 2(7).

135

Anda mungkin juga menyukai