Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 02 No. 02 Juni 2013 Halaman 77 - 85


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

ANALISIS UNTUK PENERAPAN KEBIJAKAN: ANALISIS STAKEHOLDER


DALAM KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
DI KABUPATEN KEPAHIANG
ANALYSIS FOR POLICY IMPLEMENTATION: STAKEHOLDER ANALYSIS OF MATERNAL,
NEONATAL AND CHILD HEALTH PROGRAM POLICY IN KEPAHIANG REGENCY

Iswarno1, Mubasysyir Hasanbasri2, Lutfan Lazuardi2


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT kegiatan yang dianggap cost effective. Kesinambungan pro-


Background: Maternal, neonatal and child health (MNCH) gram KIA sangat tergantung pada komitmen politik dan dukungan
program is a national priority programs in health development. dari para stakeholder yang ada di daerah. Karenanya, melaku-
In 2006 the Ministry of Health to provides the largest budget kan analisis stakeholder menjadi penting untuk pengembangan
allocation to the KIA programs. This policy was taken in order kebijakan program KIA ke depan.
to accelerate the decline in maternal mortality and infant through Tujuan Penelitian: Mengetahui bagaimana komitmen politik
the implementation of the making pregnancy safer strategy pemerintah daerah terhadap program KIA di Kabupaten
(MPS) with focus on some activities that are considered to be Kepahiang.
cost effective. MNCH sustainability of the program depends Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian des-
on political commitment and support from stakeholders in the kriptif, bersifat kualitatif dengan rancangan studi kasus. Unit
region. Therefore, stakeholder analysis is important for the analis is penelitian adalah Dinas Kesehatan Kabupaten
implementation of policy to support the MNCH program. Kepahiang. Cara pengambilan data dengan melakukan brain-
Objectives:Assessing the political commitment of the local storming, wawancara mendalam, laporan-laporan dan doku-
government to MNCH program in Kepahiang Regency. men, dan pengamatan langsung.
Methods: This research is a descriptive, qualitative design Hasil: Komitmen politik pemerintah daerah terhadap program
with a case study. Unit of analysis is a research MNCH program KIA masih rendah, ini terbukti dengan minimnya alokasi anggaran
stakeholder. How do the data with the brainstorming, depth program KIA. Meskipun pada dasarnya seluruh stakeholder
interviews, reports and documents, and direct observation. setuju dan mendukung adanya program tersebut. Keterlibatan
Results: Political commitment of the local government to stakeholder lokal dalam proses perencanaan dan penganggar-
maternal, neonatal and child health program is still low, this is an program masih kurang. Koordinasi antara dinas kesehatan
evidenced by the lack of budget allocation maternal, neonatal dengan stakeholder kunci dalam perencanaan dan penganggar-
and child health program. Essentially all stakeholders agree an juga tidak berjalan dengan baik, sehingga sering terjadi
and support the program. The involvement of local stakeholders perbedaan pemahaman tentang program. Selain itu kualitas
in the process of planning and budgeting programs is still lacking. perencanaan kegiatan dinilai masih rendah, dan lemahnya advo-
Coordination among health agencies with key stakeholders in kasi dinas kesehatan.
the planning and budgeting also are not running well, so often Kesimpulan: Kecilnya alokasi anggaran untuk program KIA
there are differencesin understanding the program. Besides menunjukkan komitmen pemerintah daerah masih rendah. Per-
the quality planning activities are still considered low, and there masalahan ini lebih banyak disebabkan karena kualitas peren-
is still weak advocacy capacity of health district office. canaan (desain) program yang kurang baik disamping peran
Conclusion: The small budget allocation for the program dan keterlibatan stakeholder dalam proses perencanaan masih
shows the commitment to maternal, neonatal and child health kurang.
program of the local government is still low. This problem was
more due to the quality of the program planning (design) that is Kata kunci: Stakeholder, Kebijak an KIA, Kabupaten
not well-developed. Also the role and involvement of Kepahiang
stakeholders in the planning process is still lacking.
PENGANTAR
Keywords: Stakeholder, MNCH policy
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
ABSTRAK Kematian Bayi (AKB) sampai saat ini masih menjadi
Latar Belakang: Program kesehatan ibu dan anak (KIA) me- permasalahan utama di Indonesia. Berdasarkan
rupakan program prioritas nasional dalam pembangunan kese- perhitungan dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada
hatan. Pada tahun 2006 Departemen Kesehatan memberikan tahun 2007 diperoleh AKI sebesar 248 per 100.000
alokasi anggaran terbesar untuk program KIA. Kebijakan ini
diambil dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian
kelahiran hidup dan AKB sebesar 26,9 per 1.000
ibu dan bayi melalui implementasi strategi making pregnancy kelahiran hidup. Angka ini memang sudah cukup jauh
safer (MPS) dengan melakukan penajaman pada beberapa menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013  77


Iswarno, dkk.: Analisis Untuk Penerapan Kebijakan

sebelumnya. Data terakhir adalah dari hasil Survei Pemerintah Kabupaten Kepahiang serta berbagai
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun stakeholder lokal lainnya untuk kesinambungan pro-
2002-2003, yang menunjukkan AKI sebanyak 307 gram KIA. Mulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat
per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 35 per 1.000 formal dalam program KIA seperti sosialisasi dan
kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). advokasi program KIA melalui berbagai pertemuan
Meskipun terus menurun, AKI dan AKB di Indo- dan penyusunan rencana, hingga yang bersifat non
nesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan de- formal melalui lobbying. Upaya yang dilakukan sam-
ngan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Akibat pai dengan tahun 2008 belum memperlihatkan hasil
komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sebagaimana yang diharapkan, dimana alokasi ang-
sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 garan untuk porgram KIA yang bersumber dari APBD
ibu yang meninggal setiap tahunnya di Indonesia. sangat minim. Program KIA menunjukkan belum
BPS memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru menjadi salah satu agenda politik penting dan prio-
mencapai 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 ritas dalam penganggaran di Kabupaten Kepahiang.
kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target
dalam Millennium Development Goals (MDGs) pada BAHAN DAN CARA PENELITIAN
tahun tersebut adalah 102. Dengan demikian, bila Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
dilihat dari kecenderungan penurunan AKI yang ada bersifat kualitatif dengan rancangan studi kasus. Tu-
sampai dengan saat ini, sepertinya pencapaian tar- juannya untuk memperoleh gambaran dan penjelas-
get MDGs masih jauh dari harapan. Sedangkan untuk an yang mendalam mengenai permasalahan peneliti-
AKB, menurut proyeksi BPS (BPS-UNDP-Bappenas, an. Oleh karena itu perhatian difokuskan pada masa-
2005), pada tahun 2003 AKB terus membaik hingga lah-masalah yang bersifat aktual dalam setting ala-
mencapai 33,9 per 1.000 kelahiran hidup. Dengan miah. Kebijakan program KIA merupakan sebuah pro-
kecenderungan perkembangan pencapaian AKB se- ses politik.Oleh sebab itu, peristiwa atau fenomena
cara nasional seperti ini, pencapaian target MDGs proses kebijakan tersebut tidak dapat dimanipulasi,
pada tahun 2015 diperkirakan sudah akan tercapai dan memerlukan multi sumber bukti untuk dapat
pada tahun 20131. mempelajarinya yaitu melalui pendekatan studi
Untuk mempercepat penurunan Angka Kemati- kasus. Adapun yang menjadi kasus dalam penelitian
an Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai ini adalah kebijakan program KIA di Kabupaten
dengan target dan sasaran diatas, serta memperhati- Kepahiang Provinsi Bengkulu.
kan kesepakatan dalam penetapan Millenium De-
velopment Goal tahun 2015 (MDG), pada tahun 2006 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pemerintah telah menetapkan program kesehatan 1. Komitmen Politik Untuk Program Kesehatan
ibu dan anak atau disebut juga dengan Maternal Ibu dan Anak
Neonatal Child Health (MNCH) sebagai salah satu a. Pernyataan Sikap Politik
program prioritas secara nasional. Untuk itu upaya Ada tiga indikator yang digunakan dalam menilai
yang dilakukan adalah fokus kembali (refocusing) bagaimana komitmen politik untuk program KIA pada
pada intervensi jenis-jenis pelayanan esensial penelitian ini, yaitu:1) berapa banyak pernyataan-
selama ini yang dinilai cost effective. Sementara pernyataan dukungan atau statemen dari para pe-
itu, strategi yang diterapkan dalam upaya percepatan mimpin, pejabat birokrat, politisi dan pembuat kepu-
penurunan AKI dan AKB masih menggunakan stra- tusan di daerah terkait dengan kebijakan, 2) berapa
tegi Making Pregnancy Safer (MPS) dengan mela- banyak peraturan daerah, dan atau keputusan bupati,
kukan penajaman pada beberapa jenis kegiatan2. kepala dinas yang dikeluarkan oleh para pengambil
Pelaksanaan program KIA dengan strategi MPS kebijakan untuk mendukung pelaksanaan program,
di Kabupaten Kepahiang dilakukan melalui beberapa dan 3) bagaimana pengalokasian sumber daya ter-
kegiatan, yaitu: 1) pembentukan dan pengembangan utama anggaran untuk memback-up dukungan
desa siaga, 2) puskesmas mampu Pelayanan Obs- tersebut.
tetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), 3) Berapa banyak pernyataan terbuka di depan
capacity building, melalui berbagai pelatihan teknis umum atau di media massa yang dikeluarkan oleh
dan manajerial, 4) revitalisasi posyandu, dan (5) para pemimpin, pejabat publik daerah, politisi, biro-
pembentukan District Team Problem Solving(DTPS). krat dan para pembuat keputusan yang menunjukkan
Secara umum program ini telah memberikan banyak dukungan mereka terhadap kebijakan program KIA
keuntungan dari aspek penyediaan pelayanan. sulit didapat. Berdasarkan catatan penulis selama
Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mengikuti beberapa kali pertemuan, dalam pidato-
menggalang dukungan dan komitmen politik dari pidato dan sambutannya Bupati Kepahiang sering-

78  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

kali menekankan pentingnya pembangunan kesehat-


an. Pernyataan dukungan dari para politisi, anggota
legislatif, pejabat pemerintah daerah dan para pem-
buat keputusan yang ada selama ini masih lebih
banyak sebatas lisan saja dan belum ada yang se-
cara nyata menerima isu kemudian mengambil pra-
karsa untuk melibatkan diri dalam memperjuangkan
isu itu bersama dengan yang lain, mereka lebih ba-
nyak menunggu apa yang akan diusulkan oleh dinas
kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan ibu. Sumber:Data Anggaran DPA-SKPD Dinkes Kabupaten
Kepahiang Tahun 2008

b. Dukungan Kebijakan Gambar 1. Proporsi Alokasi Anggaran Program-


Secara tertulis juga belum ada dokumen berupa Program Kesehatan Tahun 2008
peraturan daerah atau keputusan bupati yang secara
khusus memberikan perhatian untuk mengatasi ma- 2) Trend alokasi anggaran
salah kesehatan ibu dan anak. Namun, ada satu
kebijakan pemerintah daerah yang mengarah kepada
dukungan terhadap program KIA, yaitu pengangkatan
perawat dan bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap
(PTT) daerah sejak tahun 2006 hingga sekarang.
Perawat dan bidan PTT daerah tersebut diangkat
berdasarkan surat keputusan bupati dan mendapat
gaji dari dana APBD.
Satu-satunya dokumen yang memuat tentang
prioritas program KIA adalah Rencana Strategis
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tahun 2005- Gambar 2. Trend Alokasi Anggaran Program KIA
2009. Akan tetapi dalam proses penyusunannya be- (Rupiah)
lum melibatkan stakeholder secara optimal, sehing-
ga belum ada pembagian peran dan fungsi yang jelas Gambar di atas menunjukkan adanya kenaikan
dari masing-masing pihak yang terkait dengan pro- alokasi anggaran yang sangat drastis pada tahun
gram KIA. 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Lonjakan anggaran terjadi pada sumber dana DHS
c. Alokasi Anggaran Program Kesehatan Ibu dan dana dekon. Tahun 2007 dana DHS menurun,
dan Anak kemudian menurun lagi pada tahun 2008, hingga nol
1) Proporsi sumber alokasi anggaran pada tahun 2009. Kecenderungan untuk dana dekon
Berdasarkan hasil penelusuran dokumen dan juga hampir serupa dengan dana DHS, terlihat me-
laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepa- ningkat pada dua tahun pertama kemudian menurun
hiang, sejak tahun 2006-2008 terdapat tiga sumber di tahun 2008 hingga nol pada tahun 2009. Alokasi
pembiayaan untuk program KIA. Sumber pembia- anggaran dari dana APBD terlihat stagnan, hanya
yaan tersebut berasal dari: 1) Proyek DHS1 ADB sedikit sekali terlihat naik pada tahun 2009. Tidak
Provinsi Bengkulu, 2) dana Dekonsentrasi, dan 3) adanya lagi alokasi anggaran dari dana DHS pada
Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD Kabupaten tahun 2009 disebabkan karena proyek ini memang
Kepahiang. sudah berakhir di tahun 2008.

Tabel 1. Alokasi Anggaran Program Kesehatan Ibu 3) Teknik pengalokasian


dan AnakTahun 2006-2008 Pengalokasian anggaran kesehatan dari Dana
Sumber Alokasi Anggaran (Rp) Persentase Alokasi Umum(DAU) (APBD) Kabupaten Kepahiang
DHS 1,323,895,000 69% selama ini tidak menggunakan formula tertentu. Alo-
Dekon 564,170,000 30%
APBD 17,000,000 1% kasi anggaran kesehatan yang diperoleh lebih dida-
sarkan pada kemampuan lobby, penyampaian argu-
Jika dibandingkan dengan alokasi anggaran pro- mentasi, negosiasi dan kebutuhan. Demikian juga
gram-program kesehatan lainnya, proporsi alokasi dengan alokasi anggaran untuk masing-masing pro-
anggaran untuk program KIA pada tahun 2008 sangat gram di dinas kesehatan. Besarnya alokasi anggaran
kecil. setiap program didasarkan pada ketersediaan ang-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013  79


Iswarno, dkk.: Analisis Untuk Penerapan Kebijakan

garan, kemudian apakah program sudah mendapat oleh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan ka-
pendanaan dari luar selain APBD, program yang di- bupaten, dan dari media massa baik cetak maupun
anggap prioritas, dan urgensi serta kejelasan uraian elektronik seperti televisi, koran dan radio, sebagai-
kegiatan yang diusulkan oleh pengelola program. Se- mana terungkap dari hasil wawancara berikut ini:
lain pertimbangan di atas, adakalanya untuk pro-
gram tertentu yang bersifat politis, akan ditentukan “Ya, sudah…dari kegiatan sosialisasi-
sosialisasi baik yang dilaksanakan oleh Dinas
sendiri oleh kepala dinas. Sebagai contoh alokasi Kesehatan Kabupaten Kepahiang maupun
anggaran untuk program jaminan kesehatan daerah Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu”. (R16)
(Jamkesda) yang baru diluncurkan tahun 2009.
“…ya pernah dengar, dari media masa
kemudian juga dari apa…dinas kesehatan,
Stakeholder Program Kesehatan Ibu dan Anak dari bidan desa, dari puskesmas”. (R21)
Berdasarkan hasil brainstorming, ada 26 kelom-
pok/orang stakeholderaktual maupun potensial yang “Ya sudah…ya jadi gini, yang pertama itu
teridentifikasi dalam kaitannya dengan kebijakan pro- dari...pidato sendiri, pidato dari M enteri
Kesehatan pada acara kegiatan..apa tu..hari
gram KIA, yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Tim Peren- kesehatan, yang kedua di media pun pernah
canaan Dinas Kesehatan, Proyek DHS1 ADB, Dinas kita dengar di televisi, bahkan yaitu di Kompas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, Departemen Kese- saya lupa itu..tapi saya pernah baca di Kompas
hatan RI, Bupati, Tim Anggaran Pemerintah Daerah/ ya..masalah program itu”. (R14)
TAPD (Bappeda, Kepala Bagian Keuangan, Kepala
Bagian Ekonomi dan Pembangunan), DPRD Kabu- Tabel dibawah ini menggambarkan tingkat
paten Kepahiang, Direktur RSUD, IBI, IDI, PPNI, pengetahuan responden terhadap program.
PKK, Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kantor
Tabel 2. Tingkat pengetahuan responden tentang
Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Gabungan kebijakan
Organisasi Wanita (GOW), camat, kepala puskes- Pengetahuan Jumlah Responden
mas, bidan koordinator, bidan di desa, kepala desa, 1 (kurang) 1
tokoh masyarakat, kader kesehatan, masyarakat 2 (sedang) 6
3 (baik) 16
khususnya kelompok ibu hamil, kelompok masya-
rakat miskin, dan dukun bersalin.
Jika mengacu kepada Ortrengen (2004), secara Gambaran minat dan kepentingan stakeholder
garis besar dalam penelitain ini terdapat 4 kategori dapat dilihat dari harapan, manfaat, dan sumberdaya
stakeholder kebijakan program KIA, yaitu: 1) Ke- yang dimilikinya. Kegiatan-kegiatan program KIA te-
lompok target, yaitu kelompok masyarakat terutama lah memberikan kesempatan kepada mereka untuk
ibu hamil, dan masyarakat miskin, 2) Kelompok mengakses pelayanan kesehatan dasar yang amat
pelaksana kegiatan yang terdiri dari: rumah sakit, dibutuhkan. Pelayanan kesehatan tersebut memung-
puskesmas termasuk di dalamnya tenaga kesehatan kinkan status kesehatan masyarakat menjadi lebih
terutama bidan, dokter, perawat, tenaga gizi dan sani- baik dan faktor-faktor resiko kematian ibu dan bayi
tarian, kelompok penyelenggara pelayanan kesehat- dapat di atasi.
an swasta, kader kesehatan, 3) Kelompok pembuat Kelompok kedua yang mendapatkan manfaat
kebijakan yang terdiri dari: Depkes, kepala dinas, dan keuntungan secara langsung dengan adanya
tim perencanaan dinas kesehatan, TAPD, dan program adalah kelompok pelaksana program, in-
DPRD, dan 4) Kelompok penyandang dana yakni: ternal dinas kesehatan terutama tenaga kesehatan.
Depkes, Proyek DHS1 ADB, Bupati (pemerintah Kebijakan program banyak memfokuskan kegiatan
daerah), dan masyarakat. pada upaya capacity building atau pembangunan dan
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui
Pengetahuan, Minat dan Kepentingan berbagai pelatihan dan workshop. Melalui pelatihan-
Stakeholder pelatihan akan memberikan banyak tambahan pe-
Tingkat pengetahuan stakeholder terhadap ke- ngetahuan dan skill yang dibutuhkan.
bijakan program sudah cukup baik. Seluruh respon- Para birokrat dan anggota legislatif yang me-
den sudah pernah mendengar dan mengetahui ten- miliki posisi sebagai pengambil keputusan, dan se-
tang adanya kebijakan program KIA yang salah satu kaligus merupakan leader, berkepentingan dalam
bentuk implementasinya adalah desa siaga. Penge- pembentukan citra, reputasi, dan penilaian publik
tahuan responden diperoleh dari beberapa sumber terhadap kinerja mereka baik secara lembaga/insti-
informasi. Sebagian besar rmendapatkan informasi tusi maupun secara individu, misalnya anggota
langsung dari kegiatan sosialisasi yang diadakan DPRD dimata konstituennya. Manfaat atau keun-

80  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

tungan yang diharapkan stakeholder sebagian me- Selain peran penting yang dimainkan oleh
mang bersifat tidak langsung. Dengan demikian se- Depkes, Proyek DHS1 ADB, dan Dinas Kesehatan
cara umum dapat disimpulkan bahwa dampak minat Provinsi Bengkulu dalam proses dan implementasi
dan kepentingan terhadap program adalah positif. kebijakan program KIA, ada sumber dana lain yang
juga tidak kalah pentingnya dalam memberikan du-
Posisi Stakeholderdalam Program Kesehatan kungan terhadap program dari segi penyediaan sara-
Ibu dan Anak na dan prasarana yaituDana Alokasi Khusus (DAK)
Penilaian seluruh stakeholder terhadap program bidang kesehatan. Melalui dana DAK dan APBD telah
adalah memberi manfaat kepada mereka baik secara dibangun 4 puskesmas baru, 3 puskesmas pemban-
langsung maupun tidak langsung, maka pada umum- tu, dan 7 unit polindes lengkap dengan peralatan
nya dan secara prinsip semua stakeholder berposisi kesehatannya untuk meningkatkan pelayanan kese-
mendukung dalam kebijakan ini. Berikut ini kutipan hatan terutama pelayanan KIA di desa-desa yang
pernyataan beberapa orang stakeholder dari hasil selama ini sulit dijangkau.
wawancara terkait dengan hal tersebut.
“jadi sebetulnya..keenam-enam item ini ya Pengaruh Minat dan Kepentingan Stakeholder
sangat perlu ya, dan memang harus kita Pemetaan stakeholder berdasarkan penilaian
dukung, jadi kita memberikan dukungan dari
sisi penyediaan SDM -nya, sehingga masya- pengaruh pentingnya stakeholder terhadap program
rakat kita di desa itu betul-betul… ee.. me- dapat dikategorikan dalam empat kelompok sebagai-
mahami sesungguhnya..ee..peran mereka mana terdapat pada gambar berikut ini:
untuk kegiatan ini, disamping kita harus
memberikan dukungan anggaran untuk
kegiatan ini melalui APBD kita…”. (R13) Tingkat Pengaruh
“Ya, kalau saya terus terang..masalah pro-
Tinggi Rendah
gram itu saya sangat setuju sekali, sebab
kalau kita lihat dari apa itu.. angka kematian,
Tinggi

Kelomp
kematian bayi, balita kemudian kematian ibu
Kepa ok
melahirkan.. itu untuk Indonesia itu masih Kelomp
Bup Bumil
cukup tinggi, jadi kita setuju dengan program la ok
itu..”. (R14). DPR
ati Koortim
Tingkat Pengaruh

Dina Maskin
D Perenca
s RSU
Peran dan Keterlibatan Stakeholder naan
DIBI,
Pada pertengahan tahun 2005, tepatnya pada Bappe IDI
bulan Juni, ketika isu tentang kematian ibu secara Bag.
da Kade
Cam
global kembali menghangat, Menteri Kesehatan RI KeuBag. Kader
s
at
menetapkan kebijakan penurunan Angka Kematian Ekobang Kesehat
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mewajib- an
Rendah

kan semua proyek pinjaman luar negeri dan APBN


untuk mendukung kebijakan tersebut. Proyek DHS1
ADB merupakan salah satu sumber pendanaan yang
berasal dari pinjaman luar negeri dan akan diperpan- Gambar 3. Pemetaan Stakeholder Berdasarkan
jang sampai dengan tahun 2008. Sejak saat itu Pro- Tingkat Kepentingan dan Pengaruh

yek DHS melakukan “refocusing” kegiatan proyek pa-


da program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak Gambar di atas menunjukkan bahwa stake-
untuk mendukung kebijakan percepatan penurunan holder berada dalam kotak A adalah stakeholder yang
kematian ibu dan bayi yang masih cukup tinggi. paling penting dan minat mereka harus mendapat
Kebijakan menteri kesehatan ditindaklanjuti de- keterwakilan dalam program. Perlu untuk memba-
ngan kunjungan beberapa pejabat departemen kese- ngun hubungan kerja yang baik dengan mereka,
hatan dan Proyek DHS1 ADB ke daerah-daerah ter- untuk memastikan koalisi yang efektif dari dukungan
masuk Provinsi Bengkulu dalam rangka melakukan program. Demikian juga dengan stakeholder yang
advokasi dan sosialisasi. Proses mulai dari penyu- berada dalam kotak B yang memiliki minat paling
sunan agenda, perumusan kebijakan di daerah, ter- kuat perlu terwakilkan dalam program. Mereka bisa
masuk penyusunan rencana strategis penurunan AKI menjadi penting untuk mempengaruhi pihak yang
dan AKB hingga tahap implementasi dan pendanaan lebih kuat, dan kepentingannya perlu dilindungi.
program difasilitasi penuh oleh Depkes dan Proyek Stakeholder dalam kotak C adalah mereka yang
DHS1 ADB. Peran keduanya sangat dominan hingga dapat mempengaruh program terutama dalam pen-
akhir tahun 2008. danaan tetapi tidak begitu punya kepentingan dengan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013  81


Iswarno, dkk.: Analisis Untuk Penerapan Kebijakan

program. Mereka dapat menjadi resiko yang signifi- nya melakukan advokasi tidak bisa all out berjuang
kan, perlu diperlakukan secara hati-hati dan dijaga pada saat pembahasan anggaran. Data dan informasi
kepuasannya. Sedangkan stakeholder yang berada yang kurang lengkap dan valid ini menyebabkan argu-
dalam kotak D adalah bukanlah merupakan stake- men menjadi lemah, dan pada akhirnya pihak penge-
holder kunci, mereka tetap memerlukan pemantauan lola program gagal meyakinkan stakeholder baik in-
yang terbatas, tetapi prioritasnya rendah. ternal maupun eksternal bahwa program KIA penting
untuk mendapat prioritas dalam penganggaran
Desain dan Advokasi Program APBD.
Kejelasan Tujuan dan Sasaran “……supaya kita bisa mendapat dukungan
Dokumen resmi yang memuat penjelasan rinci yang kuat dari mitra, dalam hal ini seperti
Bappeda sebagai unsur perencana, tentunya
mengenai kebijakan program KIA di Kabupaten Ke- sangat mengharapkan kepada dinas terkait
pahiang termasuk tujuan dan sasarannya. Pengelo- dalam hal ini dinas kesehatan itu ee.. mem-
la dan pelaksana program selama ini hanya meng- berikan data-data yang valid ya, data-data yang
ikuti daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) yang akurat kepada Bappeda dalam hal ini, sehing-
ga dalam penyusunan program-program atau
ada. Dahulu memang pernah ada dokumen rencana usulan program-program yang disampaikan
strategis KIA 2006-2008 yang disusun oleh staf oleh dinas kesehatan kepada kita itu bisa
proyek DHS. lebih mengarah, dan lebih menguatkan kita
di dalam ee…menunjukkan permintaan dari-
pada dinas kesehatan tersebut..”. (R16)
Data dan Informasi Pendukung “dan saya rasa …ee..anggota Panggar pun
Data dan informasi yang disajikan oleh pihak kalau memang ini dirasakan program ini me-
pengelola program KIA dianggap tidak valid, ini di- nyentuh masyarakat, mereka akan dukung,
ungkapkan sendiri oleh kepala dinas. Stakeholder asal syaratnya lengkap informasinya. Kadang-
kadang informasi kurang lengkap, sehingga
lain pun memiliki penilaian yang sama. Inilah yang mereka..ee..dari..kalau diminta menjelaskan
menjadi alasan mengapa pihak-pihak yang seharus- kami pun juga… menjelaskannya ya mungkin

Tabel 3. Rincian Kegiatan Program KIA dalam RKA-SKPD


Program : Peningkatan Keselamatan Ibu dan Bayi
Kegiatan : Perawatan secara berkala bagi ibu hamil keluarga kurang mampu
Indikator : Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja
Capaian Program : Peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil, bayi dan 100%
terlacaknya kematian ibu, bayi dan balita
Masukan : Dana 40,030,000
Keluaran : Diperolehnya data ibu hamil, bayi dengan resiko tinggi 300 kasus
dan data kasus kematian
Hasil : Pertolongan persalinan ibu hamil dengan resiko tinggi 80%
pada unit pelayanan kesehatan
:
Sub Kegiatan
1. Penjaringan ibu hamil dengan resiko tinggi 11,070,900
Belanja barang dan jasa
a. Belanja bahan pakai habis 668,400
b. Belanja cetak dan penggandaan 192,500
c. Belanja Perjalanan dinas 10,210,000
Program : Peningkatan Keselamatan Ibu dan Bayi
Kegiatan : Perawatan secara berkala bagi ibu hamil keluarga kurang mampu
2. Penjaringan bayi dengan resiko tinggi 7,659,800
Belanja barang dan jasa
a. Belanja bahan pakai habis 731,800
b. Belanja cetak dan penggandaan 168,000
c. Belanja perjalanan dinas 6,760,000
3. Pelacakan kematian ibu, bayi dan balita 4,285,500
Belanja barang dan jasa
a. Belanja bahan palai habis 643,000
b. Belanja cetak dan penggandaan 142,500
c. Belanja perjalanan dinas 3,500,000
4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan 17,013,800
Belanja barang dan jasa
a. Belanja bahan pakai habis 691,300
b. Belanja cetak dan penggandaan 3,422,500
c. Belanja perjalanan dinas 12,900,000
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Kepahiang

82  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

hanya setengah-setengah, tidak penuh..bulat Upaya advokasi pun berlanjut di tingkat kabupa-
gitu, kalau misalnya bahan-bahan untuk hal ten. Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan oleh
ini lengkap, kami bisa sampaikan kepada be-
liau-beliau ini yang di DPRD, dan mereka bia- dinas kesehatan melalui dana DHS dan dana dekon
sanya mendukung kalau ini untuk menyang- dalam rangka sosialisasi dan advokasi program yang
kut publik…menyangkut masyarakat.” (R18) bertujuan untuk menggalang dukungan dari para
stakeholder lokal. Berikut ini uraian beberapa kegiat-
Unnecessary Activity an dalam rangka advokasi program di kabupaten.
Penyusunan rencana anggaran dan kegiatan, Kegiatan pertemuan dalam rangka sosialisasi
pengelola program masih belum memahami sub- dan advokasi yang dilaksanakan secara formal dan
stansi program, banyak rincian kegiatan yang tidak pelatihan-pelatihan mulai dari tingkat provinsi, kabu-
penting bahkan tidak perlu. paten hingga kecamatan, tidak sedikit biaya yang
Bila diperhatikan dengan seksama, contoh urai- telah dihabiskan. Waktu yang seharusnya lebih ba-
an kegiatan di atas memang mengundang kontro- nyak digunakan oleh tenaga kesehatan seperti bidan
versi. Oleh karena itulah ketika disampaikan pada dan yang lainnya untuk memberikan pelayanan kepa-
saat rapat pembahasan dengan panitia anggaran da masyarakat, habis untuk mengikuti satu pertemu-
DPRD banyak kegiatan yang dipertanyakan dan ber- an ke pertemuan lain, dari satu pelatihan ke pelatih-
ujung pada penolakan. Kegiatan yang diajukan dinilai an lain. Maka tidaklah mengherankan bila kegiatan-
tidak relevan, tidak menyentuh substansi, dan tidak kegiatan dari dana dekon dan Proyek DHS1 ADB
berpihak kepada masyarakat. banyak mendapat kritikan meskipun tidak sedikit
juga pihak yang merasa diuntungkan.
Advokasi Kebijakan Program Kegiatan-kegiatan tersebut tidak sebanding
Upaya advokasi kebijakan program KIA oleh dengan biaya yang telah dikeluarkan, artinya upaya
pejabat-pejabat Departemen Kesehatan dan Proyek advokasi yang dilakukan di daerah tidak begitu efektif
DHS1 ADB agar program ini mendapat dukungan dan efisien seperti yang dilakukan oleh agen-agen
secara luas dari berbagai stakeholder terutama para internasional, kelompok-kelompok kepentingan, dan
pengambil keputusan di daerah sebenarnya sudah lembaga donor dalam mempengaruhi kebijakan di
dilaksanakan. Pada akhir tahun 2005, bersamaan tingkat pusat.
dengan sosialisasi perpanjangan waktu Proyek DHS
sampai dengan tahun 2008, diadakan pertemuan PEMBAHASAN
dengan seluruh kepala dinas kesehatan dan kepala Komitmen politik adalah keputusan para pemim-
Bappeda kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, ser- pin untuk menggunakan kekuasaan, pengaruh dan
ta beberapa pejabat eselon II dan III di lingkungan keterlibatan pribadi mereka untuk memastikan pro-
Pemerintah Provinsi Bengkulu. gram diterima, mengambil kepemimpinan, mengerah-

Tabel 4. Kegiatan pertemuan dalam rangka advokasi program KIA


sumber dana DHS1 ADB (2006-2008)
No. Nama Kegiatan Frekuensi Pelaksana Peserta/sasaran
1 Workshop penyusunan Setiap tahun Seksi Bappeda, kepala puskesmas, kabid,
rencana kerja tahunan perencanaan dan pengelola program di dinkes
2 Workshop 1 kali Seksi RSUD, Bappeda, puskesmas dengan
pembentukan DTPS perencanaan PONED, perwakilan 5 disiplin ilmu
kesmas
3 Advokasi dan 2 kali Pengelola Bag. Pemberdayaan Perempuan
sosialisasi program KIA Pemkab. Kepahiang, camat, kepala
pemberdayaan wanita desa, tokoh masyarakat kader
dan keluarga posyandu
4 Workshop penyusunan 1 kali Seksi Lintas sektor dan lintas program
SKD perencanaan
5 Workshop GSI dan 1 kali Pengelola Puskesmas, camat, kepala desa, tokoh
model desa binaan program KIA masyarakat, kader posyandu
6 Sosialisasi Desa Siaga 1 kali Seksi promosi Puskesmas, camat, kepala desa, tokoh
kesehatan masyarakat, kader posyandu
7 Pembentukan Desa 1 kali Seksi promosi Puskesmas, camat, kepala desa, tokoh
Siaga kesehatan masyarakat, kader posyandu
8 Pelatihan kader 5 kali Seksi promosi Kader posyandu
posyandu kesehatan
9 Pertemuan lintas Setiap tahun Seksi Lintas sektor dan lintas program
sektor dan lintas perencanaan
program

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013  83


Iswarno, dkk.: Analisis Untuk Penerapan Kebijakan

kan sumber daya, dan memberikan dukungan politis kegiatan yang sudah dilakukan telah memberikan
berkelanjutan untuk dukungan tindakan yang efektif kesempatan dan manfaat bagi pihak luar. Ketika me-
dalam mengatasi masalah kematian ibu. Pada ting- reka sudah tidak memiliki kesempatan lagi, mereka
kat nasional, komitmen politik untuk penurunan AKI pergi dan pihak lokal baru diberi kesempatan. Mereka
dan AKB di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan kadang-kadang merasa pola seperti itu menduduk-
dengan 4 negara berkembang lainnya(Honduras, kan pihak lokal sebagai korban, bukan sebagai su-
India, Guatemala, dan Nigeria), terutama pada era byek dalam masyarakat.
kepemimpinan Presiden Suharto tahun 1987-19973. Tugas perencana untuk memahami bagaimana
Kebijakan program Kesehatan Ibu dan Anak rencana tindakan akan mempengaruhi berbagai pe-
(KIA) sebagai satu bentuk komitmen Indonesia ter- nyedia kesehatan, perkumpulan-perkumpulan pro-
hadap isu kesehatan global tidak terlepas dari pe- fesional, klien-klien, pejabat-pejabat pemerintah, dan
ngaruh dunia internasional. Banyak aktor dengan para birokrat. Pemahaman demikian akan menghasil-
berbagai latar belakang kepentingan, meskipun itu kan sikap menerima yang realistis terhadap berbagai
tidak sedikit yang bersifat positif, ikut bermain dan kendala tertentu yang menghambat tindakan. Lebih
berperan penting dalam proses pengambilan kepu- penting lagi, hal ini memungkinkan perencana untuk
tusan di tingkat nasional. Ini merupakan faktor ekster- mendayagunakan arena politik secara positif sehing-
nal. Di dalam negeri sendiri dipengaruhi oleh para ga memperoleh penerimaan terhadap suatu renca-
birokrat yang berhasil mengembangkan proposal na yang dibuat untuk menyeimbangkan kebutuhan
untuk mengatasi masalah yang lebih fokus pada dan perhatian dari berbagai kelompok terlibat6.
kejadian dengan indikator-indikator yang jelas4. Perencanaan kesehatan tidak bisa berjalan de-
Peraturan Pemerintah No. 8/2008 tentang Ta- ngan baik jika tidak didukung dengan data kuantitatif
hapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan dan kualitatif yang memadai. Data-data demografi,
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan sosial ekonomi, dan epidemiologi mempunyai peran
Daerah, pada pasal 36 ayat (1) butir c menyebutkan sentral. Tetapi permasalahannya, data akurat yang
bahwa: program, kegiatan dan pendanaan disusun diperlukan dalam perencanaan umumnya tidak ter-
berdasarkan program prioritas urusan wajib dan urus- sedia. Dinas kesehatan diharapkan mampu melaku-
an pilihan yang mengacu pada standar pelayanan kan survei tentang situasi kesehatan dan menjaga
minimal sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan, sehingga
kebutuhan masyarakat. Program KIA adalah program memiliki data yang dibutuhkan untuk perencanaan.
prioritas secara nasional, oleh karena itu sudah se- Selain itu, informasi biaya juga sangat berguna untuk
mestinya pemerintah daerah mengalokasikan ang- pengambilan keputusan. Menurut Maryanti8, ada dua
garan sesuai dengan kebutuhan dan tingkatan prio- jenis informasi biaya yang dapat dimanfaatkan oleh
ritas tersebut. Jika mengacu kepada SPM, maka dinas kesehatan, yaitu: 1) informasi keuangan, dan
lebih jelas lagi bahwa program KIA merupakan salah 2) informasi non-keuangan. Informasi biaya berguna
satu pelayanan kesehatan dasar dengan 8 indikator untuk mengetahui apakah input yang dikorbankan
yang wajib dipenuhi. memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah daripada
Rendahnya alokasi anggaran program KIA yang nilai outputnya atau sebaliknya, apakah kegiatan
bersumber dari dana APBD tidak terlepas dari penga- yang dilakukan memperoleh hasil seperti yang diha-
ruh proses pengambilan keputusan yang bersifat po- rapkan atau tidak, dan berguna untuk mengalokasi-
litis. Meskipun sudah diketahui bahwa program KIA kan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan da-
merupakan kebijakan nasional dan beberapa kegiat- lam menghasilkan sumber ekonomi lain7.
an yang akan dilakukan adalah intervensi yang pa- Advokasi dan komunikasi yang efektif dapat ber-
ling efektif untuk mengatasi masalah kematian ibu hasil bila dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan
dan bayi, tetap saja tidak akan dipilih jika tidak men- dan implementasinya terhadap para stakeholder pri-
dapat dukungan dari kekuatan politis yang memiliki mer, mitra, kunci ataupun lawan.Identifikasi dan ana-
akses terhadap penggunaan sumber daya, baik di lisis kepentingan stakeholders merupakan langkah
parlemen maupun pemerintah5. awal dalam pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan kega- Hasil dari analisis stakeholder ini dapat memberikan
galan meneruskan kegiatan. Pertama stakeholder asupan untuk teknik yang akan dipilih dalam mem-
lokal kurang terlibat dalam fase pembentukan pro- berikan advokasi dan komunikasi. Pemilihan bahan
gram. Mereka bahkan tidak mengetahui jika kegiat- yang digunakan dalam melakukan advokasi dan
an-kegiatan yang sedang berlangsung akan memiliki komunikasi juga merupakan hal yang menentukan
konsekuensi dalam tanggung jawab meneruskan. keberhasilan pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
Kedua, stakeholder lokal merasa bahwa kegiatan-

84  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan kegagalan advo- Perda atau setidaknya SK Bupati yang menjadi da-
kasi di tingkat lokal kabupaten jika dilihat dari upaya- sar hukum yang mengikat semua pihak agar berperan
upaya yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamat-
Proyek DHS1 ADB dalam mengadvokasi program an ibu dan bayi.
masih terlalu banyak kegiatan yang bersifat formal, Optimalkan kembali peran dan fungsi Tim Peren-
kurang sistematis dan tidak terfokus pada stake- canaan Dinas Kesehatan, libatkan seluruh kelompok
holder kunci. Banyak kegiatan tersebut yang seperti- yang berkepentingan (stakeholder) dalam proses
nya menjadi sia-sia dan menghabiskan anggaran perencanaan dan penganggaran. Jalin komunikasi,
saja, tidak seperti apa yang dilakukan oleh para pe- koordinasi dan sharing informasi secara intensif de-
main atau konsultan, para agen internasional yang ngan merestrukturisasi tim pemecahan masalah
begitu pandai membungkus isu sehingga mampu tingkat kabupaten (DTPS) dengan melibatkan
mempengaruhi keputusan sampai pada tingkat Bappeda dan stakeholder penting lainnya.
pemimpin teratas yaitu presiden7.
REFERENSI
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Departemen Kesehatan RI, Angka Kematian Ibu
Kesimpulan dan Angka Kematian Bayi tahun 2007, avail-
Komitmen politik untuk program KIA di Kabupa- able from <http://bascommetro.blogspot.com/
ten Kepahiang masih terbilang rendah, terbukti de- 2009/05/aki-dan-akb-tahun-2007> [Accessed
ngan belum adanya peraturan daerah, keputusan bu- June 25, 2009].
pati atau kepala dinas yang secara khusus memberi 2. Departemen Kesehatan RI, Rencana Strategis
perhatian terhadapa upaya penurunan AKI dan AKB. Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di In-
Selain itu alokasi anggaran untuk program KIA yang donesia 2001-2010, Jakarta, 2001.
bersumber dari dana APBD di Kabupaten Kepahiang 3. Shiffman J, Generating Political Priority for Ma-
masih sangat minim, padahal program KIA merupa- ternal Mortality Reduction in 5 Developing Coun-
kan program prioritas yang semestinya mendapatkan tries, American Journal of Public Health; May
alokasi anggaran yang cukup. Lagipula jika mengacu 2007;97(5):796.
kepada Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang 4. Murti, B., Trisnantoro, L., Probandari, A.,
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM, Maryanti, Hardianto, D., Hasanbasri, M., dan
dan Revisi Kepmenkes No 1457/2003 tentang SPM Wisnuputri, T (2006) Perencanaan dan Peng-
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, maka pro- anggaran Untuk Investasi Kesehatan di Tingkat
gram KIA adalah satu diantara urusan yang wajib Kabupaten dan Kota, Gadjah Mada University
dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu Press, Yogyakarta.
pelayanan kesehatan dasar. 5. Reinke, W. A (1994) Perencanaan Kesehatan
untuk Meningkatkan Efektivitas Manajemen,
Saran Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Perlu adanya upaya sosialisasi tentang SPM 6. Murti, B., Trisnantoro, L., Probandari, A.,
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang Maryanti, Hardianto, D., Hasanbasri, M., dan
terkait dengan kewenangan wajib bidang kesehatan W isnuputri, T (2006) Perencanaan dan
yang menjadi urusan pemerintah daerah untuk me- Penganggaran Untuk Investasi Kesehatan di
ningkatkan pemahaman dan kesadaran para peng- Tingkat Kabupaten dan Kota, Gadjah Mada
ambil keputusan akan pentingnya program KIA. Se- University Press, Yogyakarta.
lanjutnya menggalang dukungan dengan melibatkan 7. Shiffman, J (2003) Generating Political Will for
para politisi dan kelompok profesi serta berbagai ke- Safe Motherhood in Indonesia, Paper, Social
lompok kepentingan lain untuk menyusun rancangan Science and Medicine, 56(6):1197-1207

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013  85

Anda mungkin juga menyukai