sebelumnya. Data terakhir adalah dari hasil Survei Pemerintah Kabupaten Kepahiang serta berbagai
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun stakeholder lokal lainnya untuk kesinambungan pro-
2002-2003, yang menunjukkan AKI sebanyak 307 gram KIA. Mulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat
per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 35 per 1.000 formal dalam program KIA seperti sosialisasi dan
kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). advokasi program KIA melalui berbagai pertemuan
Meskipun terus menurun, AKI dan AKB di Indo- dan penyusunan rencana, hingga yang bersifat non
nesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan de- formal melalui lobbying. Upaya yang dilakukan sam-
ngan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Akibat pai dengan tahun 2008 belum memperlihatkan hasil
komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sebagaimana yang diharapkan, dimana alokasi ang-
sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 garan untuk porgram KIA yang bersumber dari APBD
ibu yang meninggal setiap tahunnya di Indonesia. sangat minim. Program KIA menunjukkan belum
BPS memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru menjadi salah satu agenda politik penting dan prio-
mencapai 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 ritas dalam penganggaran di Kabupaten Kepahiang.
kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target
dalam Millennium Development Goals (MDGs) pada BAHAN DAN CARA PENELITIAN
tahun tersebut adalah 102. Dengan demikian, bila Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
dilihat dari kecenderungan penurunan AKI yang ada bersifat kualitatif dengan rancangan studi kasus. Tu-
sampai dengan saat ini, sepertinya pencapaian tar- juannya untuk memperoleh gambaran dan penjelas-
get MDGs masih jauh dari harapan. Sedangkan untuk an yang mendalam mengenai permasalahan peneliti-
AKB, menurut proyeksi BPS (BPS-UNDP-Bappenas, an. Oleh karena itu perhatian difokuskan pada masa-
2005), pada tahun 2003 AKB terus membaik hingga lah-masalah yang bersifat aktual dalam setting ala-
mencapai 33,9 per 1.000 kelahiran hidup. Dengan miah. Kebijakan program KIA merupakan sebuah pro-
kecenderungan perkembangan pencapaian AKB se- ses politik.Oleh sebab itu, peristiwa atau fenomena
cara nasional seperti ini, pencapaian target MDGs proses kebijakan tersebut tidak dapat dimanipulasi,
pada tahun 2015 diperkirakan sudah akan tercapai dan memerlukan multi sumber bukti untuk dapat
pada tahun 20131. mempelajarinya yaitu melalui pendekatan studi
Untuk mempercepat penurunan Angka Kemati- kasus. Adapun yang menjadi kasus dalam penelitian
an Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai ini adalah kebijakan program KIA di Kabupaten
dengan target dan sasaran diatas, serta memperhati- Kepahiang Provinsi Bengkulu.
kan kesepakatan dalam penetapan Millenium De-
velopment Goal tahun 2015 (MDG), pada tahun 2006 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pemerintah telah menetapkan program kesehatan 1. Komitmen Politik Untuk Program Kesehatan
ibu dan anak atau disebut juga dengan Maternal Ibu dan Anak
Neonatal Child Health (MNCH) sebagai salah satu a. Pernyataan Sikap Politik
program prioritas secara nasional. Untuk itu upaya Ada tiga indikator yang digunakan dalam menilai
yang dilakukan adalah fokus kembali (refocusing) bagaimana komitmen politik untuk program KIA pada
pada intervensi jenis-jenis pelayanan esensial penelitian ini, yaitu:1) berapa banyak pernyataan-
selama ini yang dinilai cost effective. Sementara pernyataan dukungan atau statemen dari para pe-
itu, strategi yang diterapkan dalam upaya percepatan mimpin, pejabat birokrat, politisi dan pembuat kepu-
penurunan AKI dan AKB masih menggunakan stra- tusan di daerah terkait dengan kebijakan, 2) berapa
tegi Making Pregnancy Safer (MPS) dengan mela- banyak peraturan daerah, dan atau keputusan bupati,
kukan penajaman pada beberapa jenis kegiatan2. kepala dinas yang dikeluarkan oleh para pengambil
Pelaksanaan program KIA dengan strategi MPS kebijakan untuk mendukung pelaksanaan program,
di Kabupaten Kepahiang dilakukan melalui beberapa dan 3) bagaimana pengalokasian sumber daya ter-
kegiatan, yaitu: 1) pembentukan dan pengembangan utama anggaran untuk memback-up dukungan
desa siaga, 2) puskesmas mampu Pelayanan Obs- tersebut.
tetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), 3) Berapa banyak pernyataan terbuka di depan
capacity building, melalui berbagai pelatihan teknis umum atau di media massa yang dikeluarkan oleh
dan manajerial, 4) revitalisasi posyandu, dan (5) para pemimpin, pejabat publik daerah, politisi, biro-
pembentukan District Team Problem Solving(DTPS). krat dan para pembuat keputusan yang menunjukkan
Secara umum program ini telah memberikan banyak dukungan mereka terhadap kebijakan program KIA
keuntungan dari aspek penyediaan pelayanan. sulit didapat. Berdasarkan catatan penulis selama
Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mengikuti beberapa kali pertemuan, dalam pidato-
menggalang dukungan dan komitmen politik dari pidato dan sambutannya Bupati Kepahiang sering-
garan, kemudian apakah program sudah mendapat oleh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan ka-
pendanaan dari luar selain APBD, program yang di- bupaten, dan dari media massa baik cetak maupun
anggap prioritas, dan urgensi serta kejelasan uraian elektronik seperti televisi, koran dan radio, sebagai-
kegiatan yang diusulkan oleh pengelola program. Se- mana terungkap dari hasil wawancara berikut ini:
lain pertimbangan di atas, adakalanya untuk pro-
gram tertentu yang bersifat politis, akan ditentukan “Ya, sudah…dari kegiatan sosialisasi-
sosialisasi baik yang dilaksanakan oleh Dinas
sendiri oleh kepala dinas. Sebagai contoh alokasi Kesehatan Kabupaten Kepahiang maupun
anggaran untuk program jaminan kesehatan daerah Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu”. (R16)
(Jamkesda) yang baru diluncurkan tahun 2009.
“…ya pernah dengar, dari media masa
kemudian juga dari apa…dinas kesehatan,
Stakeholder Program Kesehatan Ibu dan Anak dari bidan desa, dari puskesmas”. (R21)
Berdasarkan hasil brainstorming, ada 26 kelom-
pok/orang stakeholderaktual maupun potensial yang “Ya sudah…ya jadi gini, yang pertama itu
teridentifikasi dalam kaitannya dengan kebijakan pro- dari...pidato sendiri, pidato dari M enteri
Kesehatan pada acara kegiatan..apa tu..hari
gram KIA, yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Tim Peren- kesehatan, yang kedua di media pun pernah
canaan Dinas Kesehatan, Proyek DHS1 ADB, Dinas kita dengar di televisi, bahkan yaitu di Kompas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, Departemen Kese- saya lupa itu..tapi saya pernah baca di Kompas
hatan RI, Bupati, Tim Anggaran Pemerintah Daerah/ ya..masalah program itu”. (R14)
TAPD (Bappeda, Kepala Bagian Keuangan, Kepala
Bagian Ekonomi dan Pembangunan), DPRD Kabu- Tabel dibawah ini menggambarkan tingkat
paten Kepahiang, Direktur RSUD, IBI, IDI, PPNI, pengetahuan responden terhadap program.
PKK, Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kantor
Tabel 2. Tingkat pengetahuan responden tentang
Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Gabungan kebijakan
Organisasi Wanita (GOW), camat, kepala puskes- Pengetahuan Jumlah Responden
mas, bidan koordinator, bidan di desa, kepala desa, 1 (kurang) 1
tokoh masyarakat, kader kesehatan, masyarakat 2 (sedang) 6
3 (baik) 16
khususnya kelompok ibu hamil, kelompok masya-
rakat miskin, dan dukun bersalin.
Jika mengacu kepada Ortrengen (2004), secara Gambaran minat dan kepentingan stakeholder
garis besar dalam penelitain ini terdapat 4 kategori dapat dilihat dari harapan, manfaat, dan sumberdaya
stakeholder kebijakan program KIA, yaitu: 1) Ke- yang dimilikinya. Kegiatan-kegiatan program KIA te-
lompok target, yaitu kelompok masyarakat terutama lah memberikan kesempatan kepada mereka untuk
ibu hamil, dan masyarakat miskin, 2) Kelompok mengakses pelayanan kesehatan dasar yang amat
pelaksana kegiatan yang terdiri dari: rumah sakit, dibutuhkan. Pelayanan kesehatan tersebut memung-
puskesmas termasuk di dalamnya tenaga kesehatan kinkan status kesehatan masyarakat menjadi lebih
terutama bidan, dokter, perawat, tenaga gizi dan sani- baik dan faktor-faktor resiko kematian ibu dan bayi
tarian, kelompok penyelenggara pelayanan kesehat- dapat di atasi.
an swasta, kader kesehatan, 3) Kelompok pembuat Kelompok kedua yang mendapatkan manfaat
kebijakan yang terdiri dari: Depkes, kepala dinas, dan keuntungan secara langsung dengan adanya
tim perencanaan dinas kesehatan, TAPD, dan program adalah kelompok pelaksana program, in-
DPRD, dan 4) Kelompok penyandang dana yakni: ternal dinas kesehatan terutama tenaga kesehatan.
Depkes, Proyek DHS1 ADB, Bupati (pemerintah Kebijakan program banyak memfokuskan kegiatan
daerah), dan masyarakat. pada upaya capacity building atau pembangunan dan
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui
Pengetahuan, Minat dan Kepentingan berbagai pelatihan dan workshop. Melalui pelatihan-
Stakeholder pelatihan akan memberikan banyak tambahan pe-
Tingkat pengetahuan stakeholder terhadap ke- ngetahuan dan skill yang dibutuhkan.
bijakan program sudah cukup baik. Seluruh respon- Para birokrat dan anggota legislatif yang me-
den sudah pernah mendengar dan mengetahui ten- miliki posisi sebagai pengambil keputusan, dan se-
tang adanya kebijakan program KIA yang salah satu kaligus merupakan leader, berkepentingan dalam
bentuk implementasinya adalah desa siaga. Penge- pembentukan citra, reputasi, dan penilaian publik
tahuan responden diperoleh dari beberapa sumber terhadap kinerja mereka baik secara lembaga/insti-
informasi. Sebagian besar rmendapatkan informasi tusi maupun secara individu, misalnya anggota
langsung dari kegiatan sosialisasi yang diadakan DPRD dimata konstituennya. Manfaat atau keun-
tungan yang diharapkan stakeholder sebagian me- Selain peran penting yang dimainkan oleh
mang bersifat tidak langsung. Dengan demikian se- Depkes, Proyek DHS1 ADB, dan Dinas Kesehatan
cara umum dapat disimpulkan bahwa dampak minat Provinsi Bengkulu dalam proses dan implementasi
dan kepentingan terhadap program adalah positif. kebijakan program KIA, ada sumber dana lain yang
juga tidak kalah pentingnya dalam memberikan du-
Posisi Stakeholderdalam Program Kesehatan kungan terhadap program dari segi penyediaan sara-
Ibu dan Anak na dan prasarana yaituDana Alokasi Khusus (DAK)
Penilaian seluruh stakeholder terhadap program bidang kesehatan. Melalui dana DAK dan APBD telah
adalah memberi manfaat kepada mereka baik secara dibangun 4 puskesmas baru, 3 puskesmas pemban-
langsung maupun tidak langsung, maka pada umum- tu, dan 7 unit polindes lengkap dengan peralatan
nya dan secara prinsip semua stakeholder berposisi kesehatannya untuk meningkatkan pelayanan kese-
mendukung dalam kebijakan ini. Berikut ini kutipan hatan terutama pelayanan KIA di desa-desa yang
pernyataan beberapa orang stakeholder dari hasil selama ini sulit dijangkau.
wawancara terkait dengan hal tersebut.
“jadi sebetulnya..keenam-enam item ini ya Pengaruh Minat dan Kepentingan Stakeholder
sangat perlu ya, dan memang harus kita Pemetaan stakeholder berdasarkan penilaian
dukung, jadi kita memberikan dukungan dari
sisi penyediaan SDM -nya, sehingga masya- pengaruh pentingnya stakeholder terhadap program
rakat kita di desa itu betul-betul… ee.. me- dapat dikategorikan dalam empat kelompok sebagai-
mahami sesungguhnya..ee..peran mereka mana terdapat pada gambar berikut ini:
untuk kegiatan ini, disamping kita harus
memberikan dukungan anggaran untuk
kegiatan ini melalui APBD kita…”. (R13) Tingkat Pengaruh
“Ya, kalau saya terus terang..masalah pro-
Tinggi Rendah
gram itu saya sangat setuju sekali, sebab
kalau kita lihat dari apa itu.. angka kematian,
Tinggi
Kelomp
kematian bayi, balita kemudian kematian ibu
Kepa ok
melahirkan.. itu untuk Indonesia itu masih Kelomp
Bup Bumil
cukup tinggi, jadi kita setuju dengan program la ok
itu..”. (R14). DPR
ati Koortim
Tingkat Pengaruh
Dina Maskin
D Perenca
s RSU
Peran dan Keterlibatan Stakeholder naan
DIBI,
Pada pertengahan tahun 2005, tepatnya pada Bappe IDI
bulan Juni, ketika isu tentang kematian ibu secara Bag.
da Kade
Cam
global kembali menghangat, Menteri Kesehatan RI KeuBag. Kader
s
at
menetapkan kebijakan penurunan Angka Kematian Ekobang Kesehat
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mewajib- an
Rendah
program. Mereka dapat menjadi resiko yang signifi- nya melakukan advokasi tidak bisa all out berjuang
kan, perlu diperlakukan secara hati-hati dan dijaga pada saat pembahasan anggaran. Data dan informasi
kepuasannya. Sedangkan stakeholder yang berada yang kurang lengkap dan valid ini menyebabkan argu-
dalam kotak D adalah bukanlah merupakan stake- men menjadi lemah, dan pada akhirnya pihak penge-
holder kunci, mereka tetap memerlukan pemantauan lola program gagal meyakinkan stakeholder baik in-
yang terbatas, tetapi prioritasnya rendah. ternal maupun eksternal bahwa program KIA penting
untuk mendapat prioritas dalam penganggaran
Desain dan Advokasi Program APBD.
Kejelasan Tujuan dan Sasaran “……supaya kita bisa mendapat dukungan
Dokumen resmi yang memuat penjelasan rinci yang kuat dari mitra, dalam hal ini seperti
Bappeda sebagai unsur perencana, tentunya
mengenai kebijakan program KIA di Kabupaten Ke- sangat mengharapkan kepada dinas terkait
pahiang termasuk tujuan dan sasarannya. Pengelo- dalam hal ini dinas kesehatan itu ee.. mem-
la dan pelaksana program selama ini hanya meng- berikan data-data yang valid ya, data-data yang
ikuti daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) yang akurat kepada Bappeda dalam hal ini, sehing-
ga dalam penyusunan program-program atau
ada. Dahulu memang pernah ada dokumen rencana usulan program-program yang disampaikan
strategis KIA 2006-2008 yang disusun oleh staf oleh dinas kesehatan kepada kita itu bisa
proyek DHS. lebih mengarah, dan lebih menguatkan kita
di dalam ee…menunjukkan permintaan dari-
pada dinas kesehatan tersebut..”. (R16)
Data dan Informasi Pendukung “dan saya rasa …ee..anggota Panggar pun
Data dan informasi yang disajikan oleh pihak kalau memang ini dirasakan program ini me-
pengelola program KIA dianggap tidak valid, ini di- nyentuh masyarakat, mereka akan dukung,
ungkapkan sendiri oleh kepala dinas. Stakeholder asal syaratnya lengkap informasinya. Kadang-
kadang informasi kurang lengkap, sehingga
lain pun memiliki penilaian yang sama. Inilah yang mereka..ee..dari..kalau diminta menjelaskan
menjadi alasan mengapa pihak-pihak yang seharus- kami pun juga… menjelaskannya ya mungkin
hanya setengah-setengah, tidak penuh..bulat Upaya advokasi pun berlanjut di tingkat kabupa-
gitu, kalau misalnya bahan-bahan untuk hal ten. Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan oleh
ini lengkap, kami bisa sampaikan kepada be-
liau-beliau ini yang di DPRD, dan mereka bia- dinas kesehatan melalui dana DHS dan dana dekon
sanya mendukung kalau ini untuk menyang- dalam rangka sosialisasi dan advokasi program yang
kut publik…menyangkut masyarakat.” (R18) bertujuan untuk menggalang dukungan dari para
stakeholder lokal. Berikut ini uraian beberapa kegiat-
Unnecessary Activity an dalam rangka advokasi program di kabupaten.
Penyusunan rencana anggaran dan kegiatan, Kegiatan pertemuan dalam rangka sosialisasi
pengelola program masih belum memahami sub- dan advokasi yang dilaksanakan secara formal dan
stansi program, banyak rincian kegiatan yang tidak pelatihan-pelatihan mulai dari tingkat provinsi, kabu-
penting bahkan tidak perlu. paten hingga kecamatan, tidak sedikit biaya yang
Bila diperhatikan dengan seksama, contoh urai- telah dihabiskan. Waktu yang seharusnya lebih ba-
an kegiatan di atas memang mengundang kontro- nyak digunakan oleh tenaga kesehatan seperti bidan
versi. Oleh karena itulah ketika disampaikan pada dan yang lainnya untuk memberikan pelayanan kepa-
saat rapat pembahasan dengan panitia anggaran da masyarakat, habis untuk mengikuti satu pertemu-
DPRD banyak kegiatan yang dipertanyakan dan ber- an ke pertemuan lain, dari satu pelatihan ke pelatih-
ujung pada penolakan. Kegiatan yang diajukan dinilai an lain. Maka tidaklah mengherankan bila kegiatan-
tidak relevan, tidak menyentuh substansi, dan tidak kegiatan dari dana dekon dan Proyek DHS1 ADB
berpihak kepada masyarakat. banyak mendapat kritikan meskipun tidak sedikit
juga pihak yang merasa diuntungkan.
Advokasi Kebijakan Program Kegiatan-kegiatan tersebut tidak sebanding
Upaya advokasi kebijakan program KIA oleh dengan biaya yang telah dikeluarkan, artinya upaya
pejabat-pejabat Departemen Kesehatan dan Proyek advokasi yang dilakukan di daerah tidak begitu efektif
DHS1 ADB agar program ini mendapat dukungan dan efisien seperti yang dilakukan oleh agen-agen
secara luas dari berbagai stakeholder terutama para internasional, kelompok-kelompok kepentingan, dan
pengambil keputusan di daerah sebenarnya sudah lembaga donor dalam mempengaruhi kebijakan di
dilaksanakan. Pada akhir tahun 2005, bersamaan tingkat pusat.
dengan sosialisasi perpanjangan waktu Proyek DHS
sampai dengan tahun 2008, diadakan pertemuan PEMBAHASAN
dengan seluruh kepala dinas kesehatan dan kepala Komitmen politik adalah keputusan para pemim-
Bappeda kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, ser- pin untuk menggunakan kekuasaan, pengaruh dan
ta beberapa pejabat eselon II dan III di lingkungan keterlibatan pribadi mereka untuk memastikan pro-
Pemerintah Provinsi Bengkulu. gram diterima, mengambil kepemimpinan, mengerah-
kan sumber daya, dan memberikan dukungan politis kegiatan yang sudah dilakukan telah memberikan
berkelanjutan untuk dukungan tindakan yang efektif kesempatan dan manfaat bagi pihak luar. Ketika me-
dalam mengatasi masalah kematian ibu. Pada ting- reka sudah tidak memiliki kesempatan lagi, mereka
kat nasional, komitmen politik untuk penurunan AKI pergi dan pihak lokal baru diberi kesempatan. Mereka
dan AKB di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan kadang-kadang merasa pola seperti itu menduduk-
dengan 4 negara berkembang lainnya(Honduras, kan pihak lokal sebagai korban, bukan sebagai su-
India, Guatemala, dan Nigeria), terutama pada era byek dalam masyarakat.
kepemimpinan Presiden Suharto tahun 1987-19973. Tugas perencana untuk memahami bagaimana
Kebijakan program Kesehatan Ibu dan Anak rencana tindakan akan mempengaruhi berbagai pe-
(KIA) sebagai satu bentuk komitmen Indonesia ter- nyedia kesehatan, perkumpulan-perkumpulan pro-
hadap isu kesehatan global tidak terlepas dari pe- fesional, klien-klien, pejabat-pejabat pemerintah, dan
ngaruh dunia internasional. Banyak aktor dengan para birokrat. Pemahaman demikian akan menghasil-
berbagai latar belakang kepentingan, meskipun itu kan sikap menerima yang realistis terhadap berbagai
tidak sedikit yang bersifat positif, ikut bermain dan kendala tertentu yang menghambat tindakan. Lebih
berperan penting dalam proses pengambilan kepu- penting lagi, hal ini memungkinkan perencana untuk
tusan di tingkat nasional. Ini merupakan faktor ekster- mendayagunakan arena politik secara positif sehing-
nal. Di dalam negeri sendiri dipengaruhi oleh para ga memperoleh penerimaan terhadap suatu renca-
birokrat yang berhasil mengembangkan proposal na yang dibuat untuk menyeimbangkan kebutuhan
untuk mengatasi masalah yang lebih fokus pada dan perhatian dari berbagai kelompok terlibat6.
kejadian dengan indikator-indikator yang jelas4. Perencanaan kesehatan tidak bisa berjalan de-
Peraturan Pemerintah No. 8/2008 tentang Ta- ngan baik jika tidak didukung dengan data kuantitatif
hapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan dan kualitatif yang memadai. Data-data demografi,
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan sosial ekonomi, dan epidemiologi mempunyai peran
Daerah, pada pasal 36 ayat (1) butir c menyebutkan sentral. Tetapi permasalahannya, data akurat yang
bahwa: program, kegiatan dan pendanaan disusun diperlukan dalam perencanaan umumnya tidak ter-
berdasarkan program prioritas urusan wajib dan urus- sedia. Dinas kesehatan diharapkan mampu melaku-
an pilihan yang mengacu pada standar pelayanan kan survei tentang situasi kesehatan dan menjaga
minimal sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan, sehingga
kebutuhan masyarakat. Program KIA adalah program memiliki data yang dibutuhkan untuk perencanaan.
prioritas secara nasional, oleh karena itu sudah se- Selain itu, informasi biaya juga sangat berguna untuk
mestinya pemerintah daerah mengalokasikan ang- pengambilan keputusan. Menurut Maryanti8, ada dua
garan sesuai dengan kebutuhan dan tingkatan prio- jenis informasi biaya yang dapat dimanfaatkan oleh
ritas tersebut. Jika mengacu kepada SPM, maka dinas kesehatan, yaitu: 1) informasi keuangan, dan
lebih jelas lagi bahwa program KIA merupakan salah 2) informasi non-keuangan. Informasi biaya berguna
satu pelayanan kesehatan dasar dengan 8 indikator untuk mengetahui apakah input yang dikorbankan
yang wajib dipenuhi. memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah daripada
Rendahnya alokasi anggaran program KIA yang nilai outputnya atau sebaliknya, apakah kegiatan
bersumber dari dana APBD tidak terlepas dari penga- yang dilakukan memperoleh hasil seperti yang diha-
ruh proses pengambilan keputusan yang bersifat po- rapkan atau tidak, dan berguna untuk mengalokasi-
litis. Meskipun sudah diketahui bahwa program KIA kan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan da-
merupakan kebijakan nasional dan beberapa kegiat- lam menghasilkan sumber ekonomi lain7.
an yang akan dilakukan adalah intervensi yang pa- Advokasi dan komunikasi yang efektif dapat ber-
ling efektif untuk mengatasi masalah kematian ibu hasil bila dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan
dan bayi, tetap saja tidak akan dipilih jika tidak men- dan implementasinya terhadap para stakeholder pri-
dapat dukungan dari kekuatan politis yang memiliki mer, mitra, kunci ataupun lawan.Identifikasi dan ana-
akses terhadap penggunaan sumber daya, baik di lisis kepentingan stakeholders merupakan langkah
parlemen maupun pemerintah5. awal dalam pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan kega- Hasil dari analisis stakeholder ini dapat memberikan
galan meneruskan kegiatan. Pertama stakeholder asupan untuk teknik yang akan dipilih dalam mem-
lokal kurang terlibat dalam fase pembentukan pro- berikan advokasi dan komunikasi. Pemilihan bahan
gram. Mereka bahkan tidak mengetahui jika kegiat- yang digunakan dalam melakukan advokasi dan
an-kegiatan yang sedang berlangsung akan memiliki komunikasi juga merupakan hal yang menentukan
konsekuensi dalam tanggung jawab meneruskan. keberhasilan pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
Kedua, stakeholder lokal merasa bahwa kegiatan-
Hasil penelitian menunjukkan kegagalan advo- Perda atau setidaknya SK Bupati yang menjadi da-
kasi di tingkat lokal kabupaten jika dilihat dari upaya- sar hukum yang mengikat semua pihak agar berperan
upaya yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamat-
Proyek DHS1 ADB dalam mengadvokasi program an ibu dan bayi.
masih terlalu banyak kegiatan yang bersifat formal, Optimalkan kembali peran dan fungsi Tim Peren-
kurang sistematis dan tidak terfokus pada stake- canaan Dinas Kesehatan, libatkan seluruh kelompok
holder kunci. Banyak kegiatan tersebut yang seperti- yang berkepentingan (stakeholder) dalam proses
nya menjadi sia-sia dan menghabiskan anggaran perencanaan dan penganggaran. Jalin komunikasi,
saja, tidak seperti apa yang dilakukan oleh para pe- koordinasi dan sharing informasi secara intensif de-
main atau konsultan, para agen internasional yang ngan merestrukturisasi tim pemecahan masalah
begitu pandai membungkus isu sehingga mampu tingkat kabupaten (DTPS) dengan melibatkan
mempengaruhi keputusan sampai pada tingkat Bappeda dan stakeholder penting lainnya.
pemimpin teratas yaitu presiden7.
REFERENSI
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Departemen Kesehatan RI, Angka Kematian Ibu
Kesimpulan dan Angka Kematian Bayi tahun 2007, avail-
Komitmen politik untuk program KIA di Kabupa- able from <http://bascommetro.blogspot.com/
ten Kepahiang masih terbilang rendah, terbukti de- 2009/05/aki-dan-akb-tahun-2007> [Accessed
ngan belum adanya peraturan daerah, keputusan bu- June 25, 2009].
pati atau kepala dinas yang secara khusus memberi 2. Departemen Kesehatan RI, Rencana Strategis
perhatian terhadapa upaya penurunan AKI dan AKB. Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di In-
Selain itu alokasi anggaran untuk program KIA yang donesia 2001-2010, Jakarta, 2001.
bersumber dari dana APBD di Kabupaten Kepahiang 3. Shiffman J, Generating Political Priority for Ma-
masih sangat minim, padahal program KIA merupa- ternal Mortality Reduction in 5 Developing Coun-
kan program prioritas yang semestinya mendapatkan tries, American Journal of Public Health; May
alokasi anggaran yang cukup. Lagipula jika mengacu 2007;97(5):796.
kepada Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang 4. Murti, B., Trisnantoro, L., Probandari, A.,
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM, Maryanti, Hardianto, D., Hasanbasri, M., dan
dan Revisi Kepmenkes No 1457/2003 tentang SPM Wisnuputri, T (2006) Perencanaan dan Peng-
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, maka pro- anggaran Untuk Investasi Kesehatan di Tingkat
gram KIA adalah satu diantara urusan yang wajib Kabupaten dan Kota, Gadjah Mada University
dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu Press, Yogyakarta.
pelayanan kesehatan dasar. 5. Reinke, W. A (1994) Perencanaan Kesehatan
untuk Meningkatkan Efektivitas Manajemen,
Saran Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Perlu adanya upaya sosialisasi tentang SPM 6. Murti, B., Trisnantoro, L., Probandari, A.,
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang Maryanti, Hardianto, D., Hasanbasri, M., dan
terkait dengan kewenangan wajib bidang kesehatan W isnuputri, T (2006) Perencanaan dan
yang menjadi urusan pemerintah daerah untuk me- Penganggaran Untuk Investasi Kesehatan di
ningkatkan pemahaman dan kesadaran para peng- Tingkat Kabupaten dan Kota, Gadjah Mada
ambil keputusan akan pentingnya program KIA. Se- University Press, Yogyakarta.
lanjutnya menggalang dukungan dengan melibatkan 7. Shiffman, J (2003) Generating Political Will for
para politisi dan kelompok profesi serta berbagai ke- Safe Motherhood in Indonesia, Paper, Social
lompok kepentingan lain untuk menyusun rancangan Science and Medicine, 56(6):1197-1207