Anda di halaman 1dari 42

IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN GIZI BAYI

DAN BALITA DALAM PELAYANAN KESEHATAN


MASYARAKAT DI PUSKESMAS JAYAMEKAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Usulan Penelitian

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melaksanakan


Penelitian Lapangan dalam Rangka Penulisan Skripsi
pada Program Sarjana Program Studi Administrasi publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung

Oleh

FITRA IKHSANUDIN
NPM. 19.011.216

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BANDUNG


BANDUNG
Tahun 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pemerintah harus menunjukkan kesehatan masyarakat, dan menjadi

tanggung jawab semua pihak untuk mewujudkannya. Hal ini merupakan salah

satu tugas pemerintah dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang

tangguh dalam pembangunan nasional. Suatu bangsa yang tingkat

kesehatannya tinggi merupakan salah satu tanda negara yang maju. Oleh

karena itu, tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mewujudkan

manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas derajat

kesehatan dan gizi masyarakat dalam rangka peningkatan taraf hidup,

kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Peningkatan ini

diupayakan melalui perbaikan kesehatan masyarakat yang meliputi perbaikan

gizi, penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. Masalah

gizi masyarakat barkaitan erat dengan masalah ekonomi, pendidikan dan

lingkungan tempat tinggal.

Program perbaikan gizi masyarkat telah berjalan puluhan tahun, namun

permasalah gizi masih cukup kompleks dan terjadi disetiap siklus kehidupan,

sejak kandungan (janin) hingga usia lanjut. Permasalah ini berada pada satu

sisi, sementara pada sisi yang lain masyarakat membutuhkan pelayanan


kesehatan dan gizi yang bermutu. Tujuan pembangunan kesehatan, seperti

digariskan dalam sistem kesehatan nasional (SKN), adalah tercapainya

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Desa Pasirlangu merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan

Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari

13 RW dengan 1 unit puskesmas. Para kader dan bidan desa di setiap

posyandu yang tersebar di 13 RW yang turut melakukan penyuluhan gizi

kepada masyarakat, diantaranya penyuluhan tentang pengenalan zat gizi,

mengatur status gizi dengan KMS, pentingnya menggunakan garam

beryodium, gizi seimbang, dan gizi seimbang untuk balita, sebagai suatu

bentuk pelayanan kepada masyarakat agar status gizi masyarakat desa

Pasirlangu terutama balita dalam keadaan status gizi yang baik.

Data yang diperoleh dari Puskesmas desa Pasirlangu saat ini dari

jumlah keseluruhan Balita yaitu 229 Balita, 220 Balita memiliki status gizi

yang baik, 5 Balita memiliki status gizi kurang, dan masih ada 4 Balita

memiliki status gizi lebih dengan jumlah keseluruhan Ibu Balita sebanyak

226 orang, meski terbilang kecil hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas

sumber daya manusia di masa yang akan dating.

Gizi buruk sebagai bagian dari malnutrisi merupakan masalah kesehatan

masyarakat, penyebabnya gizi buruk sangat kompleks sehingga penanganan

masalah gizi buruk perlu adanya pendekatan yang menyeluruh (Masro, 2013).
Masalah pada gizi buruk tidak dapat ditangani hanya dengan kebijakan

jangka pendek dan bersifat sektoral, apalagi hanya ditinjau dari aspek pangan

saja. Masalah gizi harus diatasi dengan implementasi kebijakan gizi yang

tepat secara menyeluruh dan serius. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa

negara berkembang lainnya seperti Thailand, Tiongkok, dan Malaysia yang

berhasil mengatasi masalah gizi secara tuntas dengan membuat seperti peta

jalan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang (Hariyadi & Ekayanti,

2011).

Menurut Global Hunger Index (GHI), pada tahun 2021 indonesia berada

di level 18, menurun cukup jauh jika dibandingkan pada tahun 2000 yang

indeksnya masih pada level 26,1. Turunnya indeks kelaparan dikarenakan

turunnya proporsi penduduk kurang gizi, prevalensi balita stunting, serta

angka kematian balita secara nasional, walaupun prevalensi balita kurus

masih terus menunjukan peningkatan. Hal ini membuat Indonesia menduduki

peringkat ke-2 di Kawasan Asia Tenggara sebagai negara dengan angka

tingkat kelaparannya masih tinggi (GHI,2021).

Ditilik dari keterangannya status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun

2019, prevalensi stunting dan wasting pada balita di Jawa Barat sebesar

22,21% dan 6,6% dan mengalami penurunan pada tahun 2021 menjadi

24,50% dan 5,3%. Prevalensi gizi buruk dan gizi lebih pada balita

berdasarkan riskedas tahun 2018 di Jawa Barat berada di angka 3,2 dan 8,7&.

Masalah gizi lebih di Jawa Barat termasuk kedalam kategori sedang karena

berada pada range 5<10% (who 2019).


Status gizi bayi dan balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Cara penilaian status gizi

pada balita salah satunya adalah dengan cara anthropometri yang diukur

melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap

tinggi badan (BB/TB). Perkembangan gizi pada masyarakat dapat dipantau

melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat

yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulannya di

posyandu. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2019

tentang pelaksanaan teknis surveilens gizi, pemerintah mengupayakan

melalui kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga

masyarakat dalam upaya perbaikan gizi di masyarakat.

Menurut teori Jones (Mulyadi, 2015;45) “those activities directed toward

putting a program into effect” (proses mewujudkan program hingga

memperlihatkan hasilnya). Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan yaitu langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program atau bisa juga melalui

formulasi kebijakan derivate atau turunan dari sebuah kebijakan tersebut.

Kebijakan yang secara langsung dapat di implementasikan antara lain

Keputusan Presiden, Intruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan

Kepala Daerah, Keputusan Kepada Dinas dan lain sebagainya.

Menurut teori implementasi kebijakan (George Edward III, 2021;1),

implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial karena seberapa


baiknya suatu kebijakan jika tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan

baik implementasinya maka apa yang menjadi tujuan kebijakan publik tidak

akan terwujdu.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

tertatik untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Program

Peningkatan Gizi Bayi dan Balita Dalam Pelayanan Kesehatan

Masyarakat Di Puskesmas Pasirlangu Kabupaten Bandung Barat”.

B. Fokus Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman keseimbangan gizi untuk anak.

2. Kurang ada penanganan serius dari pemerintah melalui Dinas Kesehatan

3. Masih adanya kasus gizi buruk Kabupaten Bandung Barat dimana dari

data tahun ketahunnya

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan beberapa identifikasi masalah diatas,

maka dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatsan ini

bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian.


Cakupan masalah yang dibatasi “Implementasi Program Peningkatan

Gizi Bayi dan Balita di Puskesmas (Studi Kasus di Puskesmas Pasirlangu,

Kabupaten Bandung Barat)”.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah : apakah

program peningkatan gizi bayi dan balita dapat meningkatkan pemahaman

para ibu tentang pentingnya keseimbangan gizi pada bayi dan balita

khususnya di Puskesmas Pasirlangu Kabupaten Bandung Barat.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakan penelitian ini tentu berkaitan erat dengan

judl yakni, meningkatkan pemahaman gizi bayi dan balita melalui program

peningkatan gizi bayi dan balita di Puskesmas Pasairlangu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sumbangsih pemikiran dan juga dapat dijadikan sebagai kajian bagi para

pembaca, tentunya terkait dengan peningkatan gizi pada bayi dan balita

khususnya di Kabupaten Bandung Barat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti tentu penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang

pentingnya gizi bagi bayi dan balita.

b. Bagi puskemas Pasirlangu hasil penelitian ini daharapkan dapat

menjadi masukan untuk meningkatkan gizi bayi dan balita.


c. Bagi STIA Bandung, diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

hasil karya ilmiah yang dapat meningkatkan dan membangun sumber

daya manusia yang ada di ruang lingkup kampus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Salah satu kerangka yang akan memudahkan penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini adalah pemaparan sejumlah teori yang berkaitan

dengan pemecahan masalah yang mereka temui dalam pekerjaan mereka.

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah tertera dalam pasal 12 ayat (1) urusan

pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana

dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) meliputi; Pendidikan, Kesehatan, pekerjaan

umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan Kawasan pemukiman,

ketentraman, ketertiban umum dan pelindungan masyarakat dan sosial.

1. Administrasi

Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, suatu perwujudan

tertentu di dalam masyarakat modern. Eksistensi daripada administrasi ini

berkaitan dengan organisasi, artinya administrasi itu terdapat di dalam suatu

organisasi. Jadi barangsiapa hendak mengetahui adanya admnistrasi dalam

masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih

hidup, disitu terdapat administrasi menurut Prajudi Atmosudirdjo (dalam Inu

Kencana Syafiie ; 13)


Sedangkan menurut Gulick (dalam Inu Kencana Syafiie ;14)

administrasi adalah suatu sistem pengetahuan di mana olehnya manusia dapat

mengerti hubungan – hubungan, meramalkan akibat – akibat dan

mempengaruhi hasil – hasil pada suatu keadaan di mana orang – orang secara

teratur bekerja sama untuk tujuan bersama.

Arti diatas dimaksudkan sebagai administrasi dalam arti luas,

sedangkan pengertian dalam arti sempit adalah administrasi sebagaimana

yang sering kita dengar sehari – hari yaitu tata usaha. Tata usaha merupakan

unsur daripada administrasi dalam arti luas, secara lengkap unsur – unsur

pelaksanaannya tersebut sebagai berikut:

a. Pengorganisasian

b. Manajemen

c. Tata hubungan

d. Kepegawaian

e. Keuangan

f. Perbekalan

g. Tata usaha

h. Perwakilan

Akan halnya manajemen, banyak pendapat yang mengatakan bahwa

manajemen adalah bagian dari administrasi seperti diatas, dan ada pula

sebaliknya. Sebenarnya keduanya tergantung dari tempat atau negara mana

pendapat itu berasal (Prajudi 1982, 32). Pada arti lain para ahli administrasi

pada umumnya sependapat bahwa manajemen merupakan inti dari


administrasi, dan kepemimpinan merupakan inti dari manajemen (Siagian

1985, 7).

2. Konsep Ilmu Pemerintahan

Ada dua konsep dalam arti luas dan sempit dari istilah "pemerintah"

dan "pemerintah". Semua organ negara termasuk dalam penyelenggaraan

pemerintahan dalam arti luas, yang pada dasarnya berarti cabang kekuasaan

eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta organ negara lainnya yang juga

bekerja untuk dan atas nama negara. Sedangkan dalam arti yang lebih sempit,

seluruh aparatur negara yang menitikberatkan semata-mata pada kewenangan

dan kekuasaan eksekutif.

Ilmu pemerintahan mempelajari pemerintahan dari dua sudut pandang,

pertama dari sudut sebagaimana mestinya “(sehingga dapat diterima oleh

yang bersangkutan pada saat dibutuhkan. Apakah ia menerima pelayanan

yang sesuai denga napa yang diharapkan atau tidak, jadi empirik dan sein)”.

Berdasarkan definsi tersebut dapat dikontruksikan ke dalam ruang lingkup

ilmu pemerintahan, ruang lingkup itu terdiri dari;

a. Yang diperintah;

b. Tuntutan yang diperintah (jasa publik dan layanan sivil);

c. Pemerintah;

d. Kewenangan, kewajiban, dan tanggung jawab pemerintah.

e. Hubungan pemerintahan;
f. Pemerintahan yang bagaimana dianggap mampu menggunakan

kewenangan, menunaikan kewajiban, dan memenuhi tanggung

jawabnya.

g. Bagaimana membentuk pemerintah yang demikian itu;

h. Bagaimana supaya kinerja pemerintah menggunakan kewenangan,

menunaikan kewajiban, dan memenuhi tanggung jawab.

i. Bagaimana supaya kinerja pemerintah sesuai dengan tuntutan

yang dipemerintah dan perubahan zaman.

Sedangkan menurut Wilson (dalam Syafiie, 2010;23). Mengatakan

pemerintah dalam akhir uraiannya, adalah suatu pengorganisasian kekuatan,

tidak sekelompok orang dari sekian banyak kelompok orang yang

dipersiapkan oleh suatu organisasi untuk mewujudkan maksud dan tujuan

bersama mereka, dengan hal – hal yang memberikan keterangan bagi urusan

– urusan umum kemasyarakatan.

Kencana Syafiie (2007 : 20). Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni.

Dikatakan sebagai seni karna berapa banyak pemimpin pemerintahan yang

tanpa pendidikan pemerintahan, mampu berkait serta dengan karismatik

menjalan kan roda pemerintahan. Sedangkan dikatakan sebagai suatu disiplin

ilmu pengetahuan, adalah karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat,

dipelajari dan diajarkan, memiliki objek, baik objek materia maupun forma,

universal sifatnya, sistematis serta spesifik (khas).


Pemerintahan berasal dari kata pemerinah, yang paling sedikit kata

“perintah” memiliki 4 unsur yaitu;

a. Ada dua pihak yang terkandung

b. Kedua pihak tersebut memiliki hubungan.

c. Pihak yang memerintah memiliki wewenang.

d. Pihak yang di perintah memiliki ketaatan.

Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan dan memberikan

definisi sebagai berikut;

Pemerintahan umum adalah pemerintah karena merupakan wewenang

berbagai lembaga pemerintah, yang masing-masing memainkan peran penting

dalam kehidupan modern. Fungsi pemerintahan negara dalam segala

manifestasinya.

Secara etimolog, pemerintahan dapat diartikan sebagai berikut dibawah

ini;

a. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh yang berarti

didalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki

wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan

keharusan.

b. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintahan. Yang berarti

badan yang melakukan kekuasaan memerintah.


c. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintah. Berarti

perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerinah

tersebut.

Secara harfiah istilah pemerintah atau dalam bahasa inggris disebut

government. Sedangkan istilah kepemerintahan dalam bahasa inggris disebut

governance yang berarti “act, fact, manner, of governing”, atau yang biasa

sering disebut sebagai kegiatan penyelenggaraan pemerintah atau tata kelola

pemerintah. Governance merupakan suatu proses atau kegiatan, serangkaian

kegiatan (process) interaksi sosial politik antara pemerintah dengan

masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan

masyarakat dan intervensi pemerintahan atas kepentingan yang ada.

3. Konsep Pemerintahan

Apabila ditinjau dari segi pemerintah, pemerintahan berasal dari kata

pemerintah yang sedikit kata “perintah” tersebut memiliki empat unsur yaitu

ada dua pihak yang terkandung. Kedua pihak tersebut memiliki hubungan,

pihak yang memerintah memiliki wewenang, dan pihak yang diperintah

memiliki ketaatan. Syafi’i (2005;20).

Menurut Sedarmayanti (2003;35) pemerintah atau government adalah

Lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara

bagian atau negara kota dan sebagainya, sedangkan kepemerintahan adalah

tindak dari penyelenggaraan pemerintahan.


Harapan akan kebutuhan warga dan keinginannya untuk mewujudkan

kemajuan kehidupan yang tertib dan berdampingan tercermin dalam

pemerintahan sebagai suatu kegiatan, proses, dan bentuk kelembagaan

berdasarkan kesepakatan warga. Ini memastikan bahwa setiap orang dapat

menjalani kehidupan yang nyaman dan masuk akal. Dalam konteks hidup

dengan masing-masing individu, tata kelola diharapkan dapat membantu

mereka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, terlepas dari nilai dan kriteria

yang mereka anut. Keberadaan pemerintah sebagai bagian dari kehidupan

manusia telah dilihat dari berbagai perspektif teoritis dan filosofis. Selain itu,

tata kelola dapat dilihat dari tiga perspektif: aktivitas (dinamis), struktural dan

fungsional, serta tugas dan wewenang (fungsional).

Pertama, jika dilihat dari segi dinamika, pemerintahan adalah setiap

kegiatan atau usaha yang diselenggarakan berdasarkan negara dan berasal

dari kedaulatan yang berkenaan dengan rakyat dan wilayah negara untuk

tujuan mencapai tujuan negara.

Kedua, sejauh konstruksi yang bermanfaat, pemerintah menyiratkan

banyak kemampuan bangsa-bangsa, yang secara praktis terhubung satu sama

lain, dan menyelesaikan kemampuannya atas dasar tertentu untuk mencapai

tujuan negara. Dengan adanya batasan-batasan tersebut di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pemerintahan meliputi segala kegiatan yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang negara; akibatnya, pemerintah

mencakup seluruh bangsa.


Montesquie mengemukakan teori Trias Politika yang menyatakan

bahwa kekuasaan legislatif merujuk pada kewenangan untuk membuat

undang-undang, sedangkan kekuasaan yudikatif merujuk pada kewenangan

untuk menentukan dilanggar atau tidaknya suatu undang-undang. Hal itu

dilakukan untuk menjaga keseimbangan operasional pemerintahan.

4. Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan secara etimologis berasal dari kata Yunani Indonesia "polis",

yang dalam bahasa Latin berarti "negara kota", yang mengacu pada politik

atau negara. Menurut Dunn (2003:48), bahasa Inggris Kuno (Bahasa Inggris

tengah) disebut sebagai polisi, yang berkaitan dengan unsur pemerintahan

atau administrasi pemerintahan.

Kebijakan adalah upaya mengolah nilai pemerintahan yang bersumber

dari kearifan pemerintah dan secara legal, moral, dan etis diarahkan untuk

melaksanakan tanggung jawab pemerintah di lingkungannya (Ndraha,

2005:498).

Selain itu, Zaini Ali dan Raden Imam Al Hafis (2015:10)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “tindakan pemerintah dalam

memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat biasa” dan “penetapan

tujuan yang diperlukan bagi masyarakat yang harus berpegang dan

melaksanakan” berupa undang-undang, program, keputusan, ketentuan,

usulan, serta rencana dan peraturan.”.


Dalam Subarsono, (2005:13), Holwet dan M. Ramesh berpendapat

bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan penting, yaitu sebagai

berikut:

1. Penyusunan agenda, yaitu ssebuah proses agar suatu masalah

mendapat perhatian dari pemerintah.

2. Formulasi kebijaka, yaitu proses perumusan pilihan – pilihan

kebijakan oleh pemerintah.

3. Pembuatan pembijakan, yakni proses Ketika pemerintah memilih

untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan.

4. Implementasi kebijakan, yaitu proses untuk melaksanakan

kebijakan mencapai hasil.

5. Evaluasi kebijakan, ialah proses untuk memonitor dan menilai

kinerja atau hasil kebijakan.

5. Pelayanan Publik

Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

memberikan definisi pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang – undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Menuruut Lewis dan Gilman (2005), bahwa pelayanan publik adalah

kepercayaan publik. Pelayanan publik dilaksanakan secara bertanggung

jawab dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada. Nilai
akuntabilitas pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepercayaan

kepada masyarakat tentang pelayanan yang diberikan. Pertanggungjawaban

terhadap aspek yang dilayani adalah bagian dari pemenuhan terhadap

pelayanan publik untuk menjungjung tinggi kepercayaannya kepada

masyarakat. Kepercayaan masyarakat yang adalah dasar untuk mewujudkan

tercapainya pemeritahan yang baik.

Sementara itu, dalam konteks pelayanan publik adalah melayani

kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan publik. Pelayanan publik

adalah melayani secara keseluruhan aspek pelayanan dasar yang dibutuhkan

oleh masyarakat untuk dipenuhi sesuai dengan ketentuannya. Pelayanan

publik menjadi suatu sistem yang dibangun dalam pemerintahan untuk

memenuhi unsur kepentingan rakyat.

Optimalisasi pelayanan publik menurut pendapat Indri dan Hayat (2015),

adalah memberikan pelayanan secara professional dan berkualitas yang

mempunyai implikasi positif terhadap kepuasan masyarakat. Profesionlitas

pelayanan ditunjang oleh sikap dan prilaku dalam pemberian pelayanan.

Sumber daya manusia menjadi indicator penting dalam pelayanan publik.

Pasal 5 UU No. 25/2009 menyebutkan, bahwa ruang lingkup pelayanan

publik adalah meliputi pelayanan barang publik dan jasa serta pelayanan

administratif yang diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemberian

pelayanan dalam ruang tersebut harus dipenuhi oleh pemerintah secara baik,

akuntabel dan maksimal, sehingga kepuasaan masyarakat dalam penerimaan

pelayanan dapat terpenuhi. Pelayanan publik tidak hanya memberikan


pelayanan secara fisik, tetapi sikap, perilaku dan penerimaan dari aparatur

pemberi layanan menjadi titik penting dalam pelayanan publik. Kepuasaan

masyarakat tidak hanya bertumpu pada cepatnya pelayanan, mudahnya

pelayanan, dan lain sebagainya, tetapi pada aspek kebaikan dan etika dalam

pemberian pelayanannya.

6. Konsep Implementasi Kebijakan

Secara ontologis, subject matter studi implementasi adalah atau

dimaksudkan untuk memahami fenomena implementasi publik, seperti: (i)

mengapa suatu kebijakan publik gagal diimplememntasikan di suatu daerah ;

(ii) mengapa suatu kebijakan publik yang sama, yang dirumuskan oleh

pemerintah, memiliki tingkaat keberhasilan yang berbeda – beda Ketika

diimplementasikan oleh pemerintah daerah; (iii) mengapa suatu jenis

kebijakan lebih mudah disbanding dengan kebijakan lain; (iv) mengapa

perbedaan kelompok sasaran kebijakan mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan.

Pengetahuan tentang variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi

suatu implementasi kebijakan publik diperlukan untuk dapat melakukan

investigasi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, untuk mempermudah

pemahaman konsep implementasi kebijakan, diperlukan suatu model

kebijakan. Berbagai model tersedia untuk analisis implementasi kebijakan.

Menurut Patton dan Sawich, posisi eksekutif ini bertanggung jawab

untuk mengatur, menafsirkan, dan menerapkan kebijakan yang dipilih melalui

berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan program tersebut.


Menurut Edward III (dalam Subarsono, 2008:90) bahwa yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan meliputi:

1. Komunikasi

Aspek yang paling krusial dalam hubungan antara pelaksana

program dan kelompok sasaran program adalah komunikasi, yaitu

hubungan antara pembuat kebijakan dan kebijakan.

2. Jumlah orang yang akan melaksanakan program dan membina

kelompok sasaran untuk melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan

program yang diharapkan dikenal sebagai sumber daya.

3. Disposisi mengacu pada motivasi pelaksana untuk menjalankan

program atau sikap pelaksana yang ingin atau berniat untuk

menerima atau menolak.

4. Program yang diserahkan kelompok untuk memenuhi kebutuhan

dan tuntutan adalah struktur birokrasi. Ini memiliki manfaat atau

berkelanjutan dalam jangka pendek, dan ukuran kelompok sasaran

akan mendukungnya.

Berdasarkan pandangan Edward III tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa setelah merumuskan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah

mewujudkan kebijakan tersebut melalui lembaga atau undang-undang yang

bertujuan untuk memecahkan masalah.

Menurut Webster’s Dictionary (1979, dikutip dari Tachjan, 2006;23)

implement berasal dari Bahasa latin “implementuni” dari kata “impre” dan
”plere” artinya mengisi penuh; melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya

“to fil” yaitu mengisi.

Pertama implement dimaksudkan “membawa ke suatu hasil (akibat)

melengkapi dan menyelesaikan”. Kedua to implement dimaksudkan

“menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu; memberikan hasil

yang bersifat praktis terhadap sesuatu”. Ketiga to implement dimaksudkan

menyediakan atau melengkapi dengan alat.

Etimologi dari kata “implementasi” menunjukkan bahwa itu mengacu

pada kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang menggunakan

sarana (alat) untuk mencapai hasil. Istilah “implementasi” kebijakan publik

dapat dipahami untuk merujuk pada penyelesaian atau pelaksanaan suatu

kegiatan kebijakan publik yang telah ditentukan atau disetujui melalui

penggunaan sarana (tools) untuk mencapai tujuan kebijakan jika dirangkaikan

dengan makna “implementasi”. dengan “kebijakan publik”.

Dengan demikian, implementasi kebijakan merupakan tahapan praktis

dalam proses kebijakan publik, berbeda dengan formulasi kebijakan yang

merupakan tahapan teoritis. Anderson (1978, sebagaimana dikutip oleh

Tachjan (2006); 24-25) mengemukakan hal itu. Implementasi kebijakan

adalah ketika mesin administrasi pemerintah menerapkan kebijakan pada

masalah tersebut.

Beberapa orang mulai menggunakan istilah "implementasi" akhir-akhir

ini. Harold Laswell, ilmuwan yang pertama kali mengembangkan studi


kebijakan publik, adalah orang pertama yang menggunakan istilah tersebut

(1956). Pendekatan proses, atau pendekatan proses kebijakan, diciptakan oleh

Laswell. Ia menegaskan bahwa agar para ilmuwan memiliki pemahaman

yang menyeluruh tentang apa yang dimaksud dengan kebijakan publik, maka

perlu dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: formulasi, implementasi,

evaluasi, reformulasi, dan penghentian agenda. Hal ini terlihat dari siklus

kebijakan. bahwa implementasi hanyalah salah satu atau sebagian dari

keseluruhan proses perumusan kebijakan publik.

Meskipun Laswll tidak secara khusus menekankan pentingnya

implementasi kebijakan secara keseluruhan, yang harus dipertimbangkan

selama proses perumusan kebijakan, istilah "implementasi" telah menjadi

terkenal di bidang ilmu politik, administrasi publik, dan lebih khusus lagi,

kebijakan publik yang saat ini sedang dalam proses penyusunan. Alhasil,

sejumlah ahli pantas disebut sebagai pionir dalam bidang studi implementasi

kebijakan publik.

Model implementasi kebijakan publik sebagaimana dijelaskan oleh Van

Mettr dan Van Hora dalam Agustian (2014:142) merupakan model yang

mengambil pendekatan top-down dan disebut sebagai “A model of the policy

implement”. Proses implementasi ini merupakan abstraksi atau promosi dari

implementasi suatu kebijakan publik. Itu terjadi dalam hubungan pembagian

variabel model ini, yang memastikan bahwa implementasi keputusan politik


yang tersedia, serta kinerja kebijakan publik, berjalan dengan lancar. Enam

variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, tercantum di bawah ini.

1. Ukuran dan Tujuan

Hanya jika ukuran dan tujuan kebijakan sesuai dengan lingkungan

sosiokultural pada tingkat implementasi barulah tingkat

keberhasilannya dapat diukur.

2. Sumberdaya

Kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia sangat

penting bagi keberhasilan proses implementasi kebijakan. Sumber

daya manusia, keuangan, dan waktu, misalnya. Dalam studi ini,

kapasitas untuk memanfaatkan sumber daya keuangan dianggap

sebagai faktor yang paling signifikan.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Organisasi informal yang akan terlibat dalam implementasi

kebijakan publik juga termasuk dalam fokus badan pelaksana. Hal

ini menjadi isu yang sangat penting karena karakteristik yang tepat

dan kesesuaian dengan agen pelaksana akan berdampak signifikan

terhadap efektivitas implementasi kebijakan (publik).

4. Sikap/Kecenderungan (Disposltion) para Pelaksana

Penerimaan atau penolakan pelaksana kebijakan akan berdampak

signifikan terhadap keberhasilannya. Hal ini mungkin merupakan

hasil dari kebijakan yang berpengalaman dalam masalah ini dan


bersimpati dengannya, tetapi kebijakan tersebut berasal dari "atas"

ke bawah.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Ketika datang untuk menerapkan kebijakan, komunikasi adalah

alat yang sangat efektif. Kemungkinan kesalahan sangat berkurang

dengan meningkatkan komunikasi antara semua pihak.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Sejauh mana kontribusi lingkungan eksternal terhadap

keberhasilan kebijakan yang telah ditetapkan menjadi

pertimbangan terakhir.

Kegagalan proses implementasi kebijakan dapat disebabkan oleh

lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak

menguntungkan; Oleh karena itu, upaya implementasi kebijakan

juga harus mempertimbangkan lingkungan eksternal yang

kondusif.

Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai kegiatan/kegiatan yang

mengacu pada pedoman yang telah disusun sehingga dari kegiatan/kegiatan

yang telah dilakukan dapat memberikan dampak bagi masyarakat dan

berkontribusi dalam penyelesaian masalah yang menjadi programnya. fokus.

Penafsiran ini didasarkan pada definisi implementasi kebijakan di atas.

Implementasi kebijakan merupakan sebuah tahapan yang sangat penting

dalam keseluruhan stuktur kebijakan karena melalui prosedur ini proses


kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau

tidaknya pencapainnya tujuan.

7. Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu

kegiatan. Sebuah program dapat dikatakan berhasil atau tidak apabila ada

manfaatnya atau pengaruh yang positif bagi masyarakat.

Nawawi (2007:174) mendefinisikan program sebagai “kumpulan

kegiatan yang nyata, sistematis, dan terpadu yang dilakukan oleh satu atau

lebih instansi pemerintah atau dalam rangka kerjasama dengan masyarakat,

atau masyarakat lainnya secara partisipatif aktif, guna mewujudkan mencapai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”.

Program dalam arti khusus dan program dalam arti umum, menurut

Karding (2008:33), dapat diartikan bahwa program dapat diartikan dengan

dua cara. Pemahaman umum adalah bahwa program berfungsi sebagai

rencana tentang apa yang harus dilakukan. Satuan atau unit kegiatan yang

merupakan realisasi atau pelaksanaan kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan

sekelompok orang, didefinisikan sebagai “program” dalam konteks evaluasi

program. Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa program ini terdiri dari tiga

komponen penting:

1. Program adalah realisasi atau implementasi suatu kegiatan.


2. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tinggal

tetapi berkesinambungan.

3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dalam hal ini program merupakan bagian dari perencanaan dan sering

pula diartikan bahwa program adalah kerangka dari pelaksanaan dari suatu

kegiatan. Seperti yang dinyatakan oleh Sujianto (2008:32) Program adalah

seperangkat tujuan, aturan, kebijakan, prosedur, hibah, dan tugas yang harus

diselesaikan. Sumber daya yang diperlukan digunakan dan komponen lain

yang diperlukan untuk melaksanakan arahan tertentu.

Selain itu, Jones (2009:11) mengutip Abadi yang mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan program adalah cara yang sah untuk mencapai tujuan,

kebijakan, prosedur, penugasan, langkah-langkah yang diambil, sumber daya

yang digunakan, dan komponen yang diperlukan untuk melaksanakan

program. arah dan tindakan tertentu. Sebagus apa pun programnya, tidak akan

mungkin mencapai target atau tujuan yang diinginkan kecuali jika dijalankan.

8. Gizi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan gizi sebagai zat

makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Kata

"nutrisi" berasal dari kata Arab "ghizai", yang berarti "makanan". Prof.

Pooerwo Soedarmo (1904–2003) mencetuskan gagasan tersebut setelah

berkonsultasi dengan Lembaga Bahasa di Universitas Indonesia. Sejak tahun


1952, ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat telah menggunakan istilah

tersebut.

Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu:

1. Secara klasik gizi hanya dihubungkan dengan Kesehatan tubuh

(menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh,

mengatur proses – proses kehidupan dalam tubuh).

2. Sekarang selain untuk Kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi

ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan

otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.

Definisi ilmu gizi yang digunakan di Indonesia menurut Sediaoetama

(1987) adalah ilmu yang mempelajari tentang makanan yang berkaitan

dengan kesehatan jasmani. Menurut definisi ini, dua aspek penting adalah

makanan dan kesehatan tubuh. Menurut Hardiansyah dan Victor dalam

WKNPG VIII, 2004 ahli gizi harus menyelidiki hubungan antara pangan

(pangan) dengan kesehatan, khususnya kajian zat-zat dari pangan yang

bermanfaat bagi kesehatan serta proses-proses yang berlangsung dalam

pangan sejak saat itu. dikonsumsi, dicerna, dan diserap hingga dimanfaatkan

oleh tubuh dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan

kelangsungan hidup manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.


Status Gizi Robinson dan Weighley mendefinisikan status gizi sebagai

keadaan kesehatan yang berhubungan dengan bagaimana tubuh menggunakan

makanan. Faktor yang mempengaruhi status gizi, seperti:

1. Faktor langsung

a. Asupan berbagai makanan

b. Penyakit

2. Faktor tidak langsung

a. Ekonomi keluarga, penghasilan keluarga merupakan faktor

yang mempengaruhi kedua faktor yang berperan langsung

terhadap status gizi.

b. Produksi pangan, peranan pertanian dianggap penting karena

kemampuannya menghasilkan produk pangan.

c. Budaya, masih ada kepercayaan untuk memantang makanan

tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung

zat gizi yang baik.

d. Kebersihan lingkungan, kebersihan lingkungan yang buruk

akan memudahkan anak menderita penyakit tertentu.

e. Fasilitas pelayanan sangat penting untuk menyokong status

Kesehatan dan gizi anak.


B. Kerangka Pemikiran

Dengan menggunakan panduan pelaksanaan daftar teori dan prinsip yang

relevan, manajemen pembangunan digunakan untuk mengimplementasikan

kebijakan program Dinas Kesehatan untuk mengatasi gizi buruk di Kabupaten

Bandung Barat. Besarnya peran pemerintah dan posisinya sebagai pusat

pelaksanaan program menunjukkan hal tersebut. Sebaliknya, program yang

dikembangkan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan di tingkat kabupaten,

desa, dan kelurahan didukung oleh masyarakat. Pada setiap tahapan kegiatan,

fasilitator berperan sebagai pendorong partisipasi masyarakat dan mitra dengan

tujuan agar kegiatan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan

dan keterampilan masyarakat yang bermanfaat bagi mereka maupun

masyarakat. potensi dan kebutuhan.

Menurut Teori Implementasi Kebijakan George Edward III, terdapat

Model Implementasi yang digunakan dalam proses implementasi kebijakan.

Model-model ini meliputi komunikasi, disposisi, sumber daya, dan struktur

birokrasi.
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Implementasi kebijakan Dinas Kesehatan

komunikasi Sumber Daya Disposisi Stuktur Birokasi

Tingkat Penurunan Angka Penderita Gizi


Buruk di Kabupaten Bandung Barat
C. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk memfasilitasi pengamatan yang lebih mudah, deskripsi fokus

penelitian konsentrasi pada tujuan penelitian harus dibuat jelas. Dengan

menggunakan teori George Edward III, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengkaji bagaimana kebijakan dinas kesehatan dalam menangani gizi buruk

dipraktikkan:

1. Komunikasi

Komunikasi sangat penting untuk mencapai tujuan implementasi

kebijakan publik, dan merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Jika pembuat

keputusan mengetahui rencana mereka, mereka akan menerapkan

implementasi yang efektif. Komunikasi yang baik adalah satu-

satunya cara untuk mendapatkan informasi yang dapat diketahui

oleh para pengambil keputusan. Keberhasilan komunikasi variabel

dapat dinilai dengan menggunakan tiga indikator. Keberhasilan

kebijakan tergantung pada kemampuan pelaksana untuk mengikuti

instruksi. Apa tujuan dan sasaran kebijakan (kelompok sasaran)

untuk mengurangi distorsi implementasi?

Kemungkinan akan ada resistensi dari kelompok sasaran jika

tujuan dan sasaran kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak

diketahui sama sekali.


2. Sumber Daya

Kebijakan yang baik tidak dapat diterapkan tanpa sumber daya

yang tepat. Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara

jelas dan konsisten, namun indikator yang digunakan untuk

menentukan sejauh mana sumber daya mempengaruhi

implementasinya. Namun, jika implementor kekurangan sumber

daya untuk mengimplementasikan, implementasi tidak akan

berfungsi secara efektif. Sumber daya manusia, khususnya

persaingan antar pelaksana, dan sumber daya keuangan adalah dua

contoh dari sumber daya tersebut. Untuk implementasi kebijakan

yang efektif, sumber daya merupakan faktor penting. Kebijakan

hanya hidup di atas kertas dan menjadi dokumen tanpa sumber

daya.

“Dalam organisasi sebagai sistem benda dengan implikasi

teknologi dan ekonomi, sumber daya diposisikan sebagai input.

Dalam istilah ekonomi, sumber daya adalah biaya atau

pengorbanan yang dikeluarkan secara langsung oleh organisasi

yang mewakili nilai sumber daya atau potensi pemanfaatannya

dalam produksi output. Sebaliknya, secara teknologi, kapabilitas

transformasi dari organisasi terkait dengan sumber daya.

3. Disposisi

Disposisi merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Besar


kemungkinan kebijakan akan diimplementasikan sesuai dengan

keputusan awal jika pelaksana memiliki kecenderungan, sikap

positif, atau dukungan terhadap implementasinya. Sebaliknya, jika

pelaksana bersikap antagonis atau menolak melaksanakan

kebijakan karena adanya benturan kepentingan, maka pelaksanaan

kebijakan akan menghadapi tantangan yang berat, meskipun

pelaksana memiliki komitmen, kejujuran, dan karakter demokratis.

Implementor akan dapat melaksanakan kebijakan dan mencapai

tujuan pembuat kebijakan jika memiliki sikap yang positif.

Kebijakan untuk proses implementasi juga menjadi tidak efektif

ketika pelaksana memiliki sifat atau cara pandang yang berbeda

dengan pembuat kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Salah satu lembaga yang paling banyak melakukan kegiatan

tersebut adalah birokrasi. Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam

struktur pemerintahan tetapi juga dalam organisasi swasta,

lembaga pendidikan, dan lembaga sejenis lainnya. Bahkan dalam

kasus ini, beberapa birokrasi dibuat semata-mata untuk

mengimplementasikan kebijakan tertentu. Implementasi kebijakan

sangat dipengaruhi oleh implementasi kebijakan. Keberadaan

prosedur operasi standar, atau SOP, adalah salah satu komponen

struktural yang paling penting dari setiap organisasi. SOP

berfungsi sebagai pedoman yang harus diikuti oleh setiap


pelaksana. Red tape, juga dikenal sebagai prosedur birokrasi yang

rumit dan berbelit-belit, adalah hasil dari struktur organisasi yang

terlalu panjang (30). Akibatnya kegiatan organisasi menjadi kaku.

D. Proposisi penelitian

Tingkat pemahaman keseimbangan gizi untuk bayi dan balita bagi

seorang ibu menentukan tumbuh kembang bayi dan balita dalam

pengembangan taraf kesejahteraan Kesehatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitia kualitatif dengan alasan terjun

langsung ke lapangan untuk menenukan dan melakukan observasi sehingga

dapat langsung melihat keadaan sebenarnya mengenai kasus gizi buruk pada

balita.

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

survey dengan pemgumpulan data dengan wawancara dan data secara tertulis,

hal ini dibuat agar tujuan dari penelitian bisa akurat denga napa yang sedang

terjadi dilapangan dan apa yang tertuang pada dokumen – dokumen kemudian

selanjutnya dengan obserfasi partisipan untuk mengetahui kenyataan yang

terjadi dilapangan mengenai Implementasi Program Peningkatan Gizi Pada

Bayi dan Balita di Desa Jayamekar.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Objek penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Jayamekar Kabupaten

Bandung Barat, di Jalan Jayamekar No.37, Jayamekar, Kecamatan Padalaang,

Kabupaten Bandung Barat. Dipilih karena memeiliki andil dan wewenang


dalam melaksanakan program yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung Barat.

Adapun subjek dalam penelitian ini berupa informan dan key informan

yang menjadi sumber informasi yang diperoleh oleh peneliti melalui orang –

orang yang terlibat dalam proses tugas dan fungsi. Menurut Bagong Suyanto

(2005:127) informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu:

1. Key informan atau informan kunci adalah orang-orang yang akrab

dengan dan memiliki data fundamental yang diperlukan untuk

penelitian.

2. Informan utama, merupakan mereka yang terlibat langsung dalam

interaksi social yang diteliti.

3. Informan tambahan, merupakan mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social

yang diteliti.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Bidang Kesehatan Dinkes Kabupaten Bandung Barat

b. Kepala Puskesmas Satu Orang

c. Pegawai Puskesmas Satu Orang

d. Orang Tua Bayi

Sedangkan key informan ini adalah : Kepala Bidang Dinkes Kabupaten

Bandung Barat. Dalam penelitian ini mereka sebagai informan karena mereka
merupakan stakeholder (pemangku kepentingan) yang berperan dan terlibat

terhadap Program pningkatan gizi di masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Ketika melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi

masalah yang akan diselidiki dan ketika peneliti ingin belajar lebih

banyak dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

responden sedikit atau sedikit, wawancara digunakan sebagai

metode pengumpulan data.

Menurut Sutrisno Hadi (1986), peneliti yang menggunakan

metode wawancara harus membuat asumsi sebagai berikut:

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri

b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti

adalah benar dan dapat diercaya.

c. Dapat interpretasi subyek kepada peneliti pertanyaan diajukan

peneliti kepadanya adalah sama denga napa yang dimaksudkan

oleh peneliti.

2. Observasi

Sutrino Hadi (1986) berpendapat bahwa observasi adalah proses

multifaset yang melibatkan berbagai proses biologis dan

psikologis. Pengamatan dan memori adalah dua proses yang


paling penting. Apabila penelitian menyangkut perilaku manusia,

proses kerja, atau fenomena alam, dan jika respondennya tidak

terlalu besar, maka digunakan teknik observasi untuk

mengumpulkan data.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2009:82) menyatakan bahwa dokumentasi adalah

metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat

dan pengumpulan data yang diidentifikasi dari dokumentasi adalah

yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang penulis teliti.

Dokumentasi fisik penelitian ini berupa foto penelitian dan surat-

surat yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian.

D. Teknik Keabsahan Data

Teknik pengumpulan data triangulasi adalah metode untuk menyatukan

data dari semua sumber data yang ada dan teknik pengumpulannya. Triangulasi

dapat dibagi menjadi tiga kategori: Teknik pengumpulan data triangulasi

adalah metode untuk menyatukan data dari semua sumber data yang ada dan

teknik pengumpulan. Triangulasi dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1. Triangulasi Sumber

Dalam hal ini, penelitian triangulasi sumber dengan melihat informasi

dari sumber lain untuk informasi dari sumber sebelumnya.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi metode ini memeriksa kredibilitas data dengan cara

membandingkan data dari sumber yang sama dengan metode yang sangat
berbeda. misalnya, pengumpulan data melalui observasi dilanjutkan dengan

verifikasi melalui wawancara dan dokumentasi. Data yang dihasilkan oleh

metode pengujian kredibilitas Apaila berbeda satu sama lain. Untuk

memastikan bahwa data dianggap cocok, peneliti membahas sumber data

terkait atau tambahan sebelumnya. atau mungkin tidak apa-apa karena

perspektif mereka berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu seringkali berdampak pada kredibilitas data yang akan

dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara. Kalau pagi-pagi

sumbernya masih fresh, tidak akan banyak masalah, dan data yang lebih valid

akan diberikan hingga lebih kredibel. Oleh karena itu, pemeriksaan dan

pengamatan, wawancara, atau penggunaan metode lain dalam waktu atau

keadaan yang berbeda dapat digunakan untuk menilai kredibilitas data.

E. Teknik Analisi Data

Dalam hal ini, penelitian kualitatif, analisis data kualitatif nonstatistik

digunakan untuk mendorong orang mempelajari salah satu masalah untuk

dikaji secara mendasar dan mendalam hingga ke akar-akarnya. Analisis data

dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1. Data Reducition (Reduksi Data)

Itu membutuhkan cukup banyak data yang dikumpulkan di lapangan.

harus didokumentasikan dengan sangat rinci. Seperti yang dinyatakan

sebelumnya, semakin banyak peneliti memasuki suatu bidang, volume data

akan menjadi semakin kompleks dan menantang, sehingga memerlukan


reduksi dan analisis data segera. Reduksi data adalah memfokuskan pada hal-

hal yang benar-benar penting dan meringkas serta memilih hal-hal. Jika perlu,

saya akan mencari tema dan pola pengurangannya. Ini akan memberi saya ide

yang jauh lebih mirip dan memudahkan penelitian untuk mengumpulkan data.

Peralatan elektronik seperti komputer kecil dapat membantu pengurangan data

dengan memberikan kode dengan aspek tertentu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data yaitu penyajian yang dimaksud menurut Matthew dan

Michael, sekumpulan informasi teratur yang memberikan kemungkinan ada

penarikan kesimpulan dalam pengambilan Tindakan.

3. Congclusion Drawing/verification (Kesimpulan)

Menurut Miles Huberman, langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif adalah menarik dan memverifikasi kesimpulan. Kesimpulan ini

masih berlaku untuk saat ini, namun akan berubah jika tidak ada bukti yang

sangat kuat untuk mendukung setiap tahapan pengumpulan data berikut.

Namun, ketika penelitian kembali ke lapangan untuk menggabungkan data,

kesimpulan yang ditarik dapat dipercaya jika didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten dari tahap pertama.

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jayamekar Kabupaten

Bandung Barat, yang akan dilakukan dalam waktu kurang lebih 6 bulan dari

mulai desember hingga mei.


Tabel 3.1

Jadwal Waktu Penelitian Tentang Implementasi Program Peningkatan Gizi

Bayi dan Balita Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas

Jayamekar Kabupaten Bandung Barat.

NO KEGIATAN DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan rancangan
proposal
2 Pengumpulan data tahap
awal
3 Bimbingan dan penyusunan
proposal
4 seminar proposal

5 Perbaikan proposal
penelitian
6 Penelitian lapangan

7 Bimbingan dan penyusunan


skripsi
8 Persetujuan skripsi

9 Ujian sidang skripsi

10 Perbaikan skripsi

Anda mungkin juga menyukai