Anda di halaman 1dari 30

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KB DALAM

UPAYA MENGATASI KEMISKINAN MASYARAKAT

HASIL PENELITIAN

PRASTIWI MUJI RAHAYU


NIM. C02419062

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sesuai dengan arah pembangunan pemerintahan periode 2015-2019,
BadanKependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mendukung pelaksanaanAgenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama
pada Agenda Prioritas nomor 5(lima) yaitu “Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia” melalui PembangunanKependudukan dan Keluarga
Berencana. Di dalam Strategi Pembangunan Nasional(Dimensi
Pembangunan), BKKBN berada pada Dimensi Pembangunan Manusia, yang
didalamnya berperan serta pada upaya mensukseskan Dimensi Pembangunan
Kesehatanserta Mental/Karakter (Revolusi Mental).Undang-undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga menyebutkan bahwa BKKBN merupakan lembaga pemerintah non
kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden. BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan keluarga berencana(BKKBN, 2016).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana masih banyak
terjadi masalah yang cukup kompleks terkait kependudukan. Jumlah
penduduk Indonesia masih menempati urutan keempat di dunia setelah negara
Cina, India, dan Amerika Serikat. Perkiraan pemerintah, jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa,
peningkatan tersebut juga di proyeksikan akan terjadi di setiap pulau di
indonesia. Sulawesi di 2015 sebanyak 18.724.000 jiwa dan di2020 sebanyak
19.934.000 jiwa, pada tahun 2019 di Sulawesi Utara jumlah penduduk
mencapai 2.484.392 jiwa, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 79.366
jiwa dan di kecamatan Sangkub Sebanyak 10.406 jiwa dengan jumlah

2
tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk mengatasi masalah penduduk
(Statistik, 2019).
Permasalahan kependudukan di Indonesia perlu perhatian yang cukup
serius dari semua pihak, baik pihak pemerintah maupun non pemerintah.
Pertumbuhan pendudukan yang tidak terkendali menjadi salah satu kendala
dalam pembangunan di beberapa sektor. Jika tidak ditangani, maka berakibat
meningkatnya kemiskinan serta kesehatan masyarakat juga akan menurun,
sehingga daya saing dari bangsa semakin rendah. Adapun data kemiskinan,
pada tahun 2019 di indonesia mencapai 25, 14 %, dan di provinsi Sulawesi
utara mencapai 7,51 % dan di kabupatn Bolaang Mongondow sendiri
Mencapai 6,77 %. Kita mengharapkan agar ditahun – tahun yang akan datang
angka kemiskinan semakin menurun(Statistik, 2019).
Dari permasalahan penduduk tersebut maka perlu adanya suatu kebijakan
program pengendalian penduduk. Dalam rangka memperkuat implementasi
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(Program KKBPK), terutama yang meliputi ke-5 (lima) aspek yaitu kuantitas
penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk, data dan informasi
penduduk dan penyerasian kebijakan kependudukan, maka dilakukan
penguatan program dan kegiatan melalui penajaman pada tujuan dan sasaran
strategis BKKBN yang bermuara pada visi dan misi pembangunan 2015-2019
pada agenda prioritas pembangunan nomor 5 yaitu “Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia”(BKKBN, 2016).
Meski pemerintah telah mengeluarkan program KB, namun program
tersebut dirasa lambat laun melemah dari berbagai sudut persoalan, mulai dari
pencapaian peserta KB yang mengalami penurunan, dan juga kurangnya
kesadaran masayarakat akan pentingnya program tersebut sebagai keperluan
kesehatan serta kesejahteraan di masa yang akan datang. Berbagai macam
hambatan terjadi pada tingkat daerah, kelurahan, RT/RW, atau bahkan dari
masyarakat itu sendiri. Pengetahuan yang minim terkait program tersebuat
menjadikan timbulnya rasa kurang tertarik masyarakat untuk ikut serta dalam
program KB. Menyikapi hal ini, untuk mempersempit ruang lingkup

3
penanganan program dan mendukung lanjutan dari program tersebut maka
BKKBN pun berupaya dengan mengoptimalkan peran pemerintah daerah agar
ikut andil dalam pelaksanaan program ini. Dengan di keluarkannya inovasi
strategis munculah program lain yang akan secara utuh terjun langsung di lini
lapangan, program tersebut yaitu program Kampung KB.
Kampung KB sebagai wahana pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
program dari BKKBN untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di
tingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK serta
pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
berkualitas(Meridian, 2020).
Adapun penelitian Sebelumnya Ferawati (2017)“Implementasi Program
Kampung Kb Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan” (Studi pada
Kampung KB Merudung Desa Jelarai, Kecamatan Tanjung Selor
Hilir,Kabupaten Bulungan,Provinsi Kalimantan Utara)Dengan adanya
Kampung KB ini ada peningkatan peningkatan yang sudah dirasakan
terkhusus respon masyarakat yang antusias mengikuti kegiatan - kegiatan
yang dilakukan di Kampung KB seperti persiapan kedatangan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan kunjungan Kepala BKKBN RI, mengikuti
program BKL, BKB, BKR serta UPPKS di mana semua kegiatan itu bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar lebih sejahtera, dan untuk
desanya sendiri agar menjadi Desa Ideal atau minimal Desa sejahtera yang
mana masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhan primer mereka.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang
perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah : Surat
An-Nisa’ ayat 9 “Dan hendaklah takut pada Allah orang- orang yang
seandainta meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah.
Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa Kepada Allah dan hendaklah mereka mengucap perkataan
yang benar.” dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga

4
kesejahteraan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan
biaya hidup berumah tangga.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul ‘Studi Literatur
Implementasi Program Kampung KB Dalam Upaya Mengatasi Kemiskinan
Masyarakat”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini:
1. Jumlah penduduk Indonesia masih menempati urutan keempat di dunia
setelah negara Cina, India, dan Amerika Serikat. Perkiraan pemerintah,
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak
271.066.000 jiwa,pada tahun 2019 di Sulawesi Utara jumlah penduduk
mencapai 2.484.392 jiwa, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
79.366 jiwa dan di kecamatan Sangkub Sebanyak 10.406 jiwa
peningkatan tersebut juga di proyeksikan akan terjadi di setiap pulau di
indonesia
2. Pentingnya Program kampung KB dalam mengatasi kemiskinan.
3. Adanya data kemiskinan Pada tahun 2019 di indonesia mencapai 25,14
%, dan di provinsi Sulawesi utara mencapai 7,51 % dan di kabupatn
Bolaang Mongondow sendiri Mencapai 6,77 %.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu “Apakah dengan adanya program kampung KB
dapat mengurangi angka kemiskinan”

5
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
untuk menganalisa bagaimana pelaksanaan program kampung KB
dalam upaya mengatasi kemiskinan.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan
peneliti, menambah penelitian/kajian yang berguna bagi perkembangan
Ilmu Ekonomi Pembangunan dan kesehatan khususnya Implementasi
Kebijakan Publik.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Bagi tampat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukkan bagi instansi-instansi dan pihak-pihak terkait dalam
membuat dan menyempurnakan program kampung KB
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan
evidence based practice mengenai Implementasi Program
Kampung KB
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat meningkatkan pengetahuan, khasanah ilmu dan pengalaman
bagi peneliti sehingga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Keluarga Berencana.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Implementasi
Implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
yaitu pelaksanaan / penerapan, sedangkan pengertian umum adalah suatu
tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan
rinci (matang).Implementasi adalah bagian dari proses kebijakan publik,
disamping tahapan sebelumnya agenda setting, formulation, adoption dan
tahapan sesudahnya assesement(Suparno, 2017).
Menurut Mazmanian dan Sebatier dalam Wahab (2012:135),
implementasi adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi
sesudahsesuatu Program dinyatakan berlaku atau dirumuskan, yang
merupakanfocus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-
kejadian dankegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedomankebijakan public yang mencakup baik usaha-usaha
untukmengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan
akibat/dampaknyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
Menurut guru besar ilmu administrasi di Universitas Padjadjaran
(UNPAD) BandungDr H. Tachjan, M.Si. Menurut beliau implementasi
kebijakan ialah proses kegiatan administrasi yang dilakukan setelah
adanya kebijakan yang sudah disetujui.Implementasi kebijakan publik
merupakan sesuatu yang penting. Kebijakan publik yang dibuat hanya
akan menjadi 'macan kertas' apabila tidak berhasil dilaksanakan. Oleh
karena itu, implementasi kebijakan publik perlu dilakukan dengan
mempertim-bangkan berbagai faktor, agar kebijakan publik yang
dimaksud benar-benar dapat berfungsi sebagai alat untuk merealisasikan
harapan yang diinginkan. Dengan kata lain, implementasi kebijakan publik
merupakan upaya untuk merealisasikan suatu keputusan atau kesepakatan
yang telah ditetapkan sebelumnya(Tachjan, 2006).

7
Kegagalan implementasi terjadi apabila implementor tidak
mengerti dan paham tujuan dan standar kebijakan, atau implementor
memiliki perbedaan kepentingan tujuan dan standar kebijakan. Sebaliknya,
keluasan penerimaan terhadap tujuan dan standar kebijakan, akan
memberikan potensi lebih besar bagi keberhasilan implementasi kebijakan.
Mazmanian (1983) memformulasikan 3 (tiga) variabel independen
implementasi kebijakan, yaitu:
1. mudah tidaknya masalah dikendalikan
2. kemampuan kebijakan menstrukturkan implementasi
3. variabel non-kebijakan yang mempengaruhi implementasi.
Besarnya kelompok sasaran kebijakan, juga akan mempengaruhi
keberhasilan implementasi. Dari sisi sifat masalah yang hendak dicapai
(tractability problem), tujuan kebijakan akan relatif mudah dicapai apabila
tersedia teori yang handal untuk mendukungnya, apabila keragaman
perilaku dari berbagai pihak yang terlibat relatif terbatas, kelompok
sasaran relatif terbatas dan mudah diidentifikasikan, serta perubahan
perilaku yang hendak dicapai relatif terbatas atau moderat(Suparno, 2017).

2.1.2 Teori Keluarga Berencana


1. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-
alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga
berencana diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran

8
serta masyarakat melalui upaya pendewasaan usia perkawinan,
pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan
Mengatasi Kemiskinan Masyarakat keluarga dalam rangka
melembagakan dan membudidayakan norma keluarga kecil bahagia
dan sejahteraan(wikimedia, 2020).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB
lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna,
untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda,
jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua
(Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

9
2.1.3 Teori Program Kampung Keluarga Berencana
1. Konsep Kampung KB
Kampung KB merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan
pelayanan Program KKBPK kepada masyarakat dengan
mengaktualisasikan 8 Fungsi Keluarga dan membangun karakter bangsa
melalui perwujudan keluarga kecil bahagia sejahtera. Sasaran Kampung
KB utamanya adalah penduduk yang tinggal di wilayah miskin, padat
penduduk, kurang memiliki akses kesehatan, terpencil, pesisir, kumuh, dan
kesertaan ber-KB nya masih rendah. Penggarapan program pembangunan
berbagai sektor terkait di Kampung KB ini diharapkan dapat dilakukan
oleh seluruh masyarakat dengan fasilitasi dari Kepala Desa, Ketua RW,
Ketua RT, PKB/PLKB, PKK, institusi masyarakat pedesaan (IMP), tokoh
masyarakat, kader, serta lintas sektor terkait. Kampung KB menjadi salah
satu model miniatur pelaksanaan Program KKBPK secara utuh yang
melibatkan seluruh bidang di lingkungan BKKBN secara sinergis dengan
kementerian/lembaga, pemangku kepentingan, dan mitra kerja terkait
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah, serta dilaksanakan di
tingkatan pemerintah terendah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.
(BKKBN, Panduan Pelaksanaan Kampung KB Percontohan, 2018)
Program pembangunan keluarga yang terakumulasi dalam KKBPK
dengan empat pokok garapan yaitu Pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pemantapan ketahanan keluarga dan pemberdayaan
ekonomi keluarga serta ditambah dengan pengendalian, pemantauan,
pengamatan serta pembinaan penduduk merupakan bagian dari
pengentasan kemiskinan. 4 | Pedoman Pengelolaan Kampung KB Agar
keluarga tidak mempunyai beban yang berat diawali dengan membentuk
keluarga kecil yang kemudian diukur dengan rata-rata punya anak (Total
Fertility Rate). Pembentukan keluarga kecil sangat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu perkawinan dan pengaturan kelahiran. Perkawinan yang
menunjang pembentukan keluarga kecil ditentukan oleh usia dan pola
perkawinan sedangkan pengaturan kelahiran melalui pemakaian

10
kontrasepsi ditentukan oleh 3 hal yaitu tingkat kesertaan, tingkat
kelangsungan KB dan efektivitas kontrasepsi dalam ber KB(BKKBN,
Pedoman Pengelolaan Kampung KB, 2017).
2. Tujuan Kampung KB
Menurut BKKBN dalam Pedoman Pengelolaan Kampung
KB( 2017) tujuan dari kampung KB itu sendiri Yaitu Meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan masyarakat melalui program KKBPK yang
terintegritasi dengan sektor pembangunan lainnya.
3. Prasyarat Pembentukan Kampung KB
Proses pembentukan suatu wilayah akan dijadikan sebagai
lokasiKampung KB perlu memperhatikan prasyaratan wajib yang
harusdipenuhi, yaitu:
a. Tersedianya data kependudukan yang akurat. Data ini bersumber dari
hasil Pendataan Keluarga, data Potensi Desa dan data Catatan Sipil
yang akan digunakan sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran dan
program yang akan dilaksanakan disuatu wilayah Kampung KB
secara berkesinambungan.
b. Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah. Dukungan
dankomitmen yang dimaksud adalah dukungan, komitmen dan
peranaktif seluruh instansi/unit kerja pemerintah
khususnyaPemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa/Kelurahandalam memberikan dukungan pelaksanaan program
dan kegiatanyang akan dilaksanakan di Kampung KB dan
memberikanpelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang
instansimasing-masing untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c. Partisipasi aktif masyarakat, partisipasi aktif masyarakat
yangdimaksudkan adalah partisipasi dalam pengelolaan
danpelaksanaan seluruh kegiatan yang akan dilakukan di
KampungKB secara berkesinambungan guna meningkatkan taraf
hidupseluruh masyarakat.

11
4. Kriteria Pemilihan Wilayah Kampung KB
Dalam memilih atau menentukan wilayah yang akan dijadikan
lokasiKampung KB ada tiga kriteria yang dipakai, yakni kriteria
utama,kriteria wilayah dan kriteria khusus, yaitu:
a. Kriteria Utama
1. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan KS 1 (miskin) di atas
ratarataPra Sejahtera dan KS 1 tingkat desa/kelurahan di
manakampung tersebut berada.
2. Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta
KBtingkat desa/kelurahan dimana kampung tersebut berlokasi.
b. Kriteria Wilayah dalam pembentukan Kampung KB mencakup10
kategori wilayah (dipilih salah satu), yaitu:
1. Kumuh;
2. Pesisir atau Nelayan;
3. Daerah Aliran Sungai (DAS);
4. Bantaran Kereta Api;
5. Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan);
6. Terpencil;
7. Perbatasan;
8. Kawasan Industri;
9. Kawasan Wisata;
10. Padat Penduduk;
c. Kriteria Khusus
1. Kriteria data, dimana setiap RT/RW memiliki Data dan
PetaKeluarga yang bersumber dari hasil Pendataan
Keluarga,data Kependudukan dan atau pencacatan sipil yang
akurat.
2. Kriteria kependudukan, dimana angka partisipasi pendudukusia
sekolah rendah.

12
3. Kriteria program Keluarga Berencana, dimana peserta KBAktif
dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebihrendah
dari capaian rata-rata tingkat desa atau kelurahan.
2.1.4 Teori Kemiskinan
4. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan memiliki banyak definisi, dan sebagian besar
sering mengaitkan konsep kemiskinan dengan aspek ekonomi.
Berbagai upaya untuk mendefinisikan kemiskinan dan
mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya menghasilkan suatu
konsep pemikiran yang dapat disederhanakan. Pertama, dari sudut
pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu
kemiskinan absolut dan relatif. Kedua dari sudut pandang
penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi kemiskinan
alamiah dan struktural. Salah satu syarat penting agar suatu
kebijakan pengentasan kemiskinan dapat tercapai maka harus ada
kejelasan mengenai kriteria tentang siapa atau kelompok
masyarakat mana yang masuk ke dalam kategori miskin dan
menjadi sasaran program. Salain itu ada syarat yang juga harus
dipenuhi yaitu harus dipamahi secara tepat mengenai penyebab
kemiskinan itu sendiri di masing-masing komunitas dan
daerah/wilayah. Karena penyebab ini tidak lepas dari adanya
pengaruh nilai-nilai lokal yang melingkupi kehidupan
masyarakatnya. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan
secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata
masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata
seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan
(Nurwati, 2008).

13
Selanjutnya Gunawan Sumodiningrat (1997:78) membedakan
kemiskinan ke dalam tiga pengertian, yaitu :
a. Kemiskinan Absolut Seseorang dikatakan miskin secara
absolut apabila tingkat pendapatannya dibawah garis
kemiskinan atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumhan dan pendidikan yang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja. Rendahnya tingkat pendapatan
itu terutama disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana
fisik dan kelangkaan modal atau miskin karena sebab alami.
b. Kemiskinan Relatif Adalah pendapatan seseorang yang sudah
diatas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah
disbanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan
relatif erat kaitannya dengan masalahpembangunan yang
belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan pendapatan.
c. Kemiskinan Kultural Kemiskinan Kultural ini mengcu pada
sikap seseorang atau masyarakat yang (disebabkan oleh factor
budaya) tidak mau 10 berurusan untuk memperbaiki tingkat
kehidupan meskipun ada usha dari pihak luar untuk
membantunya(Pamungkas, 2019).
5. Penyebab Kemiskinan
Adapun Faktor – fator yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan adalah :
a. Kurangnya lapangan pekerjaan : sempitnya atau kurangnya
lapangan pekerjaan yang membuat banyak masyarakat menjadi
pengangguran maka semakin banyak pula angka kemiskinan
karena mereka tidak bekerja dan tidak mendapatkan
penghasilan tetap / gaji.

14
b. Rendahnya tingkat pendidikan : Banyaknya anak – anak yang
putus sekolah karena tidak mampu untuk membayar biaya
sekolah yang cukup tinggi, dan membuat masyarakat –
masyarakat miskin tidak menempuh pendidikan dengan
sebagaimana layaknya.
c. Angka kelahiran tinggi : Banyaknya angka kelahiran yang
membuat masyarakat miskin semakin banyak dan semakin sulit
pula untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Kurangnya pelatihan soft Skill yang dilakukan oleh pemerintah
: kurangnya keahlian seseorang dalam menjalankan pekerjaan
dapat membuat seseorang itu kehilangan pekerjaannya karena
tidak benar dan tidak tepat dalam bekerja(Nazula, 2019).
6. Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat
relevan sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam
penanganan masalah sosial termasuk masalah kemiskinan.
Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas
masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan
internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal
atas sumber daya materi dan nonmaterial. Korten (dalam
Hikmat, 2004:15-16) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk
melakukan perubahanperubahan struktural dan normatif dalam
pembangunan yang berpusat pada rakyat:
a. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan
pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang
mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, dan
untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri
di tingkat individual, keluarga, dan komunitas.

15
b. Mengembangkan struktur-struktur dan proses
organisasi-organisasi yang berfungsi menurut kaidah-
kaidah sistem organisasi.
c. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi
yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan
pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian
lokal.
Kendati demikian, model pembangunan yang berpusat
kepada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan
(empowerment). Model ini memandang inisiatif-kreatif rakyat
sebagai sumber daya pembangunan yang paling utama dan
memandang kesejahteraan material-spiritual rakyat sebagai
tujuan yang harus dicapai oleh proses pembangunan. Kajian
strategis pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial,
budaya maupun politik menjadi penting sebagai input untuk
reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat.
Reformulasi ini memberikan peluang yang sangat besar bagi
masyarakat untuk membangun secara partisipatif. Dalam
pembangunan partisipatif, pemberdayaan merupakan salah satu
strategi yang dianggap tepat jika faktor-faktor determinan
dikondisikan sedemikian rupa sehingga esensi pemberdayaan
tidak terdistorsi(Kadji, 2018).

16
1.3 erangka Teori
Gambar 1. Kerangka Konsep

Upaya Pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan


melalui program Kampung KB (Undang-Undang Nomor 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan)

Kegiatan kampung KB Pelatihan

- Rencana - Melatih Penanggung


Pembentukan jawab Kampung KB
- Pendataan - Melatih ketrampilan
Desa/RT/RW Peserta/ masyarakat
- Melakukan sosialisasi yang menjadi anggota
- Membentuk Kampung KB
Kampung KB
- Pelaksanaan Program
KKBK

Tercapainya tujuan implementasi


program Kampung KB

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi
kepustakaan atau literatur review. Sekarang (2010) mendefinisikan literature
review sebagai tahapan proses yang didalamnya terdiri dari identifikasi terhadap
hasil kerja baik yang dipublikasikan maupun tidak dari berbagai sumber data
sekunder, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja tersebut dalam kaitannya
dengan masalah, dan yang terakhir mendokumentasikan hasil.
Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature
research) merupakan penelitian yang mengkajiatau meninjau secara kritis
pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur
berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan
kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Taylor dan Procter,
2010).
Penelitian ini termasuk Studi Literatur dimana data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Studi
kepustakaan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh dan
membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan sementara
atau hipotersis penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan kajian dan
analisis pada literature-literatur berupa jurnal-jurnal yang relevan mengenai
pengaruh aplikasi teman bumil terhadap pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu
dan janin.
3.2 Pengumpulan Data
Penelusuran artikel publikasi pada Proquest, Research Gate. PubMed dan
Google Schoolar menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: aplikasi, teman ibu
hamil dan pengetahuan ibu hamil. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria
inklusi diambil untuk selanjutnya dianalisis. Kriteria inklusi jurnal yang direview
adalah artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris dengan subyek
bayi yang mengalami demam serta dengan tema pengaruh aplikasi teman bumil

27
terhadap pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan janin, menggunakan literatur
terbitan tahun 2015-2020 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan
scholarly (peer reviewed journals). Cara penulisan yang efektif untuk setting
jurnal dengan memasukkan kata kunci sesuai judul penulisan dan melakukan
penelusuran berdasarkan advance search dengan penambahan notasi AND/OR
atau menambakan simbol +. Misalnya peneliti melakukan pencarian pada mesin
pencarian PubMed dengan mengetik kata “(application) AND (pregnant woman
friend) AND ((knowledge of pregnant women)”. Atau pencarian Google Scholar
dengan mengetik “aplikasi” + “teman ibu hamil” + “pengetahuan ibu hamil”.
Secara sistematis langkah-langkah yang digunakan dalam menulis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Studi Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang Diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Gambar 8. Diagram Alur Penelitian


3.3 Kriteria Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Inklusi Penelitian
Kriteria Inklusi
Jangka Waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun (2015-
2020)
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Subyek Ibu hamil
Jenis Jurnal Original artikel penelitian
Tersedia fulltext
Tema Isi Jurnal Pengaruh Aplikasi Teman Bumil Terhadap Pengetahuan Ibu
Tentang Kesehatan Ibu Dan Janin

28
I Literature diidentifikasi melalui Literature tambahan diidentifikasi
D
pencarian di Google Scholar melalui pencarian di ProQuest
E
N (n=123) dan Research Gate (n=2.758)
T (n=100) dan Pubmed (n=2)
I
F
I
K
Literature yang diidentifikasi melalui Proquest, Google Scholar,
A Research Gate dan PubMed (n=2.983)
S
S Literature dikeluarkan: (n=2.965)
C Literature yang discreening
R
melalui judul (n=2.983) - Judul
EE
N - Tidak dapat diakses dengan tanpa
I berbayar dan tanpa login
N - Hanya abstrak atau tidak full teks
G

K
E Literatur full text kemudian dikaji Literature dikeluarkan: (n=8)
L kelayakannya (n=18)
A - Literatur merupakan ulasan teori,
Y opini, artikel dan issue
A - Literrature Review
K
A

I Kriteria Inklusi:
N
K Literatur yang memenuhi criteria
- Full Text
L inklusi (n=10):
- Literatur berupa studi
U
S
kuantitatif
I
Gambar 9. Diagram Alur Proses Seleksi Literatur

3.4 Analisis Data


Literature Review ini di analisis menggunakan metode naratif dengan
mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang
diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria
inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama
peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian, metode dan
ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukan ke

29
dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai dengan
format tersebut di atas.
Untuk lebih memperjelas analisis, abstrak dan fulltext jurnal dibaca dan
dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi
yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Analisis yang
digunakan menggunakan analisis isi jurnal, kemudian dilakukan koding terhadap
isi jurnal yang direview menggunakan kategori pengetahuan. Data yang sudah
terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk
menarik kesimpulan.

30
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

Hasil studi literatur peneliti yang diidentifikasi melalui pencarian di


schoolar dengan menggunakan kata kunci Program Kampung KB, Kemiskinan,
menghasilkan jumlah jurnal sebanyak 1.170 jurnal. Kemudian jurnal discreening
melalui judul Implementasi Program Kampung KB Dalam Upaya Mengatasi
Kemiskinan Masyarakat dan memperhatikan dengan benar kesesuaian sumber,
kesesuaian isi, melalui membaca sekilas pada bagian abstrak, heading, sub
heading, serta dokumen statement atau kalimat-kalimat penting yang terdapat
dalam abstrak dan pendahuluan jurnal, ditambah dengan memperhatikan kondisi
jurnal, diantaranya: judul, jurnal tidak dapat diakses, hanya abstrak saja atau tidak
full text, memerlukan username dan password, jurnal berasal dari penelitian yang
dilakukan diluar bidang kesehatan dan tidak lengkap menghasilkan 14 jurnal.
Dengan melalui skrining tersebut didapatkan 1.170 jurnal dikeluarkan. Hasil
setelah diterapkan kriteria inklusi adalah tersisa 6 jurnal. Kemudian dilakukan uji
kelayakan dengan membaca secara utuh menyeluruh. Jurnal yang bersifat artikel
maupun literatur review. Jurnal dengan judul yang sama, dan jurnal yang tidak
sesuai dengan tujuan peneliti akan di keluarkan atau di eleminasi atau di eksklusi.
Untuk mempercepat proses eleminasi jurnal dilakukan evaluasi isi yang objektif
pada jurnal yang bersifat mendukung ataupun melemahkan, menggunakan
skimming (meluncur) dengan maksud pembacaan fokus kepada inti jurnal, dengan
membaca cepat serta menangkap intisari dari jurnal yang sesuai sejumlah 6 jurnal.
Jurnal yang telah sesuai kemudian dilakukan analisis dan ekstraksi.
Dalam penelitian yang menggunakan literatur review, terdapat beberapa
tahapan yang dilakukan agar studi literatur tersebut dapat diakui krediabilitasnya.
Adapun tahapan-tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:

31
I Literature diidentifikasi melalui
D pencarian di Google Scholar Literature tambahan diidentifikasi
E (n=1.070) dan Research Gate
N melalui pencarian di ProQuest
(n=98) dan Pubmed (n=2) (n=1.170)
T
I
F
I
K
A Literature yang diidentifikasi melalui Proquest, Google Scholar,
S Research Gate dan PubMed (n=1.170)
S
C
Literature dikeluarkan: (n=1.156)
R
EE
Literature yang discreening
N - Judul
I melalui judul (n=1.170) - Tidak dapat diakses dengan tanpa
N berbayar dan tanpa login
G - Hanya abstrak atau tidak full teks
K
E
L
Literature dikeluarkan: (n=8)
A
Literatur full text kemudian dikaji
Y - Literatur merupakan ulasan teori,
kelayakannya (n=14)
A opini, artikel dan issue
K - Literrature Review
A

I
N
K Kriteria Inklusi:
L
U Literatur yang memenuhi criteria
- Full Text
S inklusi (n=6):
- Literatur berupa studi
I
kuantitatif

Gambar 10. Diagram Alur Proses Seleksi Literatur

32
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil review dari 6 literatur yang memenuhi kriteria
inklusi maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Ringkasan dari Literatur
Jenis dan Metode Responden
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
Penelitian
1 Nurhafifah Implementasi Tipe penelitian Sampel sebanyak 7 Hasil dari penelitian
Zultha program kampung yang digunakan orang menunjukkan bahwa dari
(2017) kb dalam upaya adalah tipe empat indikator
Penanggulangan penelitian implementasi
kemiskinan deskriptif dengan program yang digunakan
(studi pada pendekatan dalam penelitian ini, tiga
kelurahan kota kualitatif diantaranya sudah dapat
karang raya, tercapai dengan baik
kecamatan teluk
betung timur,
Kota bandar
lampung)
2 Rahman Implementasi Metode penelitian Informan penelitian tidak semua masyarakat di
HM, Junaidi Program Kampung ini adalah terdiri dari, ketua, Kampung Berok ikut serta
Indrawadi KB dalam penelitian kader, pembina, dalam program kampung
(2019) Meningkatkan Deskriptif pengurus kampung KB ini. Sehingga hal ini
Kesejahteraan Kulitatif. KB Berok dan belum mencapai sasaran dari
Masyarakat di Pengumpulan data tokoh masyarakat. BKKN dalam upaya
Kelurahan Gunung menggunakan pelaksanaanprogram
Pangilun teknik wawancara kampung KB yang
Kecamatan Padang dan dokumentasi seharusnya diikuti oleh
Utara Kota Padang seluruh penduduk di
kampung KB tersebut.
3 Diyah Konstruksi Penelitian ini partisipan KB Berdasarkan data yang
Aprilia Masyarakat Miskin menggunakan mencapai 85% ditemukan, pemaknaan
Susanti Terhadap Program penelitian setelah dijadikannya masyarakat Nogosari
(2018) Kampung KB(Studi kualitatif kampung KB. terhadap keberadaan
Di Desa Nogosari, penggumpulan kampung KB terbagi
Mojokerto) data dalam menjadi dua kategori.
peneltian ini
menggunakan
wawancara
mendalam,
observasi dan
jugadokumentasi.
4 Ferawati Implementasi Deskriptif dengan Sampel sebanyak 4 Berdasarkan hasil
(2018) program kampung pendekatan orang adalah wawancara peneliti dengan
kb dalam kualitatif masyarakat yang beberapa informan baik
upayaPeningkatan termasuk Dinas terkait dalam
kesejahteraan dalam Program pembentukkan Kampung
Kampung KB yang KB maupun warga Desa
ada di Desa Jelarai Jelarai sendiri, bahwa
Kecamatan informasi mengenai
Tanjung Selor Hilir Program Kampung KB ini
disampaikan dengan baik
dan dapat diterima

26
di masyarakat

5 Wahyu Adi Implementasi Deskriptif dengan Informan diambil Hasil yang diperoleh dari
Pamungkas Program Kampung pendekatan dari orang memiliki penelitian ini menunjukkan
(2019) KB Dalam Upaya kualitatif kewenangan dalam bahwa Implementasi
Penanggulangan implementasi Program Kampung KB di
Kemiskinan Pada program Kampung Kelurahan Dadapsari
Kelurahan KB Kecamatan Semarang Utara
Dadapsari Kota Semarang berjalan baik
Kecamatan dan memberikan dampak dan
Semarang Utara manfaat yang cukup besar
Kota Semarang kepada masyarakat baik
dalam aspek kesehatan,
sosial maupun ekonomi.
6 Zatha Implementasi Deskriptif dengan Informan diambil Dari hasil penelitian,
Yumni program kampung pendekatan dari orang yang diperoleh beberapa temuan
Siregar kb dalam kualitatif diperkirakan yaitu belum semua lintas
(2019) meningkatkan menguasai dan sektor terkait berperan dalam
kualitas hidup memahami data, pengembangan Kampung
masyarakat informasi ataupun KB.
Di desa pondok fakta dari suatu
batu kecamatan obyek penelitian
bilah hulu
Kabupaten
labuhanbatu

4.2 Pembahasan
Berdasarkan 7 literatur yang di review peneliti didapatkan studi hasil bahwa
Implementasi Program Kampung KB Dalam Upaya Mengatasi Kemiskinan
Masyarakat, seperti pada penelitian yang dilakukan Nurhafifah Zultha (2017)
bahwa Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari empat indikator
implementasiprogram yang digunakan dalam penelitian ini, tiga diantaranya sudah
dapat tercapai dengan baik, yakni pada indikator komunikasi, disposisi dan
struktur birokrasi, karena dalam pelaksanaan program Kampung KB pelaksana
dan target sasaran sudah maksimal
Implementasi program Kampung KB Berok bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari hasil peneletian Rahman
HM, Junaidi Indrawadi (2019) terdiri dari program Bina Keluarga Balita
(BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL),
UPPKS dan PIK Remaja. Pelaksana program ini adalah masyarakat Berok

27
melalui pengurus Kampung KB Berok, dengan sasaran kelompok bawah
masyarakat seperti balita, remaja, lansia dan ibu rumah tangga. Metode
yang digunakan berupa penyuluhan, layanan kesehatan dan pelatihan
keterampilan. Namun tidak semua masyarakat di Kampung Berok ikut
serta dalam program kampung KB ini. Sehingga hal ini belum mencapai
sasaran dari BKKN dalam upaya pelaksanaann program kampung KB
yang seharusnya diikuti oleh seluruh penduduk di kampung KB tersebut.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Diyah Aprilia Susanti (2018)
Berdasarkan data yang ditemukan, pemaknaan masyarakat Nogosari
terhadap keberadaan kampung KB terbagi menjadi dua kategori. Kategori
pertama menyebutkan bahwa terdapat masyarakat yang memaknai
kampung KB sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah partisipan KB
yang ada di desa Nogosari. Berbeda dengan kategotri pertama, pada
kategori data yang kedua ini menyebutkan bahwa terdapat masyarakat
yang memaknai kampung KB sebagai upaya kualitas kehidupan
masyarakat.

Ferawati (2018) Berdasarkan hasil penelitian beserta hasil


wawancara serta dokumen-dokumen yang didapatkan, peneliti
menguraikan beberapa kesimpulan terkait penelitian mengenai
Implementasi Program Kampung KB di Desa Jelarai (Kampung KB
Merudung) dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan baik
Dinas terkait dalam pembentukkan Kampung KB maupun warga Desa
Jelarai sendiri, bahwa informasi mengenai Program Kampung KB ini
disampaikan dengan baik dan dapat diterima di masyarakat , bisa kita lihat
dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama adanya
Kampung KB dan warga pun mengetahui
tujuan dari pembentukkan Kampung KB ini untuk peningkatan kualitas hidup
mereka.

28
Wahyu Adi Pamungkas (2019) Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Implementasi Program Kampung KB di
Kelurahan Dadapsari Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang berjalan
baik dan memberikan dampak dan manfaat yang cukup besar kepada
masyarakat baik dalam aspek kesehatan, sosial maupun ekonomi.
Utamanya adalah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
langsung maupaun tidak langsung. Adanya Kampung KB memberikan
edukasi kepada masyarakat baik pada aspek kesehatan, sosial, maupun
ekonomi keluarga. Dalam hal ini keberadaan Kampung KB di Kelurahan
Dadapsari telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dari hasil penelitian, Zatha Yumni Siregar (2019) diperoleh
beberapa temuan yaitu belum semua lintas sektor terkait berperan dalam
pengembangan Kampung KB. Selain itu frekuensi penyuluhan KB perlu
ditingkatkan serta diperlukan pelatihan bagi para kader untuk menigkatkan
pengtahuan dan keterampilan mereka. Kendala dalam implementasi
program Kampung KB adalah perlu ditingkatkan sinergitas lintas sektor
terkait dalam pengembangan Kampung KB.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Peneliti hanya menganalisis jurnal penelitian yang diperoleh secara online
dan tidak menambahkan dengan hasil penelitian terbaru yang belum
dipublikasikan secara online, sehingga mungkin ada penelitian terbaru tentang
pengaruh aplikasi teman bumil terhadap pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu
dan janin.

29
30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1
Implementasi Program Kampung KB Dalam Upaya Mengatasi Kemiskinan
Masyarakat dari beberapa jurnal yang di teliti menunjukkan bawah cara
penginformasian kampung kb dan manfaatnya dapat diterima dengan baik dan
prgram program yang ada di dalamnya berjalan dengan baik dan dapat di terima
masyarakat. berjalan baik dan memberikan dampak dan manfaat yang cukup besar
kepada masyarakat baik dalam aspek kesehatan, sosial maupun ekonomi.
Utamanya adalah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik langsung
maupaun tidak langsung. Adanya Kampung KB memberikan edukasi kepada
masyarakat baik pada aspek kesehatan, sosial, maupun ekonomi keluarga.
Peranan pemerintah dan juga elemen-elemen masyarakat menjadi faktor
pendorong yang sangat penting bagi berlangsungnya program Kampung KB.
Pemerintah melalui dukungannya secara formil dan juga elemen-elemen
masyarakat yang secara praksis bahu membahu demi keberlangsungan program
Kampung KB ini. Sementara itu faktor penghambat pelaksanaan program
kampung KB meliputi dua faktor utama yakni kesadaran masyarakat yang rendah,
serta kurangnya tenaga penyuluh yang membuat pelaksanaan program kampung
KB berjalan kurang maksimal.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi tenaga kesehatan
Khususnya bidan, diharapkan dapat selalu update informasi terbaru
mengenai perkembangan Kampung KB di Desa atau wilayah kerjanya agar dapat
diketahui dengan cepat progress peningkatannya.

31
5.2.2 Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat mengembangkan dan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai Implementasi Program Kampung KB Dalam Upaya Mengatasi
Kemiskinan Masyarakat.
5.2.3 Bagi institusi Terkait
Untuk Dinas-sinas terkait tetap melakukan sosialisasi dan monitoring
program Kampung KB.
5.2.4 Bagi masyarakat
Masyarakat sebaiknya lebih proaktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
Kampung KB, karena tujuan akhir dari program ini salah satunya adalah
mensejahterakajan masyarakat.

32

Anda mungkin juga menyukai