Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan Upaya Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam Pelaksanaan Kebijakan Keluarga
Berencana di kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang serta faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana. Analisis
data yang digunakan merupakan analisis kualitatif yang di susun secara
sistematis melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan melakukan penelitian kepustakaan, dan penelitian kelapangan yaitu
pengumpulan data melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi
guna memperoleh data yang sesuai serta dibutuhkan dalam penelitian. Hasil
penelitian menujukkan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam
Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari Kota
Bontang adalah dengan melakukan penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi
untuk masyarakat terutaman pasangan usia subur. Dari kegiatan tersebut
didukung oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat dengan dukungan tersebut membuat masyarakat mudah untuk diajak
aktif dalam pelaksanaan program tersebut. Institud Masyarakat Pedesaan (IMP)
merupakan kader untuk masyarakat dengan melakukan penyuluhan, konseling,
serta pemberdayaan, dengan tujuan mendorong terjadinya proses perubahan
pengetahuan dan perilaku masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
akan pentingnya penggunaan KB terutama pada pasangan usia subur dengan
berpartisipasi secara aktif mendukung program KB. Faktor pendukung yang
disertai dengan adanya dukungan dari pemerintah dan tokoh agama maupun
masyarakat. Faktor penghambat upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kelurahan
Bontang Lestari yaitu 1) Tingkat pendidikan, 2) Pendapatan Ekonomi, 3) Masih
Mengikuti Pemikiran Jaman Dahulu, 4) Kurangnya Informasi mengenai alat
kontrasepsi.
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: fahrezapungky@gmail.com
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
Pendahuluan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun
menjadi suatu masalah besar bagi negara di dunia khususnya bagi negara
berkembang. Salah satu negara berkembang tersebut yaitu Indonesia, Indonesia
termasuk dalam negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Data sensus tahun 2012 menunjukan jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 244,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49
persen (http://repository.unpad.ac.id/id/eprint/19758).
Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah telah mencanangkan
program Keluarga Berencana (KB) untuk seluruh lapisan masyarakat dan juga
pemerintah sudah membuat kebijakan di bidang kependudukan sebagai bentuk
keseriusan pemerintah dalam pengendalian jumlah pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana yang tertuang didalam Undang-undang
No.10 tahun 1992 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang No.52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangungan Keluarga.
Selain itu pemerintah juga berupayamelalui pendidikan, baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal.
Kelangsungan dari program keluarga berencana menjadi suatu tantangan
besar bagi Pemerintah, karena tidak semua daerah melihat program KB dari sudut
pandang yang sama. Implikasinya pada pelaksanaan visi dan misi program
keluarga berencana di daerah akan mengalami banyak kendala. Dengan adanya
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, program KB
tidak lagi dilaksanakan sentralistik di bawah koordinasi BKKBN, melainkan di
desentralisasikan kepada daerah. Ini menjadikn Kabupaten/Kota memiliki
kemandirian dalam mengatasi masalah dari program keluarga berencana,
termasuk urusan anggaran dan personilnya.
Berdasarkan observasi awal saya secara umum yaitu untuk upaya-upaya
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Bontang
dalam melaksanakan program Keluarga Berencana di kelurahan Bontang Lestari
Kota Bontang, yang mana ditujukan untuk mencegah ledakan pertumbuhan
penduduk di kota tersebut.
Upaya – upaya yang dimaksud ialah seperti :
1. Penyuluhan, telah diberikan kepada remaja-remaja serta pada pasangan usia
subur secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan pengetahuan
serta manfaat. Berdasarkan observasi saya penyuluhan yang dilakukan di
Kelurahan Bontang Lestari tersebut sudah sering dilakukan seperti
penyuluhan mengenai bagaimana program KB tersebut serta pentingnya
memberikan pemahaman tentang tujuan dari program KB kepada Pasangan
Usia Subur, akan tetapi masih kurang mendapatkan partisipasi dari
masyarakat dan khususnya remaja-remaja yang sudah berumur 17 tahun
742
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
743
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
Penduduk
Jonny Purba (2005), penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri
pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada
waktu tertentu. sedangkan Srijanti & A. Rahman (2009), penduduk adalah orang
yang mendiami suatu tempat dalam wilayah tertentu dengan tanpa melihat status
kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, menyebutkan
744
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
Jadi penduduk ialah orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah
Indonesia terlepas ia warga negara Indnesia ataupun orang asing.
Keluarga Berencana
Hartanto (2004:14), keluarga berencana merupakan tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu,
yaitu: menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Selanjutnya BKKBN (2007), “Gerakan Keluarga Berencana
Nasional adalah gerakan yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
NKKBS (Norna Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 Keluarga Berencana
yaitu upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
Dari beberapa pengertian Keluarga Berencana diatas dapat disimpulkan
bahwasannya adalah suatu upaya untuk mengatur dan merencanakan jarak,
jumlah kelahiran anak dan usia ideal melahirkan dengan menggunakan alat
kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
745
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
Metode Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode kualitatif, yaitu menggambarkan serta disusun secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan yang
diteliti. Kemudian dalam suatu penulisan skripsi diperlukan adanya fokus
penelitian untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian serta
mengambil data pengolahannya menjadi sebuah kesimpulan. Dalam kualitatif
diperlukan masalah atau fokus penelitian guna mempertajam penelitian.
1. Berdasarkan teori dan konsep, dalam penelitian yang menjadi fokus penelitian
ini yaitu :
a. Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat
b. Pembinaan Keluarga
c. Pengaturan Kehamilan
d. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Upaya-upaya Dinas Kesehatan dan
Keluarga Berencana dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana di
Kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang.
746
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
Hasil Penelitian
Upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Dalam Pelaksanaan
Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari.
Untuk mengetahui Upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam
Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari dapat
dilihat dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga, adapun Kebijakan Keluarga
Berencana dilakukan melalui upaya, Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta
Masyarakat, Pembinaan Keluarga, Pengaturan Kehamilan, dan KIE (komunikasi,
informasi, dan edukasi).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 yang menjadikan
penelitian diadakan di Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Bontang.
747
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
penyelenggaran KB, dengan hal ini dinas melakukan pemasangan iklan di surat
kabar, televisi, radio, hingga di sosial media, pemasangan baliho di pinggir jalan
sehingga masyarakat dapat selalu membaca dan mengingat pentingnya KB,
kemudian memberikan pelayanan KB secara gratis kepada warga dan menjadi
salahsatu upaya jitu mengendalikan tingkat kelahiran penduduk. Dalam
pelayanannya, Dinas menyediakan secara gratis alat KB berupa pemasanganIntra
Uterin Device (IUD), Implant / Susuk KB, Suntik dan Pil. Dalam kegaiatan ini
pula tidak lupa di setiap posyandu diberikan penyuluhan mengenai Program KB
terutama pada pasangan usia subur.
Pembinaan Keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam mendukung program pemerintah
terutama dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Karena kesuksesan
program KB sangat ditentukan oleh keluarga terutama pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan untuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan dan
berapa lama jarak anak yang akan dilahirkan serta pertimbangan-pertimbangan
lainnya. Pembinaan keluarga dilaksanakan dalam rangka mendukung
pengembangan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dan pelaksanaan fungsi
keluarga.
Pembinaan yang diberikan sangat bermanfaar bagi warga Bontang Lestari,
karena memberikan wawasan tentang bagaimana cara ber-KB yang baik dan
benar serta pembinaan yang diberikan melalui konseling pengetahuan mengenai
alat kontrasepsi yang dilakukan sebulan sekali sehingga dapat terwujud keluarga
yang harmonis.
Pembinaan ketahanaan keluarga dapat digambarkan, dengan pembinaan
keluarga yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota
Bontang dalam upaya pelaksanaan kebijakan keluarga berencana telah dilakukan
melalui pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan yang dilakukan terbagi atas
kegiatan :
1. Bina Keluarga Balita (BKB), kegiatannya dilakukan pada anak balita yang
dimana para pasangan usia subur diajarkan untuk mendidik dan
memperlakukan balita dengan benar agar balita menjadi lebih aktif melalui
posyandu yang dilakukan setiap dua minggu kegiatan yang dilakukan seperti
imunisasi, sharing dll. Perlunya BKB ini menambah pengetahuan,
keterampilan, kesadaran dan sikap orang tua serta anggota keluarga agar
mempersiapkan pendidikan anak usia 0 sampai dengan di bawah 5 tahun
dalam rangka menumbuh kembangkan kecerdasan anak balita.
2. Bina Keluarga Remaja (BKR) yang kegiatannya dilakukan dengan melakukan
pembinaan terhadap orang tua yang memiliki anak remaja, dalam hal ini
orang tua dapat mengetahui tentang perilaku anak dalam hal kenakalan
remaja, free sex dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan BKR ini peserta
748
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
Pengaturan Kehamilan
Penentuan jarak kehamilan adalah salah satu cara menentukan berapa jarak
yang akan direncanakan di antara kehamilan satu dengan yang lain. Pengaturan
jarak kehamilan juga merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih
menerima dan siap untuk memiliki anak. Ketertarikan keluarga untuk memiliki
anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluarga tentang
pandangan keluarga tersebut mengenai nilai anak (value of children). Semakin
tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula
dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal.
Pengaturan kehamilan diselenggarakan dalam rangka meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengatur jarak kehamilan anak pertama sampai pada
usia ideal dan mengatur jarak kelahiran. Menunda kehamilan sebagaimana yang
ada dalam Peraturan Pemerintah No. 87 tahun 2014 pasal 26 dilakukan dalam
rangka perencanaan jumlah dan jarak antara kelahiran anak secara mandiri oleh
pasangan suami istri atas dasar kesadaran dan kesukarelaan.dan dilakukan dengan
menggunakan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi yang dapat diterima pasangan
suami istri sesuai pilihannya, serta jenis alat, obat atau cara kontrasespsi
ditetapkan dengan memperhatikan; daya guna, resiko terhadap kesehatan, dan
nilai agama serta nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Jarak kehamilan sangat penting di ketahui oleh masyarakat umum agar
memiliki kesadaran tentang manfaatnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menyebabkan resiko penyakit bagi para ibu. Mereka dapat kekurangan zat besi
yang menyebabkan anemia pada kehamilan selanjutnya. Selain itu, bayi belum
tentu mendapat nutrisi optimal jika lahirnya berdekatan. Usia anak yang terlalu
749
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
dekat jaraknya sering membuat orang tua susah membagi perhatian. Dalam hal ini
dinas telah melakukan pengarahan, penyuluhan, serta melakukan sosialisasi
melalui posyandu dan puskesmas di Bontang Lestar.
Selanjutnya alat kontrasepsi, Dinas telah melakukan sosialisasi kepada
pasangan suami istri tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
kepentingan anak. Dinas Kesehatan menyediakan alat atau obat seperti Pil,
Implant, IUD, dan alat kontrasepsi ini akan di berikan disetiap Puskesmas-
puskesmas agar masyarakat dapat menggunakan KB.
Jumlah peserta KB baru dan peserta KB aktif di setiap puskesmas di Kota
Bontang memiliki banyak peserta, di Kecamatan Bontang Selatan pertama di
puskesmas Bontang Selatan I jumlah peserta KB baru 380 dan peserta KB aktif
4,715. Lalu di puskesmas Bontang Selatan II peserta KB baru 906 dan peserta KB
aktif 2,625. Kemudian di puskesmas Bontang Lestari peserta KB baru 187 dan
peserta KB aktif 475. Dalam hal ini banyak masyarakat yang ikut serta dalam
pelaksanaan program KB tersebut.
750
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
Faktor Pendukung
1. Sumber Daya Manusia
Dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat tentang
penggunaan KB dan alat kontrasepsi di Kota Bontang pegawai atau staf Dinas
turun langsung kelapangan untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
sekaligus membawa, staf kelurahan, tokoh agama dan tokoh masyarakat
setempat.
2. Kesinambungan Kampung KB
Dinas kesehatan menetapkan kampung KB di Pagung Lestari dengan
dilakukannya penggerakan penyuluhan pengendalian penduduk yang menjadi
bentuk kesinambungan penetapan kampung KB, dengan evaluasi untuk
pengembangannya kedepan dan menjadi salah satu fokus dari perlindungan.
Faktor Penghambat
1. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan yang masih rendah karena tingkat pemahaman
masyarakat sehingga membuat masyarakat tidak paham akan pentingnya
penggunaan KB.
2. Keterbatasan Pendapatan Ekonomi
Pendapatan ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam
melaksanakan Program KB, karena masalah biaya terlebih lagi saat
memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, sehingga
membuat masyarakat memilih untuk tidak ikut ber-KB.
3. Masih Mengikuti Pemikiran Jaman Dulu
Karena kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga masih banyaknya
masyarakat yang mengikuti adat istiadat terdahulu sehingga tidak memikirkan
akan pentingnya menggunakan KB.
4. Kurangnya Informasi Mengenai Alat Kontrasepsi
Minimnya pengetahuan mengenai alat kontrasepsi sehingga membuat takut
masyarakat untuk mengunakannya.
751
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
752
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)
Saran
1. Pemerintah daerah Kota Bontang melalui Dinas Kesehatan dan keluarga
Berencana dalam menjalankan program yang ada sebaiknya melihat kondisi,
kebutuhan masyarakat karena masih ada masyarakat pengguna KB yang
belum mendapatkan pengetahuan lebih tentang KB, diharapkan Dinas benar-
benar memberikan bantuan berupa alat kontrasepsi kepuskesmas-puskesmas
dan melakukan pemantauan lebih lanjut mengenai KB karena tidak semua
masyarakat menggunakan alat Kontrasepsi juga mengadakan penyuluhan
rutin disetiap desa.
2. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana mencoba untuk terus menerus
memberikan arahan secara tidak langsung seperti mengiklankan di TV, radio,
bahkan hingga kepemasangan baliho di pinggir jalan agar setiap masyarakat
dapat melihat dan membaca pentingnya program penggunaan KB ini dengan
memberikan arahan dan bimbingan untuk menambah informasi mengenai alat
kontrasepsi kepada masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai Alat Kontrasepsi dan tidak terpaku pada pemikiran jaman dulu, dan
juga bagi pelaksanan program KB dan staf kesehatan terkait untuk
memberikan pelayanan KB dan memberikan penyuluhan kembali mengenai
jenis-jenis KB, tujuan KB, metode-metode KB dan keuntungan dari setiap
KB agar tidak menimbulkan kekhawatiran dari pengguna KB.
Daftar Pustaka
BKKBN. 2007. Materi KIE Keluarga Berencana Bagi Penyuluh KB. BKKBN.
Jakarta.
Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Keban,Y. T, 2004. “Enam dimensi strategis administrasi publik, konsep, teori dan
isu”. Yogyakarta: Gava Media
Purba, Jonny, 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Srijanti dan Rahman A, dkk.. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahab, Solichin, Abdul, 2012. Analisis Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik: Teori & Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo.
753
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754
Dokumen- dokumen
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.
754