Anda di halaman 1dari 14

eJournal Ilmu Pemerintahan, 2020, 8 (3):741 - 754

ISSN 2477-2458 (online), ISSN 2477-2631 (cetak), ejournal.ipfisip-unmul.ac.id


© Copyright 2020

UPAYA DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA


BERENCANA DALAM PELAKSANAAN KEBIJAKAN
KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN
BONTANG LESTARI KOTA BONTANG
Pungki Fahreza Mauzana1

Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan Upaya Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam Pelaksanaan Kebijakan Keluarga
Berencana di kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang serta faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana. Analisis
data yang digunakan merupakan analisis kualitatif yang di susun secara
sistematis melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan melakukan penelitian kepustakaan, dan penelitian kelapangan yaitu
pengumpulan data melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi
guna memperoleh data yang sesuai serta dibutuhkan dalam penelitian. Hasil
penelitian menujukkan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam
Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari Kota
Bontang adalah dengan melakukan penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi
untuk masyarakat terutaman pasangan usia subur. Dari kegiatan tersebut
didukung oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat dengan dukungan tersebut membuat masyarakat mudah untuk diajak
aktif dalam pelaksanaan program tersebut. Institud Masyarakat Pedesaan (IMP)
merupakan kader untuk masyarakat dengan melakukan penyuluhan, konseling,
serta pemberdayaan, dengan tujuan mendorong terjadinya proses perubahan
pengetahuan dan perilaku masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
akan pentingnya penggunaan KB terutama pada pasangan usia subur dengan
berpartisipasi secara aktif mendukung program KB. Faktor pendukung yang
disertai dengan adanya dukungan dari pemerintah dan tokoh agama maupun
masyarakat. Faktor penghambat upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kelurahan
Bontang Lestari yaitu 1) Tingkat pendidikan, 2) Pendapatan Ekonomi, 3) Masih
Mengikuti Pemikiran Jaman Dahulu, 4) Kurangnya Informasi mengenai alat
kontrasepsi.

Kata Kunci : Dinas Kesehatan, Keluarga Berencana (KB).

1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: fahrezapungky@gmail.com
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

Pendahuluan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun
menjadi suatu masalah besar bagi negara di dunia khususnya bagi negara
berkembang. Salah satu negara berkembang tersebut yaitu Indonesia, Indonesia
termasuk dalam negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Data sensus tahun 2012 menunjukan jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 244,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49
persen (http://repository.unpad.ac.id/id/eprint/19758).
Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah telah mencanangkan
program Keluarga Berencana (KB) untuk seluruh lapisan masyarakat dan juga
pemerintah sudah membuat kebijakan di bidang kependudukan sebagai bentuk
keseriusan pemerintah dalam pengendalian jumlah pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana yang tertuang didalam Undang-undang
No.10 tahun 1992 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang No.52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangungan Keluarga.
Selain itu pemerintah juga berupayamelalui pendidikan, baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal.
Kelangsungan dari program keluarga berencana menjadi suatu tantangan
besar bagi Pemerintah, karena tidak semua daerah melihat program KB dari sudut
pandang yang sama. Implikasinya pada pelaksanaan visi dan misi program
keluarga berencana di daerah akan mengalami banyak kendala. Dengan adanya
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, program KB
tidak lagi dilaksanakan sentralistik di bawah koordinasi BKKBN, melainkan di
desentralisasikan kepada daerah. Ini menjadikn Kabupaten/Kota memiliki
kemandirian dalam mengatasi masalah dari program keluarga berencana,
termasuk urusan anggaran dan personilnya.
Berdasarkan observasi awal saya secara umum yaitu untuk upaya-upaya
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Bontang
dalam melaksanakan program Keluarga Berencana di kelurahan Bontang Lestari
Kota Bontang, yang mana ditujukan untuk mencegah ledakan pertumbuhan
penduduk di kota tersebut.
Upaya – upaya yang dimaksud ialah seperti :
1. Penyuluhan, telah diberikan kepada remaja-remaja serta pada pasangan usia
subur secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan pengetahuan
serta manfaat. Berdasarkan observasi saya penyuluhan yang dilakukan di
Kelurahan Bontang Lestari tersebut sudah sering dilakukan seperti
penyuluhan mengenai bagaimana program KB tersebut serta pentingnya
memberikan pemahaman tentang tujuan dari program KB kepada Pasangan
Usia Subur, akan tetapi masih kurang mendapatkan partisipasi dari
masyarakat dan khususnya remaja-remaja yang sudah berumur 17 tahun

742
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

keatas, juga pelaksanaan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)


mengenai KB yang masih belum responsif gender terlihat dari masih
dominannya peran suami dalam pengambilan keputusan dalam ber-KB.
2. Peningkatan Akses dan Pelayanan KB, di Kelurahan Bontang Lestari tersebut
masih terdpat kesenjangan dalam kesertaan ber-KB serta kebutuhan ber- KB
yang masih belum terpenuhi dan kualitas pelayanan KB yang belum sesuai
standar. hal ini berkaitan dengan ketersediaan dan persebaran fasilitas
kesehatan/klinik pelayanan KB, juga persebaran tenaga kesehatan yang
kompeten dalam pelayanan KB.
3. Pembinaan Keluarga Berencana, pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh
lapangan KB, disana masih belum intens dalam memberikan pemahaman
dalam mengatur jarak kelahiran, memilih metode kontrasepsi jangka pendek
yaitu pil, suntik, dan kondom serta metode kontrasepsi jangka panjang yaitu
IUD, implant, tubektomi, dan vaksetomi juga pemahaman tentang membatasi
jumlah anak yang sudah dimiliki dan untuk menjaga kelangsungan ber-KB.
4. Pelaporan dan Evaluasi, kegiatan ini dilakukan guna menyampaikan
informasi tentang hasil kerja yang telah dilakukan oleh petugas KB serta
untuk mengetahui kekurangan dan hambatan yang ditemukan petugas KB
dilapangan.
Pembentukan Kampung KB, tidak hanya untuk menyukseskan program
KB, seperti 2 anak cukup dan pemakaian kontrasepsi, tetapi lebih dari itu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang menjadi sasaran pembentukan
kampung KB. Guna menyukseskan program Keluarga Berencarna dan keluarga
sejahtera di Bontang, Pemerintah Kota Bontang dengan Dinas Kesehatan dan
Keluarga Berencana mencanangkan Pagung Lestari Kelurahan Botang Lestari,
Kota Bontang sebagai kampung KB yang ke-2 di Kota Bontang setelah kelurahan
Berbas Pantai. Kampung KB ini dijadikan wujud kepedulian Pemerintah Kota
Bontang dalam keterpaduan pelaksanaan program Keluarga Berencana kesehatan
untuk kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan Program kampung KB akan sangat membantu dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan keluarga pra-sejahtera
untuk menuju yang lebih baik. Kampung KB akan membangun masyarakat yang
sejahtera dari tingkat keluarga. “ kita harus memperkuat dan merevitalisasi
program KB dan keluarga sejahtera, jangan hanya berhenti pada pencanangan ini
saja, tapi harus ada aksi dan gerakan,” (tegas Neni selaku Walikota Bontang
dalam liputan Klik Bontang).
Perlu diketahui terpilihnya daerah Pagung Lestari karena penduduk di
Pagung Lestari ini memiliki angka kelahiran yang tinggi, dimana dalam satu
keluarga rata-rata memiliki 5 hingga 7 anak. Maka sebab itu lah kampung KB di
terapkan di Pagung Lestari sehingga kampung KB ini bisa dijadikan sebagai
bahan evaluasi pelaksanaan Keluarga Berencana di Bontang. Diharapkan bisa
benar-benar mendorong peningkatan kesejahteraan serta berhasil menekan angka

743
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

pertumbuhan penduduk di Kota Bontang juga dijadikan upaya untuk mewujudkan


keluarga kecil sejahtera.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dalam bentuk Skripsi dengan mangangkat judul sebagai berikut: “Upaya
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam Pelaksanaan Kebijakan
Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang “.

Kerangka Dasar Teori


Definisi Kebijakan
Carl Friedrich dikutip dari Winarno, memandang kebijakan sebagai “ suatu
arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-
peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi
dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu.“ (Carl Friedrich dalam Winarno, 2008:17). Sementara itu
menurut pendapat Anderson dalam Wahab, kebijakan merupakan suatu tindakan
tertentu yang bertujuan, yang di ikuti oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
sehubungan dengan masalah tertentu yang dihadapi. (Wahab, 2012:47).
Kemudian menurut Keban (2004:15) Kebijakan dapat dilihat sebagai konsep
filosofis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses, dan sebagai suatu kerangka
kerja.
Berdasarkan uraian diatas kebijakan merupakan suatu tindakan yang dibuat
oleh pemerintah, organisasi, maupun seseorang guna mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan juga merupakan proses tawar-menawar dan negoisasi tentang isu-isu
atau permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat atau publik. Kebijakan
juga harus berisi nilai-nilai dan praktek-praktek sosial yang ada dalam
masyarakat, jika kebijakan bertentangan dengan nilai-nilai hidup masyarakat
maka kebijakan tersebut akan menjadi bermasalah dalam pelaksanaanya. Begitu
pun sebaliknya jika suatu kebijakan mampu sejalan dengan nilai-nilai kehidupan
di masyarakat kebijakan tersebut akan menjadi kontrol yang baik bagi
pelaksananya.

Penduduk
Jonny Purba (2005), penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri
pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada
waktu tertentu. sedangkan Srijanti & A. Rahman (2009), penduduk adalah orang
yang mendiami suatu tempat dalam wilayah tertentu dengan tanpa melihat status
kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, menyebutkan

744
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
Jadi penduduk ialah orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah
Indonesia terlepas ia warga negara Indnesia ataupun orang asing.

Keluarga Berencana
Hartanto (2004:14), keluarga berencana merupakan tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu,
yaitu: menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Selanjutnya BKKBN (2007), “Gerakan Keluarga Berencana
Nasional adalah gerakan yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
NKKBS (Norna Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 Keluarga Berencana
yaitu upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
Dari beberapa pengertian Keluarga Berencana diatas dapat disimpulkan
bahwasannya adalah suatu upaya untuk mengatur dan merencanakan jarak,
jumlah kelahiran anak dan usia ideal melahirkan dengan menggunakan alat
kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Manfaat Keluarga Berencana


Menurut Departemen Kesehatan RI (2006:34), manfaat dari Keluarga
Berencana dibagi menjadi lima yaitu:
1. Ibu
a. Perbaikan kesehatan secara badaniah dengan mencegah kehamilan yang
berulang dalam jangka waktu yang terlalu pendek dan mencegah
keguguran yang menyebabkan kurang darah, kelelahan dan mudah
diserang penyakit infeksi.
b. Peningkatan kesehatan mental dan emosi dengan adanya cukup waktu
untuk mengasuh anak-anak yang lain, beristirahat, menikmati waktu
luang dan untuk melakukan kegiatan lainnya.
2. Anak yang dilahirkan
a. Tumbuh secara wajar didalam kandungan
b. Sesudah lahir, memperoleh pemeliharaan juga asuhan yang cukup dari
ibunya.
3. Anak-anak lainnya
a. Perkembangan fisik yang baik, karena setiap anak memperoleh makanan
yang cukup bergizi.

745
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

b. Perkembangan mental dan emosi yang baik, karena pemeliharaan yang


lebih baik dan waktu yang lebih banyak yang diberikan oleh ibu untuk
anak.
4. Ayah
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya, karena tuntutan atas tenaga fisiknya
tidak terlalu berat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang baik.
b. Memperbaiki kesehatan mental dan emosi, karena kecemasan dan
mendapatkan banyak waktu luang untuk berkumpul dan bertukar pikiran
bersama keluarga.
5. Seluruh keluarga
a. Kesehatan fisilk, mental dan emosi menjadi lebih baik.
b. Satu keluarga yang direncanakan dengan baik, dapat memberi contoh
yang nyata bagi generasi yang akan datang.
c. Setiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Untuk waktu jangka panjang Program Keluarga Berencana dilaksanakan
oleh masyarakat dan telah banyak kemajuan yang dicapai.
Berdasarkan uraian diatas bahwa gerakan keluarga berencana merupakan
tindakan yang baik untuk dilakukan oleh masyarakat karena dapat mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera serta dapat menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk.

Metode Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode kualitatif, yaitu menggambarkan serta disusun secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan yang
diteliti. Kemudian dalam suatu penulisan skripsi diperlukan adanya fokus
penelitian untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian serta
mengambil data pengolahannya menjadi sebuah kesimpulan. Dalam kualitatif
diperlukan masalah atau fokus penelitian guna mempertajam penelitian.
1. Berdasarkan teori dan konsep, dalam penelitian yang menjadi fokus penelitian
ini yaitu :
a. Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat
b. Pembinaan Keluarga
c. Pengaturan Kehamilan
d. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Upaya-upaya Dinas Kesehatan dan
Keluarga Berencana dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana di
Kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang.

746
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

Hasil Penelitian
Upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Dalam Pelaksanaan
Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari.
Untuk mengetahui Upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam
Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana di Kelurahan Bontang Lestari dapat
dilihat dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga, adapun Kebijakan Keluarga
Berencana dilakukan melalui upaya, Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta
Masyarakat, Pembinaan Keluarga, Pengaturan Kehamilan, dan KIE (komunikasi,
informasi, dan edukasi).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 yang menjadikan
penelitian diadakan di Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Bontang.

Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat


Peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat merupakan upaya
untuk menyelenggarakan kebijakan keluarga berencana secara menyeluruh dan
terpadu yang mana dilakukan secara koordinatif antar kementrian dan lembaga
pemerintah nonkementrian. Upaya dalam meningkatkan keterpaduan dan peran
serta masyarakat dengan menggalakkan program keluarga berencana akan dapat
dicapai jika penyuluh lapangan keluarga berencana dapat menggerakkan
masyarakat khususnya pasangan suami istri usia subur untuk ikut berperan serta
dalam mencapai tujuan Program Keluarga Berencana.
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana melakukan koordinasi kepada
kelurahan melalui PLKB untuk memonitoring kegiatan pelayanan kb termasuk
juga penyuluhan keluarga berencana kalau ada penyuluhan gitu dinas
memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu untuk kiranya pihak kelurahan
bisa hadir dalam kegitan tersebut.
Peningkatan keterpaduan dalam pelaksanaan kebijakan keluarga berencana
di kelurahan Bontang Lestari melalui Kegiatan Peningkatan keterpaduan yang
dilakukan secara koordinatif. Dinas melakukan koordinasi dengan kecamatan dan
kelurahan beserta TNI/Kodim dan Polri untuk mengadakan penyuluhan program
KB, sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), hal ini dilakukan
untuk agar meningkatkan pelayanan disemua jenjang serta memastikan
lingkungan yang mendukung KB secara efektif, dan berkesinambungan di sektor
pemerintah maupun swasta. Di tingkat kecamatan dan kelurahan ini dinas juga
berkoordinasi agar dapat membentuk kampung KB agar dapat memberikan
contoh positif pentingnya penggunaan KB. Dalam hal ini dinas bekerja sama
dengan pihak swasta baik rumah sakit, klinik-klinik kesehatan, maupun bidan-
bidan swasta, juga Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang juga berkoordinasi dengan
dinas dalam penyelenggaran program KB. kemudian dalam peran serta
masyarakat dinas mengajak masyarakat untuk tetap terus ikut berperan dalam

747
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

penyelenggaran KB, dengan hal ini dinas melakukan pemasangan iklan di surat
kabar, televisi, radio, hingga di sosial media, pemasangan baliho di pinggir jalan
sehingga masyarakat dapat selalu membaca dan mengingat pentingnya KB,
kemudian memberikan pelayanan KB secara gratis kepada warga dan menjadi
salahsatu upaya jitu mengendalikan tingkat kelahiran penduduk. Dalam
pelayanannya, Dinas menyediakan secara gratis alat KB berupa pemasanganIntra
Uterin Device (IUD), Implant / Susuk KB, Suntik dan Pil. Dalam kegaiatan ini
pula tidak lupa di setiap posyandu diberikan penyuluhan mengenai Program KB
terutama pada pasangan usia subur.

Pembinaan Keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam mendukung program pemerintah
terutama dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Karena kesuksesan
program KB sangat ditentukan oleh keluarga terutama pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan untuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan dan
berapa lama jarak anak yang akan dilahirkan serta pertimbangan-pertimbangan
lainnya. Pembinaan keluarga dilaksanakan dalam rangka mendukung
pengembangan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dan pelaksanaan fungsi
keluarga.
Pembinaan yang diberikan sangat bermanfaar bagi warga Bontang Lestari,
karena memberikan wawasan tentang bagaimana cara ber-KB yang baik dan
benar serta pembinaan yang diberikan melalui konseling pengetahuan mengenai
alat kontrasepsi yang dilakukan sebulan sekali sehingga dapat terwujud keluarga
yang harmonis.
Pembinaan ketahanaan keluarga dapat digambarkan, dengan pembinaan
keluarga yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota
Bontang dalam upaya pelaksanaan kebijakan keluarga berencana telah dilakukan
melalui pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan yang dilakukan terbagi atas
kegiatan :
1. Bina Keluarga Balita (BKB), kegiatannya dilakukan pada anak balita yang
dimana para pasangan usia subur diajarkan untuk mendidik dan
memperlakukan balita dengan benar agar balita menjadi lebih aktif melalui
posyandu yang dilakukan setiap dua minggu kegiatan yang dilakukan seperti
imunisasi, sharing dll. Perlunya BKB ini menambah pengetahuan,
keterampilan, kesadaran dan sikap orang tua serta anggota keluarga agar
mempersiapkan pendidikan anak usia 0 sampai dengan di bawah 5 tahun
dalam rangka menumbuh kembangkan kecerdasan anak balita.
2. Bina Keluarga Remaja (BKR) yang kegiatannya dilakukan dengan melakukan
pembinaan terhadap orang tua yang memiliki anak remaja, dalam hal ini
orang tua dapat mengetahui tentang perilaku anak dalam hal kenakalan
remaja, free sex dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan BKR ini peserta

748
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

kegiatannya merupakan keluarga yang memiliki anak usia SD dan Menengah


atau yang setara dalam keluarganya (usia 6-21 tahun).
3. Bina Keluarga Lansia (BKL), kegiatannya dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan, kepedulian dan keterampilan dalam mewujudkan lansia yang
sehat dan mandiri. Pada usia lanjut diatas usia 64 tahun guna memantau
kesehatan dan mencegah perilaku penelantaran.
4. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), kegiatan yang
dilakukan oleh dinas seperti pemberdayaan ekonomi keluarga dan
kesejahteraan dengan mensosialisasikan pasangan usia subur dalam kegiatan
mandiri dari segi ekonomi.
Selanjutnya Pelaksanaan Fungsi Keluarga, Dinas sudah melakukan
pembinaan dan pendampingan dengan memberikan pengetahuan/wawasan kepada
masyarakat tentang fungsi keluarga diantaranya fungsi agama, sosial budaya,
cinta dan kasih sayang, pendidikan, perlindungan, reproduksi, ekonomi, dan
fungsi pelestarian lingkungan, dinas telah menerapkannya kepada masyarakat
melalui penyuluhan yang dilakukan setiap bulan yang dilakukan bersamaan
dengan kegaiatan lainnya.

Pengaturan Kehamilan
Penentuan jarak kehamilan adalah salah satu cara menentukan berapa jarak
yang akan direncanakan di antara kehamilan satu dengan yang lain. Pengaturan
jarak kehamilan juga merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih
menerima dan siap untuk memiliki anak. Ketertarikan keluarga untuk memiliki
anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluarga tentang
pandangan keluarga tersebut mengenai nilai anak (value of children). Semakin
tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula
dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal.
Pengaturan kehamilan diselenggarakan dalam rangka meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengatur jarak kehamilan anak pertama sampai pada
usia ideal dan mengatur jarak kelahiran. Menunda kehamilan sebagaimana yang
ada dalam Peraturan Pemerintah No. 87 tahun 2014 pasal 26 dilakukan dalam
rangka perencanaan jumlah dan jarak antara kelahiran anak secara mandiri oleh
pasangan suami istri atas dasar kesadaran dan kesukarelaan.dan dilakukan dengan
menggunakan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi yang dapat diterima pasangan
suami istri sesuai pilihannya, serta jenis alat, obat atau cara kontrasespsi
ditetapkan dengan memperhatikan; daya guna, resiko terhadap kesehatan, dan
nilai agama serta nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Jarak kehamilan sangat penting di ketahui oleh masyarakat umum agar
memiliki kesadaran tentang manfaatnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menyebabkan resiko penyakit bagi para ibu. Mereka dapat kekurangan zat besi
yang menyebabkan anemia pada kehamilan selanjutnya. Selain itu, bayi belum
tentu mendapat nutrisi optimal jika lahirnya berdekatan. Usia anak yang terlalu

749
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

dekat jaraknya sering membuat orang tua susah membagi perhatian. Dalam hal ini
dinas telah melakukan pengarahan, penyuluhan, serta melakukan sosialisasi
melalui posyandu dan puskesmas di Bontang Lestar.
Selanjutnya alat kontrasepsi, Dinas telah melakukan sosialisasi kepada
pasangan suami istri tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
kepentingan anak. Dinas Kesehatan menyediakan alat atau obat seperti Pil,
Implant, IUD, dan alat kontrasepsi ini akan di berikan disetiap Puskesmas-
puskesmas agar masyarakat dapat menggunakan KB.
Jumlah peserta KB baru dan peserta KB aktif di setiap puskesmas di Kota
Bontang memiliki banyak peserta, di Kecamatan Bontang Selatan pertama di
puskesmas Bontang Selatan I jumlah peserta KB baru 380 dan peserta KB aktif
4,715. Lalu di puskesmas Bontang Selatan II peserta KB baru 906 dan peserta KB
aktif 2,625. Kemudian di puskesmas Bontang Lestari peserta KB baru 187 dan
peserta KB aktif 475. Dalam hal ini banyak masyarakat yang ikut serta dalam
pelaksanaan program KB tersebut.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan Keluarga Berencana (KB), dengan sasaran pelaksanaan KIE
terhadap individu, sekelompok orang dan masyarakat umum. KIE dilakukan
dengan penyampaian informasi serta dengan peragaan alat, obat, dan cara yang
layak oleh tenaga kesehatan, penyuluhan keluarga berencana, petugas lapangan
keluarga berencana, dan tenaga terlatih lainnya. Hal ini dilakukan melalui upaya
Advokasi dan penggerakan, konseling, pendampingan dan pemberdayaan
keluarga.
Penerapan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Dinas Kesehatan
telah melakukan tugasnya dengan menyampaikan pesan secara langsung maupun
tidak langsung dengan berbagi informasi melalui televisi, radio, baliho, iklan
bahkan ke media sosial lainnya. Dinas juga melakukan penyuluhan, konseling,
dan pemberdayaan untuk membentuk suatu proses perubahan, pengetahuan, dan
perilaku agar masyarakat dapat memahami segala hal tentang KB kemudian
dalam program ini juga dinas kesehatan tidak lupa mengikut serta kan tokoh
agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), juga keterlibatan
Kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)yang secara terus menerus
memberikan arahan, penyuluhan tentang program KB dan dalam keterlibatan
tokoh-tokoh tersebut mendukung program KB ini sehingga masyarakat secara
sadar ikut berpartisipasi secara aktif dalam mendukung Program KB ini.

Faktor pendukung dan penghambat upaya Dinas Kesehatan dan Keluarga


Berencana dalam pelaksanaan kebijakan program Keluarga Berencana di
Kelurahan Bontang Lestari

750
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

Faktor Pendukung
1. Sumber Daya Manusia
Dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat tentang
penggunaan KB dan alat kontrasepsi di Kota Bontang pegawai atau staf Dinas
turun langsung kelapangan untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
sekaligus membawa, staf kelurahan, tokoh agama dan tokoh masyarakat
setempat.
2. Kesinambungan Kampung KB
Dinas kesehatan menetapkan kampung KB di Pagung Lestari dengan
dilakukannya penggerakan penyuluhan pengendalian penduduk yang menjadi
bentuk kesinambungan penetapan kampung KB, dengan evaluasi untuk
pengembangannya kedepan dan menjadi salah satu fokus dari perlindungan.

Faktor Penghambat
1. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan yang masih rendah karena tingkat pemahaman
masyarakat sehingga membuat masyarakat tidak paham akan pentingnya
penggunaan KB.
2. Keterbatasan Pendapatan Ekonomi
Pendapatan ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam
melaksanakan Program KB, karena masalah biaya terlebih lagi saat
memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, sehingga
membuat masyarakat memilih untuk tidak ikut ber-KB.
3. Masih Mengikuti Pemikiran Jaman Dulu
Karena kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga masih banyaknya
masyarakat yang mengikuti adat istiadat terdahulu sehingga tidak memikirkan
akan pentingnya menggunakan KB.
4. Kurangnya Informasi Mengenai Alat Kontrasepsi
Minimnya pengetahuan mengenai alat kontrasepsi sehingga membuat takut
masyarakat untuk mengunakannya.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional dimana Dinas Kesehatan
menjalankan kebijakan tersebut dan dengan didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No.87 Tahun 2014 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, keluarga berencana, dan sistem informasi keluarga.
Dalam hal ini Dinas Kesehatan beserta Kelurahan dan Petugas Pembantu
Pembinaan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) yang bersangkutan langsung
dengan masyarakat untuk menjalankan program Keluarga Berencana dengan
4 ketentuan mengenai Upaya Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana,
yaitu:

751
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

a. Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat, Dinas Kesehatan


dan Keluarga Berencana (KB), serta Kelurahan telah menyelenggarakan
kebijakan Keluarga Berencana (KB) secara menyeluruh dan terpadu yang
dilakukan secara koordinatif antar kementrian dan lembaga pemerintah
non kementrian, seperti keterlibatan antar kecamatan dan kelurahan
beserta TNI/Kodim dan Polri untuk mengadakan penyuluhan program
KB, sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), dalam hal
ini Dinas dapat melibatkan peran serta masyarakat yaitu dengan
penyuluhan keluarga berencana dan pembinaan kepesertaan keluarga
berencana.
b. Pembinaan Keluarga, Dinas Kesehatan dan Keluarga berencana sudah
melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan menyediakan sarana
dan prasarana, dan dengan upaya pembinaan pengembangan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga dengan cara membentuk dan mengembangkan
tiga kelompok binaan yaitu:
a) Bina Keluarga Balita (BKB), pembinaan yang dilakukan yaitu
perawatan, pendidikan, dan pengasuhan melalui posyandu.
b) Bina Keluarga Remaja (BKR), pembinaan yang dilakukan yaitu
tentang perilaku negatif, kenakalan remaja, dan persiapan kemapanan
dalam berkeluarga.
c) Bina Keluarga lansia (BKL), pembinaan yang dilakukan yaitu
penyuluhan mengenai penagsuhan, perawatan, dan pemberdayaan
lansia.
c. Pengaturan Kehamilan, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
menyelenggarakan pengaturan kehamilan dalam rangka untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunda kehamilan anak
pertama sampai pada usia ideal melahirkan dan mengatur jarak kelahiran
dengan menggunakan obat dan alat kontrasepsi seperti kondom, pil, obat
suntik KB, IUD, dan Implan.
d. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), suatu penyampaian secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam penyelenggaran
Keluarga Berencana. KIE dilakukan melalui penyampaian informasi yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, penyuluh keluarga berencana, serta
petugas lapangan keluarga berencana, dengan upaya penggerakan
konseling, pendampingan, dan pemberdayaan keluarga.
2. Faktor pendukung upaya pelaksanaan kebijakan keluarga berencana, yaitu:
a. Sumber Daya Manusia, pegawai atau staf Dinas, kelurahan, tokoh agama,
dan masyarakat.
b. Kesinambungan kampung KB, Penetapan kampung KB di Pagung
Lestari.

752
Upaya Dinkes dan KB dalam Pelaksanaan KB di Kota Bontang (Pungki Fahreza)

Selain itu yang menjadi faktor penghambat upaya pelaksanaan kebijakan


keluarga berencana, yaitu:
a. Tingkat pendidikan yang rendah
b. Keterbatasan pendapatan ekonomi
c. Masih mengikuti pemikiran jaman dulu
d. Kurangnya informasi mengenai alat kontrasepsi.

Saran
1. Pemerintah daerah Kota Bontang melalui Dinas Kesehatan dan keluarga
Berencana dalam menjalankan program yang ada sebaiknya melihat kondisi,
kebutuhan masyarakat karena masih ada masyarakat pengguna KB yang
belum mendapatkan pengetahuan lebih tentang KB, diharapkan Dinas benar-
benar memberikan bantuan berupa alat kontrasepsi kepuskesmas-puskesmas
dan melakukan pemantauan lebih lanjut mengenai KB karena tidak semua
masyarakat menggunakan alat Kontrasepsi juga mengadakan penyuluhan
rutin disetiap desa.
2. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana mencoba untuk terus menerus
memberikan arahan secara tidak langsung seperti mengiklankan di TV, radio,
bahkan hingga kepemasangan baliho di pinggir jalan agar setiap masyarakat
dapat melihat dan membaca pentingnya program penggunaan KB ini dengan
memberikan arahan dan bimbingan untuk menambah informasi mengenai alat
kontrasepsi kepada masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai Alat Kontrasepsi dan tidak terpaku pada pemikiran jaman dulu, dan
juga bagi pelaksanan program KB dan staf kesehatan terkait untuk
memberikan pelayanan KB dan memberikan penyuluhan kembali mengenai
jenis-jenis KB, tujuan KB, metode-metode KB dan keuntungan dari setiap
KB agar tidak menimbulkan kekhawatiran dari pengguna KB.

Daftar Pustaka
BKKBN. 2007. Materi KIE Keluarga Berencana Bagi Penyuluh KB. BKKBN.
Jakarta.
Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Keban,Y. T, 2004. “Enam dimensi strategis administrasi publik, konsep, teori dan
isu”. Yogyakarta: Gava Media
Purba, Jonny, 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Srijanti dan Rahman A, dkk.. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahab, Solichin, Abdul, 2012. Analisis Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik: Teori & Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo.

753
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 3, 2021: 741 - 754

Dokumen- dokumen
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.

754

Anda mungkin juga menyukai