Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SEGITIGA KEBIJAKAN PROGRAM KERJA PELAYANAN

KELUARGA BERENCANA DI RUMAH SAKIT RAHMAN RAHIM

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

MK KEBIJAKAN DALAM KEBIDANAN

DISUSUN OLEH

Fita Dian Lestari (221520100054)

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN / ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TA 2022/2023
A. PENDAHULUAN

Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis,


komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia
sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program pendidikan kesehatan. Undang –
Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa, Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat yang semakin dituntut untuk bekerja secara propesional
sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Perkembangan program
KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi di dunia internasional. Pada
kurun waktu 1970 hingga 1990-an, keberhasilan program Keluarga Berencana
(KB) di Indonesia sangat ditentukan pada aspek demografis semata yaitu
pengendalian angka kelahiran. Namun pasca ditandatanganinya Internasional
Conferenceon Population and Development (ICPD) tahun 1994, telah terjadi
pergeseran paradigma yang cukup signifikan dalam pelaksanaan program Keluarga
Berencana (KB) yaitu dari pendekatan demografis menjadi mengedepankan aspek
hak-hak asasi manusia. Disamping itu pula Indonesia merupakan salah satu dari
beberapa negara berkembang yang menyepakati tujuan_pembangunan Global
dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang telah diratifikasi pada tahun
2000.

Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus penduduk (SP)
tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar 237,6 juta jiwa,
melebihi 3,4 juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Demikian juga angka laju
pertumbuhan penduduk (LPP) periode 2000-2010 sebesar 1,49 %, yang diharapkan
ditahun 2014 LPP menurun menjadi 1,1%. Oleh sebab itu perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga harus mendapat perhatian khusus
dalamkerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Terpenuhinya
informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling kepada masyarakat (ibu hamil,
PUS) dapat membantu program peningkatan kesehatan reproduksi terutama
pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko tinggi ( making 18 Pregnancy safer)
dengan pelayanan KB yang aman dan berkualitas (patient safety). Saat ini peserta
KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI mulai
menurun dari 14,6% (2002/03) menjadi 10,9% (2007), peserta KBMKJP
diharapkan meningkat menjadi 27,5 % ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP
ini dipengaruhi oleh faktor penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut,
selain itu dari sisi penyedia pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang
kompenten, sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai. Dalam
mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun swasta mengupayakan
program pelayanan kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah Sakit sejak
tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam hal ini Rumah Sakit sebagai tingkat
rujukan primer, sekunder,tersier mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan
KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap
(MOW/MOP), penanganan efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan
rujukan KB yang meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan
KB untuk fasilitas pelayanan dasar.

Pelayanan KB di rumah sakit (PKBRS) memiliki andil untuk menurunkan


angka kematian ibu dan bayi. Melalui pelayanan ini, kehamilan yang tidak
direncanakan bisa dicegah sehingga risiko kematian ibu dan stunting bisa dihindari.
Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) nomor 3 tahun 2017, bahwa untuk meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan keluarga berencana, serta memenuhi penggunaan alat kontrasepsi
dibutuhkan penyediaan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi.

Cakupan pelayanan keluarga berencana (KB) di rumah sakit semakin menurun,


terutama sejak program Jaminan Kesehatan Nasional dimulai pada th 2014.
Pelayanan yang diberikan di rumah sakit harus berdasarkan indikasi medis melalui
rujukan berjenjang. Kerjasama dan dukungan semua pihak dibutuhkan agar
pelayanan KB di rumah sakit bisa lebih optimal.
Analisis Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan merupakan segala tindakan pengambilan keputusan yang


memengaruhi sistem kesehatan yang dilakukan oleh aktor institusi pemerintah, organisasi,
lembaga swadaya masyarakat dan lainnya. Kebijakan kesehatan adalah keputusan, rencana
dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu di dalam suatu
masyarakat .

Untuk membuat sebuah kebijakan kesehatan, perlu memperhatikan segitiga


kebijakan yang terdiri dari aktor, konten, konteks dan proses. Pada kenyataannya, aktor
baik individu, kelompok, atau organisasi dipengaruhi oleh konteks, lingkungan dimana
aktor hidup dan bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik, ideologi,
sejarah, budaya, ekonomi, dan sosial baik yang terjadi pada skala nasional maupun
internasional yang memengaruhi kebijakan kesehatan.

Proses pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh aktor yaitu posisi dalam struktur
kekuasaan, nilai, pendapat dan harapan pribadi. Konten kebijakan mencerminkan dimensi
tersebut. Konten merupakan substansi dari kebijakan yang secara detail menggambarkan
bagian pokok dari kebijakan tersebut. Aktor merupakan pusat dari kerangka kebijakan
kesehatan. Aktor merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut suatu individu,
kelompok dan organisasi yang memengaruhi suatu kebijakan. Aktor pada dasarnya
memang memengaruhi kebijakan namun seberapa luas dan mendalam dalam
memengaruhi kebijakan tergantung dari kekuasaannya. Kekuasaan merupakan campuran
dari kekayaan individu, tingkat pengetahuan, dan otoritas yang tinggi . Di bawah ini
merupakan penjabaran factor-faktor yang memengaruhi kebijakan kesehatan dalam
pembentukan Kebijakan program kerja pelayanan keluarga berencana di rumah sakit
Rahman Rahim. Untuk menganalisis suatu kebijakan kesehatan dapat dilakukan melalui
segitiga analisis kebijakan dari Bose.
Gambar : Segitiga Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan (Sumber:
Kent Buse, Nicolas Mays dan Gill Walt. 2005. Making Health Policy.
England:Open University Press )

Ada beberapa tujuan untuk melaksanakan suatu analisis dari kebijakan yaitu:
1. Untuk dapat memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diimplementasi,
2. Untuk mengetahui tujuan dan motivasi di balik kebijakan yang
diimplementasi termasuk fokus pada pendekatan pendapatan keluarga dan
kemiskinan,
3. Untuk memahami cara kebijakan tersebut berpengaruh terhadap area
keberadaan pendapatan keluarga, dan
4. Untuk memahami area-area yang potensial untuk diintervensi dalam proses
kebijakan

B. AKTOR PERUMUS KEBIJAKAN


Aktor atau pemeran serta dalam proses pembentukan kebijakan dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu: Para pemeran serta resmi dan Para pemeran serta tidak
resmi.

Aktor pemeran serta resmi di Rumah Sakit Rahman Rahim, karena mempunyai
kekuasaan yang secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Yang termasuk ke
dalam pemeran serta resmi adalah Managerial separti:
1. Pimpinan/direktur,
2. Kabag/Kabid Pelayanan Medis,
3. Kabid Pebunjang Medis,Kabid
4. Keperawatan,Komite Medik,
5. Koordinator Instalasi Kamar Bersalin
6. Koordinator Rawat Jalan (Poli kandungan)
7. Koordinator Bedah Central

Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi, yaitu
kelompok remaja 15-19 tahun, organisasi dan lembaga kemasyarakatan, instansi-
instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan
dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS, dan wilayah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

C. KONTEN PERUMUSAN KEBIJAKAN


Sesuai dengan komitmen-komitmen global dan nasional juga selaras dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019, tiga
kelompok kerja di bawah Komite FP2020 telah dibentuk. Kelompok kerja tersebut
adalah 1) Kelompok Kerja Strategi KB (Family Planning Strategy), 2) Kelompok
Kerja Hak dan Pemberdayaan, dan 3) Kelompok Kerja Data. Kelompok Kerja
Strategi KB secara khusus bertujuan untuk mengembangkan suatu kerangka strategi
KB nasional berbasis hak yang dibangun berdasarkan kebijakan dan strategi yang
ada. Sementara itu, Kelompok Kerja Hak dan Pemberdayaan berperan untuk
memastikan bahwa strategi yang disusun berbasis hak, dengan mengidentifikasi
hambatan dalam pemenuhan hak serta berbagai kesempatan untuk meningkatkan
program KB. Kelompok kerja ini juga bertanggungjawab untuk memantau
pelaksanaan strategi untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran hak.
Strategi KB Berbasis Hak ini merupakan strategi operasional yang disusun
dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2015-2019 serta diselaraskan dan dijabarkan berdasarkan prinsip-
prinsip hak asasi manusia. Pendekatan strategi ini bersifat koordinasi lintas program
dan lintas sektor. Strategi ini akan berfungsi untuk memberikan langkah-langkah
strategis bagi pelaksanaan upaya program KB di Indonesia bagi lintas program,
lintas sektor, lembaga swadaya masyarakat dan pihak swasta dalam upaya mereka
melaksanakan program keluarga berencana di Indonesia. Fokus strategi ini adalah
koordinasi lintas sektor dan lintas program. Dalam mengembangkan strategi ini,
perwakilan dari berbagai sektor, organisasi profesional, ahli, dan akademisi telah
terlibat (BKKBN, 2013).
Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan pelayanan PKBRS di
Rumah Sakit Rahim Rahim dipimpin oleh Ketua Tim PKBRS. Distribusi
ketenagaan PKBRS disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada.
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
a.Dokter Sp.OG
b.Bidan yang telah melakukan pelatihan CTU
c.Dokter spesialis anasthesi
d.Perawat Anasthesi
e.Bidan Pelaksana
f. Perawat
g.Petugas Laboratorium
h.Petugas Administrasi
i. Tenaga Radiologi
j. Tenaga Farmasi
2. Distribusi Ketenagaan
a. Poli Kandungan/KIA
b. Ruang Kamar Bersalin
c. Kamar operasi
3. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan dinas Petugas Klinik PKBRS di rawat jalan melayani pasien KB
setiap hari Rabu dan Jum’at di jam kerja dan jadwal praktek dokter spesialis.
b. Untuk di kamar bersalin dan Unit Bedah Sentral pelayanan KB di lakukan 24
jam.

D. KONTEKS PERUMUSAN KEBIJAKAN


Dalam teori sistem politik David Easton, pembentukan kebijakan tidak dapat
dipertimbangkan secara baik bila terpisah dari lingkungannya. Tuntutan-tuntutan
menyangkut tindakan-tindakan kebijakan timbul dari dalam lingkungan dan
ditransmisikan ke dalam sistem politik. Kebijakan publik dipandang sebagai
tanggapan dari suatu sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul dari
lingkungan, yang merupakan kondisi atau keadaan yang berada di luar batas-batas
sistem politik. Kekuatan yang timbul dari dalam lingkungan dan memengaruhi
system politik dipandang sebagai input bagi system politik. Lingkungan dapat
terdiri dari lingkungan budaya, politik, kondisi social dan ekonomi yang
berpengaruh terhadap perumusan kebijakan publik. Budaya merupakan warisan
social yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga menjadi
identitas dari suatu komunitas. Budaya hanya merupakan salah satu saja dari banyak
faktor yang memengaruhi tindakan atau perilaku manusia.
Sebelum adanya program keluarga berencana di Indonesia pada akhir tahun
1960an, angka fertilitas total (TFR) adalah 5,6. Selama periode berikutnya, sejalan
dengan diterapkannya program kontrasepsi dan diiringi dengan perubahan persepsi
masyarakat terhadap jumlah anak yang ideal dan usia yang ideal untuk menikah
menyebabkan terjadinya penurunan yang dramatis dalam angka fertilitas. Selama
periode ini, angka fertilitas total (TFR) menurun dari 5,6 pada tahun 1968 menjadi
2,6 kelahiran per perempuan, atau penurunan sekitar 50%. Pada sisi penyedia
pelayanan, telah terjadi perubahan pemberi pelayanan kontrasepsi modern, dimana
terjadi peningkatan pelayanan kontrasepsi melalui pihak swasta. Data dari SDKI
tahun 1997 mengindikasikan bahwa penggunaan penyedia pelayanan medis
pemerintah dan swasta untuk kontrasepsi sama besarnya (43 dan 40 persen).
Pelayanan oleh pihak swasta meningkat dengan tajam tajam, menjadi sekitar 73
persen pada tahun 2012, sedangkan pelayanan melalui pusat-pusat pelayanan
pemerintah menurun menjadi 22 persen.
Pada tahun 2012, 11 persen dari para perempuan menikah yang tidak
menginginkan mempunyai anak lagi atau tidak ingin segera hamil tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Terdapat kesenjangan yang cukup besar mengenai
kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk keluarga berencana dari satu provinsi ke
provinsi lainnya. Angka terendah ditemukan di provinsi Kalimantan Tengah dengan
7,6 persen dan yang tertinggi di Papua dengan 23,8 persen. Kehamilan yang tidak
direncanakan ini mungkin merupakan dampak dari kebutuhan keluarga berencana
yang tidak terpenuhi atau pergantian dalam pilihan metode kontrasepsi dari metode
jangka panjang seperti alat kontrasepsi dalam rahim menjadi alat kontrasepsi suntik
jangka pendek yang memerlukan penyuntikan secara teratur untuk menjamin
perlindungan kontrasepsi
E. KESIMPULAN
Perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 melibatkan faktor aktor,
konteks, konten, dan proses. Aktor pemeran serta resmi di Rumah Sakit Rahman
Rahim, karena mempunyai kekuasaan yang secara sah diakui oleh konstitusi dan
mengikat. Yang termasuk ke dalam pemeran serta resmi adalah Managerial separti:
Pimpinan/direktur, Kabag/Kabid Pelayanan Medis, Kabid Pebunjang Medis,Kabid
Keperawatan,Komite Medik,Koordinator Instalasi Kamar Bersalin, Koordinator
Rawat Jalan (Poli kandungan), Koordinator Bedah Central. Sedangkan, yang
termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi, yaitu kelompok remaja 15-
19 tahun, organisasi dan lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS, dan wilayah dengan laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi.
Saran yang dapat disampaikan adalah lebih meningkatkan kualitas
pelayanannya, penambahan jumlah implementor, meningkatkan Komunikasi dan
koordinasi antar implementor pelaksana dan masyarakat peserta KB, serta
masyarakat setempat agar lebih meningkatkan partisipasinya terhadap program KB
di RS Rahman Rahim.

Anda mungkin juga menyukai