DISUSUN OLEH
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat yang semakin dituntut untuk bekerja secara propesional
sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Perkembangan program
KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi di dunia internasional. Pada
kurun waktu 1970 hingga 1990-an, keberhasilan program Keluarga Berencana
(KB) di Indonesia sangat ditentukan pada aspek demografis semata yaitu
pengendalian angka kelahiran. Namun pasca ditandatanganinya Internasional
Conferenceon Population and Development (ICPD) tahun 1994, telah terjadi
pergeseran paradigma yang cukup signifikan dalam pelaksanaan program Keluarga
Berencana (KB) yaitu dari pendekatan demografis menjadi mengedepankan aspek
hak-hak asasi manusia. Disamping itu pula Indonesia merupakan salah satu dari
beberapa negara berkembang yang menyepakati tujuan_pembangunan Global
dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang telah diratifikasi pada tahun
2000.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus penduduk (SP)
tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar 237,6 juta jiwa,
melebihi 3,4 juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Demikian juga angka laju
pertumbuhan penduduk (LPP) periode 2000-2010 sebesar 1,49 %, yang diharapkan
ditahun 2014 LPP menurun menjadi 1,1%. Oleh sebab itu perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga harus mendapat perhatian khusus
dalamkerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Terpenuhinya
informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling kepada masyarakat (ibu hamil,
PUS) dapat membantu program peningkatan kesehatan reproduksi terutama
pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko tinggi ( making 18 Pregnancy safer)
dengan pelayanan KB yang aman dan berkualitas (patient safety). Saat ini peserta
KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI mulai
menurun dari 14,6% (2002/03) menjadi 10,9% (2007), peserta KBMKJP
diharapkan meningkat menjadi 27,5 % ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP
ini dipengaruhi oleh faktor penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut,
selain itu dari sisi penyedia pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang
kompenten, sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai. Dalam
mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun swasta mengupayakan
program pelayanan kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah Sakit sejak
tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam hal ini Rumah Sakit sebagai tingkat
rujukan primer, sekunder,tersier mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan
KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap
(MOW/MOP), penanganan efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan
rujukan KB yang meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan
KB untuk fasilitas pelayanan dasar.
Proses pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh aktor yaitu posisi dalam struktur
kekuasaan, nilai, pendapat dan harapan pribadi. Konten kebijakan mencerminkan dimensi
tersebut. Konten merupakan substansi dari kebijakan yang secara detail menggambarkan
bagian pokok dari kebijakan tersebut. Aktor merupakan pusat dari kerangka kebijakan
kesehatan. Aktor merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut suatu individu,
kelompok dan organisasi yang memengaruhi suatu kebijakan. Aktor pada dasarnya
memang memengaruhi kebijakan namun seberapa luas dan mendalam dalam
memengaruhi kebijakan tergantung dari kekuasaannya. Kekuasaan merupakan campuran
dari kekayaan individu, tingkat pengetahuan, dan otoritas yang tinggi . Di bawah ini
merupakan penjabaran factor-faktor yang memengaruhi kebijakan kesehatan dalam
pembentukan Kebijakan program kerja pelayanan keluarga berencana di rumah sakit
Rahman Rahim. Untuk menganalisis suatu kebijakan kesehatan dapat dilakukan melalui
segitiga analisis kebijakan dari Bose.
Gambar : Segitiga Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan (Sumber:
Kent Buse, Nicolas Mays dan Gill Walt. 2005. Making Health Policy.
England:Open University Press )
Ada beberapa tujuan untuk melaksanakan suatu analisis dari kebijakan yaitu:
1. Untuk dapat memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diimplementasi,
2. Untuk mengetahui tujuan dan motivasi di balik kebijakan yang
diimplementasi termasuk fokus pada pendekatan pendapatan keluarga dan
kemiskinan,
3. Untuk memahami cara kebijakan tersebut berpengaruh terhadap area
keberadaan pendapatan keluarga, dan
4. Untuk memahami area-area yang potensial untuk diintervensi dalam proses
kebijakan
Aktor pemeran serta resmi di Rumah Sakit Rahman Rahim, karena mempunyai
kekuasaan yang secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Yang termasuk ke
dalam pemeran serta resmi adalah Managerial separti:
1. Pimpinan/direktur,
2. Kabag/Kabid Pelayanan Medis,
3. Kabid Pebunjang Medis,Kabid
4. Keperawatan,Komite Medik,
5. Koordinator Instalasi Kamar Bersalin
6. Koordinator Rawat Jalan (Poli kandungan)
7. Koordinator Bedah Central
Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi, yaitu
kelompok remaja 15-19 tahun, organisasi dan lembaga kemasyarakatan, instansi-
instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan
dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS, dan wilayah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.