Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SEGITIGA KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM PEMBENTUKAN

KEBIJAKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCY


KOMPREHENSIF DI RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

MK KEBIJAKAN DALAM KEBIDANAN

DISUSUN OLEH

1. Lilik Agustin (221520100031)

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN / ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TA 2022/2023
A. PENDAHULUAN

Pelayanan kasus emergensi maternal dan neonatal komprehensif (PONEK) di


rumah sakit harus dilaksanakan secara selaras dan melibatkan semua
pihak terkait agar hasilnya maksimal. Penanganan yang cepat dan tepat tidak saja
menyelematkan nyawa ibu dan neonatal namun juga menghindari terjadinya
squele
yang akan memengaruhi kehidupan mereka nantinya. Rumah sakit PONEK juga
mampu memberikan intervensi promotif dan preventif.
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan
penurunannya sangat lambat.AKI dari 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun
2002-2003), menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Demikian
pula Angka Kematian Bayi (AKB) 35/1000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-
2003) menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Seharusnya sesuai
dengan Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 target penurunan AKI dari
408/100.000 (SDKI dan SKRT 1990) menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 dan
AKB dari 68/1000 kelahiran hidup (SDKI dan SKRT 1990) menjadi 23/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Index Pembangunan Manusia di Indonesia
berada pada urutan ke 124 dari 187 negara pada tahun 2011 dan selama 5 tahun
terakhir ini mengalami perbaikan namun sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000
disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals/MDGs) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut
mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan
anak yaitu:
1. Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
2. Mengurangi tiga per empat rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam
mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.
Upaya pelayanan PONEK secara khusus ditujukan pada penurunan AKI dan
AKB sesuai dengan target MDGs 4 dan 5. Lebih luas lagi, upaya pelayanan
PONEK harus dapat mengupayakan kesehatan reproduksi ibu yang baik dan
pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi
genetiknya. Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis
depan/UGD dilanjutkan ke kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang
perawatan. Secara singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang
tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio
sesaria.
4.Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.

Analisis Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan merupakan segala tindakan pengambilan keputusan yang


memengaruhi sistem kesehatan yang dilakukan oleh aktor institusi pemerintah,
organisasi, lembaga swadaya masyarakat dan lainnya. Kebijakan kesehatan adalah
keputusan, rencana dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kesehatan
tertentu di dalam suatu masyarakat .

Untuk membuat sebuah kebijakan kesehatan, perlu memperhatikan segitiga


kebijakan yang terdiri dari aktor, konten, konteks dan proses. Pada kenyataannya, aktor
baik individu, kelompok, atau organisasi dipengaruhi oleh konteks, lingkungan dimana
aktor hidup dan bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik,
ideologi, sejarah, budaya, ekonomi, dan sosial baik yang terjadi pada skala nasional
maupun internasional yang memengaruhi kebijakan kesehatan.

Proses pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh aktor yaitu posisi dalam struktur
kekuasaan, nilai, pendapat dan harapan pribadi. Konten kebijakan mencerminkan
dimensi tersebut. Konten merupakan substansi dari kebijakan yang secara detail
menggambarkan bagian pokok dari kebijakan tersebut. Aktor merupakan pusat dari
kerangka kebijakan kesehatan. Aktor merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
suatu individu, kelompok dan organisasi yang memengaruhi suatu kebijakan. Aktor pada
dasarnya memang memengaruhi kebijakan namun seberapa luas dan mendalam dalam
memengaruhi kebijakan tergantung dari kekuasaannya. Kekuasaan merupakan campuran
dari kekayaan individu, tingkat pengetahuan, dan otoritas yang tinggi . Di bawah ini
merupakan penjabaran factor-faktor yang memengaruhi kebijakan kesehatan dalam
pembentukan Kebijakan Pelayanan Obstetri Neonatal Komprehensif di Rumah sakit
‘aisyiyah Siti Fatimah Tulangan. Untuk menganalisis suatu kebijakan kesehatan dapat
dilakukan melalui segitiga analisis kebijakan dari Bose.

Gambar 1 Segitiga Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan Sumber:


Kent Buse, Nicolas Mays dan Gill Walt. 2005. Making Health Policy.
England:Open University Press

Ada beberapa tujuan untuk melaksanakan suatu analisis dari kebijakan yaitu:
1. Untuk dapat memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diimplementasi,
2. Untuk mengetahui tujuan dan motivasi di balik kebijakan yang
diimplementasi termasuk fokus pada pendekatan pendapatan keluarga dan
kemiskinan,
3. Untuk memahami cara kebijakan tersebut berpengaruh terhadap area
keberadaan pendapatan keluarga, dan
4. Untuk memahami area-area yang potensial untuk diintervensi dalam
proses kebijakan

B. AKTOR PERUMUS KEBIJAKAN


Aktor atau pemeran serta dalam proses pembentukan kebijakan dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu:
1. para pemeran serta resmi dan
2. para pemeran serta tidak resmi.

Aktor pemeran serta resmi di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Siti Fatimah, karena
mempunyai kekuasaan yang secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Yang
termasuk ke dalam pemeran serta resmi adalah Managereial separti:

1. Pimpinan/direktur,
2. Kabag/Kabid Pelayanan Medis,
3. Kabid Pebunjang Medis,Kabid
4. Keperawatan,Komite Medik,
5. komite Mutu Rumah sakit
6. Koordinator Instalasi Kamar Bersalin
7. Koordinator Rawat inap Bayi

 mm
1. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi,
yaitu pihak yang tidak memiliki wewenang yang sah, meliputi
kelompok kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara
individu

C. KONTEN PERUMUSAN KEBIJAKAN


Dalam teori sistem politik David Easton, pembentukan kebijakan tidak dapat
dipertimbangkan secara baik bila terpisah dari lingkungannya. Tuntutan-tuntutan
menyangkut tindakan-tindakan kebijakan timbul dari dalam lingkungan dan
ditransmisikan ke dalam sistem politik. Kebijakan publik dipandang sebagai
tanggapan dari suatu sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul dari
lingkungan, yang merupakan kondisi atau keadaan yang berada di luar batas-batas
sistem politik. Kekuatan yang timbul dari dalam lingkungan dan memengaruhi
system politik dipandang sebagai input bagi system politik. Lingkungan dapat
terdiri dari lingkungan budaya, politik, kondisi social dan ekonomi yang
berpengaruh terhadap perumusan kebijakan publik. Budaya merupakan warisan
social yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga
menjadi identitas dari suatu komunitas. Budaya hanya merupakan salah satu saja
dari banyak faktor yang memengaruhi tindakan atau perilaku manusia.

D. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai