MODUL
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
BUKU AJAR
PEGANGAN DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh:
Dr. H. Tjatur Sembodo, MS(PH)
Dr. H. Joko Wahyu W, M.Kes
Dr. Kristanto
Siti Thomas, SKM, MKes
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
PENDAHULUAN
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan.
SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem nasional
lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis dan selalu mengikuti
perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup . terhadap penyesuaian dan
penyempurnaan.
4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 1
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Dalam pengertian epiderniologi juga terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni
6
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Asal kata `epidemiologi' juga berarti ilmu pada penduduk atau ilmu yang
mempelajari hal ihwal yang berkaitan dengan penduduk. Jadi secara epistemologis
istilah epidemiologi sebenarnya mengandung pengertian yang mencakup bidang yang
sangat luas, yaitu menyangkut semua hal yang berkaitan dengan manusia.
Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu
lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara
maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan
b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakitpenyakit
individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan baik manusia baik lingkungan fisik, biologi maupun sosial. Hal ini yang
dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari
manusia dan total lingkungannya,
1. Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni
:
a. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau
orang yang terkena penyakit.
b. Di mana (where), dimana penyebaran atau terjadinya penyakit
c. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut Jawaban-
jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor
yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain
terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama
yakni : orang, tempat dan waktu.
7
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
2. Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program kesehatan dan
keluarga berencana adalah tool/alat dan sebagai metode pendekatan.
Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB —
Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana
penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian
pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah,
di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana
masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain adalah dalam program kesehatan seperti
prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam
perhitunganperhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya
2. Kegunaan Epidemiologi
a. Mempelajari sebab akibat dari suatu penyakit.
Untuk mengetahui sebab dari suau penyakit maupun akibat yang ditimbulkan
oleh kejadian suatu penyakit dalam kelompok masyarakat/ penduduk, diperlukan
ilmu epidemiologi. Karena melalui analisis epidemiologi dari beberapa faktor
yang dicurigai dapat diketahui mana penyebab primernya dan mana penyebab
sekundernya. Sebaliknya dengan epidemiologi kita juga dapat memprediksi
akibat apa yang timbul apabila terjadi peristiwa kesakitan pada kelompok
penduduk tertentu.
b. Mempelajari perjalanan alamiah dari suatu penyakit.
Semua penyakit mempunyai perjalanan alamiah (natural history disease). Melalui
epidemiologi akan dapat diketahui apa penyebabnya (Agent), kapan agent itu
masuk ketubuh penjamu (Host), berapa lama masa inkubasinya, kapan timbul
gejalanya, berapa lama penyakit berlangsung, berapa lama masa menularnya
(apabila penyakit menular), bagaimana prognosisnya. Dengan mengetahui
perjalanan alamiah penyakit, maka dapat diketahui cara-cara penanggulangan
(intervensi) yang dapat dilakukan untuk setiap penyakit atau ketidak-mampuan.
c. Menguraikan status kesehatan dari suatu penduduk.
Melalui ilmu epidemiologi juga dapat digambarkan status kesehatan kelompok
penduduk/ atau masyarakat tertentu. Penjabaran status kesehatan ini dalam
epidemiologi dilakukan menurut orang (Person), tempat (Place) dan waktu
(Time). Melalui penjabaran ini akan dapat diketahui status kesehatan pada
kelompok penduduk tertentu, yaitu golongan umur, jenis kelamin, keadaan status
sosial-ekonomi dan budaya.
d. Mengevaluasi upaya kesehatan.
Epidemiologi juga dapat mengevaluasi upaya kesehatan yang telah dilakukan,
apakah itu upaya promotif, preventif, kuratif bahkan rehabilitatif terhadap suatu
kelomppok penduduk. Misalnya mengevaluasi intervensi melalui program-
program imunisasi, sanitasi, perbaikan gizi, atau pengobatan suatu penyakit,
melalui studi perbandingan antar kelompok yang mendapatkan intervensi dan
kelompok yang tidak mendapatkan intervensi.
8
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Menurut model ini, perubahan dari salah satu faktor akan merubah keseimbangan
antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan.
9
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
4. Metode-metode Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode yakni :
a. Epidemiologi deskriptif
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari
orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
Orang
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan
paritas.
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di
dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Persoalan yang dihadapi umur adalah apakah umur yang dilaporkan tepat,
apakah panjangnya interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan
umur pada penelitian ini
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di
kalangan pria, juga pada semua golongan umur. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
Yang pertama diduga meliputi fak±or keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin, atau perbedaan hormonal, sedangkan yang kedua diduga oleh
karena berperannya faktor-faktor lingkungan. (lebih banyak pria
menghisap rokok, minum-minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi di kalangan
wanita, di Amerika dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita
lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan tersebut
belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan, maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka
kesakitan atau kematian antara berbagai keras sosial.
10
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yakni
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-
benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres
c. Ada tidaknya "gerak badan " di dalam pekerjaan
d. Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang
kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan,
susunan genetika, gaya hidup yang mengakibatkan perbedaan di dalam
angka kesakitan atau kematian.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
angka kesakitan maupun angka kematian dengan status kawin, tidak
kawin, cerai dan janda : angka kematian karena penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu
8. Besarnya Keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang
9. Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di
dalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan
penyakit menular di kalangan anggotanya : karena persediaan harus
digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak
dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-
penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik
11
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
4. Negara-negara
5. Regional
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi
suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas para penyelidikan suatu
wabah dan pada penyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Di dalam
memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antar daerah perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk
Walaupun telah diadakan standarisasi berdasarkan umur dan jenis
kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan
menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hatihati, sebab data tersebut belum tentu representatif
dan baik kualitasnya.
variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi yang berbeda
dari suatu tempat ke tempat lainnya
2. Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi
seperti karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek
higiene perorangan, bahkan persepsi tentang sakit dan sehat.
Variasi administratif termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan
efisiensi pelayanan medis, program higiene dan lain-lain.
Faktor tempat perlu mendapat perhatian karena juga sangat dipengaruhi oleh :
a. Iklim
b. Sifat tanah/ geologi
c. Flora dan fauna
d. Penyebaran dan kepadatan penduduk
e. Sistem pelayanan kesehatan
f. Adat istiadat.
12
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan
penyakit menurut waktu menujukkan adanya perubahan faktor etilogis. Melihat
panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka kesakitan, maka
dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, dimana perubahan angka kesakitan
berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan.(2) perubahan secara
siklus dimana perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang
dengan antara beberapa hari, beberapa bulan, tahunan, beberapa tahun (3)
perubahan —perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang cukup panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun yang disebut
"secular trends".
b. Epidemiologi Analitik
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi —
informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Ada tiga studi tentang
epidemiologi ini :
1. Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena
penyebab penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok
kontrol).
Contoh : ada hipotesis yang mengatakan bahwa penyebab utama kanker
paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok
orang yang menderita kanker paru-paru. Kepada penderita ditanyakan
tentang kebiasaan merokok.
Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni
penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang tidak
merokok. Kemudian kelompok ini diuji dengan uji statistik, apakah ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok tersebut.
13
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
c. Epidemiologi eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen kepada kelompok subjek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Contoh : untuk menguji
keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian
diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil sekelompok anak pula
sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah beberapa tahun
kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok
percobaan dan kelompok kontrol.
a. Agen-agen infeksi
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi:
1. Golongan virus, misalnya :influenza, trachoma, cacar, dan sebagainya
2. Golongan riketsia, misalnya : typhus
3. Golongan bakteri : disentri
4. Golongan protozoa : malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
5. Golongan jamur : panu, kadas, kurap
6. Golongan cacing :cacing tambang, cacing kremi, cacing pita
14
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Agar supaya agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup, maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. berkembang biak
b. bergerak atau berpindah dari induk semang
c. mencapai induk semang baru
d. menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada pola lingkungan
manusia adalah suatu faktor penting di dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit
penyakit mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga is dapat tetap hidup. Dari
sini timbul istilah reservoar, yang diartikan sebagai berikut 1). Habitat, dimana
bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang. 2). Survival, di mana bibit penyakit
tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga is dapat tetap hidup. Reservoar
tersebut dapat berupa manusia, binatang atau bendabenda mati.
15
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh Clostridium tetani penyebab
tetanus.
16
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
18
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Lingkungan
a. lingkungan Fisik
b. Lingkungan non fisik
Klasifikasi Penyakit
1. Kriteria manifestasi penyakit
Gejala
Berupa keluhan-keluhan fungsi
19
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kelainan bentuk
2. Kriteria penyebab penyakit
20
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
c. Penyaringan kasus
1) Tahap menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui
2) Cara pengumpulan data
3) Kelompok masyarakat
4) Penyaringan
5) Mempertajam penyaringan
6) Penyusunan laporan dan tindak lanjut
d. Pencarian kasus
1) Pencarian kasus aktif
2) Pencarian kasus pasif Surveilen
Pengukuran frekuensi
Masukan kesehatan
1. Insiden
Gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan ada
suatu kurun waktu tertentu disatu kelolnpok masyarakat, dengan mengadakan 2
kali penelitian, yaitu :
a. Penelitian tentang jumlah penderita baru
b. Penelitian tentang jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
2. Prevalen Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
dalam jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
21
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1. Ciri manusia
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Golongan etnik
d. Agama
e. Status perkawinan
f. Pekerjaan
g. Status sosial ekonomi
2. Tempat
a. Keadaan geografis
b. Keadaan penduduk
c. Keadaan pelayanan kesehatan
3. Waktu
a. Penyebaran satu saat
b. Penyebaran satu kurun waktu
c. Penyebaran siklis
d. Penyebaran sekuler
Kegiatan pokok
1. Merumuskan hipotesa
2. Menguji hipotesa
3. Menarik kesimpulan
22
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
23
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
OBSERVASI INTERVENSI
1 Jika masalah kesehatan yang diteliti 1. Jika masalah kesehatan yang diteliti
sering ditemukan jarang ditemukan
2 Jika bermaksud untuk mencari 2. Jika bermaksud untuk lebih
penjelasan pertama hubungan sebab menjelaskan hubungan sebab-
akibat akibat (tindak lanjut penelitian
3 Jika tidak mungkin dilakukan observasi)
penelitian intervensi karena aspek 3. Jika dalam melaksanakan penelitian
etika penelitian tidak ditemukan hambatan etika
4 Jika diduga akibat yang ditimbulkan penelitian
terlalu berbahaya 4. Jika diketahui akibat yang
5 Jika ingin mengetahui tendensi ditimbulkan etika berbahaya
hubungan kausal saja 5. Jika ingin mengetahui ada atau
tidaknya hubungan kausal yang
sebenarnya
24
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Penelitian KOHORT
KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Dapat disusun kriteria responden 1. Membutuhkan waktu, biaya, dan
seperti yang diinginkan tenaga yang besar
2. Dapat diobservasi semua keterangan 2. Kemungkinan drop out responden
yang diinginkan tanpa perlu khawatir tinggi
terjadinya bias selection 3. Sulit dilakukan jika jumlah kasus
3. Hasil yang duperoleh lebih dapat amat sedikit
dipercaya 4. Apabila ada kemajuan ilmu yang
mengubah cara diagnosa
Penelitian Eksperimen
KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Memungkinkan pengawasan yang optimal 1. Tidak dapat dilakukan langsung pada
sehingga hasil dapat dipercaya dan manusia
merupakan bukti terkuat suatu hubungan 2. Prinsip double blind sulit diterapkan
kausal untuk penelitian yang bukan obat.
2. Apabila jumlah sampel besar, dapat dihindari
pengaruh pengaruh luar yang tidak
diinginkan
25
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
e. SUMBER BELAJAR
26
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 2
ADMINISTRASI KESEHATAN
1. ADMINISTRASI KESEHATAN
BATASAN
Menurut komisi pendidikan administrasi kesehatan tahun 1974 :
Administrasi kesehatan ialah suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkordinasian dan penilaian terhadap
sumber, tata cara kesangupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan perawatan, kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan
kepada perseroangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
27
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. Dampak (Impact)
Yang diharapkan adalah makinmeningkatkan derajat kesehatan
Ruang lingkup administrasi dibedakan :
1) Kegiatan administrasi
Melaksanakan fungsi administrasi mulai dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Seseorang yang
mengerjakan administrasi adalah seorang administrasi atau manajer.
2) Objek dan subjek administrasi
Yaitu sistem kesehatan artinya suatu kumpulan dari berbagai faktor yang
komplek dan saling berhubungan yang terdapat pada suatu negara dan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perorangan
keluarga, kelompok serta masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
2. SISTEM KESEHATAN
Pengertian Sistem
1. Sistem sebagai wujud
Diadakan atas 2 macam
a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkrit
b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
28
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
29
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Analisis sistem adalah penilaian yang berupa kajian terhadap setiap kumpulan
elemen atau bagian yang ada di dalam sistem
Langkah analisis sistem :
1. penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian yang dimiliki serta
hubungannya satu dengan yang lain
2. merumuskan masalah yang dihadapi
3. lakukan pengumpulan data atau informasi
4. kembangkan model-model sistem yang baru
5. lakukan uji coba
6. terapkanlah model sistem yang terpilih dan lakukanlah pemantauan dan
penilaian berkala sesuai yang diperlukan
A. Batasan
Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkian dari berbagai
kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan
( Billy E. Goetz )
B. Tiga Aspek Pokok Da/am Perencanaan
1. hasil dari pekerjaan perencanaan
2. perangkat perencanaan
30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. proses perencanaan
C. Ciri-Ciri Perencanaan Yang Baik
1. Bagian dari sisitem adminitrasi
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
3. Berorientasi pada masa depan
4. Mampu menyelesaikan masalah
5. Mempunyai tujuan
6. Bersifat mampu kelola
D. Macant Perencanaan
1. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana
Perencanan jangka panjang
Perencanan jangka menengah
Perencanaan jangka pendek
2. Ditinjau dari frekuensi penggunaan
Digunakan 1 kali
Digunakan berulang kali
3. Ditinjau dari tingkatan rencana
Perencanaan induk
Perencanaan operasional
Perencanaan harian
4. Ditinjau dari filosofi perencanaan
Perencanaan memuaskan
Perencanaan optimal
Perencaan adaptasi
5. Ditinjau dari orientasi waktu
Perencanaan berorientasi masa lalu-kini
Perencanaan berorientasi masa depan
Perencanaan redistribusi
Perencanaan spekulatif
Perencanaan kebijakan
6. Ditinjau dari ruang lingkup
Perencanaan strategik
Perencanaan taktis
Perencanaan menyeluruh
Perencanaan terpadu
E. Unsur yang Terdapat dalanm Rencana
1. Rumusan misi
2. Rumusan masalah
3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
4. Rumusan kegiatan
5. Asumsi perencanan
6. Strategi pendekatan
a. Pendekatan Institusi (legalitas)
b. Penekatan Komunitas (kesadaran masyarakat)
31
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
7. Kelompok sasaran
a. Kelompok sasaran langsung (misal : bayi pada program imunisasi)
b. Kelompok sasaran tidak langsung (misal : ibu-ibu pada program
imunisasi bayi)
8. Waktu
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu :
a. Kemampuan organisasi dalain mencapai target
b. Strategi pendekatan yang akan diterapkan
9. Organisasi dan tenaga pelaksana
disertai Jon description dan authority
10. Biaya — lengkapi dengan rincian
11. Metoda penilaian dan kriteria keberhasilan _
Metoda penilaian yang baik sebaiknya berdasarkan data
Macam Kriteria keberhasilan
a. Kriteria keberhasilan unsur masukan
b. Kriteria keberhasilan unsur proses
c. Kriteria keberhasilan unsur keluaran
32
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
4.PERENCANAAN ANGGARAN
Batasan
Telah disebutkan bahwa suatu rencana yang baik harus mengandung uraian tentang
biaya tersebut adalah yang menggambarkan kebutuhan yang sebenarnya. Dalam arti
disatu pihak tidak berlebihan dan di pihak lain tidak kekurangan. Untuk dapat
dimilikinya uraian tentang biaya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, perlu
dilakukan suatu upaya khusus. Upaya inidalam kebutuhan tersebut, perlu dilakukan
suatu upaya khusus. Upaya ini dalam ilmu administrasi disebut dengan nama
perencanaan anggaran (budgeting). Jika ditinjau dari kehendak untuk mencapai tujuan
organisasi. Perana perencanaan anggaran ini dipandang cukup penting. Dengan
berhasil disusunnya rencana anggaran tersebut akan dapat diketahui besarnya biaya
yang diperlukan untuk menyuelenggarakan suatru rencana.
Batasan perencanaan anggaran banyak macamnya. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai salah satu proses mempersiapkan anggaran. Sedangkan yang dimaksud dengan
anggaran ialah suatu rencana (plan), yang uraian tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan dinyatakan dalam bentuk uang. Kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut sering disederhanakan dalam dua kelompok utama. Pertama, kegiatankegiatan
yang menghasilkan uang. Kedua, kegiatan=kegiatan yang memerlukan uang.
Kelompok kegiatan pertama disebut dengan nama pendapatan. Sedangkan kelompok
kegiatan kedua disebut dengan nama pengeluaran.
Dari pengertian yang seperti ini, dapat dengan mudah dipahami bahwa proses
perencanaan anggaran pada dasarnya adalah sama dengan proses perencanaan biasa
(planning). Bedanya, jika pada perencanaan, yang dihasilkan adalah suatu rencana
(plan) yang hanya mengandung uraian tentang kegiatan, maka pada perencanaan
anggaran,uraian kegiatan tersebut telah dilengkapi dengan keterangan tentang uang,
baik yang akan diterima dan ataupun yang harus dikeluarkan.
Karena proses perencanaan anggaran sama dengan proses perencanaan pada
umumnya, maka beberapa sarjana berpendapat perencanaan anggaran bukan
merupakan suatu fungsi administrasi yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari fungsi perencanaan. Oleh kelompok sarjana ini disebutkan bahwa suatu
rencana dinilai baik apabila rencana tersebut telah menguraikan pula rencana
pembiayaan. Bertitik tolak dari pendapat yang seperti ini disebutkan bahwa
perencanaan anggaran hanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan pada umumnya.
Terlepas apakah perencanaan anggaran merupakan fungsi administrasi tersendiri,
atau hanya merupakan bagian dari fungsi-fungsi perencanaan, dalam membicarakan
perencanaan anggaran ada tiga hal yang harus diebdakan yakni tentang
proses perencanaan anggaran, perangkat perencanaan anggaran serta hasil dari
perencanaan anggaran.perangkat perencanaan anggaran dapat berbeda antara satu
institusi dengan insitusi lainnya. Pada beberapa instansi tertentu perangkat
perebncanaan anggaran tersebut adalah bagian perencanaan, tetapi pada beberapa
instansi lainnya adalah bagian keuangan.
Perbedaan yang sama juga dtemukan pada hasil dari perencanaan anggaran.
Tergantung dari rencana anggaran apa yang disusun, maka rencana anggaran yang
33
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
34
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Proses dalam menyusun rencana anggaran pada dasarnya tidak berbeda, proses yang
dimaksud adalah :
1. Mengidentifikasi kegiatan
2. Menentukan sumber daya
3. Mengubah sumber daya dalam bentuk uang
4. Menyusun dan menyajikan rencana anggaran
5. Mengirimkan untuk persetujuan
Unutk menjamin terselenggaranya anggaran dengan baik, ada 2 hal yang perlu
dilaksanakan
1. Melakukan pengawasan
2. Melakukan pemriksaan
PPBS (Planning Programming Budgeting System)
= Sistem perencanaan penyusunan program dan penganggaran (SP4)
Batasan :
Salah satu teknik administrasi dimana perencanana, penyusunan program dan
penganggaran yang dilakukan oleh suatu organisasi yang tidak terpisahkan
Prinsip
1. Prinsip perencanaan
2. Prinsip penyusunan program
3. Prinsip perencanaan anggaran
Proses
1. Merumuskan tuj uan
2. Menyusun program
3. Menyusun hirarki
4. Menghitung biaya
5. Melakukan pemilihan
6. Menyusun rencana
35
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
i. Estimate-Discuss-Estimate =
Pungutan suara secara tcrtulis dan diskusi terhadpa basil yang dicapai bergantian.
Pungutan suara terhadap masalah yang diajukan pemimpin kemudian diskusi
hasil — pungutan suara langsung — diskusi Iangsung.
37
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Merumuskan masalah
Teknik kriteria matrik
1. Q. Sort Technique
Masalah dikelompokkan menurut urutan dan kriteria tertentu.
Misal :sangat penting, kurang penting, sangat tdiak pentong. Kriteria penting
adalah prioritas maasalah yang dicari.
2. Ranking and rating Technique
a. Anchoring rating scale technique
Skala linier yang kontinyu mulai 0 (sangat tidak penting) sampai 1
(sangat penting)
Priritas masalah mempunyai nilai terbanyak
b. Paired comparation technique
Pemilihan 1 masalah yang terpenting dari 2 maslaah yang disusup
berpasangan
c. Rank weight technique
Menyusun masalah menurut urutan bobotnya. Masalah paling penting
nilainya 1.
d. Direct assignment technique
Menyusun masalah menurut bobotnya dan untuk setiap maslaah
diberikan nilai langsung antara 0 (paling tidak penting) sampai 10
(sangat penting)
e. Pooled rank technique
Menyusun masalalah daalam 5 kategori. Kategori 1 sangat penting
mendapat nilai 5
Rencana Pelaksanaan
Batasan
Menurut Alan J.Rowe : Suatu uraian rinci dari suatu rencana yang didalamnya
terkandung keterangan tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, waktu
serta sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat
1. Membantu administrator mengenal kegiatan yang dilakukan
2. Membantu administrator mengetahui waktu yang diperlukan
3. Membantu administrator mengawasi pelaksanaan rencana (kegiatan, waktu dan
sumber)
Proses
1. Memahami selengkapnya rencana yang akan dilaksanakan
2. Memahami selengkapnya kemampuan yang dimiliki
3. Menyusun jaringan kegiatan yang akan dilaksanakan
4. Menetapkan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
5. Menetapkan sumber yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
38
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Teknik
1. Gantt Chart oleh Gantt
Chart (bagan) berisi daftar kegiatan yang akan dilaksanakan lengkap dengan
urutan serta hubungannya dengan waktu yang diperlukan.
2. Program Evaluation Review Technique (PERT)/Planning The
Time/Planning The Budget
Lebih mengutamakan aspek waktu dan biaya
Langkah-langkahnya :
a. Menyusun jaringan kegiatan, ada 2 hal perlu diperhatikan yaitu event
(kejadian) dan activity (kegiatan).
b. Menaksir waktu untuk kegiatan
c. Menghitung waktu tercepat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
d. Menghitung waktu terlambat yang masih diperkenankan
3. Critical Path Methode (CPM)
Lebih mengutamakan biaya disamping taksiran waktu.
Batasan Pengorganisasian
1. Pengelompokan berbagai kegiatan untuk melaksanakan rencana sehingga tujuan
memuaskan.
2. Pengaturan personil untuk tujuan yang disepakati dengan mengalokasikan fungsi
dan tanggung jawab.
3. Pengkordinasian rasional kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk tujuan
bersama melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi secara tanggung jawab.
Unsur-Unsur Pokok
1. Hal yang diorganisasikan yaitu
Kegiatan : pengaturan kegiatan yang persatu padu
Tenaga pelaksana : pengaturan struktur organisasi, susunan personalia, hak
dan wewenang, tenaga pelaksana
2. Proses Pengorganisasian (unsur terpenting)
Menyangkut pelaksanaan langkah-langkah semua kegiatan dan tenaga pelaksana
mendapat pengaturan sebaik-baiknya.
3. Hasil Pengorganisasian
Terbentuk wadah (entity) merupakan pepaduan kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan tenaga pelaksana.
Hasil bervariasi
39
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Macam Organisasi
1. Organisasi Lini (Line / command organization) organisasi tertua di dunia.
Pembagian tugas dan wewenang berbeda nyata antara organisasi pimpinan
dengan organisasi pelaksana.
Dominan pemimpin
Utamakan wewenang dan perintah
Keuntungkan : pengambilan keputusan cepat, kesatuan arah dan perintah
lebih terjamin serta pengawasan dan koordinasi lebih mudah.
Kerugian : keputusan kurang sempurna
Tidak mudah mendapat pemimpin yang berwibawa dan berpengetahuan luas
Unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi Staf (staff Organization)
Keuntungan : keputusan dapat lebih baik
Kerugian : penngambilan keputusan perlu waktu lama
Dapat menghambat kelancaran program
Staff bereran memberi nasehat
3. Organisasi lini dan staf (line and staff organization) paling banyak digunakan.
Peran staff nasehat dna tanggung jawab melaksankana kegiatan
Keuntungan :
Keputusan lebih baik
Tanggung jawan pimpinan kurang
Pengembangan bakat dapat dilakukan
Mendorong disiplin dan tanggung jawab kerja yang tinggi
40
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kelemahan :
Waktu lebih lama
Kebingungan pelaksanana bila staf tidak mengetahui batas wewenang
41
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Penyusunan Staf
Batasan
Proses pencarian, penempatan, pelatihan dan pengembangan SDM yang dimiliki
organisasi sehingga dapat diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manfaat
1. Dapat dicapainya tujuan dengan memuaskan
Perangkat
Pada organisasi kecil penyusunan staf dilakukan pimpinan (manajer)
Pada organisasi besar dan complex penyusunan staf dilakukan lazimnya oleh personalia
Hasil
Tersusunnya staf yang diinginkan
Proses, diebdakan atas beberapa langkah
1. Perencanaan SDM dengan berapa kegiatan
a. Melaksanakan perencanaan untuk kepentingan masa depan (planning for
future needs)
b. Melaksanakan perencanaan untuk kesimbangan masa depan (planning for
future balance)
42
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
43
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
kesehatan.
2. Tenaga kesehatan bukan sarjana : tenaga kesehatan sarjana muda, menengah
dan rendah
Fungsi Staf
Ada 4 macam :
1. Top management
2. Middle management
3. Lower management
4. Implementator
Fungsi staf ditinjau dari wewenang yang dimiliki :
Semakin tinggi kedudukan maka maki besra fungsi perencanaan (planning)
dan pengawasan (controling).
Kedudukan makin rendah maka fungsi lebih banyak sebagai pelaksana
(operating)
44
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Dari uraian yang seperti ini jelaslah muntuk dapat melaksanakan suatu
rencana, seorang administrator dan ataupun manager, perlu menguasai berbagai
pengetahuan dan ketrampilan yang jika disederhanakan dapat dibedakan atas senam
macam yakni :
1. Pengetahuan dan ketrampilan motivasi (motivation)
2. Pengetahuan dan ketrampilan komunikasi (communication)
3. Pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan (leadership)
4. Pengetahuan dan ketrampilan pengarahan (directing)
5. Pengetahuan dan ketrampilan pengawasan (controlling)
6. Pengetahuan dan ketrampilan supervisi (supervision)
Untuk melaksanakan program kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan yang
sperti ini juga amat diperlukan. Apalagi jika yang ingin dilaksanakan tersebut adalah
program kesehatan masyarakat. Mudah dipahami karena memanglah ruang lingkup
program kesehatan masyarakat, tidak hanya menyangkut pengaturan bawahan yang
dimiliki, tetapi juga masyarakat banyak, kepada siapa program kesehatan masyarakat
tersebut ditujukan.
MOTI VASI
Batasan
Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah ransgana
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit
tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan
bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari batasan yang seperti ini segeralah mudah dipahami bahwa pekerjaan
motivasi hanya akan berhasil dengan sempurna jika dapat:
a. Diusahakan agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan adalah juga menjadi
tujuan perorangan dan ataupun kelompok masyarakat yang akan melaksanakan
kegiatan. Sebab, jika tujuan tersebut tidak dimiliki atau tdiak sejalan, maka
aakan sulitlah diharapkan seseorang ataui sekelompok masyarakat mau berbuat
sebagaimana yang diharapkan.
b. Diusahakan agar perbuatan yang diharapkan untuk dilakukan tersebut adalah
sesuai dengan kemmapuan yang dimiliki seseorang dan ataupun sekelompok
masyarakat. Seandainya kemampuan yang dimiliki terbatas, tetapi tetap
dipaksakan untuk melakukan kegiatan niscaya akan mudah timbul kegagalan.
Dua prinsip dasar dalam melakukan motivasi ini, secara sederhana dapat digambarkan
dalma Tabel
45
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
46
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kelima kebutuhan ini tersusun lapis demi lapis yang dpat digambarkan sebagai sutau
piramida tegak, dimana kebutuhan dasar faali sebagai punckanya. Disebutkan bahwa
kebutuhan rasa aman bare muncul jika kebutuhan dasar faali telah terpenuhi,
sedangkan kebutuhan akan cinta, sayang dan kehidupan sosial barn muncul jika
kebutuhan rasa aman telah dipenuhi, demikian seterusnya untuk tingkat kebutuhan
yang lain. Adapun gambar piramida kebutuhan menurut Maslow ini dapat dilihat
dalam Gambar 7.1
47
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
KEPEMIMPINAN
Batasan
Batasan tentang kepemimpinan banyak macamnya. Bberapa dinataranya adalah :
1. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut yang diamanatkan
kepadanya (Ordway Tead).
2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
diterapkan (Stogdill).
3. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta daria danya pengaruh yang
dimiliki oleh seseorang terhadap orang-orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Georgy R. Terry).
48
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Unsur-unsur kepemimpinan
Dari uraian tentang kepemimpinan, pemimpin serta pengikur sebagaimana dikemukan
adiatas, segeralah dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan hanya akan muncul jika
ditemukan sekurang-kurangnya unsur pokok. Keempat usnur pokok tersebut adalah :
1. adanya pemimpin
2. adanya pengikut
3. adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu
4. adanya situasi dan kondisi tertentu
keempat faktor ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang secar asederhana
dalam digambarkan dalam Gambar
Sifat pemimpin
Karena pentingnya sifat dan perilaku tertentu yang dimiliki seseorang untuk dapat
menjadi pemimpin yang baik, maaka banyak pihak telah menguraikan berbagai sifat
seorang pemimpin yang baik. Sifat-sifat yang dimaksud secara sederhana dapat dilihat
pada Tabel 7.3
Lahirnya Pemimpin
Bagaimana sifat atau perilaku ini sampai dimiliki oleh seseorang, banyak teori pernah
dikemukakan. Lahirnya seorang pemimpin memang telah sejak lama menjadi objek
studi berbagai ahli, beberapa teori yang pernah diajukan adalah :
1. Teori orang besar atau teori bakat
2. Teori situasi
3. Teori ekologi
49
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
G a y a k e p e m i m pi n an
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu orghanisasi dan atau
yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh
seseorang pemimpin dapat berbeda antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas
empat macam, yakni :
1. Gaya kepemimpinan ditaktor
2. Gaya kepemimpinan autokratis
3. Gaya kepemimpinan demokrastis
4. Gaya kepemimpinan santai
Untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, banyak pendapat pernah
dikemukana. Salah satu diantaranya ialah yang diajukan oleh Freed Fielder yang
50
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
PENGHARGAAN
Batasan
Batasan tentang pengarahan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang
dipandang penting adalah :
1. Pengarahan adalah upaya pengambilan keputusan secara berkesinambungan
dan terus menerus yang terwujud dalam bentuk adanya perintah ataupun
petunjuk guna dipakai sebagai pedoman dalam organisasi (Luther Gullick)
2. Pengarahan adalah upaya mewujudkan keputusan, rencana dan program dalam
bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Joseph L.
Massie).
3. Pengarahan adalah memberikan bimbingan serta mengendalikan para pekerjan
dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat
Sebagai slah satu dari fungsi administrasi, pekerjaan pengarahan ini adalah amat
penting. Pada dasarnya dengan pengarahan tersebut diupayakan agar berbagai
keputusan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apabila
pengarahan dapat dilakukan dengan baik, memang akan diperoleh beberapa manfaat
yang jika disederhanakan terlihat sebagai berikut :
1. Para pekerja mendapatkan informasi yang tepat tentang segala sesuatu yang
akan dikerjakannya.
2. Para pekerja akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah dan dengan
dmeikina tujuan akan lebuh mudah tercapai.
3. Para pekerja akan selalu berhadapan dengan proses belajar mengajar sehingga
pengerahuan, ketrampilan dan keaktivitasan akan meningkat.
4. Para pekerja akan berada dalam suasana yang menguntungkan yakni
terciptanya hubungan pimpinan dan bahawan yang baik.
Syarat
Untuk dapat melaksanakan pengarahan yang balk, haru sterpenuhi beberapa syarat tertentu.
Syarat-syarat yang dimaksud banyak macamnya yang jika disederhanakan terlihat sebagai
berikut :
51
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1. Kesatuan perintah
2. Informasi yang lengkap
3. Hubungan langsung dengan karyawan
4. Suasana informal
Teknik
Teknik pengarahan banyak macamnya, beberapa diantaranya yang sering
dipergunakan ialah :
1. Teknik konsultasi
2. Teknik demokratis
3. Teknik otokratis
4. Teknik bebas teratur
Proses
Untuk dapat melaksanakan pengarahan dgv baik perlu ditempuh suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah kegiatan. Secara umum langkah-langkah yang
dimaksud dapat dibedakan atas empat yakni :
1. Menyusun perintah dan ataupun petunjuk
2. Melaksanakan pelatihan
3. Melakukan motivasi
4. Memelihara ketertiban dan kepatuhan
PENGA WA SA N
Batasan
Batasan pengawasan banyak macamnya. Bebcrapa diantaranya yang sering
dipergunakan ialah :
1. Pengawasan ialah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap
penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam
rencana.
2. Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan sutau program yang
kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari batasan yang seperti ini segera terlihat bahwa untuk dpat melakukan pekerjaan
pengawasa dengan baik ada tiga hal yang perlu ..diperhatikan. Ketiga hal yang
dimaksud ialah :
1. Objek pengawasan
2. Metoda pengawasan
3. Proses pengawasan
Manfaat
Jika pengawasan dapat dilakukan dengan cermat, akan diperoleh beberapa manfaat.
Manfaat yang dimaksud antara lain :
1. Tujuan yang ditetapkan dpat diharapkan pencpaainannya dan selanjutnya
pencapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang
direncanakan
52
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
2. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa
yang telah ditetapkan, dan bahkan mungkin dapat ditekan sehingga efisiensi
dapat lebih ditingkatkan.
3. Pengawasn yang baik, akan dapat memacu karyawan berpretasi dan berkreasi
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Syarat
Untuk dapat melakukan serta mendapatkan hasil pengawasan yang baik, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni.
1. Pengawasan hams bersifat khas
2. Pengawasan hams mampu melaporkan setiap penyimpangan
3. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi
4. Pengawasan harus mudah dilaksanakan
5. Hasil pengawasan harus mudah dimengerti
Obyek
Yang dimaksud dengan obyek pengawasan adalah hal-hal yang akan diawasi dari
pelaksanan suatu progi-an. Obyek pengawasan yang dimaksud banyak macamnya,
karena kesemuanya tergantung dari progran yang sedang dilaksanakan. Pada
umumnya obyek pengawasan tersebut ialah sesuatu yang dipadnang paling penting
dari suatu progran dan atau dipandang bersifat strategis. Untuk ini obyek
pengawasan dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Kuantitas (quantity) dan kualitas (quality) program
2. Biaya (budget) program
3. Pelaksanaan (implementation) program
4. Hal-hal yang bersifat khusus
Metoda
Agar pengawasan berjalan dengan baik perlu diciptakan suatu mekanisme umpan
balik (feed back mechanism) yang lengkap, yang harus dapay dilakukan pada setiap
pentahapan program. Metoda pengawasan yang dapat dipergunakan disini banyak
macamnya, misalnya ialah :
1. Melalui laporan khusus dan hasil analisa yang dilakukan terhadap laporan
khusus tersebut.
2. Melalui data statistik yang dikumplkan yang menyangkut berbagai aspek
kegiatan organisasi
3. Melalui observasi personal yang dilakukan oleh pimpinan (personal observation)
atau orang-orang tertentu (control through key personnel)
4. Melalui internal audit (control through internal audit)
5. Melalui alat elektronik otomatik (control through automatic devices)
Proses
Pengawasan pada dasarnya merupakan suatu proses. Proses yang dimaksud disini
terdiri dari berbgai pentahapan ataupun langkah-langkah tertentu yang jika
disederhanakan terlihat sebagai berikut :
53
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
SUPERVISI
Batasan
Jika ditinjau dari asal kata, supervisi berasal dari kata super (latin = di atas) serta
videre (latin = melihat). Dengan demikian jika ditinjau dari asal kata, supervisi
berarti melihat dari atas. Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian
supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum disebutkan yang
dimaksudkan dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan bawahan untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya.
Unsur Pokok
Dari batasan umum yang seperti ini segera terlihat bahwa dalam pengertian supervisi
terdapat beberapa unsur pokok. Unsurunsur pokok yang dimaksud adalah
1. Pelaksanaan
2. Sasaran
3. Frekuensi
4. Tujuan
5. Teknik
Manfaat
Aapabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan alas dua
macam:
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja
Prinsip Pokok
Prinsip pokok supervisi banyak macamnya. Secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan penampilan
"bawahan", bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan penampilan ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan
"bawahan", untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, maka sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter. Supervisi yang lebih menampilkan
kekuasaan serta lebih mengutamakan perintah dan sanksi, bukanlah supervisi
yang baik.
54
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik.
4. Supervisi hams dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjadi kerjasama
yang baik antara "atasan" dan "bawahan", terutama pada waktu melaksanakan
upaya penyelesaian masalah dalam rangaka lebih meningkatkan penampilan
"bawahan".
5. Strategi dan tata caara supervisi yang akan dilakukan hams sesuai dengan
kebutuhan masing-masing "bawahan" secara individu. Penerapan sstrategi dan
tata cara yang sama untuk semua kategori "bawahan", bukanlah supervisi yang
baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.
Pelaksana
Telah disebutkan bahwa pelaksana atau yang bertanggung jawab
melaksanakan supervisi adalah "atasan" yakni mereka yang memiliki "kelebihan
dalam organisasi. Yang terbaik, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan
kedudukan, teteapi juga pengetahuan dan ketrampilan.
Bertitik tolak dari uraian yang seperti ini, dan juga disesuaikan dengan
prinisp-prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan
baik, maka ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana
supervisi (supervisor). Syarat atau karakteristik yang dimaksud adalah :
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi.
Atau apabila hal ini tidakk mungkin, dapat ditunjuk staff khusus dengan batas -
batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi hams mempunyai sifat edukatif dan suportif, buka otoriter.
5. Pelaksanaan supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa,
melainkan secara sabar berupa meningkatkan pegetahuan dan ketrampilan dan
juga sikap "bawahan" yang di supervisi.
Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian
masalah (problem solving). Bedanya hanya pada cara pengumpulan data serta cara
penyelesaian masalah. Pada supervisi cara pengumpulan data ialah dengan
menggunakan teknik pengamatan langsung (direct observation), serta cara
penyelesaian masalah dilakukan secara bersama dan langsung dilakukan secara
bersama dan langsung di tempat (on the spot).
Dengan perbedaan yang seperti ini, jelas untuk dapat melaksanakan supervisi
yang baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengamatan langsung
2. Kerjasama
55
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
PENDAHULUAN
Setiap administrator yang diserahkan tanggung jawab mengelola program
kesehatan selalu dihadapkan pad suatu keadaan yang tidak pasti (uncertainty).
Keadaan yang tidak pasti tersebut jika disederhanakan dapat disimpulkan ke dalam
tiga macam pertanyaan yakni:
1. Pertanyaan tentang ketepatan program
2. Pertanyaan tentang pelaksanaan program
3. Pertanyaan tentang hasil yang dicapai
Batasan
Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dianggap
cukup penting adalah:
1. Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang
dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan dan perencanaan suatu
program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan tersedia
guna penerapan selanjutnya (The World Health Organization)
2. Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan
dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(The American Public Association).
3. Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan
saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program
(The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for
Population Options).
4. Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari
dilaksanakan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Riecken). Jika diperhatikan keempat batasan di atas, segera terlihat bahwa ada
dua pendapat tentang penilaian tersebut yakni:
Penilaian hanya dilakukan pada tahap akhir program
Penilaian dapat dilakukan pada setiap tahap program
Jenis
Sesuai dengan pengertian penilaian dapat ditemukan pada setiap pelaksanaan
program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yakni:
1. Penilaian pada tahap awal program
2. Penilaian pada tahap pelaksanaan program
3. Penilaian pada tahap akhir program
Ruang Lingkup
Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka ruang lingkup penilaian yakni hal
– hal yang akan dinilai dari suatu progam kesehatan adalah amat luas sekali.
56
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1. Deniston
Deniston menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program
kesehatan dibedakan ke dalam empat jenis yakni:
a. Kelayakan program
b. Kecukupan program
c. Efektivitas program
d. Efesiensi
2. George James
a. Upaya program
b. Penampilan program
c. Ketepatan penampilan program
d. Efesiensi program
3. Milton R. Roemer
Milton R. Roemer membedakan ruang lingkup penilaian suatu program
kesehatan atas enam jenis, yaitu:
a. Status kesehatan yang dihasilkan
b. Kualitas pelayanan yang diselenggarakan
c. Kuantitas pelayanan yang dihasilkan
d. Sikap masyarakat terhadap program kesehatan
e. Sumber daya yang tersedia
f. Biaya yang dipergunakan
4. Blum
Sama halnya dengan Roemer. Blum juga membedakan ruang lingkup penilaian
atas enam macam. Hanya saja perinciannya agak berbeda, yakni:
a. Pelaksanaan program
b. Pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan
c. Efektivitas program
d. Efesiensi program
e. Keabsahan basil yang dicapai oleh program
f. Sistem yang dipergunakan untuk melaksanakan program
Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian tersebut secara sederhana
dapat dibedakan atas empat kelompok saja, yakni:
1. Penilaian terhadap masukan
2. Penilaian terhadap proses
3. Penilaian terhadap keluaran
4. Penilaian terhadap dampak
Keempat ruang lingkup yang seperti ini, secara sederhana dapat digambarkan
dalam bagan 8.1.
57
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Langkah
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan penilaian, tentu diperlukan pedoman
dalam melaksanakannya. Pedoman yang dimaksud pada dasarnya terdiri dari
lanngkah-langkah yang harus dilakukan pada waktu melaksanakan penilaian. Untuk
ini ada beberapa pendapat yang dikenal yaitu :
1. Mac Mahon
Mac Mahon membedakan langkah-langkah penilaian atas tiga tahap, yaitu:
a. Tahap menentukan macam dan ruang lingkup penilaian
b. Tahap pemahaman program yang akan dinilai
c. Tahap pelaksanaan penilaian dan menarik kesimpulan
2. Audie Knutson
Audie Knutson membedakan langkah-langkah penilaian atas tiga macam, yakni:
a. Tahap pemahaman program yang akan dinilai
b. Tahap mengembangkan rencana penilaian dan melaksanakan penilaian
c. Tahap menarik kesimpulan
3. Levey dan Loomba
Levey dan Loomba membedakan lanngkah-langkah penilaian atas enam jenis,
yakni:
a. Tahap menetapkan tujuan penilaian
b. Tahap melengkapkan tujuan dengan tolak ukur tertentu
c. Tahap mengembangkan model, rencana dan program penilaian
d. Tahap melaksanakan penilaian
e. Tahap menjelaskan derajat keberhasilan yang dicapai
f. Tahap menyusun saran-saran
4. The World Health Organization
The World Health Organization membedakan langkah-langkah penilaian atas
sembilan tahap, yakni:
a. Tahap penilaian hal yang akan dinilai,
b. Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan
58
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Teknik Penilaian
Teknik penilaian banyak macamnya,karena kesemuanya tergantung dari
program yang akan dinilai. Dalampraktek sehari-hari yang sering dipergunakan
adalah teknik Ragpie Program Matrix (RPM). Adapun prinsip dari RPM tersebut
sebagai berikut:
1. Sederhana dan kelompokkan program kedalam tiga penahapan yakni tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian (akhir) program.
2. Sederhana dan kelompokkan program kedalam tiga komponen yaitu komponen
sumber, komponen kegiatan dan komponen tujuan.
3. Isilah kotak yang terbentuk dengan keterangan yang sesuai, dan lakukan
perbandingan. Setelah itu tarik kesimpulan dan susunlah saran.
E.SUMBER BELAJAR
1. Azrul Azwar. 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta
2. Budioro. 1997. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. FKM
Undip. Semarang
3. Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. Gramedia. Jakarta
4. Gde Muninjaya. 1999. Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta
5. WHO.1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. EGC. Jakarta
59
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 3
KEBIJAKAN KESEHATAN
PENELITIAN KEBIJAKAN
PENGERTIAN
60
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
rekayasa yang disebut dengan rekayasa sosial. Karena itu, seperti dflcemukakan oleh
Lindblom (1980) ada kemungkinan kelompok ini untuk meningkatkan peran
komponen analisis (akademik-ilmiah) dan menurunkan bobot politis dalarn
perumusan kebijakan.
Dalarn wawasan atau idealisme ini, proses (steps) perumusan kebijakan berkait erat
dengan proses kerja ilmiah apa pun, yang meliputi:
1 . Identifilkasi dan formulasi masalah kebijakan.
LATAR BELAKANG
Maichruk (1984) mengemukakan bahwa ada tiga latar belakang penelitian kebijakan
yang sungguh-sungguh harus dipahami oleh peneliti, yaitu :
1. Penemuan yang diperoleh dalam penelitian kebijakan hanyalah salah satu dari
banyak masukan yang diperlukan bagi pembuatan kebijakan.
2. Kebijakan itu tidak dibuat, bahwa kebijakan merupakan suatu akumujasi.
3. Kompleksitas kebijakan pada hakikatnya sama dengan kompleksitas masalah
sosial.
Aspek pertama arena kebijakan yang relevan bagi penelitian kebijakan adalah bahwa
penemuan-penemuan penelitian hanyalah salah satu dari banyak masukan yang
diperlukan bagi pembuatan kebijakan atau keputusan kebijakan (policy decision).
Masukan-masukan lain yang menunjang keputusan kebijakan adalah :
Bahwa administrator adalah peserta perumus kebijakan yang utama, sesuai dengan
status formaInya. Administrator atau pimpinan bekeda untuk merumuskan kebiJakan
atas dasar prioritas yang paling mendesak, khususnya yang berkenaan dengan
pernecahan masalah sosial. Makin kompleks dan luasnya tugas-tugas keorganisasian,
menyebabkan kian banyak masalah yang dihadapi oleh pimpinan dalam pekerjaan dan
masalah tersebut tidak dapat dipecahkannya sendiri tanpa pendapat atau informasi
yang memadai, balk kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kebijakan (policy
research) secara. spesiflk dituJukan untuk membantu pembuat kebijakan
(policymaker) dalarn menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan
pendapat atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang kita
hadapi sehari-hari.
61
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Ada empat tipe proses penelitian yang dapat memberikan efek terhadap pemecahan
masalah sosial.
Proses-proses penelitian itu meliputi :
1. Penelitian dasar analisis kebijakan - bukan dalam makna pure research seperti
yang ada pada jenis penelitian tradisional.
2. Penelitian teknikal.
3. Analisis kebijakan.
4. Penelitian kebijakan.
62
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Penelitian sosial dasar (basic sosial research) atau penelitian dasar analisis kebijakan
mengacu kepada penelitian akademik tradisional yang secara umum dilaksanakan pada
beberapa departemen/jurusan di universitas atau di lembaga-lembaga penelitian lain.
Analisis kebijakan (policy analisis) merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengkaji proses pernbuatan kebijakan. Analisis kebijakan ditampilkan secara tipikal
oleh ilmuwan atau pakar politik yang berminat dengan proses di mana kebijakan
diadopsi sebagai efek dari peristiwa-peristiwa politik. Berkenaan dengan analisis
kebijakan, Lindblom (1986) mengatakan :
Kita sering menjumpai teknik-teknik baru ini digunakan dalam proyekproyek dengan
narna analisis kebijaksanaan (policy analysis). Meski kita rnenggunakan istilah
analisis sebagal sebutan gampang bag! segala macam informasi, pernbicaraan, dan
analisis tentang kebijaksanaan, istilah analisis kebijaksanaan biasanya menunjuk
batasan yang lebih sempit sekitar bentuk-bentuk spesifik dari analisis profesional.
Dalarn bentuknya yang terbalk sua to analisis keb#aksanaan merumuskan masalah
kebijaksanaan sebagai suatu yang utuh, merinci sasaran dan nilai-nilai lainnya,
niengajukan dan mengevaluasi alternatif pernecahan, dan mengidentiflkasikan
pemecahan yang paling erat berkaitan dengan nilai-nfiai yang telah diformulasikan.
Analisis kebijakan (policy analysis), seperti diakui sendiri oleh Lindblom (1986)
punya sejumlah kelemahan. Kelernahan-kelemahan itu terlihat dari empat sisi, yaitu :
1. Analisis tidak selalu benar atau bisa saja salah dan hal ini diakui oleh khalayak
pemilih atau warga.
2. Analisis tidak selalu adaptif untuk menyelesaikan tedadinya konfific antara nilai
dengan kepentingan.
3. Proses keija analisis lambat dan biayanya mahal.
4. Analisis tidak sepenuhnya dapat menunjukkan secara nyata, masalah mana yang
hams diselesafican segera.
Empat proses penelitian seperti disebutican di muka, diklasifikasikan atas dasar
tindakan dan fokus. Proses penelitian yang berorientasi tinggi pada tindakan (high
action orientation) lebih diarahkan untuk mendapatkan kemanfaatan atau utilitas atau
basil segera dibandingkan dengan proses penelitian yang berorientasi rendah pada
tindakan (low action orientation). Proses penelitian- juga berfolcus pada pertanyaan-
pertanyaan teknikal (technical questions) atau isu-isu fundamental (fundamental
issues). Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan umurnnya mempunyai tiga
sifat, yaitu :
1. Dimensinya sangat luas.
2. Bersifat multifaset.
3. Menggali keanekaragaman konsekuensi bagi kelompok orang dalam jumlah
besar.
Penelitian kebijakan hanyalah tipe atau bentuk penelitian dengan dua orientasi utama,
yaitu:
1. Berorientasi kepada tindakan.
2. Berorientasi kepada masalah-masalah yang bersifat fundamental.
63
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa orientasi. penclitian ini adalah menyediakan
fasilitas kepada pembuat kebijakan - dalam terminologi manajemen disebut pembuat
keputusan - dengan jalan merumuskan rekornendasi yang berguna baginya. Sernua
tindakan yang mungkin d-;lakukan oleh pembuat kebijakan bagi pernecahan masalah
sosial yang bersifat fundamental diajukan oleh pencliti kebijakan atas dasar
penelitian yang cermat. Dengan cara ini, berarti hanya tindakan-tindakan yang paling
tepat direkornendasikan.
Alasan induktif adalah cara berpikir untuk memberi alasan yang dimulai dengan
pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menymn suatu argumentasi yang bersifat
64
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
umum. Alasan secara induktif banyak digunakan untuk menj aj aki aturan-aturan
alamiah dari suatu fenomena.
Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, kuda ada mulut,
burung ada mulut, maka ditarik kesimpulan bahwa binatang ada mulut.
Derajat efektivitas atau prestasi lembaga dipandang sebagai variabel yang dijelaskan,
dan ada dua belas varlabel bebas atau penjelas dalam putaran awal :
a. Derajat kekhususan kegiatan badan.
b. Derajat persaingan yang Whadapi olch badan.
c. Derajat sebaran geografis dari kegiatan badan.
d. Derajat dukungan politik atau kornitmen.
e. Derajat campur tangan politik terang-terangan.
f. Penampilan para manajer yang terkenal.
g. Efektivitas dalam penerapan teknik-teknik manajemen.
h. Faktor-faktor eksogen.
i. Hasil (tingkat Imbalan) investasi proyek.
j. Derajat keberhasilan program pengernbangan lembaga.
k. Defisit (atau tiadanya pemasukan) atau surplus. 1. Tingkat gaji lebih rendah
daripada rata-rata.
Ciri keempat penelitian kebijakan adalah, bahwa penclitian ini responsif terhadap
kebutuhan pernakai basil studi. Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya,
bahwa penelitian kebijakan dapat dilakukan atas biaya lembaga tertentu –yang
berkepentingan langsung terhadap basil studi penclitian tersebut dan dapat juga tidak.
Terlepas dari siapa penyandang dana dan bagairnana hubungan mereka dengan
peneliti kebijakan, yang pasti adalah bahwa penelitian kebijakan dimaksudkan untuk
meresponskebutuhan calon pemakai hasil studi.
65
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. Mensyaratkan Kerjasama
66
64
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
rlun perlu melakukan telaah pustaka, namun sifatnya bukanlah sebagai predetermined
theory atau predefined theory sebagaimana lazimnya penelitian lainnya. Penelitian
tradislonal pun sering diakhiri dengan rekomendasi, namun sifat rekomendasi. tidak
sama dengan rekomendasi yang dihasilkan dalani penelitian kebijakan.
Ann Majchrzak (1984) mengemukakan lima langkah penelitian kebijakan sebagal
berikut
1. Persiapan.
2. Konseptualisasi studi.
3. Analisis teknikal.
4. Perumusan rekomendasi.
5. Mengkomunikasikan hasil studi.
PERSIAPAN
lnformasi awal dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif atau nuansa-nuansa
politik serta nuansa-nuansa keorganisasian.
Lebih spesifik dapat dikemuka,kan bahwa informasi awal yang diperlukan oleh
peneliti kebijakan adalah:
1. Isu-isu yang muncul secara temporal dan. kekinian.
2. Konteks pembuatan kebijakan masa lalu.
3. Sumber-sumber studi yang akan digunakan.
4. Tipe rekornendasi studi yang dikehendaki.
5. Ancaman-ancaman yang akan muncul jika masalah yang ada tanpa dipecalikan.
6. Kekuatan clan peluang-peluang yang ada pada sistem.
Ann Maichmak (1984) mengemukakan bahwa ada empat isu pokok yang harus
diketahui olch peneliti sebelum melakukan kerja penclitian kebijakan. Keempat isu
tersebut adalah :
67
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
SWOT ANALISIS
Pendahuluan
SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bias
digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan
untuk pengelolaan pegawai administrasi (administrator). Sehingga, SWOT disini
tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menunjukkan bagaimana SWOT dapat
digunakan oleh para administrator dalam menganalisis dan memulai pembuatan
program baru yang inovatif untuk ditawarkan dalam pendidikan kejuruan.
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan
eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan
sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan
strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991).
Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman
dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan
dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa
depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang
kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan
dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja
dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran,
keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan,
dan ancaman. (Johnson, et al., 1989)
68
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
KEBIJAKAN KESEHATAN
Penggalangan kemitraan lintas sektor
Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
Peningkatan kemampuan daerah
Pemberdayaan masyarakat dan swasta
Pengembangan sumber daya kesehatan
Pelaksanaan upaya kesehatan
69
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
70
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
71
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 4
HIPERKES
72
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
perusahaan
Lingkungan sosial misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya gangguan
kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja, merupakan salah satu faktor penyebab
penyakit akibat kerja dan keselamatan kerja.
Kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara
serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja
dengan kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang maksimal, sehingga dapat
berproduksi secara maksimal pula.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga
kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut (dainur,
1992).
Undang-undang tentang hygiene dirumuskan dalam undang-undang no 2 tahun
1966, yang merupakan undang-undang tentang hygiene untuk usaha-usaha bagi
umum. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa istilah Hygiene dipergunakan
untuk mencakup seluruh usaha manusia maupun masyarakat yang perlu dijalankan
guna mempertahankan dan memperkembangkan kesejahteraannya di dalam
lingkungannya yang bersifat badan dan jiwa, maupun sosial. Agar Pemerintah dapat
melakukan usaha-usaha dalam lapangan hygiene yang lebih luas, maka Undang-
undang ini, yang menetapkan hal-hal yang pokok mengenai hygiene, dapat
dipergunakan sebagai dasar hukum untuk mengadakan usaha-usaha lebih lanjut.
Undang-undang tentang hygiene perusahaan ini tidak mengurangi beraneka faham
tentang isi dan makna daripada apa yang dimaksud dengan hygiene dalam ilmu
kedokteran
(http://kambing.vlsm.org/bebas/v01 /Rl/uu/ 1966/uu- 1966-002.txt).
Hygiene perusahaan dibahas dalam pasal 10 point 2 undang-undang no 14
tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. Dalam
undangundang ini disebutkan bahwa pemerintah membina pelindungan kerja yang
mencakup norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan. Yang dimaksud dengan
norma disini adalah "standard" ukuran tertentu yang harus dijadikan pegangan
pokok. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa norma kesehatan kerja dan
hygiene perusahaan meliputi: pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan
tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga
kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi
syarat hygiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk pencegahan penyakit, baik
sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan
bagi perumahan untuk tenaga kerja
(http://www.worldlii.org/id/legis/uu/ l 969/uu-1969-014.html).
73
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
(http://www.nakertrans.go.id/organisasi/Tupoksi Balitbani.htm).
A. Batasan
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif,
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja.
74
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan olch kcadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memclihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, adalah merupakan beban bagi yang melakukan.
Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan
atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat
mengurangi beban kerja. Misalnya untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis
diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitung-menghitung
diciptakan kalkulator atau komputer, dan sebagainya.
2. Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan, pekerja
sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang berupa kondisi atau
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut
beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus
diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni :
a. faktor fisik, misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu
b. udara yang panas, dan sebagainya.
c. faktor kimia, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan sebagainya.
d. faktor biologi, misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak
teratur, dan sebagainya.
e. faktor fisiologi, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh
atau anggota badan (ergonomic), misalnya: meja atau kursi yang terlalu
tinggi atau pendek.
f. Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonic, misalnya:
adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
75
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang
yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada
suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena
kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa
dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapat
berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai batas batas
tertentu saja.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan kesehatan
ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau
menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi
oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaranan, gizi, jenis kelamin, dan
ukuran-ukuran tubuh.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak
terhadap peningkatan produktivitas kerja.
Lingkungan kerja ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan
lingkungan sosial, dan kedua-duanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja.
Lingkungan fisik mencakup: pencahayaan, kebisingan dan kegaduhan kondisi
bangunan, dan sebagainya.
1. Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indra pendengaran sampai kepada ketulian. Dari basil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising
dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh
sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensits bunyi mesin
di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat)
telinga, guna mencegah gangguan pendengaran. Kebisingan yang berasal dari
alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran, atau memodifikasi mesin untuk
mengurangi bising.
2. Penerangan atau Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja, karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga
menimbulkan kesan yang kotor. Akibat dari kurangnya penerangan di
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental ini antara lain :
sakit kepala (pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya
konsentrasi dan kecepatan berpikir.
3. Bau-bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja
adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu
kenyamanan kerja. Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam
lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan
76
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
77
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain)
dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau
penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga
oleh factor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.
Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan
ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk
mencegahnya.
Misalnya antara penyakit yank sudah jelas penularannya dapat melaui darah dan
pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang. atau perlindungan yang belum baik
pada para pekerja Rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak
langsung.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di Evaluasi, kemudian
dilakukan pengendalian.
78
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Produktivitas kerja memang tidak cukup hanya didukung niat dan semangat,
kesehatan tubuh juga memegang peranan yang cukup besar untuk mewujudkan hasil
kerja yang optimal, .... Produktivitas kerja memang tidak cukup hanya didukung niat
dan semangat, kesehatan tubuh juga memegang peranan yang cukup besar untuk
mewujudkan hasil kerja yang optimal.Untuk itu selain berolahraga dan menjaga pola
hidup yang sehat, kondisi tempat kerja yang baik juga berpengaruh. Hal ini salah
satunya bisa mewujudkan dengan mengatur meja kerja Anda.Oleh karenanya,
luangkanlah waktu sejenak selama beberapa menit untuk memikirkan bagaimana tata
79
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1. Menyortir barang-barang mana yang perlu dan mana yang tidak untuk diletakkan
di atas meja kerja Anda. Selain lebih mudah menatanya, cara ini juga membuat
meja Anda lebih luas.
2. Saat menata, pertimbangkan dengan seksama barang-barang apa saja yang
nantinya akan sering digunakan atau diambil. Barang-barang inilah yang
nantinya akan diletakkan di posisi yang dekat dan mudah dijangkau tangan-
misalnya keyboard, mouse, dan kotak pensil.
3. Demikian pula dengan buku,catatan, majalah dan lain-lain yang dibutuhkan saat
mengetik. Hendaknya barang-barang tersebut diletakkan di bagian bawah
monitor atau di sekelilingnya (bisa di samping atau di
atas).
4. Selain mengatur cahaya monitor agar tidak terlampau terang atau gelap, perlu
diperhatikan pula sikap saat bekerja. Duduklah dalam posisi tegak, jangan
meregang ke depan untuk mencapai keyboard atau untuk membaca tulisan di
layar monitor. Begitu pula posisi tubuh "sempurna" dapat bermasalah bila
dilakukan secara kaku dan terns menerus dalam jangka panjang. Karenanya,
disarankan untuk rileks juga sering-seringlah untuk bergerak dan mengubah
posisi (duduk dinamis). Ini bukan cuma berlaku untuk tangan dan lengan, tapi
juga pundak, punggung dan leper.
5. Saat mengetik, pergelangan tangan hendaknya tidak ditekuk ke atas, kebawah,
atau ke samping. Gerakkan tangan sesekali untuk beristirahat atau untuk
meregangkan otot. Begitu ada kesempatan berhenti mengetik sejenak,
istirahatkan sejenak, istirahatkan tangan di atas pangkuan atau di sisi samping
anda ketimbang ditumpangkan di atas keyboard.
3. KECELAKAAN KERJA
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni faktor
fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian
dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja. Suinakmur (1989) membuat batasan bahwa
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan
perusahaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua
permasalahan pokok, yakni: a). kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, b).
Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan mnjadi dua, yakni:
a. perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya.
b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau "unsafety
condition", misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
80
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada
waktu melakukan pekerjaan.
Sebenarnya menurut batasan ini, termasuk juga kecelakaan akibat kerja, tapi
kecelakaan akibat kerja dipisahkan dari penyakit akibat kerja, dimana pada
kecelakaan akibat kerja faktor penyebabnya adalah faktor mekanis.
Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkannya
1. Golongan fisik
a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.
b. Suhu tinggi yang dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpirexia. Suhu rendah menyebabkan chilblain, trench foot, atau
frosbite
c. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan)
menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan teijadinya
kecelakaan
d. Penurunan tekanan udara (dekompresi) yang mendadak dapat
menyebabkan caisson disease
e. Radiasi dari sinar Rontgen atau radio aktif menyebabkan pen yakit-
penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya
2. Golongan kimiawi
a. Gas yang menyebabkan keracunan, misalnya:CO, HCN,H2S. SO2
b. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logatn
berat
4. Golongan fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak
sesuai.
81
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan karena pekerjaan yang tidak
cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun
karena upah imbalan yang terlalu sedikit upah sehingga tenaga pikirannya
tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usaha-usaha pribadi
untuk menambah penghasilannya.
82
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. KESELAMATAN KERJA
Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
Tujuan keselamatan kerja
1. melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahtraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja
3. sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Lebih jauh lagi system ini dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat
sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-
bahan dari proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan
masyarakat luas dari bahayabahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk industri.
83
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
84
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
85
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
e. Amputasi
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
a. Kepala
b. Leber
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
86
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
6.ERGONOMI
A. Pengertian
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu : Ergos = kerja
dan Nomos = hukum alam (Natural Law).
Sutalaksana menyebutkan Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia ,
sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan
dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi
kepada manusia.
Menurut DEPKES RI, Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Sedangkan menurut Eko Nurmianto ergonomi adalah studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi,psikologi,enginerring manajemen dan desain atau perancangan.
Dan ergonomi menurut Manuaba adalah satu ilmu, teknologi dan seni yang
berusaha menyerasikan alat kerja/mesin, cara kerja dan lingkungan terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia dengan sasaran tercapainya kondisi
kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien demi tercapainya
produktivitas yang setinggi-tingginya.
Di berbagai Negara tidak menggunakan istilah ergonomi , misalnya di
Negaranegara Skandinavia menggunakan istilah " Bioteknologi ". Sedangkan di
Negaranegara lain seperti Amerika Utara menggunakan istilah "Human Factors
Enginerring ".
Meskipun istilah ergonomi di berbagai Negara berbeda-beda namun
mempunyai misi yang sama yaitu:
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang
menggunakan.
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok,
maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya Iebih efisien. Hasil suatu proses
kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.
87
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
C. Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, Inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan
demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara Obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain
D. Prinsip Ergonomi
Beberapa prinsip ergonomi di bawah ini antara lain dapat digunakan sebagai
pegangan dalam program kesehatan kerja :
a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk,
cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuataan dsb)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar, serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut
dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil, misalnya:
tempat duduk yang dapat dinaik-turunkan, dan dimajukan atau diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-
alat kerja adalah sebagai berikut:
Berdiri : Tinggi badan
Tinggi bahu
Tinggi siku
Tinggi pinggul
Panjang lengan
Duduk : tinggi duduk
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah dan tangan
Jarak lekuk lutut
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5 -10cm di
bawah tinggi siku.
e. Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedang
dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan
otot perut tidak lemas.
88
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1) Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
Laki-laki dewasa 40 kg
Wanita dewasa 15-20 kg
Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
Wanita (16-18 th) 12-15 kg
2) Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun -
Frekuensi pergerakan diminimalisasi
Jarak mengangkat beban dikurangi
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat
tidak terlalu tinggi.
89
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
F. Manfaat Ergonomi
Bagi ilmu Ergonomi diterapkan secara tepat pada perusahaan, akan
menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1) Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan,
keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2) Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
3) Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya menusia melalui peningkatan
ketrampilan yang diperlukan.
4) Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
5) Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Bila kelima kondisi tersebut di atas benar-benar dapat tercapai, maka elisiensi
dan produktivitas tenaga kerja perusahaan akan meningkat. Paling tidak dengan
situasi dan kondisi yang nyaman baik secara fisik maupun psikis, pekerja akan dapat
bekerja dengan baik dan memberikan basil yang optimal yang memaaskan
perusahaan.
90
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
2) Faktor situasional.
Faktor ini datang dari luar si pekerja dan hampi -r sepenuhnya dapat diatur dan
diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga disebut juga faktor-faktor
manajemen, yang antara lain :
a. Faktor sosial dan keorganisasian seperti karakteristik perusahan, pendidikan
dan latihan, pengawasan, pengupahan dan lingkungan sosial.
b. Faktor fisik antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan kerja, metode
kerja.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kerja
bukannya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tersebut,
tetapi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadang-
kadang mengikuti suatu mekanisme yang sangat kompleks. Dengan demikian
pimpinan perusahaan harus dapat mengatur semua faktor-faktor tersebut sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan menjalinnya dengan faktor-faktor dari pekerja
untuk menciptakan keberhasilan yang maksimal.
3. Perencanaan
Merupakan proses mental, operator berfikir untuk mengambil tindakan yang
akan diambil selanjutnya. Kelambatan ini terjadi karena tenaga kerja masih
perlu proses berfikir lebih lama, ini biasanya terjadi pada tenaga kerja baru.
91
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
9.PNEUMOKONIOSIS
A. PENGERTIAN
Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh debu-debu
dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu yang ditimbun, maka nama penyakitpun
berlainan. Beberapa jenis pneumokoniasis antara lain :
1. Silicosis disebabkan oleh SiO 2 bebas.
2. Anthracosis disebabkan oleh debu-debu arang batu.
3. Asbesitosis disebabkan oleh debu asbes.
4. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas.
5. Berryliosis disebabkan oleh debu Be.
6. Stannosis disebabkan oleh debu biji timah putih (SnO2)
7. Siderosis disebabkan oleh debu mengandung Fe203
8. Talkosis disebabkan oleh debu talk.
B. DIAGNOSA PNEUMOKONIASIS
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan di sini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya
dan menyebabkan pneumoconiases, misalnya pernah atau sedang bekerja di
pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala klinis berbeda-beda
tergantung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam paru-paru.
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum,
berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran Ro paru-paru
menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik noduler, ataupun lain-lainnya.
Pemerikasaan tempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi
sebab penyakit pneumokoniasis. Bila pemerikasaan akan diteruskan dengan biopsi
paru-paru, maka paru-paru harus menunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi
daripada kadar yang biasa.
D. SILICOSIS
Silicosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica bebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica
bebas berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis.
Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang
menghasilkan batu-batu untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan
keramik, di tambang timah putih, di tambang besi, di tambang batu Kara, di
92
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
perusahaan tempat menggurinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam proses
"sandblasting", dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut selalu mungkin terdapat
pada pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari banyaknya debu
dan kadar silica bebas di dalam debu tersebut. Makin banyak silica bebas yang
dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek masa inkubasi penyakit silicosis.
Silicosis digolongkan menurut tingkat sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat
pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-masing disebut pula tingkat ringan, sedang,
dan berat.
a. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnoea) ketika bekerja, mula-mula ringan,
kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian, dyspnoea
merupakan tanda terpenting.
Batuk-batuk mungkin sudah terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya
kering, tidak berdahak.
Keadaan umum penderita masih baik.
Gejala-gejala klinis paru-paru sangat sedikit.
Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau tidak sama sekali.
Suara pernafasan dalam batas normal.
Biasanya gangguan kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada.
Mungkin pada pekerja berusia lanjut didapati hyperresonansi oleh karena
emphysema.
Gambaran rontgen menunjukkan bayangan noduli yang terpisah, bundar
dan paling besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat pada
sebagian lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang penting
adalah terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang noduli
tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya emphysema.
93
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
tidak menempatkan seorang calom pekerja yang pernah sakit demikian di tempat
kerja yang banyak debu. Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru, bronchitis
kronik, asthma bronchiale, dan lain-lain merupakan alasan kuat menolak para calon
untuk bekerja yang menghadapi silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan
untuk menemukan penderita-penderita silicosis sedini mungkin, yang kemudian
dapat segera dipindahkan pekerjaan agar cacat dapat dicegah.
94
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
E. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun.
Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu anthracosis murni,
silicoanthracosis, dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat
menjadi berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi emphysema.
Pada tuberculosilicoanthracosis, selain terdapat kelainan paru-paru oleh debu yang
mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa yang menyerang
paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan silicosis
murni.
Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun.
Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun roentgen paru
menunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol
hanyalah sesak nafas. Seringkali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala
tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi
bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant
terdapat di dasar paru, sedangkan pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar,
apabila penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara
berkala memperlihatkan hasil-hasil terus meninggi. Gambaran klinis berakhir dengan
kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai
bersentuhan dengan permukaan.
Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat
mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
Membasahi permukaan arang batu dengan air.
Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah peledakan.
Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas umurnya sesuai
dengan effisiensi masker tersebut .
Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
Pemeriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.
F. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah
debu asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat , tapi yang terpenting adalah
magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut adalah
pengolahan asbes, penenunan dan pemintalan ashes, reparasi tekstil yang terbuat dari
asbes, dan lain-lain penggunaan asbes untuk keperluan pembangunan.
95
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk noduli yang terpisah satu dengan
yang lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan disertai penebalan pleura
dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk ke dalam paru-paru
mengalami perubahan menjadi "badan-badan asbestos" oleh pengendapan-
pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes tersebut, badan-badan ini pada
pemeriksaan mikroskopis berupa batang dengan panjang sampai 200 mikron.
Gejala-gejala asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan
dahak. Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan asbestos yang
barn mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat dalam kelompok-kelompok.
Kelainan radiologis lambat terlihat, sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu
tampak. Gambaran roentgen pada permulaan sakit menunjukkan gambaran "ground
glass appearance" atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batas-batas
jantung dan diafragma tidaklah jelas.
Cara pencegahan asbesitosis antara lain dengan usaha-usaha :
Menurunkan kadar debu di udara.
Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi
setempat atau pompa keluar setempat.
Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak bertugas tidak
boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-alat
perlindungan diri secukupnya.
Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu asbes, is
hams
memakai alat pernafasan yang memungkinkannya bernafas udara segar.
Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan hampa
udara.
Pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya penyakit kepada
pekerja.
G. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama bertalian
erat dengan pekerjaan karding dan blowing, tapi terdapat pula pada pekerjaan -
pekerjaan lainya, bahkan dari permulaan proses, yaitu pembuangan biji kapas,
sampai pada proses terakhir yaitu penenunan. Masa inkubasi rata-rata terpendek
adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja pada karding dan blowing. Bagi para pekerja
lainya masa inkubasi ini lebih dari 5 tahun. penyebab yang sesungguhnya mengapa
debu kapas meninbulkan byssinosis belum jelas, oleh karena itu terdapat dugaan
sebagai berikut :
1. Efek mekanis debu kapas yang dihirup ke dalam paru-paru.
2. Akibat pengaruh endotoksin bakteri-bakteri ke alat pernafasan.
3. Merupakan gambaran reaksi alergi dari pekerja pada debu kapas.
96
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
H. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium.
Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam, oksida, dan fluorida
menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah debu
silikat dari seng, berrylium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis
terlambat atau kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica.
Gejala-gejalanya adalah berat badan menurut sangat cepat dan disertai
keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak dahak bukan merupakan gejala terpenting
pada riwayat penyakit berryliosis. Pemeriksaan klinis biasanya tidak menunjukkan
kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar suara-suara tambahan
pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen memperlihatkan
bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang terpisah-pisah
serta tersebar.
Usaha-usaha preventif dimaksudkan untuk menurukan kadar debu di udara
hingga kurang dari 2 mikrogram/m 3 udara_ Pekerja-pekerja diberi alat perlindungan,
antara lain pakaian untuk bekerja. Pekerja harus dibiasakan mandi sebelum pulang
dan mencuci tangan sebelum makan di kantin perusahaan. Selain itu untuk menjaga
masyarakat sekitar suatu perusahaan, debu dari perusahaan tidak boleh mengotori
lingkungan sekitarnya.
Para pekerja yang menghadapi bahaya debu tersebut harus diperiksa secara
berkala oleh dokter perusahaan dan dicari gejala-gejala yang mungkin timbul.
97
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
I. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalah debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja yang
J. SIDEROSIS
Debu yang mengandung persenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Siderosis terdapat pada
pekerja-pekerja yang menghirup debu dari pengolahan bijih besi. Biasanya pada
siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula
cacat paru.
K. TALKOSIS
Talkosis adalah pneumokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral,
jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis
peribronchial dan perivaskuler. Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla
emphysema dan fibrosis.
L. DERMATOSIS
98
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Kapan , bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya
yang ada, kejadian sama pada pekerja lain , pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran, kebiasaan lain (merokok, alkohol).
Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerja.
3. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja.
Waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat gejala
berkurang/hilang.
Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
Informasi tentang ini dapar ditanyakan dalam anamnesis atau data dari
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter dengan catatan
Gejala dan tanda mungkin tidak spesifik.
Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnosis klinik
Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
misal pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-pembacaan
standar ILO)
pemeriksaan audiometri
pemeriksaan basil metabolit dalam darah /urin.
6. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan yang
memerlukan :
Kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
Kemampuan mengevaluasi factor fisik/ kimia berdasarkan data yang ada
Pengenalan langsung cara / sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan.
7. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain
Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinik,
kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama.
Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan
dengan kompensasi).
99
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
100
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. Patch Test
"Patch test' adalah cara uji klinis untuk menentukan apakah suatu bahan kimia
bersifat sensitizer atau tidak. Terdapat banyak cara untuk melakukan `patch test'
tersebut. Patch test dapat digunakan sebagai alat diagnostik ataupun preventif.
Sebagai alat diagnostik, bahan dalam 'konsentrasi sangat rendah dibiarkan kontak
dengan kulit dan ditutup dengan plester atau gasverband dan plester. Bila penderita
peka timbullah tanda kelainan di kulit. Sebagai alat preventif dimaksudkan untuk
menguji suatu bahan yang akan diproduksi oleh suatu industri, apakah bahan tersebut
bersifat sensitizer atau tidak. Cara ini popular dalam perusahaan yang menghasilkan
bahan-bahan pakaian sintetis. Untuk maksud tersebut bahan dalam kadar rendah
dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester untuk kira-kira 5 hari. Lalu
plesternya dibuka dan bahannya dibersihkan sekali. Biarkan dahulu untuk waktu 10
hari. Kemudian bahan yang sama dikontakkan pula di kulit. Bila reaksi timbul,
berarti bahan itu sensitizer dan biasanya tidak dijual kepada umum.
Seperti dinyatakan diatas patch test preventif ini sangatlah penting untuk
menentukan apakah bahan pakaian sintetis dapat atau tidak dipakai oleh umum.
Diagnosa dermatosis akibat kerja kadang sulit dibedakan dengan reaksi
dermatophytide yaitu reaksi alergi terhadap infeksi jamur kronis yang biasanya
tempat infeksi di sela-sela jari kaki oleh karena itu perlu dilakukan uji klinis. Dan
juga faktor psikis kadang-kadang menyulitkan bahwa kelainan kulit itu adalah
dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan kulit yang latar belakangnya penyakit
psikosomatik.
101
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
e. Lesi-lesi Mikrotraumatik
Disebabkan oleh serat-serat mineral alami atau buatan manusia (gelas
atau silikat lain), dan ditandai dengan papula-papula kecil keputihan atau
kemerahan pada tempat-tempat terpapar, khususnya lengan.
f. Kanker kulit akibat kerja
Merupakan karsinoma sel skuamosa atau sel basal, jarang tipe lain.
Tidak berbada dengan tumor-tumor serupa non-okupasional. Pemeriksaan
histologis bermanfaat dalam menentukan tipe tumor, dan dapat memberi
petunjuk tentang etiologinya. Tumor akibat kerja cenderung terjadi pada
permukaan kulit yang paling terpapar terhadap karsinogen, dan timbul dari
lesi-lesi prekanker (hiperkeratosis, papilomatosis).
102
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
E.Sumber Belajar :
1. Suma'mur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta
2. Suma'mur. 1987. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Gunung
Agung Jakarta
3. Darmanto D. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Gramedia. Jakarta
4. WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit akibat kerja. EGC. Jakarta
5. Harrington & Gill. 2005. Kesehatan Kerja. EGC. Jakarta
6. Dainur, dr, 1992, Materi-materi pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, III, Widya
Medika, Jakarta, 71-78
7. Entjang, Indan, dr, 1974, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000
103
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 5
KESEHATAN LINGKUNGAN
1. RUMAH SEHAT
Rumah adalah pusat kehidupan keluarga. Bentuk, macam dan keadaan rumah
akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Rumah yang mempunyai syarat -syarat
kesehatan justru akan merugikan kesehatan orang yang bersangkutan.
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian
penyakit dalam masyarakat (Entjang Indan, 2000).
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:
1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan.
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit.
104
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
105
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Cahaya harus cukup karena merupakan salah satu syarat rumah sehat, tidak
kurang tidak terlalu banyak. Cahaya yang kurang merupakan media yang balk
untuk hidup dan berkambangnya bibit penyakit. Cahaya yang berlebih akan
menyebabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya dibedakan menjadi 2 ,
yaitu cahaya alamiah oleh matahari, sekurang-kurangnya 15 — 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Jalan masuknya cahaya alamiah
106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
juga diusahakan dengan genteng kaca. Dan cahaya buatan yaitu dengna sumber
cahaya yang bukan dari matahari, seperti lampu minyak, listrik, api dan
sebagainya.
4. Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
Luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubalan. Hal ini tidak sehat, sebab kurangnya konsumsi 0 2
juga bial salah satu anggota keluarga menderita penyakit infeksi, akan
memudahkan penularan kepada anggota keluarga lainnya. Luas bangunan yang
optimum adalah 2.5 — 3 m2 untuk tiap anggota keluarga.
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tanpa air
tidak ada kehidupan di bumi. Demikian pentingnya air diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Sehingga penggunaanya harus efisien dan
tepat guna.
Penyediaan air bersih masih menghadapi berbagai masalah yang komplek,
mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran dan sikap masyarakat.
Pengelolaan air bersih ini berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat
pesat maupun perkembangan wilayah industri yang cepat. Masyarakat (rumah
tangga) dan industri di perkotaan inilah yang termasuk boros dalam pemanfaatan air.
A. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui berbagai upaya penyediaan air rumah tangga yang baik
dan tepat guna.
Tujuan khusus
Untuk mengetahui syarat-syarat air barsih dan sehat.
107
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Penyakit -
penyakit yang sering menular dengan perantaraan air adalah
108
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
b. Sumber air
a. Air dalam tanah
Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah yang
dalam.
Misalnya air sumur,air dari mata air.
Air sumur dibagi menjadi 2 : - Air sumur dangkal
- Air sumur dalam
Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air
berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal. Dalamnya
lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain berbeda-beda.biasanya berkisar antara 5 sampai 15 meter
dari permukaan tanah.air sumur pompa dangkal ini belum begitu
sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih
ada.oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari
permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu,
sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui proses
pengolahan ).
109
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air
hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat
dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
didalamnya.
Pengelolaan air minum
a. Pengelolaan secara alamiah
Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari
air yang diperoleh dari berbagai sumber yang disiarkan untuk
beberapa test ditempatnya kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-
zat yang terdapat di dalam air dan akhirnya terbentuk endapan.
b. Pengelolaan air dengan menyaring
Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM
(perusahaan air minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
c. Pengelolaan air dengan menambah zat kimia
Ada 2 macam yakni :
Zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya
mempercepat pengendapan misalnya tawas.
Zat kimia yang berfungsi untuk mencuci (membunuh bibit
penyakit yang ada dalam air) misalnya Chlor.
110
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
KEBIJAKSANAAN
Adapun tujuan tersebut dapat dicapai bila ada kebijaksanaan dari pemerintah, yaitu
sebagai berikut:
a. didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai.
b. Pengamanan khusus kaulitas air oleh pemerintah.
c. Perhatian khusus ditujukan kepada masyarakat yang mempunyai kualitas air
rendah, yaitu : penduduk yang berpenghasilan rendah, daerah rawan air
bersih, daerah yang tinggi angka kejadian penyakit yang ditularkan melalui
air kumuh perkotaan dan daerah pedesaan daerah terpencil, kelompok
masyarakat asing didaerah transmigrasi, pemukiman baru dan daerah tujuan
wisata.
111
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
112
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
PENGEMBANGAN METODE
Bertujuan untuk mendapatkan dan mengembangkan metode yang lebih sesuai
dengan perkembangan teknologi dan kondisi setempat yang meliputi:
Pemeriksaan air
Inspeksi sanitasi
Desain perbaikan kualitas air
Media penyuluhan
Pendekatan masyarakat
Pengembangan dan pemantapan informasi penyehatan air
Pada tahun 1996 menurut BPS (dalam Statistik Kesra 1996), persentase Rumah
Tangga Indonesia yang menggunakan leher angsa sebagai sarana pembuangan
kotoran sebanyak 33,34. Keadaan tahun 1996, terlihat hampir tidak ada perubahan
persentase penggunaan sarana yang dianggap memenuhi syarat baik di Wilayah
Perkotaan maupun wilayah Pedesaan.
Pada tahun 1996 Propinsi yang paling rendah menggunakan sarana pembuangan
kotoran jenis leher angsa adalah Timor Timur (11,01), Nusa Tenggara Timur
(11,10%) dan Irian Jaya (15,33%), Sedangkan yang tertinggi adalah DKI Jakarta
(80,40%), DI Yogyakarta (54,18%) dan Sulawesi Utara (50,96%).
113
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Dalam kaitan sarana pembuangan kotoran manusia, hubungan yang paling mendasar
dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan kotoran yang
digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan mencemari
lingkungan sekitar dan sekaligus meningkatkan risiko penularan penyakit terhadap
masyarakat. Pada tahun 1996, menurut BPS (dalam Statistik Kesra 1996), persentase
rumah tangga (RT) yang menggunakan sarana pembuangan kotoran dengan
dilengkapi fasilitas penampungan kotoran yang memenuhi syarat (1'angki
Septick)ymasih rendah
yaitu sebesar 30,55% sisanya menggunakan jenis penampungan kotoran yang tidak
memenuhi syarat meliputi Kolam/sawah 6,26%, Sungai/Danau 23,12%, Lobang
Tanah 25,80% Pantai/Tanah Terbuka 5,14% dan Lain-lain 9,14%.
Pada tahun 1996 persentase rumah tangga yang paling rendah menggunakan
fasilitas penampungan kotoran yang memenuhi syarat (Tangki Septick) adalah
Nusa Tenggara Timur (11%), Timor Timur (12,58%), Kalimantan Tengah (19,22%)
dan Lampung (19,31%), Sedangkan yang tertinggi adalah DKI Jakarta (80,43%),
Bali (55,5%) dan DI Yogyakarta (46,55%) .
114
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
115
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
5. Septic tank
Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang
dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, diman
tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tanki ini
tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut mengalami 2
proses, yakni :
a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60%-70%)
zatzat padat akan mengendap didalam tanki sebagai "sludge ". Zat-zat
yang tidak dapat hancur bersama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam
tanki tersebut. Lapisan ini disebut "scum" yang berfungsi
mempertahankan seuasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat
tumbuh subur, yang berfungsi pada proses berikutnya.
b. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob
dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic alam sludge dan
scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga
pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak
cepat penuh. Kemudian cairan "enfluent" sudah tidak mengandung
bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan
enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk kedalam
tempat perembesan.
116
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Sejarah
Toilet umum Romawi kuno
Toilet telah digunakan sejak awal masa sejarah. Pada abad ke-25 SM, masyarakat
Harappa di India memiliki toilet di setiap rumah yang dihubungkan dengan saluran
air dari batu bata. Toilet juga ditemukan pada peradaban Mesir dan Tiongkok kuno.
Di peradaban Romawi, toilet kadang merupakan bagian dari tempat mandi umum.
Penemuan toilet dengan fasilitas penyiraman diyakini dilakukan oleh Sir John
Harington pada tahun 1596, walaupun penggunaannya secara umum baru
berkembang setelah berbagai perbaikan atas temuan tersebut pada zaman Victoria di
Inggris
Macam-macam toilet
Terdapat berbagai jenis toilet di seluruh dunia. Kloset duduk (kloset yang digunak an
dengan cara mendudukinya untuk buang air besar) yang memiliki fasilitas untuk
menyiram buangan setelah digunakan adalah jenis toilet yang paling umum di Barat,
sedangkan kloset jongkok (kloset yang digunakan dengan cara berjongkok di atasnya
untuk buang air besar) cukup lazim di Asia Tenggara, Asia Timur (Tiongkok dan
Jean ), India, serta masih dapat dijumpai pada toilet umum di Eropa selatan dan
timur (termasuk sebagian Perancis, Yunani, Italia, negara-negara Balkan, dan negara
bekas Uni Soviet).
117
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Terdapat pula beberapa cara untuk membersihkan diri setelah menggunakan toilet.
Hal ini bergantung pada norma dan adat setempat maupun sumber daya yang ada. Di
Asia, air digunakan untuk keperluan tersebut, dan biasanya dengan menggunakan
tangan kiri. Di Barat, yang lazim digunakan adalah kertas toilet, dapat juga dengan
menggunakan perlengkapan lain mirip toilet yang disebut bidet.
Ruangan toilet kadang dirancang khusus untuk memudahkan orang cacat. Biasanya
toilet semacam itu cukup luas untuk dapat dimasuki dengan berkursi roda dan pada
dindingnya sering terdapat pegangan yang dapat membantu pengguna toilet
menempatkan
Toilet rumah
Di negara maju, hampir semua tempat tinggal memiliki paling sedikit sebuah toilet.
Toilet di tempat tinggal pribadi umumnya tidak dipisahkan menurut jenis kelamin.
Toilet dapat berada satu ruangan dengan tempat mandi, dapat pula tidak. Di India
baru-baru ini disarankan agar semua politisi wajib memiliki toilet.
Toilet umum
118
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Fasilitas umum biasanya menyediakan toilet yang dapat digunakan umum. Biasanya
toilet umum semacam itu terdiri atas kamar-kamar toilet dengan fasilitas cuci tangan
di tempat terpisah. Toilet umum biasanya dipisahkan (yaitu berbeda ruangan) sesuai
jenis kelamin penggunanya, yaitu toilet pria dan toilet wanita. Tempat cuci tangan
dapat pula tersedia bagi kedua jenis kelamin. Toilet umum pria biasanya memiliki
tempat buang air kecil terpisah, dapat berupa urinoar berdesain khusus yang melekat
pada dinding untuk digunakan satu orang ataupun berupa bak atau selokan yang selalu
dialiri air untuk digunakan lebih dari satu orang. Urinoar yang melekat pada dinding
biasanya diberi sekat satu sama lain untuk menjaga privasi penggunanya.
Toilet umum di luar ruangan (di tepi jalan, di sekitar taman, dan sebagainya) bisa
disebut sebagai perabot jalan. Toilet umum semacam ini biasanya dapat digunakan
kedua jenis kelamin, berbentuk kotak yang dapat memiliki peralatan sederhana dan
tidak bersaluran air maupun lebih mewah dan dapat membersihkan diri sendiri
setelah digunakan.
Ada pula toilet umum yang dapat dipindahkan sehingga bisa ditempatkan bilamana
dan di mana diperlukan, misalnya pada suatu konser musik di tempat terbuka.
Toilet umum juga dapat berada dalam kendaraan umum. Biasanya terdapat toilet
dalam pesawat terbang, kereta, kapal laut, dan Bering pula pada bus dan kapal feri
jarak jauh, namun tidak dalam angkutan dalam kota seperti kereta bawah tanah, trem,
dan bus kota.
Toilet umum dapat memungut bayaran dari penggunanya. Pembayaran tersebut dapat
dilakukan dengan:
Meletakkan uang pada tempat terbuka yang tidak dijaga,
Memasukkan uang ke dalam kotak terkunci berlubang kecil seperti tabungan,
Memasukkan uang melalui lubang khusus di sekitar pintu toilet; pintu toilet
hanya dapat dibuka bila uang sudah dimasukkan,
Memberikan uang kepada penjaga toilet (yang kadang juga bertanggung jawab
sebagai petugas kebersihan toilet).
4. SAMPAH
Pengertian Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber basil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Adapun
sumbersumber sampah meliputi:
1. Rumah Tangga
2. Pertanian
119
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Perkantoran
4. Perusahaan
5. Rumah Sakit
6. Pasar dll.
Kategori Sampah
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Sampah Anorganik/kering Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll
yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.
2. Sampah organik/basah Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,
rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara
alami.
3. Sampah bcrbahaya contoh : Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll
Permasalahan Sampah
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan
akan dapat mengakibatkan :
1. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus
2. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
3. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau
didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang. Dan industri-industri harus mendesain
ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut.
Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Cara-cara pengelolaan sampah
meliputi:
1. Daur-ulang
2. Pcngkomposan
3. Pengurugan sampah
120
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai.
a. Penumpukan
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya
penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber
penyakit dana badanbadan air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan meerupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk
yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus
diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan
kebakaran. -
121
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Pemanfaatan Sampah
5.LIMBAH
Pengertian limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkunean karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anoreanik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, yaitu:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
5. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
6. Volume limbah
7. Kandungan bahan pencemar
8. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah
Limbah cair
Macam - macam limbah cair
1. Rumah tangga (domestik)
2. Industri
3. Pertanian
Limbah domestik
Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah
jenis ini sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological oxygen demand),
122
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
COD (chemical oxygen demand) dan kandungan organik sistem pasokan air. Metoda
dasar penanganan limbah domestik pada dasarnya terdiri dari tiga tahap:
(1) Pengolahan dasar (primary treatment), yang meliputi pembersihan grit,
penyaringan, penggilingan dan sedimentasi,
(2) Pengolahan kedua (secondary treatment) menyertakan proses oksidasi larutan
materi organik melalui media lumpur yang secara biologis aktif, dan kemudian
disaring,
(3) Penanganan tersier, di mana metode biologis canggih diterapkan untuk
menghilangkan nitrogen, di samping metode kimia maupun fisika seperti
penyaringan granular dan absorbsi karbon.
Limbah Industri
Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Limbah
jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COO maupun
kandungan organiknya, tetapi juga mengubah struktur kimia air akibat masuknya zat-
zat anorganik yang mencemari. Penanganan limbah ini diiakukan dengan cara
memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan
atau badan air, dan penanganan sistem pembuangan limbah domestik itusendiri.
Limbah pertanian
Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk
(umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur pencemar ini
meliputi balk sedimen dari erosi lahan tanaman perkebunan maupun larutan fosfor
dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbah hewani Berta pupuk, Pengendalian dapat
dilakukan dengan membuat penampungan di samping melakukan penanganan baik
dalam kolam terbuka maupun tertutup, dan sistem pemupukan dan pemberantasan
hamalpenyakit dengan komposisi yang tepat.
Industri primer pengolahan basil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp
dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah
memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian,
123
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar
teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
Iingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang
telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan secara fisika
2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama
untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
124
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
125
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
126
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi
sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah
yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di
atas dapat dijadikan sebagai acuan. [DAW]
128
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
6. BAHAYA RADIASI
129
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Reaksi luka permukaan yang dangkal dapat timbul segera atau setelah beberapa
lama. Reaksi yang segera timbul dapat menyerupai luka bakar. Dosisi maksimal
untuk kulit yang masih dapat diberikan tidak diketahui, tetapi bagi para pekerja yang
setiap harinya berhubungan dengan sinar X diperkirakan dosisinya kurang dari 1R
per hari. Radiasi sinar X yang berlangsung lama (kronis) atau bertahuntahun telah
terbukti dapat menimbulkan karsinoma kulit.
130
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Bila ternyata dengan jarak dan waktu tidak mencukupi, maka dipakai cara ke tiga
dibawah ini:
Perisai
Perisai ini sibuat dari timbale beton.
Ada 2 jenis perisai yaitu:
a. Perisai Primer: memberi proteksi terhadap radiasi primer (berkas sinar
guna).
Tempat tabung sinar X dan kaca timbul pada tabir fluoroskopi merupakan
perisai primer.
b. Perisai Sekunder: memberi proteksi terhadap radiasi sekunder (sinar bocor
dan hambur).
Tabir sarat timbul pada tabir fluoroskopi, pakaian proteksi, kursi
fluoroskopi dan perisai yang dapat dipindahkan, merupakan perisai
sekunder.
PROTEKSI RADIASI
1. Proteksi Pasien Terhadap Radiasi Perlu Dlperhatikan
a. Pemeriksaan sinar X hanya atas peemintaan seorang dokter.
b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya
tembusnya lebih kuat.
131
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
d. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek, sehubungan dengan ini berlaku
hukum kuadrat terbalik yaitu intensitas sinar X berbanding terbalik
dengan jarak pangkat dua.
Jarak focus kulit pada:
Sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm
Radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm.
e. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan
memperhunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar
tembus).
f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Contohnya: pada pemeriksaan sinar tembus pada salah satu bagian tubuh
tidak boleh melebihi 5 menit.
g. Alat-alat kelamin dilindungi sebisanya.
h. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa
radiology.
132
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
E.SUMBER BELAJAR
1. Slamet Riyadi. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Usaha nasional.
Surbaya
2. Azrul Azwar. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber
Widya,Jakarta
3. Yuli Soemirat S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Uni Press.
Yogyakarta
4. IKM, dr. Indan Entjang, PT. Citra Aditya Bakti, 2000. Bandung, 118-119.
5. http://.id.wikipedia.org/wc
6. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat
prinsipprinsip dasar. Rieneka cipta. Jakarta
7. http://impalaunibraw.or.id/menu/more.php?id=43 0 1 0 M
8. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/i
s i_5.htm
9. Nur Hidayati 2004http://www. wal hi.or.
id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/
10. http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/050722
tpstbojong_lf/Erwin Usman2005
11. http://www.suarapembaruan.com/News/2004/07/20/Jabotabe/jab0l .htm
12. http://www jala-sampah.or.id/
133
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
13. http://id.wikipedia.org/wiki/Sampan
14. http://72.14.235.104/search?q=cache:LtSV5cLm4ZIJ:www.tlitb.org/artikel.p
h p%3Fid%3D7%26jenis%3D2+sampah&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=21
&ie=U TF-8
15. http://www.brawijaya.ac.id/main/news/id/eventldetail.php?id=126
16. http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual library/mlg warintek/ristek-pdii-
Iipi/Data/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/piwp/kelola sampah.pdf.
17. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/17/Jabar/1565156.htm
18. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/ 13/0804.htm
19. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
20. Suma'mur, 1993, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Haji
Massagung, Jakarta, 103-105, 224-226
134
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
LBM 6
135
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
136
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
137
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
138
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Bahwa data itu penting bagi kehidupan manusia itu jelas karena data
merupakan proses hasil pengematan atau observasi yang kemudian menjadi
pengetahuan. Data dapat digunakan untuk berbagai keperluan yaitu :
Pengetahuan (knowledge)
Perkiraan (estimate)
Pertimbangan (judgement)
Keputusan (decision)
139
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
140
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
observasi yang dilakukan sendiri, bukan data hasil karya orang lain.
Data eksternal
Data eksternal adalah data hasil observasi orang lain. Seseorang
boleh saja menggunakan data untuk suatu keperluan, meskipun data
tersebut basil kerja orng lain. Data ekstermal terdiri dari 2 jenis
yaitu :
o Data eksternal primer
Data eksternal primer adalah data dalam bentuk ucapan lisan
atau tulisan dari pemiliknya sendiri, yakni orang yang
melakukan observasi sendiri.
o Data eksternal sekunder
Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari
orang lain yang melakukan observasi melainkan melalui
seseorang atau sejumlah orang lain.
141
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
9. Apa saja sumber data yang dapat diolah menjadi informasi kesehatan
masyarakat ?
142
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
143
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
144
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
145
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
tugas pokok staf, dan dengan togas ini seorang pimpinan akan
mempunyai pedoman supervisi, dan menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
2. rganizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi. Atas dasar pengertian tersebut fungsi pengorganisasian juga
meliputi proses mengintegrasikan semua sumber daya . yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating)
atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada
staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-
tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan
dukungan sumber daya yang tersedia. Kejelasan komunikasi,
pengembangan motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif akan
sangat membantu suksesnya manajer melaksanakan fungsi manajemen
ini.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi manajemen ini membutuhkan
perumusan standar kinerja staf (standar performance sesuai dengan
prosedur tetap). Menetapkan standar merupakan bagian dari fungsi
perencanaan. Standar digunakan oleh manajer untuk menilai basil
kegiatan staf atau unit kerja. Jika ditemukan penyimpangan, fungsi
pengawasan manajerial harus mampu melakukan koreksi terhadap
penyimpangan yang telah terjadi.
Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental, dan
sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh sistem kesehatan adalah
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya.
146
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
147
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
148
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
149
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
150
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
1. SISTEM
Definisi Sistem
Sebagaimana istilah Sistem informasi Manajemen/SIM, sistem juga
telah didefinisikan oleh para ahli dalam berbagai cara yang berbeda.
Perbedam tersebut terjadi karena perbedaan cara pandang dan lingkup
sistem yang ditinjau.
151
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Jenis Sistem
Tinjauan tentang suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara,
yaitu:
1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem fisis (physical Systems)
dan sistern abstrak (abstract systems)
152
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
153
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
2. INFORMASI
Unit Penyimpan
154
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Faktor Informasi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu informasi adalah
meliputi fungsi, biaya, nilai, clan mutu informasi.
Fungsi Informasi
Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
mendukung proses pengambilan keputusan.
Mengurangi ketidakpastian
Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang
akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari
keraguan pada saat pengambilan keputusan.
Mengurangi resiko kegagalan
Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan
terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan
terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan
keputusan yang tepat.
Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak
diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.
Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, clan keputusan-
keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.
Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan
keputusan yang lebih terarah untu'k mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasar informasi yang
diperoleh.
Biaya Informasi
155
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Nilai Informasi
156
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
157
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
6. Kejelasan (claim)
Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaart nilai
informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format
informasi. Dibandingkan dengan bentuk teks atau deskriptif,
informasi dalam. bentuk tabel atau, grafik banyak menjadi pilihan,
karena dapat dibaca dan dipahami dengan lebih mudah. Hal ini
memerlukan analisis kebutuhan bentuk dan format informasi yang
diperlukan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perancangan
output yang tepat. Penggunaart sistem kornputer akan mernbantu.
memenuhi kebutuhan tersebut, karena kemampuan teknologi
kornputer yang berkembang saat ini telah memungkinkan untuk
menampilkan informasidalam berbagai macarn bentuk dan format
secara mudah, termasuk tabel dan grafts.
7. Fleksibilitas/keluwesannya
Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fieksibilitas
tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para
manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan. Fleksibilitas
informasi berhubungan dengan bentuk dan format tampilan
informasi. Perubahan be-ntuk dan format tampilan informasi dapat
dilakukan dengan mudah dengan memanfaatkan kornputer.
8. Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung pada
validitas data sumber yang diolah.
9. Tidak ada prasangka
Nilai informasi semakin sempurna. apabila informasi tersebut tidak
meniinbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.
Kesalahan tersebut dapat terjacii akibat kesalahan data atau prosedur
pengolahan. Infornasi dapat menimbulkan keraguan jika tidak wajar.
Mutu Informasi
158
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. MANAJEMEN
159
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
3. Perencanaan strategis
Informasi Kesehatan
a. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan
diberbagai jenjang administrasi kesehatan.
b. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan
informasi untuk pengambilan keputusan.
c. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan
secara cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi.
d. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan
pemerolehan data melalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan
160
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
161
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
162
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
Ada dua kelompok data RM, yaitu kelompok data medik dan
kelompok data umum.
1. Data Medik
Data Medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana pelayanan
medis, paramedis, dan ahli kesehatan yang lain. Mereka akan
mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien
dengan menggunakan alat perekam tertentu, baik secara manual maupun
dengan komputer. Jenis rekamannya disebut dengan rekam medik dan
kesehatan. (Buku pedoman catatan medik Seri-7)
Petunjuk teknis rekam medik sudah tersusun tahun 1992 dan diedarkan ke
seluruh jajaran organisasi di Indonesia. Ada dua jenis RM :
b. Isi RM untuk pasien rawat inap, hampir sama dengan isi rekam medik
untuk pasien rawat jalan kecuali beberapa hal seperti : persetujuan
pengobatan / tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan oleh
perawat dan tenaga kesehatan lainnya, catatan observasi klinik, hasil
pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.
2. Data Umum
Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan
mendukung kegiatan kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh
kegiatan di poliklinik adalah kegiatan persalinan, kegiatan radiologi,
kegiatan perawatan, kegiatan pembedahan, kegiatan laboratorium, dan
163
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009
E. SUMBER BELAJAR
1. Budioro, B. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNDIP
2. WHO. Design and Implementation of Health Information System, edited
by Lippeveld, T.
3. Depkes.go.id (SKN)
4. Managemen Kesehatan, AA Gede Muninjaya
5. SIM-RS Boy Sabarguna, Konsorsium Rumah Sakit ISlam
6. Pengantar Epidemiologi, edisi 2, Thomas C. Timreck
7. Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Drs. Moekijat
8. Sistem Informasi Manajemen, Sondang P Siagian
9. Sistem Informasi Manajemen, Edhy Sutanta
164