Anda di halaman 1dari 164

FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

MODUL
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

BUKU AJAR
PEGANGAN DOSEN PEMBIMBING

Disusun oleh:
Dr. H. Tjatur Sembodo, MS(PH)
Dr. H. Joko Wahyu W, M.Kes
Dr. Kristanto
Siti Thomas, SKM, MKes

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2009

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

PENDAHULUAN

SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa


Indonesia secara terpadu dan Baling mendukung guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggitingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya
sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk
masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan tidak
ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja.
Dengan demikian, pada hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus
metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis,
berhasilguna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan
dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Di Indonesia, Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut telah berperanan
besar sebagai acuan dalam penyusunan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
bidang Kesehatan, penyusunan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman
dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Memasuki milenium ke tiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan
tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal, yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional termasuk
pembangunan kesehatan. Dalam konteks eksternal, perubahan dan tantangan strategis
yang terjadi adalah berlangsungnya era globalisasi, perkembangan teknologi,
transportasi, dan telekomunikasi-informasi yang mengarah pada -terbentuknya dunia
tanpa Batas. Globalisasi yang ditandai oleh meningkatnya persaingan bebas,
mengharuskan setiap komponen bangsa meningkatkan daya saing. Sejalan dengan itu
demokratisasi, hak asasi manusia dan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi
tuntutan dunia yang semakin mendesak. Keterikatan Indonesia dengan berbagai
komitmen internasional seperti Millennium Development Goals, Sustainable
Development Principles, World Fit for Children dan agenda-agenda internasional
lainnya di bidang kesehatan, perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi
merupakan salah satu strategi yang ditetapkan untuk mencapai visi Indonesia Sehat
2010 dan misi pembangunan kesehatan.Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan
kebijakan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan tersebut, perlu disusun SKN
barn yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan

2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kesehatan, baik untuk masa kini maupun untuk masa mendatang.


Penyusunan SKN Baru ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 1982
dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat
dipergunakan sebagai landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan
kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten/kota) serta pihakpihak terkait lainnya.
Tersusunnya SKN yang baru, akan mempertegas makna pembangunan
kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas
penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misinya,
memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, meningkatkan
pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan
investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama, distribusi tingkat
kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua, distribusi
ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat.
Ketiga, distribusi pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil
yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari
191 negara anggota WHO yang dinilai.
Karena indikator kinerja SKN menunjuk pada distribusi status kesehatan dan
ketanggapan SKN, maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh sumberdaya
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.
Keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya
data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan.
Supra Sistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan
berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social.
SKN terdiri dari enam subsistem, yakni:
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6. Subsistem Manajemen Kesehatan

Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan


berdaya-guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan
adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Berhasil atau tidaknya pembangunan kesehatan ditentukan oleh manajemen
kesehatan

3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman, yakni cara


berpikir dan bertindak yang logis, sistematis, komprehensif dan holistik dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
Pendekatan kesisteman tersebut menuntut perlunya pemahaman tentang unsur-unsur
sistem serta keterkaitannya satu sama lain,sebagai berikut:
a. Masukan.
Unsur masukan dalam SKN adalah sub sistem kebijakan kesehatan, sub sistem
pembiayaan kesehatan, subsistem sumberdaya manusia kesehatan dan subsistem
obat dan perbekalan kesehatan.
b. Proses.
Unsur proses dalam SKN adalah subsistem upaya kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat, dan subsistem manajemen kesehatan.
c. Keluaran.
Unsur keluaran dalam SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
yang berdaya-guna, bermutu, merata dan berkeadilan.
d. Lingkungan.
Unsur lingkungan dalam SKN adalah berbagai keadaan yang menyangkut
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan bail:
nasional, regional maupun global yang berdampak terhadap pembangunan
kesehatan.

SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan.
SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem nasional
lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis dan selalu mengikuti
perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup . terhadap penyesuaian dan
penyempurnaan.

4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

5
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 1

EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Epidemiologi.


Epidemiologi berasal dari kata epi = pada, demos = penduduk, logos = ilmu;
atau dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada
masyarakat. Definisi ini merupakan definisi yang sangat luas yang dapat diterapkan
pada hal-hal apapun yang terjadi pada penduduk.
Definisi yang lama menyebutkan antara lain epidemiologi sebagai ilmu yang
mempelajari penyebaran atau perluasan suatu penularan penyakit didalam suatu
kelompok penduduk atau masyarakat. Dengan berkembangnya keadaan, masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit
yang tidak menular, penyakit degenerasi, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu
lintas, bencana alam, peledakan penduduk dan sebagainya. Karena adanya berbagai
masalah pada penduduk itu, Omran (1974) membuat definisi epidemiologi sebagai
satu studi mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan
perubahan pada penduduk, begitu juga "determinan"nya dan akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk. Dalam definisi ini juga dimasukkan studi
pelaksanaan program-program kesehatan.
Dari berbagai definisi yang ada tentang epidemiologi, terdapat persamaan
yaitu tentang perhatian/ kajian epidemiologi dibidang kesehatan, serta sasaran/ target
studi epidemiologi. Persamaan-persamaan prinsip ini adalah:
1. Epidemiologi selalu menyangkut studi dari kelompok penduduk (bukan
individu).
2. Epidemiologi selalu membandingkan satu kelompok dengan kelompok
lainnya.
3. Epidemiologi menyangkut penduduk dalam kelompok yang sama, yang
mempunyai karakteristik dan tidak mempunyai karakteristik.

Dalam pengertian epiderniologi juga terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni

1. Frekwensi masalah kesehatan.


Frekwensi yang dimaksudkan disini menunjuk kepada besarnya masafah
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui
frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus
dilakulcan yakni menemukan masalah kesehatan' yang dimaksud untuk
kernudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan
yang diternulcan tersebut.

2. Penyebaran masalah kesehatan.


Yang dimaksud dengan penVebaran masalah kesehatdn disini ialah, menunjuk
kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu- keadaan tertentu.
Keadaan tertentu yang dimaksudkan banyak macarnnya, yang dalarn

6
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

epiderniologi menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place) dan


menurut waktu (time).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi.


Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunjuk
kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan
frekwensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab muncuinya
masalah kesehatan itu sendiri. Untuk ini ada tiga langkah pokok yang lazim
dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab yang dirnaksud,
melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah itu
menarik kesimpulan terhadapnya. Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah
kesehatan, dapatiah disusun langkah-langkah penanggulangan selanjutnya dari
masalah kesehatan tersebut.

Asal kata `epidemiologi' juga berarti ilmu pada penduduk atau ilmu yang
mempelajari hal ihwal yang berkaitan dengan penduduk. Jadi secara epistemologis
istilah epidemiologi sebenarnya mengandung pengertian yang mencakup bidang yang
sangat luas, yaitu menyangkut semua hal yang berkaitan dengan manusia.
Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu
lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara
maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan
b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakitpenyakit
individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan baik manusia baik lingkungan fisik, biologi maupun sosial. Hal ini yang
dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari
manusia dan total lingkungannya,
1. Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni
:
a. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau
orang yang terkena penyakit.
b. Di mana (where), dimana penyebaran atau terjadinya penyakit
c. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut Jawaban-
jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor
yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain
terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama
yakni : orang, tempat dan waktu.

7
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2. Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program kesehatan dan
keluarga berencana adalah tool/alat dan sebagai metode pendekatan.
Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB —
Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana
penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian
pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah,
di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana
masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain adalah dalam program kesehatan seperti
prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam
perhitunganperhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya

2. Kegunaan Epidemiologi
a. Mempelajari sebab akibat dari suatu penyakit.
Untuk mengetahui sebab dari suau penyakit maupun akibat yang ditimbulkan
oleh kejadian suatu penyakit dalam kelompok masyarakat/ penduduk, diperlukan
ilmu epidemiologi. Karena melalui analisis epidemiologi dari beberapa faktor
yang dicurigai dapat diketahui mana penyebab primernya dan mana penyebab
sekundernya. Sebaliknya dengan epidemiologi kita juga dapat memprediksi
akibat apa yang timbul apabila terjadi peristiwa kesakitan pada kelompok
penduduk tertentu.
b. Mempelajari perjalanan alamiah dari suatu penyakit.
Semua penyakit mempunyai perjalanan alamiah (natural history disease). Melalui
epidemiologi akan dapat diketahui apa penyebabnya (Agent), kapan agent itu
masuk ketubuh penjamu (Host), berapa lama masa inkubasinya, kapan timbul
gejalanya, berapa lama penyakit berlangsung, berapa lama masa menularnya
(apabila penyakit menular), bagaimana prognosisnya. Dengan mengetahui
perjalanan alamiah penyakit, maka dapat diketahui cara-cara penanggulangan
(intervensi) yang dapat dilakukan untuk setiap penyakit atau ketidak-mampuan.
c. Menguraikan status kesehatan dari suatu penduduk.
Melalui ilmu epidemiologi juga dapat digambarkan status kesehatan kelompok
penduduk/ atau masyarakat tertentu. Penjabaran status kesehatan ini dalam
epidemiologi dilakukan menurut orang (Person), tempat (Place) dan waktu
(Time). Melalui penjabaran ini akan dapat diketahui status kesehatan pada
kelompok penduduk tertentu, yaitu golongan umur, jenis kelamin, keadaan status
sosial-ekonomi dan budaya.
d. Mengevaluasi upaya kesehatan.
Epidemiologi juga dapat mengevaluasi upaya kesehatan yang telah dilakukan,
apakah itu upaya promotif, preventif, kuratif bahkan rehabilitatif terhadap suatu
kelomppok penduduk. Misalnya mengevaluasi intervensi melalui program-
program imunisasi, sanitasi, perbaikan gizi, atau pengobatan suatu penyakit,
melalui studi perbandingan antar kelompok yang mendapatkan intervensi dan
kelompok yang tidak mendapatkan intervensi.

8
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Konsep Dasar Timbulnya Suatu Penyakit.


Suatu penyakit timbul oleh karena akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik
dari agen, induk semang (penjamu) maupun lingkungan.

Menurut model ini, perubahan dari salah satu faktor akan merubah keseimbangan
antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan.

Faktor-faktor itu adalah:


1. Penjamu (host)
Host adalah semua karakteristik yang dimilikinya yang semua ini berpengaruh
terhadap terjadinya suatu peristiwa kesehatan, baik itu mati, sakit, cacat, dan
sehat. Karaktristik itu meliputi: umur, jenis kelamin, bentuk anatomi/ faal tubuh,
status kesehatan, imunitas dan kebiasaan hidup.
Didalam ilmu penyakit menular, host dibedakan menjadi definitive host yaitu
mausia dan intermediate host yaitu binatang penular penyakit (vektor).
2. Penyebab (agent)
Didalam epidemiologi tidak dikenal adanya penyebab tunggal, akan tetapi yang
dikenal adalah berbagai faktor yang mengambil bagian didalam kejadian suatu
penyakit maupun peristiwa kesehatan lainnya (multiple causation).
Secara garis besar penyebab penyakit dalam epidemiologi dibagi menjadi:
a. Penyebab primer : unsur biologis, nutrisi, kimiawi, fisika, psikis dan
genetika.
b. Penyebab sekunder atau dikenal sebagai faktor resiko, misalnya: imunitas
individu maupun kelompok, keadaan sanitasi, dan lain sebagainya.
3. Lingkungan (environment)
Yang dimaksud dengan lingkungan dalam epidemologi adalah:
a. Lingkungan biologis, yang terdiri atas unsur yang dapat menjadi sumber
makanan, sumber penularan, maupun vektor penyakit. misalnya: manusia
lain, binatang dan tumbuhan.
b. Lingkungan fisik, terdiri atas tanah, udara, air, keadaan geografi, topografi,
iklim, dan lain-lain yang dapat menunjang terjadinya suatu penyakit atau
peristiwa kesehatan.
c. Lingkungan sosial, yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau
peristiwa kesehatan adalah sistem ekonomi, organisasi masyarakat, sistem
pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya.

9
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

4. Metode-metode Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode yakni :
a. Epidemiologi deskriptif
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari
orang (person), tempat (place), dan waktu (time).

Orang
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan
paritas.
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di
dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Persoalan yang dihadapi umur adalah apakah umur yang dilaporkan tepat,
apakah panjangnya interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan
umur pada penelitian ini
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di
kalangan pria, juga pada semua golongan umur. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
Yang pertama diduga meliputi fak±or keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin, atau perbedaan hormonal, sedangkan yang kedua diduga oleh
karena berperannya faktor-faktor lingkungan. (lebih banyak pria
menghisap rokok, minum-minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi di kalangan
wanita, di Amerika dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita
lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan tersebut
belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan, maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka
kesakitan atau kematian antara berbagai keras sosial.

10
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yakni
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-
benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres
c. Ada tidaknya "gerak badan " di dalam pekerjaan
d. Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang
kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan,
susunan genetika, gaya hidup yang mengakibatkan perbedaan di dalam
angka kesakitan atau kematian.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
angka kesakitan maupun angka kematian dengan status kawin, tidak
kawin, cerai dan janda : angka kematian karena penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu
8. Besarnya Keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang
9. Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di
dalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan
penyakit menular di kalangan anggotanya : karena persediaan harus
digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak
dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-
penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik

11
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

stenosis. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
4. Negara-negara
5. Regional
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi
suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas para penyelidikan suatu
wabah dan pada penyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Di dalam
memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antar daerah perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk
Walaupun telah diadakan standarisasi berdasarkan umur dan jenis
kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan
menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hatihati, sebab data tersebut belum tentu representatif
dan baik kualitasnya.
variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi yang berbeda
dari suatu tempat ke tempat lainnya
2. Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi
seperti karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek
higiene perorangan, bahkan persepsi tentang sakit dan sehat.
Variasi administratif termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan
efisiensi pelayanan medis, program higiene dan lain-lain.
Faktor tempat perlu mendapat perhatian karena juga sangat dipengaruhi oleh :
a. Iklim
b. Sifat tanah/ geologi
c. Flora dan fauna
d. Penyebaran dan kepadatan penduduk
e. Sistem pelayanan kesehatan
f. Adat istiadat.

12
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan
penyakit menurut waktu menujukkan adanya perubahan faktor etilogis. Melihat
panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka kesakitan, maka
dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, dimana perubahan angka kesakitan
berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan.(2) perubahan secara
siklus dimana perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang
dengan antara beberapa hari, beberapa bulan, tahunan, beberapa tahun (3)
perubahan —perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang cukup panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun yang disebut
"secular trends".

Faktor waktu perlu mendapat perhatian oleh karena banyak penyakit /


peristiwa kesehatan akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, akibat
pengaruh dari:
1. keberadaan faktor penyebab penyakit, misalnya pencemaran di era
industri.
2. Perubahan lingkungan, menyebabkan peningkatan kasus-kasus penyakit
tertentu. Misalnya peningkatan kasus demam berdarah pada musim
hujan.
3. Perubahan komposisi penduduk, misalnya apabila jumlah bayi dan
balita meningkat maka kejadian penyakit infeksi juga meningkat.
4. Perubahan criteria dan alat diagnosis, kemajuan IPTEK bidang
kesehatan/ kedokteran.
5. Terjadinya perubahan pola penyakit akibat upaya pencegahan dan
penanggulangan.

b. Epidemiologi Analitik
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi —
informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Ada tiga studi tentang
epidemiologi ini :
1. Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena
penyebab penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok
kontrol).
Contoh : ada hipotesis yang mengatakan bahwa penyebab utama kanker
paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok
orang yang menderita kanker paru-paru. Kepada penderita ditanyakan
tentang kebiasaan merokok.
Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni
penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang tidak
merokok. Kemudian kelompok ini diuji dengan uji statistik, apakah ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok tersebut.

13
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2. Studi Kohort (kohort studies)


Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi
yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi
tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok
kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah
ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan
antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
Contoh : untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama
penyebab kanker paru-paru, diambil dua kelompok orang yang satu
kelompok terdiri dari orang-orang yang merokok dan satu kelompok lagi
terdiri dari orang-orang yang tidak merokok. Kemudian diperiksa apakah
ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok dan
kelompok non perokok.

c. Epidemiologi eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen kepada kelompok subjek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Contoh : untuk menguji
keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian
diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil sekelompok anak pula
sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah beberapa tahun
kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok
percobaan dan kelompok kontrol.

5. Epidemiologi Penyakit-Penyakit Menular


Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara
langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan
adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan
oleh 3 faktor, yakni :
1. agent (penyebab penyakit)
2. host (induk semang / pejamu)
3. route of transmission (jalannya penularan)

a. Agen-agen infeksi
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi:
1. Golongan virus, misalnya :influenza, trachoma, cacar, dan sebagainya
2. Golongan riketsia, misalnya : typhus
3. Golongan bakteri : disentri
4. Golongan protozoa : malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
5. Golongan jamur : panu, kadas, kurap
6. Golongan cacing :cacing tambang, cacing kremi, cacing pita

14
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Agar supaya agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup, maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. berkembang biak
b. bergerak atau berpindah dari induk semang
c. mencapai induk semang baru
d. menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada pola lingkungan
manusia adalah suatu faktor penting di dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit
penyakit mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga is dapat tetap hidup. Dari
sini timbul istilah reservoar, yang diartikan sebagai berikut 1). Habitat, dimana
bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang. 2). Survival, di mana bibit penyakit
tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga is dapat tetap hidup. Reservoar
tersebut dapat berupa manusia, binatang atau bendabenda mati.

Reservoar di dalam manusia


Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar di dalam tubuh manusia
antara lain, campak, cacar, typhus, meningitis, gonorhoe, syphilis. Manusia
sebagai eservoar dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit di dalam tubuhnya,
tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant Carriers adalah orang
yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Carrier sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, typhoid,
meningococal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan karena :
a. Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya
sendiri)
b. Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka kena
penyakit
c. Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari
d. Carriers mungkin sebagai cumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif lama

Reservoir pada binatang


Penularan penyakit-penyakit pada binatang melalui berbagai cara :
1. Orang makan daging binatang uang menderita penyakit misalnya cacing pita.
2. melalui gigitan binatang sebagai vektornya misalnya pes melalui pinjal tikus,
malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk
3. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies

Benda-benda mati sebagai reservoir


Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada
dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini
berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu, bila
terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi di mana ia dapat hidup,

15
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh Clostridium tetani penyebab
tetanus.

b. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit


Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau
binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada orang.
Macam-macam penularan / mode of transmission
1. Kontak / Contact
Terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui benda-benda
terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada
umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu, lebih
cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
2. Inhalasi / Inhalation
Yaitu penularan melalui udara/ pernafasan. Oleh karena itu ventilasi rumah
yang kurang, berjejalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah
faktor yang sangat penting di dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang
ditularkan melalui udara ini sering disebut air bone infection.
3. Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan, ataupun minuman
4. Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh mikroorganisme sendiri. Contoh cacing tambang.
5. Infeksi melalui plasenta
Yaitu infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada
waktu mengandung misalnya syphilis dan toxoplasma.
6. Faktor induk semang (host)
Terjadinya suatu penyakit infeksi pada seseorang ditentukan pula oleh faktor-
faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-
penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan /
resistensi orang yang bersangkutan.

6. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah.


Pengertian.
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/ kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
(PERMENKES RI No. 4, 1984). KLB penyakit menular merupakan indikasi
ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau berkembang menjadi
suatu wabah. Yang termasuk dalam KLB adalah kejadian kesakitan/ ken:atian
yang disebabkan oleh penyakit menular, penyakit yang tidak menular,
keracunan dan kejadian bencana yang disertai KLB penyakit.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalain masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No. 4 1984). Menteri menetapkan
jenis jenis penyakit tertentu yang dapat ntenitnbulkan wabah dan
menetapkan serta ntencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah

16
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.


Kriteria kerja KLB
Kepala wilayah/daerah setempal yang mengetahui adanya tersangka
wabah (KLB penyakit menular) diwilayahnya atau terjangka penyakit
menular yang menitnbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-
tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit kesehatan
setentpat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4 tahun 1984 dan
Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dikatakan KLB apabila
ntemenuhi kriteria sebagai berikut :
1. timbulnya sttatu penyakit/ menular yang sebelumnya tiadak ada/ tidak
dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terns-men eras selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakit.
3. Peningkatan kejadian penyakit/ kenuttian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Juntlalt penderita barn dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam
taluut sebelummya.
5. Angka rata-rata per bu/an da/ant sate tahun menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari
taluut sebelumttya.
6. Case Fatality Rate snafu penyakitdalam sate kurun waktu tertenrtu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari
periode sebelumnya.
7. Proportional Rate (PR) penderila dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan periode kurun
waktu atau tahun sebelumnya.

7. Penyakitpenyakit menular yang berpotensi wabah/KLB


Penyakit penyakit menular dikelotnpokkan sebagai berikut :
a. penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain :
1. Kolera
2. Pes
3. Yellow fever
b. penyakit potensi wabah/ KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau
ntempunyai morlalitas tinggi dan penyakit yang telah ntasuk program
eradikasi/ eliminasi dan ntenterlukan tindakan segera :
1. DHF
2. Campak
3. Rabies
4. Tetanus neon atorunt
5. Diare
6. Pertusis
7. Polio

17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

c. penyakit-penyakit potensi wabah/ KLB lainnya dan beberapa


penyakit penting :
1. Malaria
2. Frambosia
3. Influenza
4. Anthrax
5. Hepatitis
6. Thypus abdominalis
7. Meningitis
8. Keracunan
9. Encephalitis
10. Tetanus
d. penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimnbulkan wabah
dan atau KLB tetapi diprogramkan ditingkat kecamatan dilaporkan
secara bulanan sampai ke pusat, meliputi : cacing, lepra, Tbc, sifrlis,
gonore, fr/ariasis dan AIDS.

8. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular


Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara
yang dapat dilakukan :
1. Eliminasi reservoir /sumber penyakit
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat
dilakukan dengan :
a. Mengisolasi penderita yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus
untuk mengurangi kontak dengan orang lain
b. Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat
yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama,
misalnya karantina untuk penderita kusta.
2. Memutus mata rantai pen ularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata
rantai penularan penyakit menular.
3. Melindungi orang-orang / kelompok rentan
Bayi dan balita adalah usia yang rentan terhadap penyakit menular.
Kelompok usia rentan ini perlu lindungan khusus/ spesifrc protection dengan
imunisasi, baik aktif maupun pas?/: Pada anak usia muda gizi yang kurang
akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh karena itu,
meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit.

9. PENYAKIT SEBAGAI SALAH SATU MASALAH KESEHATAN


Batasan
1. Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
beraksi secara tepat terhadap rangsangan ' tekanan sehingga timbul
gangguan pemeriksaan atau struktur dari bagian organ / sistem dari tubuh (

18
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Gold Medical Dictionary )


2. Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk
dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal.

Faktor yang mempengaruhi :


1. Pejamu (host)
a. Faktor keturunan
b. Mekanisme pertahanan tubuh
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Ras
f. Status Perkawinan
g. Pekerjaan
h. Kebiasaan hidup

2. Bibit Penyakit (Agent)


a. Golongan nutrien
b. Golongan kimia
c. Golongan fisik
d. Golongan mekanik
e. Golongan biologis

3. Lingkungan
a. lingkungan Fisik
b. Lingkungan non fisik

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


1. Tahap pre patogenesa
2. Tahap inkubasi
3. Tahap penyakit dini
4. Tahap penyakit lanjut
5. Tahap akhir penyakit
a. Sembuh sempurna
b. Sembuh dengan cacat
c. Carier
d. Kronis
e. Meninggal dunia

Klasifikasi Penyakit
1. Kriteria manifestasi penyakit
 Gejala
 Berupa keluhan-keluhan fungsi

19
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Kelainan bentuk
2. Kriteria penyebab penyakit

10. SUMBER-SUMBER dan PENEMUAN MASALAH KESEHATAN


1. Sumber Data
a. Catatan dan laporan peristiwa kehidupan ( vital record )
b. Catatan dan laporan penyakit
c. Catatan dan laporam instansi khusus
d. Hasil survei khusus
e. Hasil sensus penduduk

2. Menemukan masalah kesehatan


a. Sensus
b. Survei khusus
1) Survei insiders penyakit
2) Survei prevalen penyakit

Langkah survei khusus


1) Tahap pengumpulan data
 Sumber data
 Jumlah sampel
 Cara pengambilan sampel
 cara pengumpulan data
2) Tahap pengolahan data
3) Tahap penyajian data

20
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

c. Penyaringan kasus
1) Tahap menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui
2) Cara pengumpulan data
3) Kelompok masyarakat
4) Penyaringan
5) Mempertajam penyaringan
6) Penyusunan laporan dan tindak lanjut

d. Pencarian kasus
1) Pencarian kasus aktif
2) Pencarian kasus pasif Surveilen

11. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN


Batasan
Frekuensi ialah keterangan tentang banyaknya suatu masalah kesehatan yang
ditemukan dalam sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka mutlak,
rate dan ratio.

Pengukuran frekuensi
Masukan kesehatan
1. Insiden
Gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan ada
suatu kurun waktu tertentu disatu kelolnpok masyarakat, dengan mengadakan 2
kali penelitian, yaitu :
a. Penelitian tentang jumlah penderita baru
b. Penelitian tentang jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit

2. Prevalen Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
dalam jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.

3. Hubungan insiden dan prevalen


Meskipun jumlah orang yang sakit sebelumnya tidak begitu banyak, tetapi jika
penyakit berlangsung cukup lama, maka lama kelamaan jumlah penderita akan
meningkat karena terjadi penumpukan jumlah orang yang jatuh sakit. Dengan
demikian angka prevalen untuk penyakit tersebut akan menjadi tinggi.

12. PENYEBARAN MASALAH KESEHATAN


Keterangan tentang banyaknya masalah kesehatan yang dikemukakan pada
sekelompok masyarakat berdasarkan keadaan :
1. Ciri manusia
2. Tempat
3. Waktu

21
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

1. Ciri manusia
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Golongan etnik
d. Agama
e. Status perkawinan
f. Pekerjaan
g. Status sosial ekonomi

2. Tempat
a. Keadaan geografis
b. Keadaan penduduk
c. Keadaan pelayanan kesehatan

3. Waktu
a. Penyebaran satu saat
b. Penyebaran satu kurun waktu
c. Penyebaran siklis
d. Penyebaran sekuler

Wabah  kombinasi ciri, tempat dan waktu


Untuk menentukan wabah :
1. Memastikan kebenaran laporan yang diterima
2. Menilai ada / tidaknya peristiwa wabah
3. Merinci penyebaran penyakit yang ditemukan
4. Mengkaji data yang diperoleh
5. Menyusun laporan
6. Melakukan penanggulangan wabah

13. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI


EPIDEMIOLOGI

Strategi epidemiologi adalah :


Suatu pola pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan tertentu yang akan di terapkan
dalam mengkaji masalah-masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan tentang
masalah kesehatan tersebut.

Kegiatan pokok
1. Merumuskan hipotesa
2. Menguji hipotesa
3. Menarik kesimpulan

22
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Hipotesa dalam epidemiologi


1. Unsur pokok hipotesa epidemiologi
a. tentang manusia ( man )
b. agent
c. disease
d. doses
e. time
2. Cara menyusun hipotesa
a. method of difference
b. method of agreement
c. method of concomitant variation
d. method of analogi

Prinsip hubungan sebab akibatnya


Yakni mencari jawaban terhadap faktor-faktor penyebab suatu masalah kesehatan

Macam hubungan sebab akibat


1. Ada asosiasi statistik
2. Hubungan kausal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPOTESA

Penelitian epidemiologi analitik


Suatu penelitian dalam bidang epidemiologik yang tujuannya untuk melihat
hubungan beberapa sifat yang terdapat pada suatu masalah kesehatan

Penelitian ini dapat dibedakan dalam dua macam, yakni :


1. Penelitian epidemiologi analitik observasional
Non-eksperimental, data diperoleh dari peristiwa kesehatan yang terjadi secara
alamiah
2. Penelitian epidemiologi analitik intervensi
Eksperimental, data diperoleh dari hasil intervensi terhadap masalah
kesehatan yang ingin diketahui

Pemilihan Macam Penelitian Epidemiologi

1 Memilih antara penelitian observasi dan intervensi

23
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

OBSERVASI INTERVENSI
1 Jika masalah kesehatan yang diteliti 1. Jika masalah kesehatan yang diteliti
sering ditemukan jarang ditemukan
2 Jika bermaksud untuk mencari 2. Jika bermaksud untuk lebih
penjelasan pertama hubungan sebab menjelaskan hubungan sebab-
akibat akibat (tindak lanjut penelitian
3 Jika tidak mungkin dilakukan observasi)
penelitian intervensi karena aspek 3. Jika dalam melaksanakan penelitian
etika penelitian tidak ditemukan hambatan etika
4 Jika diduga akibat yang ditimbulkan penelitian
terlalu berbahaya 4. Jika diketahui akibat yang
5 Jika ingin mengetahui tendensi ditimbulkan etika berbahaya
hubungan kausal saja 5. Jika ingin mengetahui ada atau
tidaknya hubungan kausal yang
sebenarnya

2 Memilih antara penelitian Kohort dan Kasus Kontrol

KOHORT KASUS KONTROL


1. Apabila yang diketahui adalah 1. Apabila yang diketahui adalah
penyebab dan yang ingin diketahui akibat dan yang ingin diketahui
adalah akibat adalah penyebab
2. Apabila akibat yang ingin diketahui 2. Apabila akibat yang telah diketahui
banyak ditemukan tersebut jarang ditemukan
3. Apabila jarak waktu antara adanya 3. Apabila jarak waktu antara adanya
penyebab dan timbulnya akibat penyebab dan timbulnya akibat
relatif singkat terlalu lama
4. Apabila ingin lebih mengetahui 4. Apabila ingin mengetahuihubungan
hubungan sebab — akibat (tindak awal sebab akibat
lanjut penelitian kasus kontrol) 5. Apabila angka drop outdiperkirakan
5. Apabila angka drop out tinggi
diperkirakan rendah

24
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Penelitian KOHORT
KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Dapat disusun kriteria responden 1. Membutuhkan waktu, biaya, dan
seperti yang diinginkan tenaga yang besar
2. Dapat diobservasi semua keterangan 2. Kemungkinan drop out responden
yang diinginkan tanpa perlu khawatir tinggi
terjadinya bias selection 3. Sulit dilakukan jika jumlah kasus
3. Hasil yang duperoleh lebih dapat amat sedikit
dipercaya 4. Apabila ada kemajuan ilmu yang
mengubah cara diagnosa

Penelitian Kasus Kontrol


KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Tidak membutuhkan waktu, biaya 1. Karena mengumpulkan data masa
dan tenaga yang besar lampau, ada kemungkinan tidak lengkap
2. Tidak ditemukan drop out pada 2. Karena peristiwa telah terjadi, ada
responden kemungkinan cara pencatatan tidak
3. Dapat dilakukan meskipun kasus sama, sehingga sulit dianalisa
sedikit 3. Hasil yang diperoleh kurang dapat
dipercaya dan karena itu sering
dilanjutkan dengan penelitian Kohort
atau eksperimen

Penelitian Eksperimen
KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Memungkinkan pengawasan yang optimal 1. Tidak dapat dilakukan langsung pada
sehingga hasil dapat dipercaya dan manusia
merupakan bukti terkuat suatu hubungan 2. Prinsip double blind sulit diterapkan
kausal untuk penelitian yang bukan obat.
2. Apabila jumlah sampel besar, dapat dihindari
pengaruh pengaruh luar yang tidak
diinginkan

25
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

e. SUMBER BELAJAR

Budioro B, Pengantar Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas


Diponegoro, Semarang, 2002

Soekidjo N, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit Rineka Cipta,


Jakarta, 2003

Kadar, A., Epidemiologi, BAPELKES Salaman, Magelang.

Muninjaya, A.A.G., Manajemen Kesehatan: Epidemiologi dan Statistik dalam


Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta,

Sutrisna,B., Pengantar Metoda Epidemiologi cet. 1, PT. Dian Rakyat, Jakarta,1986

26
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 2

ADMINISTRASI KESEHATAN

1. ADMINISTRASI KESEHATAN

BATASAN
Menurut komisi pendidikan administrasi kesehatan tahun 1974 :
Administrasi kesehatan ialah suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkordinasian dan penilaian terhadap
sumber, tata cara kesangupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan perawatan, kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan
kepada perseroangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

5 unsur pokok Administrasi Kesehatan :


1. Masukan
a. Ada 3 macam : menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan
Amerika Serikat.
a.1. Sumber (Resources)
a.1.1. Sumber Tenaga (Labour Resources), dibedakan tenaga ahli
(skilled) seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat tenaga tidak
ahli (unskilled) seperti pesuruh.
a.1.2. Sumber Modal (Capital Resources), dibedakan modal bergerak
(Working capital) seperti uang dan giro serta modal tidak
bergerak (Fixed capital) seperti bangunan.
a.1.3. Sumber Alamiah (Natural Resources), seperti sumber tenaga dan
sumber modal
a.2. Tata Cara (Procedures)
a.3. Kesanggupan (Capacity)

b. Menurut Kontz dan Donnells dibedakan 4 macam


Manusia (man), modal *capital), manajerial (managerial) dan teknologi
(technology)
c. Pembagian lain dimasyarakat
4 M : manusia (man), uang (money), sarana (material), metoda (method)
untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan
6 M : manusia (man), uang (money), sarana (material), methode (method),
pasar (market) serta emsin (machinery) untuk organisasi yang
mencari keuangan
2. Proses (Process)
Ada 4 macam yaitu :
a. Perencanaan (planning) termasuk penyusunan anggaran belanja
b. Pengorganisasian (organizing) termasuk penyusunan staf
c. Pelaksanaan (implementing) termasuk pengarahan, pegkoordinasian,

27
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

bimbingan, penggerakan dan pengawasan


d. Penilaian (evacuation) termasuk penyusunan laporan
3. Keluaran (output)
Dikenal pelayanan kesehatan (health services) dikenal
a. Pelayanan kedokteran (medical services)
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services)
4. Sasaran (target group)
Dibedakan, perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau tidak langsung
(indirect target group)

5. Dampak (Impact)
Yang diharapkan adalah makinmeningkatkan derajat kesehatan
Ruang lingkup administrasi dibedakan :
1) Kegiatan administrasi
Melaksanakan fungsi administrasi mulai dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Seseorang yang
mengerjakan administrasi adalah seorang administrasi atau manajer.
2) Objek dan subjek administrasi
Yaitu sistem kesehatan artinya suatu kumpulan dari berbagai faktor yang
komplek dan saling berhubungan yang terdapat pada suatu negara dan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perorangan
keluarga, kelompok serta masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.

Manfaat dibedakan 3 macam :


1. Dapat dikelola sumber, tata cara dan kesanggupan secara efektif dan efisien
2. Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan sesuai
3. Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaiknya

2. SISTEM KESEHATAN
Pengertian Sistem
1. Sistem sebagai wujud
Diadakan atas 2 macam
a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkrit
b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak

2. Sistem sebagai suatu metode


Rumusan sistem kesehatan menurut WHO 1984 :
Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang komplek dan saling
berhubungan terhadap dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
Sistem Kesehatan Nasional menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 99a / Men Kes
/SK/III/ 1982.
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya

28
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajad kesehatan


yang optimal sebagai perwujudan kesejhteraan umum seperti yang dimaksud
dalamPembukaan UUD 1945.
Ciri sistem dibedakan 4, yaitu :
1. Terapan bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan
mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan.
2. Funngsi yang diperan oleh masing-masing bagian atau elemen yang
membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan
menjadi keluaran yang direncanakan.
3. semuanya bekerjasama secara bebas namun terkait, dalamterhadap
mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi
sebagaiinana yang telah direncanakan.
4. tidak tertutup terhadap lingkungan

Jenjang sistem dapat dibedakan 3 macam :


1. Sudra sistem, adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada
2. Sistem, adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek
pengamatan
3. subsistem, adalah bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem
Pula

Prinsip pokok pendekatan sistem :


1. Untuk membentuk sesuatu, sebagai hasil administrasi
2. menguraikan sesuatu yang telah ada dalam admministrasi

Keuntungan pendekatan sistem :


1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan,
dengan demikian penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang
sifatnya terbatas, akan dihindari.
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga
dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih
tepat dan objektif.
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program

29
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Analisis sistem adalah penilaian yang berupa kajian terhadap setiap kumpulan
elemen atau bagian yang ada di dalam sistem
Langkah analisis sistem :
1. penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian yang dimiliki serta
hubungannya satu dengan yang lain
2. merumuskan masalah yang dihadapi
3. lakukan pengumpulan data atau informasi
4. kembangkan model-model sistem yang baru
5. lakukan uji coba
6. terapkanlah model sistem yang terpilih dan lakukanlah pemantauan dan
penilaian berkala sesuai yang diperlukan

Faktor yang mempengaruhi bentuk pokok sistem kesehatan :


1) Peranan unsur pembentuk sistem kesehatan
a. Pemerintah (policy maker)
b. Masyarakat (heal! consumer)
c. Penyedia pelayanan kesehatan (health promotion)

2) Pemanfaatan sumber, tata cara dan kesanggupan


a. Telah memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi secara optimal,
ditemukan di negara maju
b. Baru disentuh oleh kamajuan ilmu dan teknologi, ditemukan di negara
berkembang
c. Sama sekali belum disentuh oleh kemajuan ilmu dan teknologi,
ditemukan di negara yang sangat terbelakang.

3) Unsur pokok sistem kesehatan


a. Organisasi pelayanan
b. Organisasi pembiayaan
c. Mutu pelayanan dan pembiayaan

4) Sub sistem dalam sistem kesehatan


a. Subsistem pelayanan kesehatan
b. Subsistem pembiayan kesehatan

3. PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN

A. Batasan
Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkian dari berbagai
kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan
( Billy E. Goetz )
B. Tiga Aspek Pokok Da/am Perencanaan
1. hasil dari pekerjaan perencanaan
2. perangkat perencanaan

30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. proses perencanaan
C. Ciri-Ciri Perencanaan Yang Baik
1. Bagian dari sisitem adminitrasi
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
3. Berorientasi pada masa depan
4. Mampu menyelesaikan masalah
5. Mempunyai tujuan
6. Bersifat mampu kelola
D. Macant Perencanaan
1. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana
 Perencanan jangka panjang
 Perencanan jangka menengah
 Perencanaan jangka pendek
2. Ditinjau dari frekuensi penggunaan
 Digunakan 1 kali
 Digunakan berulang kali
3. Ditinjau dari tingkatan rencana
 Perencanaan induk
 Perencanaan operasional
 Perencanaan harian
4. Ditinjau dari filosofi perencanaan
 Perencanaan memuaskan
 Perencanaan optimal
 Perencaan adaptasi
5. Ditinjau dari orientasi waktu
 Perencanaan berorientasi masa lalu-kini
 Perencanaan berorientasi masa depan
 Perencanaan redistribusi
 Perencanaan spekulatif
 Perencanaan kebijakan
6. Ditinjau dari ruang lingkup
 Perencanaan strategik
 Perencanaan taktis
 Perencanaan menyeluruh
 Perencanaan terpadu
E. Unsur yang Terdapat dalanm Rencana
1. Rumusan misi
2. Rumusan masalah
3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
4. Rumusan kegiatan
5. Asumsi perencanan
6. Strategi pendekatan
a. Pendekatan Institusi (legalitas)
b. Penekatan Komunitas (kesadaran masyarakat)

31
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

7. Kelompok sasaran
a. Kelompok sasaran langsung (misal : bayi pada program imunisasi)
b. Kelompok sasaran tidak langsung (misal : ibu-ibu pada program
imunisasi bayi)
8. Waktu
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu :
a. Kemampuan organisasi dalain mencapai target
b. Strategi pendekatan yang akan diterapkan
9. Organisasi dan tenaga pelaksana
 disertai Jon description dan authority
10. Biaya — lengkapi dengan rincian
11. Metoda penilaian dan kriteria keberhasilan _
 Metoda penilaian yang baik sebaiknya berdasarkan data
 Macam Kriteria keberhasilan
a. Kriteria keberhasilan unsur masukan
b. Kriteria keberhasilan unsur proses
c. Kriteria keberhasilan unsur keluaran

 Menetapkan Prioritas Masalah


 Mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah : Prioritas masalah dengan
teknik kajian data :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Pengajian data
4. Memilih prioritas masalah

 Menetapkan proritas jalan keluar


1. Menyusun alternatif jalan keluar
 Menentukan berbagai penyebab masalah
 Memeriksa kebenaran penyebab masalah
 Mengubah penyebab masalah ke dalam bentuk kegiatan
2. Memilih prioritas jalan keluar
a. Efektivitas jalan keluar
 Besarnya masalah (magnitude = M)
 Pentingnya jalan keluar (Importancy = I)
 Sensitivitas jalan keluar (vulnerability = V)
b. Efisiensi jalan keluar (dengan angka 1 — 5)
P (Prioritas) = MxIxV
C ( Jalan Keluar Terpilih)

3. Melakukan uji lapangan


4. Memperbaiki prioritas
5. Menyusun uraian rencana prioritas masalah

32
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

4.PERENCANAAN ANGGARAN

Batasan
Telah disebutkan bahwa suatu rencana yang baik harus mengandung uraian tentang
biaya tersebut adalah yang menggambarkan kebutuhan yang sebenarnya. Dalam arti
disatu pihak tidak berlebihan dan di pihak lain tidak kekurangan. Untuk dapat
dimilikinya uraian tentang biaya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, perlu
dilakukan suatu upaya khusus. Upaya inidalam kebutuhan tersebut, perlu dilakukan
suatu upaya khusus. Upaya ini dalam ilmu administrasi disebut dengan nama
perencanaan anggaran (budgeting). Jika ditinjau dari kehendak untuk mencapai tujuan
organisasi. Perana perencanaan anggaran ini dipandang cukup penting. Dengan
berhasil disusunnya rencana anggaran tersebut akan dapat diketahui besarnya biaya
yang diperlukan untuk menyuelenggarakan suatru rencana.
Batasan perencanaan anggaran banyak macamnya. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai salah satu proses mempersiapkan anggaran. Sedangkan yang dimaksud dengan
anggaran ialah suatu rencana (plan), yang uraian tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan dinyatakan dalam bentuk uang. Kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut sering disederhanakan dalam dua kelompok utama. Pertama, kegiatankegiatan
yang menghasilkan uang. Kedua, kegiatan=kegiatan yang memerlukan uang.
Kelompok kegiatan pertama disebut dengan nama pendapatan. Sedangkan kelompok
kegiatan kedua disebut dengan nama pengeluaran.
Dari pengertian yang seperti ini, dapat dengan mudah dipahami bahwa proses
perencanaan anggaran pada dasarnya adalah sama dengan proses perencanaan biasa
(planning). Bedanya, jika pada perencanaan, yang dihasilkan adalah suatu rencana
(plan) yang hanya mengandung uraian tentang kegiatan, maka pada perencanaan
anggaran,uraian kegiatan tersebut telah dilengkapi dengan keterangan tentang uang,
baik yang akan diterima dan ataupun yang harus dikeluarkan.
Karena proses perencanaan anggaran sama dengan proses perencanaan pada
umumnya, maka beberapa sarjana berpendapat perencanaan anggaran bukan
merupakan suatu fungsi administrasi yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari fungsi perencanaan. Oleh kelompok sarjana ini disebutkan bahwa suatu
rencana dinilai baik apabila rencana tersebut telah menguraikan pula rencana
pembiayaan. Bertitik tolak dari pendapat yang seperti ini disebutkan bahwa
perencanaan anggaran hanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan pada umumnya.
Terlepas apakah perencanaan anggaran merupakan fungsi administrasi tersendiri,
atau hanya merupakan bagian dari fungsi-fungsi perencanaan, dalam membicarakan
perencanaan anggaran ada tiga hal yang harus diebdakan yakni tentang
proses perencanaan anggaran, perangkat perencanaan anggaran serta hasil dari
perencanaan anggaran.perangkat perencanaan anggaran dapat berbeda antara satu
institusi dengan insitusi lainnya. Pada beberapa instansi tertentu perangkat
perebncanaan anggaran tersebut adalah bagian perencanaan, tetapi pada beberapa
instansi lainnya adalah bagian keuangan.
Perbedaan yang sama juga dtemukan pada hasil dari perencanaan anggaran.
Tergantung dari rencana anggaran apa yang disusun, maka rencana anggaran yang

33
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

dihasilkan berbeda-beda. Jika yang disusun adalah rencana anggaran pendidikan,


maka hasilnya adalah rencana anggaran pendidikan. Tetapi jika yang disusun adalah
rencana anggaran kesehatan, maka yang dihasilkan adalah rencana anggaran
kesehatan.
Perbedaan yang seperti ini tidak ditemukan pada proses perencanaan
anggaran. Karena perangkat apapun yang melakukan perencanaan dan atau rencana
anggaran ataupun yang disusun, proses yang ditempuh adalah sama. Dari uraian ini,
menjadi jelas yang terpenting pada perencanaan anggaran bukanlah perangkat dan
ataupun hasil perencanaan anggaran. Yang terpenting pada oerencanaan anggaran
adalah proses yang ditempuh dalam melakukan perencanaan anggaran tersebut.

 Manfaat perencanaan anggaran


1. Membantu pengaturan dalam pemanfaatan cumber daya
2. Membantu pengambilan keputusan (decision marking)
3. Membantu pemantauan dan pengawasan (monitoring dan controlling)
4. Membantu penyempurnaan rencana (revision)
5. Memperjelas penyempurnaan wewenang (delegation of authority)
 Macam rencana anggaran
1. Menurut hirarki pemerintah
a. Rencana anggaran pemerintah pusat
b. Rencana anggaran pemerintah daerah tingkat I
c. Rencana anggaran pemerintah daerah tingkat II
2. Menurut kegunaan
a. Rencana anggaran rutin
b. Rencana anggaran pembangunan
3. Menurut penanggungjawab
a. Rencana anggaran Departemen Kesehatan
b. Rencana anggaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
c. Rencana anggaran Departemen Pertanian
4. Menurut jangka waktu berlakunya rencana anggaran
a. Rencana anggaran jangka panjang (REPELITA)
b. Rencana anggaran jangka pendek
5. Menurut penerimaan dan pengeluaran
a. Rencana anggaran berimbang (balance budget)
b. Rencana anggaran surplus (surplus budget)
c. Rencana anggaran defisit (deficit budget)
6. Menurut teknik perencanaan yang dipergunakan
a. Rencana anggaran butir per butir (line item budget)
b. Rencana anggaran program (program budget)
c. Rencana anggaran basil (performance budget)
d. Rencana anggaran sistem (system budget)

 Bentuk, pada dasarnya ditentukan oleh 2 hal


1. Rincian Mata Anggaran
2. Format anggaran

34
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Proses dalam menyusun rencana anggaran pada dasarnya tidak berbeda, proses yang
dimaksud adalah :
1. Mengidentifikasi kegiatan
2. Menentukan sumber daya
3. Mengubah sumber daya dalam bentuk uang
4. Menyusun dan menyajikan rencana anggaran
5. Mengirimkan untuk persetujuan
 Unutk menjamin terselenggaranya anggaran dengan baik, ada 2 hal yang perlu
dilaksanakan
1. Melakukan pengawasan
2. Melakukan pemriksaan
PPBS (Planning Programming Budgeting System)
= Sistem perencanaan penyusunan program dan penganggaran (SP4)
 Batasan :
Salah satu teknik administrasi dimana perencanana, penyusunan program dan
penganggaran yang dilakukan oleh suatu organisasi yang tidak terpisahkan
 Prinsip
1. Prinsip perencanaan
2. Prinsip penyusunan program
3. Prinsip perencanaan anggaran
 Proses
1. Merumuskan tuj uan
2. Menyusun program
3. Menyusun hirarki
4. Menghitung biaya
5. Melakukan pemilihan
6. Menyusun rencana

Analisis Manfaat Biaya dan Analisis Ketepatan Biaya


Adalah : Teknik yang dipergunakan untuk membantu keputusan dalam memilih
program dengan membandingkan keluaran yang diperoleh (manfaat = benefit,
ketepatan = effectiveness) dengan masukan (baiaya = cost) yang dibutuhkan dari
berbagai program.
 Ciri pokok
1. Bermanfaat untuk membantu mengambil keputusan
2. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program
3. Mengutamakan unsur masukan dan unsur keluaran
 Teknik
1. Merumuskan masalah dan tujuan khusus
2. Menyusun alternatif program penyelesaian masalah
a. Memanfaatkan pengalaman dari penyelesaiakn masalah yang serupa
b. Memanfaatkan pengetahuan (natural history of the problems)
3. Menghitung masukan yang dibutuhkan dan keluaran yang dihasilkan dari

35
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

setiap alternatif program yang telah disusun yaitu.


a. Menghitung masukan
b. Menghitung keluaran
4. Membandingkan hasil perhitungan setiap alternatif program
5. Menyajikan hasil dan melakukan interpretasi

Teknik kesepakataan kelompok


Secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam
1. Untuk mengumpulkan pendapat (discoveri), tekniknya :
a. Syinthetic group tecnique :
 Mirip survey biasa
 Respondennya para ahli
b. Delphi technique :
 Seri daftar pertanyaan secara berurutan
 Daftar pertanyaan I. Bersifat umum (mis 5 masalah kesehatan utama)
II. Bersifat khusus : komentar hasil pertanyaan I.
 Dapat dilakukan berulang hingga tercapai consensus
 Masalah yang paling banyak  prioritas masalah
c. Interacting group technique
 Indentik pertemuan biasa
 Peranan agenda dan pimpinan menentukan
 Peserta bebas berpendapat, akhir pertemuan pimpinan mengamabil
kesimpulan
 Yang dicari prioritas masalah atau penyelesaian masalah
d. Formal planning group technique = Interacting group technique
 Pimpinan sidang menjelaskan masalah yang dibahas , lengkap dengan
latar belakang
 Peserta bebas berpendapat
e. Brainstorming technique = interacting group technique
 Pimpinan pertemuan menantang peserta untuk bebas berpendapat
(wild ideas), sebanyak-banyaknya (many ideas) dengan mengindari
kritik (No critism)
 Memerlukan waktu 30' — 60'
f. Delbecq technique :
 Nominal Group Tecnique (NGT) dibedakan atas 4 tahap
1. Peserta menulis masalah tanpa ada diskusi antara peserta
2. Pimpinan menyimpulkan dan menulis semua pendapat peserta,
disalksikan bersama dan dapat dusertai sedikit penjelasan dari peserta
3. Pimpinan memimpin diskusi antara peserta mengenai pendapat yang
ada
4. Pimpinan melakukan pungutan suara antara peserta mengenai
pendapat yang ada
5. Pimpinan melakukan pungutan suata untuk menentukan prioritas
masalah.

36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Efektif bila jumlah peserta 7 — 10 orang


g. Brain Writing technique
 6-8 ahli duduk 1 meja
 Masalah diajukan masalah secara tertulis, diletakkan ditengah meja,
kemudian peserta membacanya kemudian menulis pendapatnya masing-
masing. Setelah itu pimpinan mengumpulkan dan membagikan lagi ke
peserta yang berbeda. Setelah membaca pendapat tertulis yang diterima,
pimpinan meminta peserta untuk menambah dan atau mengurangi
pendapat juga dilakukan di kertaas. Kemduian dikumpulkan. Pertemuan
selanjutnya mendiskusikan pendapat kemudian diambil keputusan
prioritas masalah yang dicari adalah pendapat paling banyak yang
mendapay dukungan suara.
h. Nominal interacting technique = identik Delbeq / Brain writing technique
Bedanya : ada lonny antar peserta yang dilaksanakan setiap selesai I tahap.

i. Estimate-Discuss-Estimate =
Pungutan suara secara tcrtulis dan diskusi terhadpa basil yang dicapai bergantian.
Pungutan suara terhadap masalah yang diajukan pemimpin kemudian diskusi
hasil — pungutan suara langsung — diskusi Iangsung.

2. Untuk merumuskan gagasan baru


Teknik yang digunakan :
a. Synectic Technique
 Prinsip : memancing peserta kelompok melahirkan gagsan baru
 Dengan analogi masalah dengan sesuatu (apa saja, personal, direct,
symbolic atau fantasy)
 Sama sekali tidak sesuai logika
 Prosesnya:
1) Problem as given
2) Analysis
3) Purge
4) Problems as understood
5) Excursion
6) Force fill
7) View point
b. Lateral Thinking Technique
 Gagasan baru dirangsang dengan mendiskusikan secara mendalam dan
tuntas maslaah yang sedang dicarikan jalan keluamya dari sudut yang
berbeda.
 Prosesnya : Intermediate impossible
Juxraposition
Challenge for change

37
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Merumuskan masalah
Teknik kriteria matrik
1. Q. Sort Technique
Masalah dikelompokkan menurut urutan dan kriteria tertentu.
Misal :sangat penting, kurang penting, sangat tdiak pentong. Kriteria penting
adalah prioritas maasalah yang dicari.
2. Ranking and rating Technique
a. Anchoring rating scale technique
 Skala linier yang kontinyu mulai 0 (sangat tidak penting) sampai 1
(sangat penting)
 Priritas masalah mempunyai nilai terbanyak
b. Paired comparation technique
 Pemilihan 1 masalah yang terpenting dari 2 maslaah yang disusup
berpasangan
c. Rank weight technique
 Menyusun masalah menurut urutan bobotnya. Masalah paling penting
nilainya 1.
d. Direct assignment technique
 Menyusun masalah menurut bobotnya dan untuk setiap maslaah
diberikan nilai langsung antara 0 (paling tidak penting) sampai 10
(sangat penting)
e. Pooled rank technique
 Menyusun masalalah daalam 5 kategori. Kategori 1 sangat penting
mendapat nilai 5

Rencana Pelaksanaan
 Batasan
Menurut Alan J.Rowe : Suatu uraian rinci dari suatu rencana yang didalamnya
terkandung keterangan tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, waktu
serta sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Manfaat
1. Membantu administrator mengenal kegiatan yang dilakukan
2. Membantu administrator mengetahui waktu yang diperlukan
3. Membantu administrator mengawasi pelaksanaan rencana (kegiatan, waktu dan
sumber)
 Proses
1. Memahami selengkapnya rencana yang akan dilaksanakan
2. Memahami selengkapnya kemampuan yang dimiliki
3. Menyusun jaringan kegiatan yang akan dilaksanakan
4. Menetapkan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
5. Menetapkan sumber yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan

38
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Teknik
1. Gantt Chart oleh Gantt
Chart (bagan) berisi daftar kegiatan yang akan dilaksanakan lengkap dengan
urutan serta hubungannya dengan waktu yang diperlukan.
2. Program Evaluation Review Technique (PERT)/Planning The
Time/Planning The Budget
Lebih mengutamakan aspek waktu dan biaya
Langkah-langkahnya :
a. Menyusun jaringan kegiatan, ada 2 hal perlu diperhatikan yaitu event
(kejadian) dan activity (kegiatan).
b. Menaksir waktu untuk kegiatan
c. Menghitung waktu tercepat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
d. Menghitung waktu terlambat yang masih diperkenankan
3. Critical Path Methode (CPM)
Lebih mengutamakan biaya disamping taksiran waktu.

5.PENGORGANISASIAN PROGRAM KESEHATAN

Batasan Pengorganisasian
1. Pengelompokan berbagai kegiatan untuk melaksanakan rencana sehingga tujuan
memuaskan.
2. Pengaturan personil untuk tujuan yang disepakati dengan mengalokasikan fungsi
dan tanggung jawab.
3. Pengkordinasian rasional kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk tujuan
bersama melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi secara tanggung jawab.

Unsur-Unsur Pokok
1. Hal yang diorganisasikan yaitu
 Kegiatan : pengaturan kegiatan yang persatu padu
 Tenaga pelaksana : pengaturan struktur organisasi, susunan personalia, hak
dan wewenang, tenaga pelaksana
2. Proses Pengorganisasian (unsur terpenting)
Menyangkut pelaksanaan langkah-langkah semua kegiatan dan tenaga pelaksana
mendapat pengaturan sebaik-baiknya.
3. Hasil Pengorganisasian
 Terbentuk wadah (entity) merupakan pepaduan kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan tenaga pelaksana.
 Hasil bervariasi

Pengorganisasian Sebagai Suatu Wadah


Batasan : organisasi
 Persekutuan dua orang atau lebih yang bersepakat untuk tujuan
 Sistem yang mengatur kerjasama antara dua orang atau lebih sehingga kegiatan
dapat diarahkan untuk tujuan yang ditetapkan

39
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Merupakan sistemn yang terbuka (open system)


 organisme (organisms), bedanya organisasi masing-masing mempunyai fungsi
dan wewenang organisme fungsi dan wewenang dimiliki seluruh organisme
secara keseluruhan.

Prinsip Pokok Organisasi


1. Mempunyai pendukung (follower, member)
2. Mempunyai tujuan baik umum (goal) atau khusus (objectives)
3. Mempunyai kegiatan yang jelas dan terarah
4. Mempunyai pembagian tugas antar job description disebut prinsip bagi habis
tugas
5. Mempunyai perangkat organisasi dengan sebutan satuan organisasi
(departemens sub ordinates)
6. Mempunyai pembagaian dan pendelegasian wewenang (delegation of
authority) disebut prinsip pengecualian.
7. Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan printah (unity of common) dan
arch (direction) bersifat continue, flexible, sederhana. Prinsipnya scalar
principle

Macam Organisasi
1. Organisasi Lini (Line / command organization)  organisasi tertua di dunia.
 Pembagian tugas dan wewenang berbeda nyata antara organisasi pimpinan
dengan organisasi pelaksana.
 Dominan pemimpin
 Utamakan wewenang dan perintah
 Keuntungkan : pengambilan keputusan cepat, kesatuan arah dan perintah
lebih terjamin serta pengawasan dan koordinasi lebih mudah.
 Kerugian : keputusan kurang sempurna
 Tidak mudah mendapat pemimpin yang berwibawa dan berpengetahuan luas
Unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi Staf (staff Organization)
 Keuntungan : keputusan dapat lebih baik
 Kerugian : penngambilan keputusan perlu waktu lama
 Dapat menghambat kelancaran program
 Staff bereran memberi nasehat
3. Organisasi lini dan staf (line and staff organization)  paling banyak digunakan.
 Peran staff nasehat dna tanggung jawab melaksankana kegiatan
 Keuntungan :
 Keputusan lebih baik
 Tanggung jawan pimpinan kurang
 Pengembangan bakat dapat dilakukan
 Mendorong disiplin dan tanggung jawab kerja yang tinggi

40
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Kelemahan :
 Waktu lebih lama
 Kebingungan pelaksanana bila staf tidak mengetahui batas wewenang

Bentuk perangkat organisasi


1. Panitia : untuk melaksankaan kegiatan, sifatnya sementara
2. Komisi : untuk menyusun saran-saran, sifatnya sementara
3. Komite : melakukan pemeriksaan, sifatnya sementara
4. Tim : melakukan penyidikan, sifatnya sementara

Pengorganisasian sebagai suatu proses


Ada 7 langkah :
1. Memahami tujuan agar jelas tolak ukurnya
2. Memahami kegiatan sehingga jelas arah dan sasarannya
3. Mengelompokkan kegiatan menjadi jenis kegiatan dan jumlah kegiatan yang
tidak terlalu banyak
4. Mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan (position classification,
untuk itu dilakukan beberapa kegiatan)
a. Analisis tugas (job analysis) untuk memperjelas tugas setiap kelompok
kegiatan
b. Uraian kegiatan tugas (job description) agar lebih jelas
c. Penilaian tugas (job evaluation) untuk mengkaji ulang tugas yang telah
diperinci ada yang berlebihan dan atau kurang.
5. Melakukan pengelompokkan jabatan (position grouping)
6. Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi
a. Atas dasar kesamaan fungsi dan jabatan
b. Atas dasar kesamaan proses atau cara kerja dari jabatan
c. Atas dasar kesamaan basil (produksi) dari jabatan
d. Atas dasar kesamaan kelompok masyarakat yang memanfaatkan
e. Atas dasar kesamaan lokasi jabatan
7. Membentuk struktur organisasi (bagan) dengan membagi tugas dan wewenang'
serta kemampuan pengawasan yang dimiliki (span of control)

Organisasi Matrik (Grid Organization)


Dasar pembentukannya dengan memanfaatkan berbagai kelebihan yang dimiliki oelh
satuan-satuan organisasi yang telah ada

Pengorganisasian Kegiatan Kemasyarakatan


 Teknik perencanaan berdasarkan pendekatan educative dibedakan atas enam
langkah
1. Melakukan pendekatan internal (internal approach)
Sasaran : perangkat organisasi yang akan melaksanakan program kesehatan
2. Melakukan pendekatan external
Sasaran : pemuka masyarakat, formal ataupun informal, yang ada di wilayah,
tcmpat dilaksanakannya program kemasyarakatan.

41
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Contoh : Pemuka masyarakat formal : camat, lurah, dokter puskesmas


Pemuka masyarakat informal : tokoh agama, tokoh pendidikan,
tokoh
adat istiadat
3. Melakukan penelitian masyarakat sendiri
Tujuan agar masyarakat mengenal sendiri masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan musyawarah masyarakat
5. Melaksanakan jalan keluar yang telah ditetapkan

 Proses pengorganisasian masyarakat, langkah-langkahnya :


1. Memahami tujuan yang ingin dicapai
2. Memahami kegiatan yang akan dilaksanakan baik kegiatan pokok (molar
activities) dan kegiatan bukan pokok (Moloculair activites)
3. Mengelompokkan kegiatan yang akan dilakukan
4. Menetapkan hirarki kelompok kegiatan yang akan dilakukan yakni top
management, middle management dan lower management.
5. Membentuk struktur organisasi
6. Menetapkan penanggung jawab dari kelompok kegiatan
7. Melakukan penilaian berkala untuk penyempurnaan.

Penyusunan Staf
 Batasan
Proses pencarian, penempatan, pelatihan dan pengembangan SDM yang dimiliki
organisasi sehingga dapat diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
 Manfaat
1. Dapat dicapainya tujuan dengan memuaskan

The right man in the right place


1. Dapat meningkarkan efektifitas dan efisiensi kerja
2. Dapat menambah gairah kerja
3. Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan

 Perangkat
Pada organisasi kecil penyusunan staf dilakukan pimpinan (manajer)
Pada organisasi besar dan complex penyusunan staf dilakukan lazimnya oleh personalia

 Hasil
Tersusunnya staf yang diinginkan
 Proses, diebdakan atas beberapa langkah
1. Perencanaan SDM dengan berapa kegiatan
a. Melaksanakan perencanaan untuk kepentingan masa depan (planning for
future needs)
b. Melaksanakan perencanaan untuk kesimbangan masa depan (planning for
future balance)

42
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

c. Melaksanakan perencanaan untuk rekrutment dan seleksi karyawan barn


atau memberhentikan karyawan yang ada pada saat ini (planning for
recruiting or for laying off)
d. Melakukan perencanaan pengembangan (planning for development)
Penting juga dilakukan peramalan dan pengkajian SDM (for casting and
human resources audit) yang dibutuhkan oleh organisasi.
2. Pencarian calon karyawan (recruitment)
Tujuannya menyediakan jumlah calon karyawan yang cukup untuk penyaringan
(selection)
3. Penyaringan, dilakukan dengan :
 Mempelajari surat lamaran ygd isampaikan (application review)
 Melakukan wawancara awal (initial screening interview)
 Melakukan tes
 Melakukan penyelidikan latar belakang calon (Background investigation)
Melakukan wawancara lanjutan (in-depth interview)
 Menawarkan pekerjaan (job offer)
4. Perkenalan dan orientasi
Reality shock syndrom menurut hal oleh karena beberapa faktor
a. Karena tugas yang diberi kurang tantangan
b. Karena kesempatan penampilan diri terbatas
c. Aspirasi berlebihan
d. Ketidakmampuan memunculkan tantangan
e. Lemahnya mekanisme penilaian penampilan
f. Perlakuan yang tidak sesuai dari pimpinan
5. Pelatihan dan pengembangan
4 pedoman seorang karyawan memerlukan pelatihan / tidak
a. Atas dasar penampilan karyawan (performance oppraisal)
b. Atas dasar hasil analisa terhadap persyaratan yang diperlukan untuk dapat
melakukan suatu pekerjaan
c. Atas dasar hasil analisa terhadap keadaan organisasi
d. Atas dasar hasil survai karyawan
6. Penilaian penampilan dengan cara :
a. Penilaian pimpinan ada unsur subjektivitas, sering bermasalah
b. Pemilaian oleh sekelompok pimpinan
c. Penilaian oleh teman sekerja (peer group), hasil penilaian tidak sempurna
7. Promosi, pindah, turun pangkat atau pemberhentian

Untuk mengatasi tenaga dengan kualifikasi yang dibutuhkan dengan cara :


1. Mendidik sendiri tenaga yang dibutuhkan
2. Melakukan pendidikan tambahan yaitu pre services training and in service
training
Sesuai Undang-undang No.6 tahun 1963, tenaga kesehatan di Indonesia dibedakan
atas dua macam :
1. Tenaga kesehatan sarjana : dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain bidang

43
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kesehatan.
2. Tenaga kesehatan bukan sarjana : tenaga kesehatan sarjana muda, menengah
dan rendah

 Fungsi Staf
Ada 4 macam :
1. Top management
2. Middle management
3. Lower management
4. Implementator
Fungsi staf ditinjau dari wewenang yang dimiliki :
 Semakin tinggi kedudukan maka maki besra fungsi perencanaan (planning)
dan pengawasan (controling).
 Kedudukan makin rendah maka fungsi lebih banyak sebagai pelaksana
(operating)

Fungsi staf ditinjau dari sudut ketrampilan yang dimiliki


 Makin tinggi, makin dibutuhkan managerial skill
 Makin rendah, dibutuhkan technical skill

6.PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN

Setelah perencanaan (planning) dan pengorganiasian (organizing) selesai


dilakukan, maka selnajutnya yang perlu ditempuh dalam pekerjaan administrasi
adalah mewujudkan rencana (plan) tersebut dengan mempergunakan organisasi
(oeganization) yang terbentuk menjadi kenyataan. Ini berarti rencana tersebut
dilaksanakan (implementating) dan diaktualisasikan (actuating).
Pekerjaan pelaksanaan dan atau aktuasi tersebut bukankah meruapakan
pekerjaan yang mudahm karena dalam melaksanakan suatuu rencana terkadung
berbagai aktivitas yang bukan saja satu sama lain saling berhubungan, tetapi juga
bersifat komplek dan majemuk. Kesemua aktivitas ini harus dipadukan sedemikian
rupa sehingga tujuan yang telah diteapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Memadukan berbagai aktivitas yang seperti ini dan apalagi menugaskan
semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksankaan aktivitas yang
dimaksud, memerlukan suatu ketrmapilan khusus. Tugas seorang administrator dan
ataupun manajer, pada dasarnya dalah melakukan uupaya sedemikian rupa sehingga
dapat memotivasi bawahan untuk secara bertanggung jawba melaksanakan berbagai
aktivitas yang telah disusun. Agar pekerjana meotivasi ini dapat terlaksana dengan
baik, seorang administrator dan ataupun manajer harus mampu mengkomunikasikan
ide dan ataupun gagasan yang ada padanya kepada bawahan. Untuk kemudian
dengan kepemimpinan yang dimilikinya mampu mengarahkan, mengawasi dan
mensupervisi bawahan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang telah disusun
dapat terlaksana dengan baik.

44
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Dari uraian yang seperti ini jelaslah muntuk dapat melaksanakan suatu
rencana, seorang administrator dan ataupun manager, perlu menguasai berbagai
pengetahuan dan ketrampilan yang jika disederhanakan dapat dibedakan atas senam
macam yakni :
1. Pengetahuan dan ketrampilan motivasi (motivation)
2. Pengetahuan dan ketrampilan komunikasi (communication)
3. Pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan (leadership)
4. Pengetahuan dan ketrampilan pengarahan (directing)
5. Pengetahuan dan ketrampilan pengawasan (controlling)
6. Pengetahuan dan ketrampilan supervisi (supervision)
Untuk melaksanakan program kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan yang
sperti ini juga amat diperlukan. Apalagi jika yang ingin dilaksanakan tersebut adalah
program kesehatan masyarakat. Mudah dipahami karena memanglah ruang lingkup
program kesehatan masyarakat, tidak hanya menyangkut pengaturan bawahan yang
dimiliki, tetapi juga masyarakat banyak, kepada siapa program kesehatan masyarakat
tersebut ditujukan.

MOTI VASI
Batasan
Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah ransgana
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit
tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan
bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari batasan yang seperti ini segeralah mudah dipahami bahwa pekerjaan
motivasi hanya akan berhasil dengan sempurna jika dapat:
a. Diusahakan agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan adalah juga menjadi
tujuan perorangan dan ataupun kelompok masyarakat yang akan melaksanakan
kegiatan. Sebab, jika tujuan tersebut tidak dimiliki atau tdiak sejalan, maka
aakan sulitlah diharapkan seseorang ataui sekelompok masyarakat mau berbuat
sebagaimana yang diharapkan.
b. Diusahakan agar perbuatan yang diharapkan untuk dilakukan tersebut adalah
sesuai dengan kemmapuan yang dimiliki seseorang dan ataupun sekelompok
masyarakat. Seandainya kemampuan yang dimiliki terbatas, tetapi tetap
dipaksakan untuk melakukan kegiatan niscaya akan mudah timbul kegagalan.
Dua prinsip dasar dalam melakukan motivasi ini, secara sederhana dapat digambarkan
dalma Tabel

45
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Prinsip Dasar Motivasi


Tujuan yang dimiliki
Sesuai dengan Tidik sesuai
tujuan pribadi dengan tujuan
pribadi
Aktivitas yang Sesuai dengan Motivasi mudah Motivasi sulit
diharapkan untuk kemampuan dan tujuan dapat tujuan masih
dilakukan dicapai mungkin dicapai
Tidak sesuai Motivasi mudah Motivasi sulit dan
dengan tujuan masih tujuan sulit dicapai
kemampuan mungkin dicapai

Kebutuhan manusia pada motivasi


Telah disebutkan bahwa pekerjaan motivasi hanya akan berhasil sempurna
jika antara lain dapay diselaraskan tujuan yang dimiliki oleh organisasi dengan
tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun sekelompok masyarakat yang
tergabung dalam organisasi tersebut. Dengan demikian langkah pertama yang perlu
dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun
sekelompok masyarakat untuk kemudian diupayakan memadukannya dengan tujuan
organisasi.
Secara umum kebutuhan yang ada pada orang perorang, yang sering
disebutkan sebagai kebutuhan mansuai dapat dibedkana atas dua macam yakni :
1. Kebutuhan primer
2. Kebutuhan sekunder
Dalam melakukan pekerjaan administrasi, kedua kebutuhan ini perlu
diperhatiakn dengan sebaik-baiknya. Karyawan yang termasuk dalam golongan
bawah, yang umumnya mengakami kesulitan dalam bidang ekonomi, agaknya lebih
menonjolkan kebutuhan primer. Sedangkan mereka yang termasuk dalam kelompok
manajer, lebih memunculkan kebutuhan sekunder. Dengan diketahuinya kebutuhan
yang dimiliki oleh karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi, dapat dilakukan
motivasi yang baik, yakni mempergunakan kebutuhna tersebut sebagai pancingan
untuk menimbulkan rangsangan ataupun dorongan dalam melakukan pekerjaan.
Pembagian lain dari kebutuhan manusia adalah seperti yang dikemukakan
oleh A.H. Maslow. Oleh Maslow kebutuhan manusia dibedakan atas liana tingkat
yakni :
1. Kebutuhan pokok faali (physiological needs)
2. Kebutuhan keamanan (safety needs)
3. Kebutuhan sosial (social needs)
4. Kebutuhan dihargai dan dihormati (the esteem needs)
5. Kebutuhan penampilan diri

46
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Kelima kebutuhan ini tersusun lapis demi lapis yang dpat digambarkan sebagai sutau
piramida tegak, dimana kebutuhan dasar faali sebagai punckanya. Disebutkan bahwa
kebutuhan rasa aman bare muncul jika kebutuhan dasar faali telah terpenuhi,
sedangkan kebutuhan akan cinta, sayang dan kehidupan sosial barn muncul jika
kebutuhan rasa aman telah dipenuhi, demikian seterusnya untuk tingkat kebutuhan
yang lain. Adapun gambar piramida kebutuhan menurut Maslow ini dapat dilihat
dalam Gambar 7.1

Pendekatan pada motivasi


Apabila telah dapat diketahui kebutuhan yang dimiliki seseorang, langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan kepada orang
tersebut. Oleh Strauss dan Sayles pendekatan pada motivasi ini dibedakan atas lima
macam yakni:
1. Pendekatan yang keras
2. Pendekatan untuk memperbaiki
3. Pendekatan dengan tawar menawar
4. Pendekatan melalui pesaingan efektif
5. Pendekatan dengan proses internalisasi
Masing-masing pendekatan diatas ada spek positif dan aspek negatifnya.
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari amat tergantung dari situasi dan kondisi yang
dihadapi. Jika situasi dan kondisi memang membutuhkan pendekatan secara keras,
maka pendekatan dengan cara tersebut haruslah dilakukan.

Perangsang pada motivasi


Agar seseorang mau bersedia melakukan seperti yang diharapkan kadang kala perlu
disediakan perangsang (incentive). Dalam motivasi perangsang ini dibedakna atas dua
macam yakni :
1. Perangsang positif
2. Perangsang negatif
Tentunya agar pekerjaan administrasi dapat berjalan lancar, pemberian
perangsann ini disesuaikan dengan kemampuan serta situasi dan kondisi yang
dihadapi. Sesuatu yang bersifat terpaksa atau dilakukan secara berlebihan tidak akan
mendatangkan basil sebagaimana yang diharapkan.

47
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Hasil dari motivasi


Pekerjaan motivasi pada dasarnya adalah melakukan pentyesuaian kebutuhan
organisasi dengan kebutuhan karyawan, penyesuan kegiatan g dimiliki oleh
organisasi dengan kegiatan karyawan serta penyesuaian tujuan yang dimiliki oleh
organisasi dengan tujuan karyawan.
Jika upaya pemenuhan kebutuhan karyawan pada dasarnya adalah identik
dengan meredakan ketegangan (tension), maka haruslah diupayakan kegiatan yang
diharapkan untuk dilakukan oleh karyawan adalah kegiatan yang tidak meningkatkan
ketegangan. Hanya apabila kedua hal ini dapat dilakukan dengan baik, akan dapat
dijamin keberhasilan pekerjaan administrasi. Sebaiknya jika ketegangan tersebut
tidak berhasil dikurangi, dalam diri karyawan akan timbul dua keadaan yang tidak
menguntungkan yakni :
1. Frustasi (frustation) yang pada gilirannya dapat menghambat tercapainya tujuan.
2. Pertentangan (con/ilk) yang dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah yakni
gagal segala upaya yang dilakukan.
Secara sederhana hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan akibat yang
ditimbulkannya dapat dilihan dalam Bagan

KEPEMIMPINAN
Batasan
Batasan tentang kepemimpinan banyak macamnya. Bberapa dinataranya adalah :
1. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut yang diamanatkan
kepadanya (Ordway Tead).
2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
diterapkan (Stogdill).
3. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta daria danya pengaruh yang
dimiliki oleh seseorang terhadap orang-orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Georgy R. Terry).

48
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

4. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau


sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu situasi tertentu (Pauk Hersay, Ken Blanchard).

Unsur-unsur kepemimpinan
Dari uraian tentang kepemimpinan, pemimpin serta pengikur sebagaimana dikemukan
adiatas, segeralah dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan hanya akan muncul jika
ditemukan sekurang-kurangnya unsur pokok. Keempat usnur pokok tersebut adalah :
1. adanya pemimpin
2. adanya pengikut
3. adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu
4. adanya situasi dan kondisi tertentu
keempat faktor ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang secar asederhana
dalam digambarkan dalam Gambar

Sifat pemimpin
Karena pentingnya sifat dan perilaku tertentu yang dimiliki seseorang untuk dapat
menjadi pemimpin yang baik, maaka banyak pihak telah menguraikan berbagai sifat
seorang pemimpin yang baik. Sifat-sifat yang dimaksud secara sederhana dapat dilihat
pada Tabel 7.3
Lahirnya Pemimpin
Bagaimana sifat atau perilaku ini sampai dimiliki oleh seseorang, banyak teori pernah
dikemukakan. Lahirnya seorang pemimpin memang telah sejak lama menjadi objek
studi berbagai ahli, beberapa teori yang pernah diajukan adalah :
1. Teori orang besar atau teori bakat
2. Teori situasi
3. Teori ekologi

49
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Beberapa Sifat Pemimpin yang Baik

Ordway lead Suprapto John D. Millett


a. Berbadan sehat, kuat, j . Taqwa aa. Mampu melihat
dan penuh energi k. Taat organisasi secara
b. Yakin akan maksuda 1. Temen (jujur) keseluruhan
dan tujuan organisasi m. Tekun bb. Mampu mengambil
c. Selalu bergairah n. Terampil keputusan
d. Bersifat ramah tamah o. Tanggap cc. Mampu
e. Mempunyai keteguhan p. Trengginas (lincah) mendelegasikan
hati q. Tegas wewenang
f. Unggul dakan teknik r. Tangguh dd. Mampu memerintah
g. kerja s. Tanggon (iman)
h. Sanggup bertindak t. Terbuka
i. tegas u. Toleran
Pandau mengajar v. Terliti
Percaya diri sendiri w. Tertib
x. Tepo seliro
y. Tanpa pamrih
z. Tanggung jawab
Ruslan Abdul Gani ABRI
ee. Kelebihan rohaniah hh. Ing ngarso asung tulodo (teladan)
if. Kelebihan badaniah ii. Ing madyo mangun karso (membangitkan)
gg. Kelebihan akan pikiran jj. Tut wuri handayani (pendorong)
kk. Waspodo purbo wiseso
11. Ambeg parama-arta (menentukan)
mm. Prasojo (bersahaja)
nn. Setyo (setia)
oo. Gemi nastiti (hemat cermat)
pp. Beloko (jujur)
qq. Legowo (ikhlas)

G a y a k e p e m i m pi n an
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu orghanisasi dan atau
yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh
seseorang pemimpin dapat berbeda antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas
empat macam, yakni :
1. Gaya kepemimpinan ditaktor
2. Gaya kepemimpinan autokratis
3. Gaya kepemimpinan demokrastis
4. Gaya kepemimpinan santai
Untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, banyak pendapat pernah
dikemukana. Salah satu diantaranya ialah yang diajukan oleh Freed Fielder yang

50
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

dalam bukunya "A Theory of Leadership Efefvtiveness" (1967). Disebutkan penerapan


gaya kepemimpinan tersebut sangat ditentukan oleh situsi dan kondisi yang dihadapi.
Situasi dan kondisi yang dimaksud dibedakan atas ditentukan oleh tiga unsur utama
yakni :
1. Hubungan pemimpin dengan bawahan
2. Struktur tugas
3. Derajat kekuasaan yang dimiliki pemimpin
Masih banyak lagi pembagian lain dari gaya kepemimpinan, seperti yang
dikemukakan oleh Rensis Likert dalam buku "The Human Organization" (1967)
yang membadakan gaya kepemimpinan atas dua kutub utama yakni :
1. Employee-cendered leadership
2. Production-centered leadership

PENGHARGAAN
Batasan
Batasan tentang pengarahan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang
dipandang penting adalah :
1. Pengarahan adalah upaya pengambilan keputusan secara berkesinambungan
dan terus menerus yang terwujud dalam bentuk adanya perintah ataupun
petunjuk guna dipakai sebagai pedoman dalam organisasi (Luther Gullick)
2. Pengarahan adalah upaya mewujudkan keputusan, rencana dan program dalam
bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Joseph L.
Massie).
3. Pengarahan adalah memberikan bimbingan serta mengendalikan para pekerjan
dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manfaat
Sebagai slah satu dari fungsi administrasi, pekerjaan pengarahan ini adalah amat
penting. Pada dasarnya dengan pengarahan tersebut diupayakan agar berbagai
keputusan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apabila
pengarahan dapat dilakukan dengan baik, memang akan diperoleh beberapa manfaat
yang jika disederhanakan terlihat sebagai berikut :
1. Para pekerja mendapatkan informasi yang tepat tentang segala sesuatu yang
akan dikerjakannya.
2. Para pekerja akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah dan dengan
dmeikina tujuan akan lebuh mudah tercapai.
3. Para pekerja akan selalu berhadapan dengan proses belajar mengajar sehingga
pengerahuan, ketrampilan dan keaktivitasan akan meningkat.
4. Para pekerja akan berada dalam suasana yang menguntungkan yakni
terciptanya hubungan pimpinan dan bahawan yang baik.

Syarat
Untuk dapat melaksanakan pengarahan yang balk, haru sterpenuhi beberapa syarat tertentu.
Syarat-syarat yang dimaksud banyak macamnya yang jika disederhanakan terlihat sebagai
berikut :

51
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

1. Kesatuan perintah
2. Informasi yang lengkap
3. Hubungan langsung dengan karyawan
4. Suasana informal

Teknik
Teknik pengarahan banyak macamnya, beberapa diantaranya yang sering
dipergunakan ialah :
1. Teknik konsultasi
2. Teknik demokratis
3. Teknik otokratis
4. Teknik bebas teratur

Proses
Untuk dapat melaksanakan pengarahan dgv baik perlu ditempuh suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah kegiatan. Secara umum langkah-langkah yang
dimaksud dapat dibedakan atas empat yakni :
1. Menyusun perintah dan ataupun petunjuk
2. Melaksanakan pelatihan
3. Melakukan motivasi
4. Memelihara ketertiban dan kepatuhan

PENGA WA SA N
Batasan
Batasan pengawasan banyak macamnya. Bebcrapa diantaranya yang sering
dipergunakan ialah :
1. Pengawasan ialah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap
penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam
rencana.
2. Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan sutau program yang
kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari batasan yang seperti ini segera terlihat bahwa untuk dpat melakukan pekerjaan
pengawasa dengan baik ada tiga hal yang perlu ..diperhatikan. Ketiga hal yang
dimaksud ialah :
1. Objek pengawasan
2. Metoda pengawasan
3. Proses pengawasan

Manfaat
Jika pengawasan dapat dilakukan dengan cermat, akan diperoleh beberapa manfaat.
Manfaat yang dimaksud antara lain :
1. Tujuan yang ditetapkan dpat diharapkan pencpaainannya dan selanjutnya
pencapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang
direncanakan

52
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa
yang telah ditetapkan, dan bahkan mungkin dapat ditekan sehingga efisiensi
dapat lebih ditingkatkan.
3. Pengawasn yang baik, akan dapat memacu karyawan berpretasi dan berkreasi
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Syarat
Untuk dapat melakukan serta mendapatkan hasil pengawasan yang baik, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni.
1. Pengawasan hams bersifat khas
2. Pengawasan hams mampu melaporkan setiap penyimpangan
3. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi
4. Pengawasan harus mudah dilaksanakan
5. Hasil pengawasan harus mudah dimengerti

Obyek
Yang dimaksud dengan obyek pengawasan adalah hal-hal yang akan diawasi dari
pelaksanan suatu progi-an. Obyek pengawasan yang dimaksud banyak macamnya,
karena kesemuanya tergantung dari progran yang sedang dilaksanakan. Pada
umumnya obyek pengawasan tersebut ialah sesuatu yang dipadnang paling penting
dari suatu progran dan atau dipandang bersifat strategis. Untuk ini obyek
pengawasan dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Kuantitas (quantity) dan kualitas (quality) program
2. Biaya (budget) program
3. Pelaksanaan (implementation) program
4. Hal-hal yang bersifat khusus

Metoda
Agar pengawasan berjalan dengan baik perlu diciptakan suatu mekanisme umpan
balik (feed back mechanism) yang lengkap, yang harus dapay dilakukan pada setiap
pentahapan program. Metoda pengawasan yang dapat dipergunakan disini banyak
macamnya, misalnya ialah :
1. Melalui laporan khusus dan hasil analisa yang dilakukan terhadap laporan
khusus tersebut.
2. Melalui data statistik yang dikumplkan yang menyangkut berbagai aspek
kegiatan organisasi
3. Melalui observasi personal yang dilakukan oleh pimpinan (personal observation)
atau orang-orang tertentu (control through key personnel)
4. Melalui internal audit (control through internal audit)
5. Melalui alat elektronik otomatik (control through automatic devices)

Proses
Pengawasan pada dasarnya merupakan suatu proses. Proses yang dimaksud disini
terdiri dari berbgai pentahapan ataupun langkah-langkah tertentu yang jika
disederhanakan terlihat sebagai berikut :

53
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

1. Merumuskan rencana, tujuan dan sumber pengawasan


2. Mengukur penampilan
3. Membandingkan penampilan
4. Menarik kesimpulan dan melaksanakan tindak lanjut

SUPERVISI
Batasan
Jika ditinjau dari asal kata, supervisi berasal dari kata super (latin = di atas) serta
videre (latin = melihat). Dengan demikian jika ditinjau dari asal kata, supervisi
berarti melihat dari atas. Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian
supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum disebutkan yang
dimaksudkan dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan bawahan untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya.

Unsur Pokok
Dari batasan umum yang seperti ini segera terlihat bahwa dalam pengertian supervisi
terdapat beberapa unsur pokok. Unsurunsur pokok yang dimaksud adalah
1. Pelaksanaan
2. Sasaran
3. Frekuensi
4. Tujuan
5. Teknik

Manfaat
Aapabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan alas dua
macam:
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja

Prinsip Pokok
Prinsip pokok supervisi banyak macamnya. Secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan penampilan
"bawahan", bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan penampilan ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan
"bawahan", untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, maka sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter. Supervisi yang lebih menampilkan
kekuasaan serta lebih mengutamakan perintah dan sanksi, bukanlah supervisi
yang baik.

54
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik.
4. Supervisi hams dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjadi kerjasama
yang baik antara "atasan" dan "bawahan", terutama pada waktu melaksanakan
upaya penyelesaian masalah dalam rangaka lebih meningkatkan penampilan
"bawahan".
5. Strategi dan tata caara supervisi yang akan dilakukan hams sesuai dengan
kebutuhan masing-masing "bawahan" secara individu. Penerapan sstrategi dan
tata cara yang sama untuk semua kategori "bawahan", bukanlah supervisi yang
baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

Pelaksana
Telah disebutkan bahwa pelaksana atau yang bertanggung jawab
melaksanakan supervisi adalah "atasan" yakni mereka yang memiliki "kelebihan
dalam organisasi. Yang terbaik, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan
kedudukan, teteapi juga pengetahuan dan ketrampilan.
Bertitik tolak dari uraian yang seperti ini, dan juga disesuaikan dengan
prinisp-prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan
baik, maka ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana
supervisi (supervisor). Syarat atau karakteristik yang dimaksud adalah :
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi.
Atau apabila hal ini tidakk mungkin, dapat ditunjuk staff khusus dengan batas -
batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi hams mempunyai sifat edukatif dan suportif, buka otoriter.
5. Pelaksanaan supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa,
melainkan secara sabar berupa meningkatkan pegetahuan dan ketrampilan dan
juga sikap "bawahan" yang di supervisi.

Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian
masalah (problem solving). Bedanya hanya pada cara pengumpulan data serta cara
penyelesaian masalah. Pada supervisi cara pengumpulan data ialah dengan
menggunakan teknik pengamatan langsung (direct observation), serta cara
penyelesaian masalah dilakukan secara bersama dan langsung dilakukan secara
bersama dan langsung di tempat (on the spot).
Dengan perbedaan yang seperti ini, jelas untuk dapat melaksanakan supervisi
yang baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengamatan langsung
2. Kerjasama

55
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

7.PENILAIAN PROGRAM KESEHATAN

PENDAHULUAN
Setiap administrator yang diserahkan tanggung jawab mengelola program
kesehatan selalu dihadapkan pad suatu keadaan yang tidak pasti (uncertainty).
Keadaan yang tidak pasti tersebut jika disederhanakan dapat disimpulkan ke dalam
tiga macam pertanyaan yakni:
1. Pertanyaan tentang ketepatan program
2. Pertanyaan tentang pelaksanaan program
3. Pertanyaan tentang hasil yang dicapai

Batasan
Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dianggap
cukup penting adalah:
1. Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang
dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan dan perencanaan suatu
program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan tersedia
guna penerapan selanjutnya (The World Health Organization)
2. Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan
dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(The American Public Association).
3. Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan
saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program
(The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for
Population Options).
4. Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari
dilaksanakan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Riecken). Jika diperhatikan keempat batasan di atas, segera terlihat bahwa ada
dua pendapat tentang penilaian tersebut yakni:
 Penilaian hanya dilakukan pada tahap akhir program
 Penilaian dapat dilakukan pada setiap tahap program

Jenis
Sesuai dengan pengertian penilaian dapat ditemukan pada setiap pelaksanaan
program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yakni:
1. Penilaian pada tahap awal program
2. Penilaian pada tahap pelaksanaan program
3. Penilaian pada tahap akhir program

Ruang Lingkup
Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka ruang lingkup penilaian yakni hal
– hal yang akan dinilai dari suatu progam kesehatan adalah amat luas sekali.

56
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Beberapa serajana memberikan pedoman sebagai berikut :

1. Deniston
Deniston menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program
kesehatan dibedakan ke dalam empat jenis yakni:
a. Kelayakan program
b. Kecukupan program
c. Efektivitas program
d. Efesiensi
2. George James
a. Upaya program
b. Penampilan program
c. Ketepatan penampilan program
d. Efesiensi program
3. Milton R. Roemer
Milton R. Roemer membedakan ruang lingkup penilaian suatu program
kesehatan atas enam jenis, yaitu:
a. Status kesehatan yang dihasilkan
b. Kualitas pelayanan yang diselenggarakan
c. Kuantitas pelayanan yang dihasilkan
d. Sikap masyarakat terhadap program kesehatan
e. Sumber daya yang tersedia
f. Biaya yang dipergunakan
4. Blum
Sama halnya dengan Roemer. Blum juga membedakan ruang lingkup penilaian
atas enam macam. Hanya saja perinciannya agak berbeda, yakni:
a. Pelaksanaan program
b. Pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan
c. Efektivitas program
d. Efesiensi program
e. Keabsahan basil yang dicapai oleh program
f. Sistem yang dipergunakan untuk melaksanakan program
Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian tersebut secara sederhana
dapat dibedakan atas empat kelompok saja, yakni:
1. Penilaian terhadap masukan
2. Penilaian terhadap proses
3. Penilaian terhadap keluaran
4. Penilaian terhadap dampak
Keempat ruang lingkup yang seperti ini, secara sederhana dapat digambarkan
dalam bagan 8.1.

57
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Langkah
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan penilaian, tentu diperlukan pedoman
dalam melaksanakannya. Pedoman yang dimaksud pada dasarnya terdiri dari
lanngkah-langkah yang harus dilakukan pada waktu melaksanakan penilaian. Untuk
ini ada beberapa pendapat yang dikenal yaitu :
1. Mac Mahon
Mac Mahon membedakan langkah-langkah penilaian atas tiga tahap, yaitu:
a. Tahap menentukan macam dan ruang lingkup penilaian
b. Tahap pemahaman program yang akan dinilai
c. Tahap pelaksanaan penilaian dan menarik kesimpulan
2. Audie Knutson
Audie Knutson membedakan langkah-langkah penilaian atas tiga macam, yakni:
a. Tahap pemahaman program yang akan dinilai
b. Tahap mengembangkan rencana penilaian dan melaksanakan penilaian
c. Tahap menarik kesimpulan
3. Levey dan Loomba
Levey dan Loomba membedakan lanngkah-langkah penilaian atas enam jenis,
yakni:
a. Tahap menetapkan tujuan penilaian
b. Tahap melengkapkan tujuan dengan tolak ukur tertentu
c. Tahap mengembangkan model, rencana dan program penilaian
d. Tahap melaksanakan penilaian
e. Tahap menjelaskan derajat keberhasilan yang dicapai
f. Tahap menyusun saran-saran
4. The World Health Organization
The World Health Organization membedakan langkah-langkah penilaian atas
sembilan tahap, yakni:
a. Tahap penilaian hal yang akan dinilai,
b. Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan

58
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

c. Tahao memeriksa hubungan keterangan dengan tujuan penilaian


d. Tahap menilai kecukupan keterangan
e. Tahap menetapkan kemajuan program
f. Tahap menetapkan efektivitas program
g. Tahap menetapkan efesiensi program
h. Tahapp menetapkan dampak program
i. Tahap menarik kesimpulan dan menyusun saran
Untuk kepentingan praktis, langkah-langkah yang ditempuh pada waktu
melaksanakan penilaian agaknya merupakan perpaduan dari keempat pembagian di
atas. Langkah-langkah yang dimaksud ialah:
1. Pahami dahulu program yang akan dinilai
2. Tentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan
3. Susunlah rencana penilaian
4. Laksanakan penilaian
5. Tarik kesimpulan
6. Susunlah saran-saran

Teknik Penilaian
Teknik penilaian banyak macamnya,karena kesemuanya tergantung dari
program yang akan dinilai. Dalampraktek sehari-hari yang sering dipergunakan
adalah teknik Ragpie Program Matrix (RPM). Adapun prinsip dari RPM tersebut
sebagai berikut:
1. Sederhana dan kelompokkan program kedalam tiga penahapan yakni tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian (akhir) program.
2. Sederhana dan kelompokkan program kedalam tiga komponen yaitu komponen
sumber, komponen kegiatan dan komponen tujuan.
3. Isilah kotak yang terbentuk dengan keterangan yang sesuai, dan lakukan
perbandingan. Setelah itu tarik kesimpulan dan susunlah saran.

E.SUMBER BELAJAR
1. Azrul Azwar. 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta
2. Budioro. 1997. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. FKM
Undip. Semarang
3. Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. Gramedia. Jakarta
4. Gde Muninjaya. 1999. Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta
5. WHO.1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. EGC. Jakarta

59
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 3

KEBIJAKAN KESEHATAN

PENELITIAN KEBIJAKAN

PENGERTIAN

Penelitian kebijakan, seperti telah diuraikan sebelumnya, termasuk ke dalarn


kelompok penelitian terapan atau dalam lingkup penelitian sosial yang dalam
aplikasinya mengikuti prosedur umum penelitian yang berlaku, disertai dengan sifat
spesifiknya.
Secara sederhana penelitian kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian
yang dilakukan untuk mendukung kebijakan. Oleh karena sifatnya mendukung
kebijakan, maka penelitian ini bersifat khas, namun tidak berarti mengada-ada. Ann
Majchrwk (1984) mendefinisikan penelitian kebijakan sebagai proses
penyelenggaraan penelitian untuk mendukung kebijakan atau analisis terhadap
masalah-masalah sosial yang bersifat fundamental secara teratur untuk membantu
pengambil kebijakan memecahkan masalah dengan jalan menyediakan rekomendasi
yang berorientasi pada tindakan atau tingkah laku pragmatik. Oleh karena sifatnya
berorientasi kepada tingkah laku pragmatik, maka yang perlu dihasilkan oleh peneliti
kebijakan adalah bukan terletak pada hingga mana bobot ilmiah sebuah hasil
penelitian, namun hingga mana hasil penelitian punya aplikabilitas atau
kemamputerapan dalam rangka memecahkan masalah sosial.
Kegiatan penelitian kebijakan
1. Diawali dengan pemahaman yang menyeluruh terhadap masalah sosial, seperti
kekurangan nutrisi, kemiskinan, ledakan penduduk, urbanisasi, inflasi,
kerawanan sosial dan lain-lain, dilanjutkan dengan
2. Pelaksanaan penelitian untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
3. Kegiatan akhir dari penelitian kebijakan adalah merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah untuk disampaikan kepada pembuat kebijakan.

Seperti halnya penclitian-penelitian sosial atau penelitian terapan, penelitian


kebijakan diarahkan untuk memberi efek terhadap tindakan praktis, yaitu pemecahan
masalah sosial. Namun demikian penclitian kebijakan bersifat sangat khas. Kekhasan
penelitian kebijakan terletak pada fokusnya, yaitu berorientasi kepada tindakan untuk
memecahkar. masalah sosial yang unik, yang jika tidak dipecahkan akan memberikan
efek negatif yang sangat luas.

Penelitian kebijakan hadir untuk mengilmiahkan kebijakan atau menghasilkan


kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dalam batas-batas yang
tidak berbenturan keras dengan political will atau lingkungan sosial politik di suatu
negara. Ada sekelompok pendukung yang penuh keyakinan bahwa kalaupun otak
manusia punya keterbatasan, namun ada saatnya (tentu tidak dapat ditentukan besok,
apalagi hari ini) akan dapat mengimbangi kepelikan dunia sosial melalui suatu sistem

60
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

rekayasa yang disebut dengan rekayasa sosial. Karena itu, seperti dflcemukakan oleh
Lindblom (1980) ada kemungkinan kelompok ini untuk meningkatkan peran
komponen analisis (akademik-ilmiah) dan menurunkan bobot politis dalarn
perumusan kebijakan.
Dalarn wawasan atau idealisme ini, proses (steps) perumusan kebijakan berkait erat
dengan proses kerja ilmiah apa pun, yang meliputi:
1 . Identifilkasi dan formulasi masalah kebijakan.

LATAR BELAKANG

Maichruk (1984) mengemukakan bahwa ada tiga latar belakang penelitian kebijakan
yang sungguh-sungguh harus dipahami oleh peneliti, yaitu :

1. Penemuan yang diperoleh dalam penelitian kebijakan hanyalah salah satu dari
banyak masukan yang diperlukan bagi pembuatan kebijakan.
2. Kebijakan itu tidak dibuat, bahwa kebijakan merupakan suatu akumujasi.
3. Kompleksitas kebijakan pada hakikatnya sama dengan kompleksitas masalah
sosial.

Aspek pertama arena kebijakan yang relevan bagi penelitian kebijakan adalah bahwa
penemuan-penemuan penelitian hanyalah salah satu dari banyak masukan yang
diperlukan bagi pembuatan kebijakan atau keputusan kebijakan (policy decision).
Masukan-masukan lain yang menunjang keputusan kebijakan adalah :

1. Pandangan-pandangan dan kearifan-kearifan dari konstituensikonstituensi dan


testemonial-testernonial.
2. Sisi memberi dan menerima antara staf dan atasan, pendapat staf serta keeksisan
kebijakan.
3. Sikap-sikap yang dikonsepsikan sebelumnya.
4. Masukan lain yang relevan.

ARAH DAN HAKIKAT PENELITIAN KEBIJAKAN

Bahwa administrator adalah peserta perumus kebijakan yang utama, sesuai dengan
status formaInya. Administrator atau pimpinan bekeda untuk merumuskan kebiJakan
atas dasar prioritas yang paling mendesak, khususnya yang berkenaan dengan
pernecahan masalah sosial. Makin kompleks dan luasnya tugas-tugas keorganisasian,
menyebabkan kian banyak masalah yang dihadapi oleh pimpinan dalam pekerjaan dan
masalah tersebut tidak dapat dipecahkannya sendiri tanpa pendapat atau informasi
yang memadai, balk kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kebijakan (policy
research) secara. spesiflk dituJukan untuk membantu pembuat kebijakan
(policymaker) dalarn menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan
pendapat atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang kita
hadapi sehari-hari.

61
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Dengan demikian, penelitian kebijakan merupakan rangkaian aktivitas yang diawali


dengan
1. Persiapan peneliti untuk mengadakan penelitian atau kajian,
2. Pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan
3. Penyusunan rekomendasi.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa penelitian kebijakan pada hakikatnya


merupakan penelitian yang dimaksudkan guna melahirkan rekomendasi untuk pembuat
kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial. Masalah sosial oleh para peneliti
tidak dapat dipersepsi secara tunggal, oleh karena terdapat banyak persepsi mengenai
masalah sosial, lebih-lebih masalah sosial itu menyangkut seluruh tatanan kehidupan.

Penelitian kebijakan merupakan perpaduan intensif antara pelbagai unsur


pembangunnya, yaitu ilmu, keprigelan, dan Beni (Ann Majchrzak, 1984)i Emu sebagai
padanan kata science dalam bahasa Inggris merupakan batang tubuh dari teori, konsep
dan prinsip-prinsip metodologi. Paling tidak ada dua dimensi ilmu yang terkait di sini,
yaitu ilmu dalam arti subject matter dan ilmu dalam arti metodologi penelitian. Dua
hal ini harus dimiliki oleh peneliti, yang pertarna berkenaan dengan akurasi kajian atas
permasalahan dan yang kedua berkenaan dengan akurasi cara. pengkajian. Keprigelan
(craftlore) adalah seperanglcat teknik kemampuan keija, keteraturan keija berdasarkan
pengalaman dan prosedur operasi standar dalam proses penelitian. Keprigelan
umumnya didapat dari pengalaman penelitian, di samping penguasaan metodologi
penell tian yang diterima di bangku kuliah atau pelatihan. Seni atau kiat (art) adalah
langkah, gaya, dan cara melakukan pada penelitian. Proses kerja dalam penelitian
secara metodologis sama untuk satu metode yang dipakai, namun cara peneliti berbeda
dalam proses yaitu sangat individual sifatnya. Sebagai contoh, untuk menyusun
instrumen penelitian, ada peneliti yang mengawalinya dengan penyusunan kisi-kisi
instrumen, namun ada yang hanya beranjak dari definisi operasional variabel. Dua cara
itu pada akhirnya dimaksudkan untuk - menghasilkan instrumen yang memenuhi
kriteria valid dan reliabel, namun kegiatan awal untuk mencapai kondisi itu berbeda
pada masing-masing peneliti.

TIPOLOGI PENELITIAN KEBIJAKAN

Ada empat tipe proses penelitian yang dapat memberikan efek terhadap pemecahan
masalah sosial.
Proses-proses penelitian itu meliputi :
1. Penelitian dasar analisis kebijakan - bukan dalam makna pure research seperti
yang ada pada jenis penelitian tradisional.
2. Penelitian teknikal.
3. Analisis kebijakan.
4. Penelitian kebijakan.

62
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Penelitian sosial dasar (basic sosial research) atau penelitian dasar analisis kebijakan
mengacu kepada penelitian akademik tradisional yang secara umum dilaksanakan pada
beberapa departemen/jurusan di universitas atau di lembaga-lembaga penelitian lain.
Analisis kebijakan (policy analisis) merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengkaji proses pernbuatan kebijakan. Analisis kebijakan ditampilkan secara tipikal
oleh ilmuwan atau pakar politik yang berminat dengan proses di mana kebijakan
diadopsi sebagai efek dari peristiwa-peristiwa politik. Berkenaan dengan analisis
kebijakan, Lindblom (1986) mengatakan :
Kita sering menjumpai teknik-teknik baru ini digunakan dalam proyekproyek dengan
narna analisis kebijaksanaan (policy analysis). Meski kita rnenggunakan istilah
analisis sebagal sebutan gampang bag! segala macam informasi, pernbicaraan, dan
analisis tentang kebijaksanaan, istilah analisis kebijaksanaan biasanya menunjuk
batasan yang lebih sempit sekitar bentuk-bentuk spesifik dari analisis profesional.
Dalarn bentuknya yang terbalk sua to analisis keb#aksanaan merumuskan masalah
kebijaksanaan sebagai suatu yang utuh, merinci sasaran dan nilai-nilai lainnya,
niengajukan dan mengevaluasi alternatif pernecahan, dan mengidentiflkasikan
pemecahan yang paling erat berkaitan dengan nilai-nfiai yang telah diformulasikan.

Analisis kebijakan (policy analysis), seperti diakui sendiri oleh Lindblom (1986)
punya sejumlah kelemahan. Kelernahan-kelemahan itu terlihat dari empat sisi, yaitu :

1. Analisis tidak selalu benar atau bisa saja salah dan hal ini diakui oleh khalayak
pemilih atau warga.
2. Analisis tidak selalu adaptif untuk menyelesaikan tedadinya konfific antara nilai
dengan kepentingan.
3. Proses keija analisis lambat dan biayanya mahal.
4. Analisis tidak sepenuhnya dapat menunjukkan secara nyata, masalah mana yang
hams diselesafican segera.
Empat proses penelitian seperti disebutican di muka, diklasifikasikan atas dasar
tindakan dan fokus. Proses penelitian yang berorientasi tinggi pada tindakan (high
action orientation) lebih diarahkan untuk mendapatkan kemanfaatan atau utilitas atau
basil segera dibandingkan dengan proses penelitian yang berorientasi rendah pada
tindakan (low action orientation). Proses penelitian- juga berfolcus pada pertanyaan-
pertanyaan teknikal (technical questions) atau isu-isu fundamental (fundamental
issues). Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan umurnnya mempunyai tiga
sifat, yaitu :
1. Dimensinya sangat luas.
2. Bersifat multifaset.
3. Menggali keanekaragaman konsekuensi bagi kelompok orang dalam jumlah
besar.

Penelitian kebijakan hanyalah tipe atau bentuk penelitian dengan dua orientasi utama,
yaitu:
1. Berorientasi kepada tindakan.
2. Berorientasi kepada masalah-masalah yang bersifat fundamental.

63
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa orientasi. penclitian ini adalah menyediakan
fasilitas kepada pembuat kebijakan - dalam terminologi manajemen disebut pembuat
keputusan - dengan jalan merumuskan rekornendasi yang berguna baginya. Sernua
tindakan yang mungkin d-;lakukan oleh pembuat kebijakan bagi pernecahan masalah
sosial yang bersifat fundamental diajukan oleh pencliti kebijakan atas dasar
penelitian yang cermat. Dengan cara ini, berarti hanya tindakan-tindakan yang paling
tepat direkornendasikan.

KARAKTERISTI K STUDI PENELITIAN KEBIJAKAN

Karakteristik utama penelitian kebijakan menurut Ann Majelmak (1984) adalah


sebagai berikut :
1. Fokus penelitian bersifat multidimensional atau banyak dimensi.
2. Orientasi penelitian bersifat empiris-induktif.
3. Menggabungkan dimensi masa depan dan masa kini.
4. Merespons kebutuhan pernakai basil studi.
5. Menonjolkan dimensi kerja sama secara eksplisit

Karakteristik penclitian kebijakan sebagaimana d-;sebutkan di atas dalam artian


biasa tidak sepenuhnya tidak dimiliki oleh penelitian tradisional lainnya. Perbedaan
karakteristik penelitian kebijakan dengan penelitian lainnya hanya pada penckanan-
penekanan khusus dari masing-masing karakteristik tersebut serta kepaduan masing-
masing karakteristik tersebut.

1. Multidimensi Fokus Penelitian Kebijakan

Fokus penelitian kebijakan bersifat banyak dimensi (multidimensional focusses),


yang dalam terminologi penelitian tradisional sering disebut pendekatan antar atau
lintas bidang. KebiJalcan publik secara tipikal dimaksudlcan untulc memecahkan
masalahmasalah sosial yang lcompleks yang munculnya disebablcan oleh banyak
dimensi, faktor, efek dan peristiwa.

2. Pendekatan Empiris-Induktif dalam Penetitian Kebijakan

Penelitian kebijakan menggunakan pendekatan empiris-induktif (empirico-inductive


approach), karena itu penelitian ini diamali dengan pernahaman terhadap masalah -
masalah sosial dan usahausaha empiris untuk menyusun konsep dan teori-teori kausal
sebagai kajian dari perkembangan masalah-masalah sosial. Dalam kata-kata Bogdan
dan BikIen (1982) dirumuskan bahwa "Analytic induction if an approach to
collecting and analyzing data as well as way to develop theory and test it." Lebih
jauh, Nazir (1985) berpendapat sebagai berikut :

Alasan induktif adalah cara berpikir untuk memberi alasan yang dimulai dengan
pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menymn suatu argumentasi yang bersifat

64
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

umum. Alasan secara induktif banyak digunakan untuk menj aj aki aturan-aturan
alamiah dari suatu fenomena.

Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, kuda ada mulut,
burung ada mulut, maka ditarik kesimpulan bahwa binatang ada mulut.

3. Berfokus pada Vadabel-vafiabel Lunak

Karakteristik ketiga dari penelitian kebijakan adalah, bahwa penelitian kebijakan


berfolcus pada variabel-variabel lunak (malleable variables). Untulc rnewujudkan
penelitian kebijakan yang benar-benar menghasilkan orientasi tindakan. dan
rekornendasirekornendasi yang dapat di implementasikan, penelitian harus terfokus
pada aspek-aspek masalah sosial yang terbuka untuk mempengaruhi dan
mengintervensi. Variabel-variabel yang terbuka untuk mempengaruhi dan
mengintervensi disebut variabel lunak. Penentuan apakah variabel itu merupakan
variabel lunak atau bukan, bukanlah pekeijaan yang mudah. Bagi peneliti kebijakan
pemula, menentulcan variabel sebagai folcus kajian saja sulit, apalagi akan
mensortirnya kedalarn variabel lunak atau bukan. Arturo Israel (1992) dalarn sebuah
laporannya mengenai evaluasi proyelcproyek Bank Dunia mengemukakan sebagai
berilcut :

Derajat efektivitas atau prestasi lembaga dipandang sebagai variabel yang dijelaskan,
dan ada dua belas varlabel bebas atau penjelas dalam putaran awal :
a. Derajat kekhususan kegiatan badan.
b. Derajat persaingan yang Whadapi olch badan.
c. Derajat sebaran geografis dari kegiatan badan.
d. Derajat dukungan politik atau kornitmen.
e. Derajat campur tangan politik terang-terangan.
f. Penampilan para manajer yang terkenal.
g. Efektivitas dalam penerapan teknik-teknik manajemen.
h. Faktor-faktor eksogen.
i. Hasil (tingkat Imbalan) investasi proyek.
j. Derajat keberhasilan program pengernbangan lembaga.
k. Defisit (atau tiadanya pemasukan) atau surplus. 1. Tingkat gaji lebih rendah
daripada rata-rata.

4. Berorientasi kepada Pemakal I-lasil Studi

Ciri keempat penelitian kebijakan adalah, bahwa penclitian ini responsif terhadap
kebutuhan pernakai basil studi. Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya,
bahwa penelitian kebijakan dapat dilakukan atas biaya lembaga tertentu –yang
berkepentingan langsung terhadap basil studi penclitian tersebut dan dapat juga tidak.
Terlepas dari siapa penyandang dana dan bagairnana hubungan mereka dengan
peneliti kebijakan, yang pasti adalah bahwa penelitian kebijakan dimaksudkan untuk
meresponskebutuhan calon pemakai hasil studi.

65
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Karakteristik kritis penclitian kebijakan adalah mengidentifikasi dan mengenai calon


pernakai hasil stud! (study user), hal ini merupakan fase tersendiri dalam keseluruhan
proses kerja penelitian kebijakan. Pemakai hasil studi kebijakan banyak dan
bervariasi, bisa dalam bentuk individulkelompok dan bisajuga dalam bentuk
lembagalorganisasi. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diidentifikasi atau
dikenal oleh peneliti kebijakan berkenaan dengan study user adalah

a. Status lembaga pernakai.


b. Peran yang ditampilkan oleh lembaga pemakai.
c. Harapanrharapan lernbaga pemakai mengenai basil akhir studi biasanya
diketahui melalui diskusi awal untuk merumuskan masalah penehtian.
d. Karakteristik individu/kelompok pemakai.
e. Keprobadian dan asumsimasumsi individu / kelompok peniakai
f. Disposisi kebutuhan individu / kelompok pemakai

5. Mensyaratkan Kerjasama

Karakteristik terakhir penelitian kebUakan adalah, bahwa penelitian kebijakan


niensyaratkan keija sama. Penelitian kebijakan merupakan proses yang sarat nilai
(value-laden process), di mana para pembuat kebijakan banyak terlibat di. dalam
usaha-usaha penelitian. Katena kenyataan demikian, pada saat-saat tertentu sering
menimbulkan konflik tata nilai. Nilai-nilai pengguna hasil studi akan merambah ke
dalam rangkaian keija penelitian kebijakan, seperti pada proses-proses :
a. Perumusan masalah yang akan diselidiki.
b. Perumusan pertai)yaan-pertanyaan penelitian.
c. Pengkaiian terhadap data yang terhimpun.
d. Pengembangan atau pembuatan rekomendasi.
e. Penyebaran basil rekomendasi studi kepada pernakai ataupun pesaing - khusus
untuk penelitian kebijakan yang mempunyai efek luas, termasuk efek bisnis.

Secara spesifik dapat d&emukakan bahwa penelitian kebijakan mempunyai


karakteristik khusus, yaitu
a. Hanya mencakup variabel-variabel kecil atau memilah-milah variabel yang luas
menj adi beberapa subvariabel.
b. Fokus penelitian secara exlusive lebih menonjolkan masa kini daripada masa
Ialu atau kecenderungan masa depan.
c. Gagas mewawas secara eksplisit peranan nilal-nilai, terutama nilai-nilai ilmiah.
d. Kedudukan peneliti berada di bawah bayang-bayang pengguna hasil studi.

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KEBIJAKAN

Penelitian kebijakan dilaksanakan dengan menernpuh langkah-langkah yang dalam


banyak hal sama dengan penelitian tradislonal. Perbedaan utamanya hanya terletak
telaah_ pustaka. dan_ rexJ unman_ tekamfn.ciasi hacil stiuii_ Peneliti. kebijakan

66

64
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

rlun perlu melakukan telaah pustaka, namun sifatnya bukanlah sebagai predetermined
theory atau predefined theory sebagaimana lazimnya penelitian lainnya. Penelitian
tradislonal pun sering diakhiri dengan rekomendasi, namun sifat rekomendasi. tidak
sama dengan rekomendasi yang dihasilkan dalani penelitian kebijakan.
Ann Majchrzak (1984) mengemukakan lima langkah penelitian kebijakan sebagal
berikut
1. Persiapan.
2. Konseptualisasi studi.
3. Analisis teknikal.
4. Perumusan rekomendasi.
5. Mengkomunikasikan hasil studi.

PELAKSANAAN PENELITIAN KEBIJAKAN

PERSIAPAN
lnformasi awal dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif atau nuansa-nuansa
politik serta nuansa-nuansa keorganisasian.
Lebih spesifik dapat dikemuka,kan bahwa informasi awal yang diperlukan oleh
peneliti kebijakan adalah:
1. Isu-isu yang muncul secara temporal dan. kekinian.
2. Konteks pembuatan kebijakan masa lalu.
3. Sumber-sumber studi yang akan digunakan.
4. Tipe rekornendasi studi yang dikehendaki.
5. Ancaman-ancaman yang akan muncul jika masalah yang ada tanpa dipecalikan.
6. Kekuatan clan peluang-peluang yang ada pada sistem.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan. selarna fase persiapan didiskusikan, dengan fokus


utama pembahasan adalah :
1. Jenisjenis informasi awal atau data awal yang harus dikumpulkan dan cara
mengumpulkannya.
2. Metodologi pengumpulan informasi.
3. Isu-isu yang terkait dengan keputusan pelaksanaan penelitian
4. Alat untuk menjaring data awal dan data penelitian.

Ann Maichmak (1984) mengemukakan bahwa ada empat isu pokok yang harus
diketahui olch peneliti sebelum melakukan kerja penclitian kebijakan. Keempat isu
tersebut adalah :

1. Latar pembuatan kebijakan untuk memecahkan masalah sosial.


2. Bentangan rumusan daii dan nilai-nilai yang terkandung dalam masalah-masalah
sosial.
3. Tipc rekomendasi pernecahan masalah sosial yang paling mungkin dirumuskan
dan aplikatif.
4. Surnber-sumber yang dibutuhkan dan tersedia bagi penyclenggaraan studi
penelitian kebijakan

67
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

SWOT ANALISIS

Pendahuluan

Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah


lembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke duapuluh, lembaga-lembaga
ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan
dihadapkan pada perubahan-perubahan barn. Perubahan dari masyarakat industri
ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur ke arah
orientasi jasa, telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan
atas program barn pendidikan kejuruan yang ditawarkan (Martin, 1989).

Analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman atau SWOT (juga


dikenal sebagai analisis TOWS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan
sebuah kerangka pemikiran untuk para administrator pendidikan dalam
memfokuskan secara lebih baik pada layanan kebutuhan dalam masyarakat.

SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bias
digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan
untuk pengelolaan pegawai administrasi (administrator). Sehingga, SWOT disini
tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menunjukkan bagaimana SWOT dapat
digunakan oleh para administrator dalam menganalisis dan memulai pembuatan
program baru yang inovatif untuk ditawarkan dalam pendidikan kejuruan.

Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan
eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan
sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan
strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991).
Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman
dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan
dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa
depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang
kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan
dengan program yang lebih inovatif dan relevan.

Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja
dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran,
keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan,
dan ancaman. (Johnson, et al., 1989)

68
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM KBN TAHUN 2010

1. Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga


miskin, berpendidikan rendah, PUS MUPAR, daerah pedesaan, tertinggal,
terpencil, perbatasan dan daerah dengan unmet need tinggi
2. Peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alkon MKJP
3. Peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan KR bagi keluarga dan
individu untuk meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak dalam
mewujudkan keluarga sehat dengan jumlah anak ideal serta pencegahan berbagai
penyakit seksual dan alat reproduksi
4. Peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja
dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga dan pendewasaan usia
perkawinan
5. Peningkatan kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi dan anak serta pembinaan
kualitas hidup keluarga secara terpadu
6. Pemberdayaan ketahanan keluarga akseptor KB untuk mewujudkan
kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya
7. Mengoptimalkan upaya-upaya advokasi,promosi dan KIE Program KB Nasional
8. Pembinaan kuantitas dan kualitas SDM di lini lapangan dan kualitas manajemen
pengelolaan program KB nasional
9. Peningkatan kualitas pengelolaan data dan informasi Program KB Nasional

KEBIJAKAN KESEHATAN
 Penggalangan kemitraan lintas sektor
 Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
 Peningkatan kemampuan daerah
 Pemberdayaan masyarakat dan swasta
 Pengembangan sumber daya kesehatan
 Pelaksanaan upaya kesehatan

Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


 Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE)
 Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
 Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

Kebijakan program lingkungan sehat


 Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
 Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
 Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
 Pengembangan wilayah sehat

69
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Kebijakan program upaya kesehatan


 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
 Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
 Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
 Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana

Kebijakan program pelayanan kesehatan


 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
 Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
 Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
 Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

Kebijakan program upaya kesehatan perorangan


 Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
 Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
 Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
 Pengadaan obat dan perbekalan RS
 Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
 Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
 Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit


 Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
 Peningkatan imunisasi
 Penemuan dan tatalaksana penderita
 Peningkatan surveilans epidemologi
 Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit

Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat


 Peningkatan pendidikan gizi
 Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan
zat gizi mikro lainnya
 Penanggulangan gizi lebih
 Peningkatan surveilans gizi
 Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

Kebijakan program sumber daya kesehatan


 Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
 Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin
 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

70
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan


 Pengkajian dan penyusunan kebijakan
 Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan
pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta
hukum kesehatan
 Pengembangan sistem informasi kesehatan
 Pengembangan sistem kesehatan daerah
 Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan

Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan


 Penelitian dan pengembangan
 Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
 Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

71
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 4

HIPERKES

1.HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA

Hiperkes merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang


mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan
masyarakat di sekitar perusahaan, dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan
keselamatan akibat proses produksi di perusahaan.

Hygiene perusahaan merupakan spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta


prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut, serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan mengecap derajat
kesehatan setinggi-tingginya.
Hygiene perusahaan adalah upaya pemeliharaaan lingkungan kerja (fisik,
Kimia, Radiasi) dan lingkungan perusahaan.
Sifat-sifat hygiene perusahaan:
 sasarannya adalah lingkungan kerja yaitu sebagai upaya pencegahan timbulnya
penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat produksi perusahaan.
 Bersifat teknik
Usaha-usaha hygiene perusahaan dan kesehatan kerja:
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
 Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manu sia
 Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja
 Pemeliharaan dan peningkatan hygiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya
seperti kebersihan ruangan-ruangan, carapembuangan sampah sisa pengolahan
dan sebagainya
 Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan
 Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan (entjang,1974)

Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja melakukan kegiatan


yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Ada beberapa golongan
lingkungan kerja, antara lain:

 Lingkungan fisik (cahaya, pertukaran udara, tekanan suhu)


 Lingkungan kimia (bahan baku, bahan jadi, bahan sisa)
 Lingkungan biologi (flora dan fauna yang ada hubungannya dengan kegiatan

72
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

perusahaan
 Lingkungan sosial misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya gangguan
kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja, merupakan salah satu faktor penyebab
penyakit akibat kerja dan keselamatan kerja.
Kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara
serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja
dengan kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang maksimal, sehingga dapat
berproduksi secara maksimal pula.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga
kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut (dainur,
1992).
Undang-undang tentang hygiene dirumuskan dalam undang-undang no 2 tahun
1966, yang merupakan undang-undang tentang hygiene untuk usaha-usaha bagi
umum. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa istilah Hygiene dipergunakan
untuk mencakup seluruh usaha manusia maupun masyarakat yang perlu dijalankan
guna mempertahankan dan memperkembangkan kesejahteraannya di dalam
lingkungannya yang bersifat badan dan jiwa, maupun sosial. Agar Pemerintah dapat
melakukan usaha-usaha dalam lapangan hygiene yang lebih luas, maka Undang-
undang ini, yang menetapkan hal-hal yang pokok mengenai hygiene, dapat
dipergunakan sebagai dasar hukum untuk mengadakan usaha-usaha lebih lanjut.
Undang-undang tentang hygiene perusahaan ini tidak mengurangi beraneka faham
tentang isi dan makna daripada apa yang dimaksud dengan hygiene dalam ilmu
kedokteran
(http://kambing.vlsm.org/bebas/v01 /Rl/uu/ 1966/uu- 1966-002.txt).
Hygiene perusahaan dibahas dalam pasal 10 point 2 undang-undang no 14
tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. Dalam
undangundang ini disebutkan bahwa pemerintah membina pelindungan kerja yang
mencakup norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan. Yang dimaksud dengan
norma disini adalah "standard" ukuran tertentu yang harus dijadikan pegangan
pokok. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa norma kesehatan kerja dan
hygiene perusahaan meliputi: pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan
tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga
kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi
syarat hygiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk pencegahan penyakit, baik
sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan
bagi perumahan untuk tenaga kerja
(http://www.worldlii.org/id/legis/uu/ l 969/uu-1969-014.html).

Perumusan kebijakan, perumusan program, pelaksanaan, koordinasi


pelaksanaan pengolahan data, evaluasi pelaksanaan, dan pelaksanaan administrasi
badan hygiene perusahaan, dilaksanakan oleh Badan Penelitian Dan Pengembangan
Ketenagakerjaan Dan Ketransmigrasian

73
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

(http://www.nakertrans.go.id/organisasi/Tupoksi Balitbani.htm).

2.KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Batasan
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif,
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja.

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,


beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (tJU Kesehatan 'l'ahun 1992 Pasal 23).

Konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi


pennasalahan. Evaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
Secara implisit rumusan atau batasan ini, bahwa hakikat kesehatan kerja
mencakup dua hal, yakni : pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kedua, sebagai alat untuk meningkatkan
produksi, yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk operasional, maka tujuan
utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan
akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan
kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari
bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
f. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk perusahaan.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan


pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal caralmetode
kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

74
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan olch kcadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memclihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

B. Diterminan Kesehatan Kerja

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan suatu prakondisi yang


menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang penulis
sebut sebagai diterminan kesehatan kerja, yang mencakup tiga faktor utama, yakni :
beban kerja, beban tambahan akibat kerja, dan kemampuan kerja.

1. Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, adalah merupakan beban bagi yang melakukan.
Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan
atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat
mengurangi beban kerja. Misalnya untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis
diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitung-menghitung
diciptakan kalkulator atau komputer, dan sebagainya.

2. Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan, pekerja
sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang berupa kondisi atau
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut
beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus
diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni :
a. faktor fisik, misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu
b. udara yang panas, dan sebagainya.
c. faktor kimia, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan sebagainya.
d. faktor biologi, misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak
teratur, dan sebagainya.
e. faktor fisiologi, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh
atau anggota badan (ergonomic), misalnya: meja atau kursi yang terlalu
tinggi atau pendek.
f. Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonic, misalnya:
adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.

75
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang
yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada
suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena
kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa
dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapat
berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai batas batas
tertentu saja.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan kesehatan
ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau
menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi
oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaranan, gizi, jenis kelamin, dan
ukuran-ukuran tubuh.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak
terhadap peningkatan produktivitas kerja.

C. Faktor Fisik dalam Kesehatan Kerja

Lingkungan kerja ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan
lingkungan sosial, dan kedua-duanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja.
Lingkungan fisik mencakup: pencahayaan, kebisingan dan kegaduhan kondisi
bangunan, dan sebagainya.
1. Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indra pendengaran sampai kepada ketulian. Dari basil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising
dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh
sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensits bunyi mesin
di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat)
telinga, guna mencegah gangguan pendengaran. Kebisingan yang berasal dari
alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran, atau memodifikasi mesin untuk
mengurangi bising.
2. Penerangan atau Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja, karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga
menimbulkan kesan yang kotor. Akibat dari kurangnya penerangan di
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental ini antara lain :
sakit kepala (pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya
konsentrasi dan kecepatan berpikir.
3. Bau-bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja
adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu
kenyamanan kerja. Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam
lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan

76
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

penciuman. Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indra penciuman


menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus menerus,
sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu
mencium kadar bau yang normal, setelah mencium kadar bau yang lebih besar.

D. Faktor Manusia Dalam Kcrja

Aspek manusia adalah merupakan faktor penting dalam mencapai


keselamatan dan kesehatan kerja. Dua faktor penting dari aspek manusia dalam
hubungannya dengan hal ini adalah: ergonomi dan psikologi kerja.
a. Ergonomi
Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana
melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Dewasa ini batasan
ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja
dan produktivitas kerja yang optimal. Dari batasan ini terlihat bahwa
ergonomi tersebut terdiri dari dua sub sistem, yakni: sub sistem peralatan
kerja, dan sub sistem manusia. Sub sistem manusia terdiri: psikolog, latar
belakang sosial, dan sebagainya.oleh sebab itu, tujuan dari ergonomi ini
adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub
sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
Dari uraian tersebut di alas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
ergonomi ialah: mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan
kerja (meningkatkan produksi kerja). Disamping itu ergonomi juga dapat
mengurangi beban kerja, karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan
kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.
b. Psikologi kerja
Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang
melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif misalnya: senang,
bergairah dan merasa sejahtra, atau reaksi yang bersifat negatif misalnya:
bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya.

Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab stres dilingkungan kerja dapt


dikelompokan menjadi dua, yakni:
1. Faktor internal, yakni dari dalam diri pekerja itu sendiri, misalnya kurang
percaya diri, kurangnya kemampuan atau .keterampilan dalam melakukan
pekerjaan, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal, yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini mencakup
lingkungan fisik dan lingkungan sosial (masyarakat sosial).
Oleh sebab itu, untuk mencegah dan mengelola stres di lingkungan kerja tersebut
juga di arahkan kedua faktor tersebut.

77
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.

Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain)
dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau
penyakit akibat kerja.

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga
oleh factor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan
ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk
mencegahnya.

Misalnya antara penyakit yank sudah jelas penularannya dapat melaui darah dan
pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang. atau perlindungan yang belum baik
pada para pekerja Rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak
langsung.

Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di Evaluasi, kemudian
dilakukan pengendalian.

78
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan kerja


ditempuh tiga langkah utama, yakni:

1. Pengenalan lingkungan kerja.


Pengenalan linkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan
mengenal ("walk through inspection"), dan ini merupakan langkah dasar yang
pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

2. Evaluasi lingkungan kerja.


Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya
yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam
mengatasi permasalahan.

3. Pengendalian lingkungan kerja.


Dimaksudkan untuk mengurangi atau tnenghilangkan pemajanan terhadap
zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,
pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang
sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat
untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

 Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)


 Disain dan tata letak yang adekuat
 Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.
 Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk
melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung
perorangan harus sesuai dan adekuat .
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang
berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di
lingkungan kerja.
Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting,
terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan
dengan bahan kimia serta partikel lain

Sehat Di Tempat Kerja

Produktivitas kerja memang tidak cukup hanya didukung niat dan semangat,
kesehatan tubuh juga memegang peranan yang cukup besar untuk mewujudkan hasil
kerja yang optimal, .... Produktivitas kerja memang tidak cukup hanya didukung niat
dan semangat, kesehatan tubuh juga memegang peranan yang cukup besar untuk
mewujudkan hasil kerja yang optimal.Untuk itu selain berolahraga dan menjaga pola
hidup yang sehat, kondisi tempat kerja yang baik juga berpengaruh. Hal ini salah
satunya bisa mewujudkan dengan mengatur meja kerja Anda.Oleh karenanya,
luangkanlah waktu sejenak selama beberapa menit untuk memikirkan bagaimana tata

79
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

letak yang paling baik bagi meja kerja anda.

Berikut ini beberapa panduan yang dapat digunakan:

1. Menyortir barang-barang mana yang perlu dan mana yang tidak untuk diletakkan
di atas meja kerja Anda. Selain lebih mudah menatanya, cara ini juga membuat
meja Anda lebih luas.
2. Saat menata, pertimbangkan dengan seksama barang-barang apa saja yang
nantinya akan sering digunakan atau diambil. Barang-barang inilah yang
nantinya akan diletakkan di posisi yang dekat dan mudah dijangkau tangan-
misalnya keyboard, mouse, dan kotak pensil.
3. Demikian pula dengan buku,catatan, majalah dan lain-lain yang dibutuhkan saat
mengetik. Hendaknya barang-barang tersebut diletakkan di bagian bawah
monitor atau di sekelilingnya (bisa di samping atau di
atas).
4. Selain mengatur cahaya monitor agar tidak terlampau terang atau gelap, perlu
diperhatikan pula sikap saat bekerja. Duduklah dalam posisi tegak, jangan
meregang ke depan untuk mencapai keyboard atau untuk membaca tulisan di
layar monitor. Begitu pula posisi tubuh "sempurna" dapat bermasalah bila
dilakukan secara kaku dan terns menerus dalam jangka panjang. Karenanya,
disarankan untuk rileks juga sering-seringlah untuk bergerak dan mengubah
posisi (duduk dinamis). Ini bukan cuma berlaku untuk tangan dan lengan, tapi
juga pundak, punggung dan leper.
5. Saat mengetik, pergelangan tangan hendaknya tidak ditekuk ke atas, kebawah,
atau ke samping. Gerakkan tangan sesekali untuk beristirahat atau untuk
meregangkan otot. Begitu ada kesempatan berhenti mengetik sejenak,
istirahatkan sejenak, istirahatkan tangan di atas pangkuan atau di sisi samping
anda ketimbang ditumpangkan di atas keyboard.

3. KECELAKAAN KERJA

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni faktor
fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian
dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja. Suinakmur (1989) membuat batasan bahwa
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan
perusahaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua
permasalahan pokok, yakni: a). kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, b).
Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan mnjadi dua, yakni:
a. perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya.
b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau "unsafety
condition", misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

80
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Menurut Organisai Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja


diklasifikasikan menjadi 4 macam, yakni:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
b. Klasifikasi menurut penyebab
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
d. Klasifikasi menurut ltak kelainan atau luka di tubuh
Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya
kecelakaan akibat kerja biasaanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.

4. PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada
waktu melakukan pekerjaan.
Sebenarnya menurut batasan ini, termasuk juga kecelakaan akibat kerja, tapi
kecelakaan akibat kerja dipisahkan dari penyakit akibat kerja, dimana pada
kecelakaan akibat kerja faktor penyebabnya adalah faktor mekanis.
Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkannya
1. Golongan fisik
a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.
b. Suhu tinggi yang dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpirexia. Suhu rendah menyebabkan chilblain, trench foot, atau
frosbite
c. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan)
menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan teijadinya
kecelakaan
d. Penurunan tekanan udara (dekompresi) yang mendadak dapat
menyebabkan caisson disease
e. Radiasi dari sinar Rontgen atau radio aktif menyebabkan pen yakit-
penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya

2. Golongan kimiawi
a. Gas yang menyebabkan keracunan, misalnya:CO, HCN,H2S. SO2
b. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logatn
berat

3. Golongan penyakit infeksi


Misalnya penyakit antrax yang disebabkan bakteri Bacillus antracis pada
penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada
karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan
penderita penyakit menular.

4. Golongan fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak
sesuai.

81
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

5. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan karena pekerjaan yang tidak
cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun
karena upah imbalan yang terlalu sedikit upah sehingga tenaga pikirannya
tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usaha-usaha pribadi
untuk menambah penghasilannya.

Usaha- usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja


1. Subtitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan
yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun
mutunya
2. Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat
gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.
3. Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya.
4. Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang
berbahaya dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara bebas agar
tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah
terlebih dahulu.
5. Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan. sepatu, topi, dll.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis)
agar penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipegangnya secara
optimal.
7. Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar
mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan serta agar
lebih berhati-hati.
8. Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala Pada
waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk
mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal agar
pengobatan dapat segera diberikan
9. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara
kontinyu dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya,

82
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

5. KESELAMATAN KERJA

Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
Tujuan keselamatan kerja
1. melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahtraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja
3. sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah
tugas semua orang yang bekerja. Dan keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga mesyarakat pada umumnya.
Budaya keselamatan kerja dapat dilihat sebagai bagian dari keseluruhan
budaya suatu organisasi, karena berkaitan dengan sikap personal, pemikiran dan
tingkah laku yang akan mempengaruhi bagaimana bagaimana individu
menampilkan perilaku kerjanya.
Keselamatan kerja merupakan modal utama kesejahteraan tenaga kerja secara
keseluruhan.
 Tujuan Keselamatan Kerja
Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Lebih jauh lagi system ini dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat
sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-
bahan dari proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan
masyarakat luas dari bahayabahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk industri.

 Sasaran Utama Keselamatan Kerja


1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan.
2. Dibuat, dicoba, dipakai, dipergunakan, diperdagangakan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infcksi, bersuhu tinggi.

83
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau


pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dilakukan pekerjaan persiapan.
4. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu, atau basil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan.
5. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu


perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dengan harkat manusia dan moral agama.
Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman
melakukan pekerjannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Hal ini dikarenakan atas dasar :
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi penyebab sakit, cacat, dan kematian dapat dikurangi atau ditekan
sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
pengguanaan peralatan kerja dan mesian yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi-
kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga
factor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efiiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan tidak bias dipisah-pisahkan dari ketrampilan,
keduanya berjalan sejajar dan merupakanunsur-unsur esensial bagi
kelangsungan proses produksi.
5. keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi
pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan
kerja sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang
merupakan landasan kuat terciptanya kelancaran produksi.
Di dalam masyarakat yang sedang membangun, keselamatan kerja lebih
tampil ke depan lagi, dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala
seginya termasuk problematik keselamatan kerja menampilkan banyak
permasalahan, sedangakan kondisi sosio-kultural belum cukup siap untuk
menghadapinya. Maka, sebagai akibat dari tidak cukupnya perhatian yang
diberikan di sana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja, bahkan
kadang-kadang hilang sama sekali basil suatu usaha dikarenakan kecelakaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan, dan
tanpa unsur kesengajaan lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak
diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material atauun
penderitaan dari yang paling ringan sainpai yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada suatu perusahaan, baik disebabkan karena :
1. akibat langsung dari pekerjaan

84
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2. pada waktu melakukan pekerjaan


Terdapat tiga kelompok kecelakaan, yaitu :
1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan
2. kecelakaan lalu lintas
3. kecelakaan di rumah
Adapun klasifikasi kecelakaan akibat kerja adalah :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. terjatuh
b. tertimpa benda jatuh
c. terjepit oleh benda
d. pengaruh suhu tinggi
e. terkena arus listrik
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. mesin
 mesin penyalur (transmisi.)
 mesin-mesin untuk mengerjakan logam
 mesin-mesin pengolah kayu
 mesin-mesin pertanian
 mesin-mesin pertambangan
b. alat angkut dan alat angkat
 mesin angkat dan peralatannya
 alat angkutan di atas rel
 alat angkutan udara
 alat angkutan air
c. Peralatan lain
 Bejana bertekanan
 Dapur pembakar dan pemanas
 Instalasi pendingin
 Alat-alat listrik (tangan)
 Tangga
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
 bahan peledak
 debu, gas, cairan dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak
 radiasi
e. Lingkungan kerja
 di luar bangunan
 di dalam bangunan
 di bawah tanah
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi / kescleo
c. Regang otot / urat
d. Memar dan luka dalam yang lain

85
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

e. Amputasi
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
a. Kepala
b. Leber
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah

Penerapan peraturan perundang-undangan dan pengawasan serta


perlindungan para buruh atau karyawan sangat memerlukan sistem manajemen
industri yang baik dengan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara
optimal. Sebab, faktor kesehatan dan keselamatan kerja mempengaruhi
terbentuknya SDM yang terampil, profesional dan berkualitas dari tenaga kerja itu
sendiri.
Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat
terdapat dalam bentuk Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan
Kcrja.
Organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan ada dua jenis, yaitu :
1. Organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan
2. panitia keselamatan kerja
Adapun tujuan pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut :
1. pencegahan terjadinya kecelakaan
2. pencegahan terjadinya penyakit-penyakit akibat kerja
3. pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian
akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan
4. pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan
5. pengamanan material, konstruksi bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,
pesawat-pesawat, instalasi-instalasi, dan lain-lain
6. peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi
7. penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber produksi
lainnya sewaktu bekerja
8. pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman
9. peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan
pembangunan

C. Perundang-undangan dalam Keselamatan Kerja


UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja secara jelas ditegaskan, bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindunagn
atas keselamatannya (Pasal 9) dan pemerintah membina norma-norma keselamatan kerja
(Pasal 10 ayat a) dan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR I
TAIIUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

86
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

6.ERGONOMI

A. Pengertian
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu : Ergos = kerja
dan Nomos = hukum alam (Natural Law).
Sutalaksana menyebutkan Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia ,
sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan
dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi
kepada manusia.
Menurut DEPKES RI, Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Sedangkan menurut Eko Nurmianto ergonomi adalah studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi,psikologi,enginerring manajemen dan desain atau perancangan.
Dan ergonomi menurut Manuaba adalah satu ilmu, teknologi dan seni yang
berusaha menyerasikan alat kerja/mesin, cara kerja dan lingkungan terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia dengan sasaran tercapainya kondisi
kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien demi tercapainya
produktivitas yang setinggi-tingginya.
Di berbagai Negara tidak menggunakan istilah ergonomi , misalnya di
Negaranegara Skandinavia menggunakan istilah " Bioteknologi ". Sedangkan di
Negaranegara lain seperti Amerika Utara menggunakan istilah "Human Factors
Enginerring ".
Meskipun istilah ergonomi di berbagai Negara berbeda-beda namun
mempunyai misi yang sama yaitu:
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang
menggunakan.
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok,
maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya Iebih efisien. Hasil suatu proses
kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

B. Ruang Lingkup Ergonomi


Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi : -
Tehnik
 Fisik
 Pengalaman psikis
 Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
 Anthropometri
 Sosiologi

87
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen uptake,


pols, dan aktivitas otot.
 Desain, dll

C. Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, Inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan
demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara Obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain

D. Prinsip Ergonomi
Beberapa prinsip ergonomi di bawah ini antara lain dapat digunakan sebagai
pegangan dalam program kesehatan kerja :
a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk,
cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuataan dsb)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar, serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut
dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil, misalnya:
tempat duduk yang dapat dinaik-turunkan, dan dimajukan atau diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-
alat kerja adalah sebagai berikut:
Berdiri : Tinggi badan
Tinggi bahu
Tinggi siku
Tinggi pinggul
Panjang lengan
Duduk : tinggi duduk
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah dan tangan
Jarak lekuk lutut
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5 -10cm di
bawah tinggi siku.
e. Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedang
dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan
otot perut tidak lemas.

88
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

f. Tempat duduk yang baik adalah :


1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan
tinggi lutut,sedangkan paha dalam keadaan datar.
2) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
3) Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.
g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan antara 32-44 derajad
kebawah. Arah penglihatan inbi sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
h. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 40 kg.
i. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi
dan kualitas kerja menuurun.

E. Penerapan / Aplikasi Ergonomi


1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh. dan posisi stabil selarna bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Hams dibedakan ukuran
anthropometri . barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

1) Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
 Laki-laki dewasa 40 kg
 Wanita dewasa 15-20 kg
 Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
 Wanita (16-18 th) 12-15 kg
2) Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
 Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun -
 Frekuensi pergerakan diminimalisasi
 Jarak mengangkat beban dikurangi
 Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat
tidak terlalu tinggi.

89
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.


3) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : oPosisi kaki yang benar
 Punggung kuat dan kekar
 Posisi lengan dekat dengan tubuh
 Mengangkat dengan benar
 Menggunakan berat badan
4) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. -
Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
 Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
dan mendeteksi bila ada kelainan
 Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda dan yang sudah berumur.

F. Manfaat Ergonomi
Bagi ilmu Ergonomi diterapkan secara tepat pada perusahaan, akan
menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1) Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan,
keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2) Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
3) Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya menusia melalui peningkatan
ketrampilan yang diperlukan.
4) Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
5) Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Bila kelima kondisi tersebut di atas benar-benar dapat tercapai, maka elisiensi
dan produktivitas tenaga kerja perusahaan akan meningkat. Paling tidak dengan
situasi dan kondisi yang nyaman baik secara fisik maupun psikis, pekerja akan dapat
bekerja dengan baik dan memberikan basil yang optimal yang memaaskan
perusahaan.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja


Banyak faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Faktor diri.
Faktor ini datang dari dalam diri si pekerja dan sudah ada sebelum is mulai
bekerja. Faktor diri tersebut antara lain : aptitude, sikap, karakteristik fisik,
minat, motivasi, usia, kelamin, pendidikan, pengalaman, dan sistem nilai.

90
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2) Faktor situasional.
Faktor ini datang dari luar si pekerja dan hampi -r sepenuhnya dapat diatur dan
diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga disebut juga faktor-faktor
manajemen, yang antara lain :
a. Faktor sosial dan keorganisasian seperti karakteristik perusahan, pendidikan
dan latihan, pengawasan, pengupahan dan lingkungan sosial.
b. Faktor fisik antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan kerja, metode
kerja.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kerja
bukannya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tersebut,
tetapi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadang-
kadang mengikuti suatu mekanisme yang sangat kompleks. Dengan demikian
pimpinan perusahaan harus dapat mengatur semua faktor-faktor tersebut sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan menjalinnya dengan faktor-faktor dari pekerja
untuk menciptakan keberhasilan yang maksimal.

8. Kelambatan Kerja dan Produktivitas


Ada empat unsur yaitu:
1. Kelambatan yang tak terhindarkan ( unavoidable delay)
Kelambatan yang tak terhindarkan adalah kelambatan yang diakibatkan oleh
beberapa hal yang terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini
timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan menganggurnya
pengerjaan. Misalnya padamnya listrik, rusaknya peralatan dan lain-lain yang
mengalibatkan kelambatan.
2. Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
Kelambatan yang dihidarkan adalah kelambatan yang ditimbulkan sepanjang
waktu baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalkan pekerja sakit batuk, is
sepanjang waktu kerja batuk-batuk yang menimbulkan gangguan pada
pekerjaannya. Untuk mengurangi kelambatan ini harus diadakan perbaikan
pekerjanya sendiri tanpa harus merubah proses operasinya.

3. Perencanaan
Merupakan proses mental, operator berfikir untuk mengambil tindakan yang
akan diambil selanjutnya. Kelambatan ini terjadi karena tenaga kerja masih
perlu proses berfikir lebih lama, ini biasanya terjadi pada tenaga kerja baru.

4. Istirahat untuk menghilangkan kelelahan.


Ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodic. Waktu
untuk memulihkan kembali kondisi badannya dari rasa lelah sebagai akibat dari
kerja yang berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaanya tetapi juga karena
tingkat kemampuan daya tahan individu tenaga kerja.
Kelambatan kerja berkaitan dengan produktivitas ini dapat diperbaiki dengan
cara penyesuaian ukuran tempat kerja dengan kemampuan dan keterbatasan manusi a
, penelitian di bidang ini menggunakan ilmu ergonomi.

91
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

9.PNEUMOKONIOSIS

A. PENGERTIAN
Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh debu-debu
dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu yang ditimbun, maka nama penyakitpun
berlainan. Beberapa jenis pneumokoniasis antara lain :
1. Silicosis disebabkan oleh SiO 2 bebas.
2. Anthracosis disebabkan oleh debu-debu arang batu.
3. Asbesitosis disebabkan oleh debu asbes.
4. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas.
5. Berryliosis disebabkan oleh debu Be.
6. Stannosis disebabkan oleh debu biji timah putih (SnO2)
7. Siderosis disebabkan oleh debu mengandung Fe203
8. Talkosis disebabkan oleh debu talk.

B. DIAGNOSA PNEUMOKONIASIS
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan di sini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya
dan menyebabkan pneumoconiases, misalnya pernah atau sedang bekerja di
pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala klinis berbeda-beda
tergantung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam paru-paru.
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum,
berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran Ro paru-paru
menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik noduler, ataupun lain-lainnya.
Pemerikasaan tempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi
sebab penyakit pneumokoniasis. Bila pemerikasaan akan diteruskan dengan biopsi
paru-paru, maka paru-paru harus menunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi
daripada kadar yang biasa.

C. TERAPI PADA PNEUMOKONIASIS


Secara umum dapatlah dikatakan bahwa terapi khusus yang kausal pada
pneumokoniasis ini tidak ada. Tetapi berupa obat-obatan biasanya hanya untuk
maksud simptomatis. Satu-satunya tindakan ialah memindahkan penderita ke
pekerjaan yang kurang atau tidak mengandung debu-debu berbahaya. Umumnya
untuk maksud memindahkan pekerja ini, beberapa faktor harus mendapat perhatian,
yaitu umur penderita, jenis kelamin, dan beratnya penyakit.

D. SILICOSIS
Silicosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica bebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica
bebas berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis.
Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang
menghasilkan batu-batu untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan
keramik, di tambang timah putih, di tambang besi, di tambang batu Kara, di

92
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

perusahaan tempat menggurinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam proses
"sandblasting", dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut selalu mungkin terdapat
pada pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari banyaknya debu
dan kadar silica bebas di dalam debu tersebut. Makin banyak silica bebas yang
dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek masa inkubasi penyakit silicosis.
Silicosis digolongkan menurut tingkat sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat
pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-masing disebut pula tingkat ringan, sedang,
dan berat.
a. Tingkat pertama atau silicosis ringan
 Ditandai dengan sesak nafas (dyspnoea) ketika bekerja, mula-mula ringan,
kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian, dyspnoea
merupakan tanda terpenting.
 Batuk-batuk mungkin sudah terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya
kering, tidak berdahak.
 Keadaan umum penderita masih baik.
 Gejala-gejala klinis paru-paru sangat sedikit.
 Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau tidak sama sekali.
 Suara pernafasan dalam batas normal.
 Biasanya gangguan kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada.
 Mungkin pada pekerja berusia lanjut didapati hyperresonansi oleh karena
emphysema.
 Gambaran rontgen menunjukkan bayangan noduli yang terpisah, bundar
dan paling besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat pada
sebagian lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang penting
adalah terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang noduli
tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya emphysema.

b. Tingkat kedua atau silicosis sedang


 Sesak dan batuk menjadi sangat kentara.
 Tanda-tanda kelainan paru-paru pada pemerikasaan klinis juga tampak.
 Dada kurang berkembang.
 Suara nafas tidak jarang bronchial.
 Ronchi terutama terdapat di basis paru.
 Selalui ditemui gangguan kemampuan untuk bekerja.
 Gambaran rontgen menunjukkan bahwa pada seluruh lapangan paru-paru
terlihat noduli, dan terdapat penyatuan dari beberapa noduli membentuk
bayangan yang lebih besar

c. Tingkat ketiga atau silicosis berat


 Sesak mengakibatkan keadaan cacat total.
 Dapat terlihat hypertrofi jantung kanan, dan kemudian tanda-tanda

93
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kegagalan jantung kanan.


 Gambaran paru-paru memperlihatkan daerah-daerah dengan konsolidasi
massif.

Sampai kini belumlah jelas bagaimana mekanisme silica bebas menimbulkan


silicosis. Terdapat empat buah teori tentang mekanisme tersebut yaitu :
1. Teori mekanis, yang menganggap permukaan runcing debu-debu merangsang
terjadinya penyakit.
2. Teori elektromagnetis, yang menduga bahwa gelombang-gelombang
elektromagnetislah penyebab fibrosis dalam paru-paru.
3. Teori silikat, yang menjelaskan bahea SiO2 bereaksi dengan air dari jaringan
paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang menyebabkan kelainan paru-paru.
4. Teori immunologis, yaitu tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di paruparu
dengan antigen berasal dari debu.

Pencegahan silicosis dapat dilakukan dengan cara :


 Substitusi, misalnya mengganti "kieselguhr" dengan batu kapur untuk
pendinginan lambat penghancuran logam, dan zirconicum sebagai pengganti
tepung silica dalam pabrik penuangan besi atau baja. Untuk gurinda digunakan
carborundum, emery, atau alumina, bukan lagi dari bahan silica. Demikian pula
`'sandblasting", yaitu proses meratakan permukaan logam dengan debu pasir
yang disemprotkan dengan tekanan tinggi, pasir diganti dengan bubuk alumina.
 Penurunan kadar debu di udara tempat kerja.
 Perlindungan diri pada pekerja, antara lain berupa tutup hidung,yang paling
sederhana terbuat dari kain kasa.
 Ventrilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan
jendela, tapi cara ini biayanya mahal harganya.
 Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat, biayanya lebih murah.
Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap debu dari tempat sumber
debu dihasilkan, dan mengurangi sedapat mungkin debu di daerah kerja

Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemerikasaan kesehatan


sebelum kcrja dan berkala adalah penting. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
berguna misalnya untuk tidak menerima penderita-penderita sakit paru, dan untuk

tidak menempatkan seorang calom pekerja yang pernah sakit demikian di tempat
kerja yang banyak debu. Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru, bronchitis
kronik, asthma bronchiale, dan lain-lain merupakan alasan kuat menolak para calon
untuk bekerja yang menghadapi silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan
untuk menemukan penderita-penderita silicosis sedini mungkin, yang kemudian
dapat segera dipindahkan pekerjaan agar cacat dapat dicegah.

94
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

E. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun.
Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu anthracosis murni,
silicoanthracosis, dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat
menjadi berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi emphysema.
Pada tuberculosilicoanthracosis, selain terdapat kelainan paru-paru oleh debu yang
mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa yang menyerang
paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan silicosis
murni.
Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun.
Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun roentgen paru
menunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol
hanyalah sesak nafas. Seringkali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala
tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi
bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant
terdapat di dasar paru, sedangkan pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar,
apabila penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara
berkala memperlihatkan hasil-hasil terus meninggi. Gambaran klinis berakhir dengan
kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
 Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
 Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai
bersentuhan dengan permukaan.
 Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat
mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
 Membasahi permukaan arang batu dengan air.
 Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
 Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah peledakan.
 Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas umurnya sesuai
dengan effisiensi masker tersebut .
 Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
 Pemeriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.

F. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah
debu asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat , tapi yang terpenting adalah
magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut adalah
pengolahan asbes, penenunan dan pemintalan ashes, reparasi tekstil yang terbuat dari
asbes, dan lain-lain penggunaan asbes untuk keperluan pembangunan.

95
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk noduli yang terpisah satu dengan
yang lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan disertai penebalan pleura
dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk ke dalam paru-paru
mengalami perubahan menjadi "badan-badan asbestos" oleh pengendapan-
pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes tersebut, badan-badan ini pada
pemeriksaan mikroskopis berupa batang dengan panjang sampai 200 mikron.
Gejala-gejala asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan
dahak. Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan asbestos yang
barn mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat dalam kelompok-kelompok.
Kelainan radiologis lambat terlihat, sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu
tampak. Gambaran roentgen pada permulaan sakit menunjukkan gambaran "ground
glass appearance" atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batas-batas
jantung dan diafragma tidaklah jelas.
Cara pencegahan asbesitosis antara lain dengan usaha-usaha :
 Menurunkan kadar debu di udara.
 Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
 Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi
setempat atau pompa keluar setempat.
 Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak bertugas tidak
boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-alat
perlindungan diri secukupnya.
 Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu asbes, is
hams
 memakai alat pernafasan yang memungkinkannya bernafas udara segar.
 Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan hampa
 udara.
 Pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya penyakit kepada
pekerja.

G. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama bertalian
erat dengan pekerjaan karding dan blowing, tapi terdapat pula pada pekerjaan -
pekerjaan lainya, bahkan dari permulaan proses, yaitu pembuangan biji kapas,
sampai pada proses terakhir yaitu penenunan. Masa inkubasi rata-rata terpendek
adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja pada karding dan blowing. Bagi para pekerja
lainya masa inkubasi ini lebih dari 5 tahun. penyebab yang sesungguhnya mengapa
debu kapas meninbulkan byssinosis belum jelas, oleh karena itu terdapat dugaan
sebagai berikut :
1. Efek mekanis debu kapas yang dihirup ke dalam paru-paru.
2. Akibat pengaruh endotoksin bakteri-bakteri ke alat pernafasan.
3. Merupakan gambaran reaksi alergi dari pekerja pada debu kapas.

96
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

4. Akibat bekerjanya bahan-bahan kimia dari debu pada pam-pam.


5. Reaksi psikis dari para pekerja.
Kelima faktor tersebut di atas dianggap bekerjasama dalam menimbulkan gejala-
gejala byssinosis.
Diagnosa penyakit byssinosis pada tingkat dini ditegakkan dengan anamnesa.
Pemeriksaan klinis, laboratorium dan rontgen tidak menunjukkan kelainan-kelainan,
kecuali uji-uji faal seperti "timed vital capacity" atau "airway resistance". Pada
byssinosis lanjut atau berat biasanya didapati bronchitis dan emphysema, tapi
keduanya tidak khas untuk byssinosis.
Usaha-usaha pencegahan byssinosis antara lain :
 Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil, sehingga debu
kapas sangat sedikit di udara.
 Pembersihan mesin karding sebaiknya dengan pompa udara, jadi tidak secara
mekanis.
 Ventilasi umum secara meniupkan udara tidak baik, seharusnya secara hisap.
 Bila mungkin, kapas diperciki minyak segera sesudah dibuka dari bal-balnya.
 Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum kerja, terutama menolak para calon
 dengan sakit paru-paru antara lain TBC paru dan asma bronchial.
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan wawancara dan uji faal untuk
menemukan tanda penyakit pada keadaan sakit dini.
 Pekerja-pekerja yang telah nyata dipengaruhi debu kapas harus segera
dipindahkan pekerjaannya ke tempat yang kurang atu tidak berbahaya.

H. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium.
Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam, oksida, dan fluorida
menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah debu
silikat dari seng, berrylium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis
terlambat atau kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica.
Gejala-gejalanya adalah berat badan menurut sangat cepat dan disertai
keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak dahak bukan merupakan gejala terpenting
pada riwayat penyakit berryliosis. Pemeriksaan klinis biasanya tidak menunjukkan
kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar suara-suara tambahan
pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen memperlihatkan
bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang terpisah-pisah
serta tersebar.
Usaha-usaha preventif dimaksudkan untuk menurukan kadar debu di udara
hingga kurang dari 2 mikrogram/m 3 udara_ Pekerja-pekerja diberi alat perlindungan,
antara lain pakaian untuk bekerja. Pekerja harus dibiasakan mandi sebelum pulang
dan mencuci tangan sebelum makan di kantin perusahaan. Selain itu untuk menjaga
masyarakat sekitar suatu perusahaan, debu dari perusahaan tidak boleh mengotori
lingkungan sekitarnya.
Para pekerja yang menghadapi bahaya debu tersebut harus diperiksa secara
berkala oleh dokter perusahaan dan dicari gejala-gejala yang mungkin timbul.

97
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Pencatatan hasil pemeriksaan harus baik. Pekerja-pekerja ditimbang berat badannya


sekali sebulan dan diambil gambar paru-parunya sekali setahun. Penderita dengan
berryliosis chronica, walaupun berat badannya menurun dan sesak nafas, biasanya
masih dapat bekerja biarpun hanya sebagai part-timer.
Penyakit berryliosis mungkin terdapat pada pekerja-pekerja dalam perusahaan
membuat alliage berrylium-tembaga, pada pembuatan tabung-tabung radio, pada
pembuatan tabung-tabung fluorescent, pada penggunaannya sebagai sumber tenaga
atom, dan lain-lainnya.

I. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalah debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja yang

berhubungan dengan pengolahan biji timah atau industri-industri yang menggunakan


timah putih.
Pada stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif, tidak ada tanda -
tanda cacat paru-paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat
permulaan , gambaran rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan
penyebaran hilus. Kemudian nampak noduli di daerah antar iga ketiga, mula -mula
di paru kanan, lalu di paru kiri. Lebih lanjut, penambahan corakan hilang,
sedangkan noduli semakin jelas dan opak.

J. SIDEROSIS
Debu yang mengandung persenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Siderosis terdapat pada
pekerja-pekerja yang menghirup debu dari pengolahan bijih besi. Biasanya pada
siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula
cacat paru.

K. TALKOSIS
Talkosis adalah pneumokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral,
jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis
peribronchial dan perivaskuler. Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla
emphysema dan fibrosis.

L. DERMATOSIS

Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan melalui :
1. Anarnnesis/wawancara meliputi :
Identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, keluhan.
2. Riwayat pekerjaan (kunci awal untuk diagnosis)
 sejak pertama kali bekerja.

98
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Kapan , bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya
yang ada, kejadian sama pada pekerja lain , pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran, kebiasaan lain (merokok, alkohol).
 Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerja.
3. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja.
 Waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat gejala
berkurang/hilang.
 Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
 Informasi tentang ini dapar ditanyakan dalam anamnesis atau data dari
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter dengan catatan
 Gejala dan tanda mungkin tidak spesifik.
 Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnosis klinik
 Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
 misal pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-pembacaan
standar ILO)
 pemeriksaan audiometri
 pemeriksaan basil metabolit dalam darah /urin.
6. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan yang
memerlukan :
 Kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
 Kemampuan mengevaluasi factor fisik/ kimia berdasarkan data yang ada
 Pengenalan langsung cara / sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan.
7. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain
 Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinik,
kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama.
 Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan
dengan kompensasi).

DERMATOSIS AKIBAT KERJA

1. Pengertian dermatosis akibat kerja


Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada
waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat
daripada dermatitis sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu
peradangan, melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat
kerja dari seluruh penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60% maka dari itu
penyakit tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup.
2. Pekerjaan yang terlibat paparan terhadap agen penyebab penyakit kulit.
Beberapa kelompok yang paling terpapar adalah : pekerja pertanian

99
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

(kondisi cuaca, tanaman, agen-agen zoonotik, pestisida, antibiotik atau aditif


makanan hewan lain, dll): pekerja produksi bahan bangunan (semen, dll);
pekerja produksi bahan bangunan (semen, serat-serat mineral, cat, plastik-
plastik, dll); pekerja produksi bahan kimia (jenis paparan sesuai dengan zat -zat
yang ada); penyepuh elektrik (pembersih pelumas, asam-asam, garam logam);
pencelup warna; pekerja produksi plastik yang diisi gelas (serat-serat mineral,
resin); tukang cat (pewarna, garam logam, pelarut, dll); petugas keshatan (obat -
obatan, antibiotik, anestetik lokal, disinfektan, dll).

3. Sebab-sebab dermatosis akibat kerja


Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut
:
a. Faktor fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas suhu dingin, sinar
matahari, sinar X dan sinar-sinar lainnya.
b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting,
getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan buah-buahan, sayur-
sayuran, debu kayu dan lain-lain.
c. Mahluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur, cacing,
serangga, kutu-kutu.
d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik,
persenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan lain-lain.
Dari seluruh penyebab-penyebab itu bahan kimialah yang terpenting, oleh
karena bahan-bahan itulah terbanyak digunakan dalam industri. Ada dua cara
bahan-bahan kimia ini menimbulkan dermatosis yaitu dengan jalan perangsangan
atau iritasi dan dengan jalan sensitisasi atau pemekaan kulit. Bahan-bahan yang
menyebabkan iritasi disebut perangsang primer, sedangkan penyebab sensitisasi
disebut pemeka (sensitizer). Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada kulit
dengan jalan melarutkan lemak kulit, dengan mengambil air dari lapisan kulit dengan
oksidasi atau reduksi sehinga keseimbangan kulit terganggu dan timbulah
dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan oleh bahan-bahan organik dengan
struktur molekul lebih sederhana yang dapat membentuk antigen dalam tubuh.
Perangsang primer adalah bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh
kerja yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak dengan
kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang cukup lama pula.
Pemeka kulit adalah bahan yang tidak menimbulkan perubahanperubahan pada kulit
ketika kontak yang pertama dengan kulit tetapi akan menyebabkan perubahan khas di
kulit setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama maupun di tempat lain di kulit.

4. Diagnosa dermatosis akibat kerja


Menegakkan suatu diagnosis penyakit akibat kerja tidaklah mudah. Lebihlebih
untuk keadaan di negara kita, dimana dermatosis umum sangatlah banyak. Untuk itu
haruslah diikuti cara diagnosa penyakit akibat kerja pada umumnya. Haruslah terang
kapan tepatnya dermatosis itu mulai. Untuk tabu pasti kapan dermatosis itu mulai
perlu adanya data pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan

100
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kesehatan berkala. Selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si


penderita apakah benar penyebab penyakit itu berada dalam lingkungan . Bila ada
bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut,
apakah secara infeksi, perangsangan primer ataukah pemekaan. Pertanyaan ini dapat
dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan
kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Sangatlah penting diketahui adalah
"patch test" yang dapat memastikan adanya bahan yang bekerja sebagai pemeka
terhadap si pekerja. Satu cara uji sederhana apakah dermatosis itu akibat kerja atau
tidak ialah memberikan cuti beberapa hari kepada penderita; apabila penyakit itu
bersumber kepada pekerjaan biasanya dengan cuti yang diambil maka dermatosis
tersebut akan berkurang bahkan menjadi baik.

5. Patch Test
"Patch test' adalah cara uji klinis untuk menentukan apakah suatu bahan kimia
bersifat sensitizer atau tidak. Terdapat banyak cara untuk melakukan `patch test'
tersebut. Patch test dapat digunakan sebagai alat diagnostik ataupun preventif.
Sebagai alat diagnostik, bahan dalam 'konsentrasi sangat rendah dibiarkan kontak
dengan kulit dan ditutup dengan plester atau gasverband dan plester. Bila penderita
peka timbullah tanda kelainan di kulit. Sebagai alat preventif dimaksudkan untuk
menguji suatu bahan yang akan diproduksi oleh suatu industri, apakah bahan tersebut
bersifat sensitizer atau tidak. Cara ini popular dalam perusahaan yang menghasilkan
bahan-bahan pakaian sintetis. Untuk maksud tersebut bahan dalam kadar rendah
dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester untuk kira-kira 5 hari. Lalu
plesternya dibuka dan bahannya dibersihkan sekali. Biarkan dahulu untuk waktu 10
hari. Kemudian bahan yang sama dikontakkan pula di kulit. Bila reaksi timbul,
berarti bahan itu sensitizer dan biasanya tidak dijual kepada umum.
Seperti dinyatakan diatas patch test preventif ini sangatlah penting untuk
menentukan apakah bahan pakaian sintetis dapat atau tidak dipakai oleh umum.
Diagnosa dermatosis akibat kerja kadang sulit dibedakan dengan reaksi
dermatophytide yaitu reaksi alergi terhadap infeksi jamur kronis yang biasanya
tempat infeksi di sela-sela jari kaki oleh karena itu perlu dilakukan uji klinis. Dan
juga faktor psikis kadang-kadang menyulitkan bahwa kelainan kulit itu adalah
dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan kulit yang latar belakangnya penyakit
psikosomatik.

6. Macam-macam Dermatosis Akibat Kerja


a. Dermatitis Kontak Iritan Primer
Dermatitis akibat kerja yang paling sering ditemukan . Bentuk akut
ditandai oleh eritema, edema, papula, vesikel atau hula, biasanya di tangan
, lengan bawah atau wajah. Uji temple kulit dengan agen-agen penyebab
dapat menginduksi dan memperkuat efek-efek iritatif dan etiologi
dermatosis tersebut. Manifestasi dermatitis kontak iritan kronis serupa
dengan manifestasi banyak dermatosis lainnya, seperti excema kontak
alergi kronik, hiperkeratosis, dll. Sementara agen penyebab dermatitis
iritan akut biasanya jelas, pada dermatitis kronik faktor etiologi seringkali

101
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

tidak mudah dikenali. Lesi-lesi seringkali disebabkan oleh deterjen, basa


lemah, pelarut organik atau bahan kimia enter atau kurang poten sehingga
efeknya lambat yaitu baru kelihatan setelah kemampuan daya tahan kulit
terkuras habis. Disamping efek-efek langsung, iritan primer dapat
menyebabkan kulit mudah terkena infeksi dan cedera, khususnya cedera
oleh agen-agen sensitisasi.

b. Dermatitis (ekzema) kontak alergi


Mempunyai ciri-ciri klinis yang sama seperti ekzema bukan akibat
kerja. Bentuk yang akut menyerupai dermatitis iritan akut dan bentuk
kronik ditandai oleh likenifikasi dan pembentukan fisura. Uji tempel
membantu dalam diagnosis hipersensitivitas kulit. Uji temple yaitu dengan
penempelan alergen yang dicurigai dengan kadar non iritatif pada suatu
bagian kulit pasien yang tidak terkena selama 24-48 jam pada kasus yang
positif, dermatitis ekzematosa timbul di bawah tempelan penutup.

c. Dermatosis solaris akut


Dianggap sebagai penyakit akibat kerja jika sangat dipermudah oleh
zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan tersebut misalnya ter
dan produkproduk yang berasal dari ter, sulfonamide, fenotiazin atau
tetrasiklin.

d. Akne (jerawat) akibat kerja


Ditandai dengan folikel-folikel sebasea tersumbat dan lesi supuratif.
Sementara akne yang disebabkan oleh minyak mineral atau ter dan pitch
hanya menyerang daerah-daerah tubuh yang berkontak erat dengan agen,
maka akne yang disebabkan senyawa aromatik klor dapat lebih
generalisata.

e. Lesi-lesi Mikrotraumatik
Disebabkan oleh serat-serat mineral alami atau buatan manusia (gelas
atau silikat lain), dan ditandai dengan papula-papula kecil keputihan atau
kemerahan pada tempat-tempat terpapar, khususnya lengan.
f. Kanker kulit akibat kerja
Merupakan karsinoma sel skuamosa atau sel basal, jarang tipe lain.
Tidak berbada dengan tumor-tumor serupa non-okupasional. Pemeriksaan
histologis bermanfaat dalam menentukan tipe tumor, dan dapat memberi
petunjuk tentang etiologinya. Tumor akibat kerja cenderung terjadi pada
permukaan kulit yang paling terpapar terhadap karsinogen, dan timbul dari
lesi-lesi prekanker (hiperkeratosis, papilomatosis).

g. Penyakit-penyakit kulit yang disebabkan radiasi ionisasi


h. Penyakit kulit menular akibat kerja
Yang tersering adalah penyakit zoonotik, dermatofitosis, kandidiasis,
erisipeloid, tuberkulosis verukosa, dll.

102
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

7. Pengobatan dan Pencegahan Dermatosis Akibat Kerja


Menghadapi dermatosis akibat kerja pencegahannya yang paling penting dan
jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan
penyakit itu dari lingkungan kerja si penderita atau memindahkan penderita dari
lingkungannya yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain
yang tidak berbahaya bagi kulit. Diagnosa dini sangat perlu dalam usaha
pemberantasan dermatosis akibat kerja sebab dengan diagnosa dini penderita dapat
segera dipindahkan kerjanya ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatannya.
a. Kebersihan perorangan
Misal cuci tangan , mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti tiap
hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain.
b. Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga perusahaan meliputi
pembuangan air bekas dan sampah industri, pembersihan debu, proses industri
yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan lantai, cara penimbunan dan
penyimpanan barang-barang lain.

E.Sumber Belajar :
1. Suma'mur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta
2. Suma'mur. 1987. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Gunung
Agung Jakarta
3. Darmanto D. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Gramedia. Jakarta
4. WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit akibat kerja. EGC. Jakarta
5. Harrington & Gill. 2005. Kesehatan Kerja. EGC. Jakarta
6. Dainur, dr, 1992, Materi-materi pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, III, Widya
Medika, Jakarta, 71-78
7. Entjang, Indan, dr, 1974, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000

103
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 5

KESEHATAN LINGKUNGAN

1. RUMAH SEHAT

Rumah adalah pusat kehidupan keluarga. Bentuk, macam dan keadaan rumah
akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Rumah yang mempunyai syarat -syarat
kesehatan justru akan merugikan kesehatan orang yang bersangkutan.
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian
penyakit dalam masyarakat (Entjang Indan, 2000).
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:
1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan.
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit.

Harus memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu:


a. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya tetap
berkisar antara 18 - 20°C. suhu ruangan ini tergantung pada: suhu udara luar,
pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-benda disckitarnya. Pada
rumah-rumah modern suhu ruangan ini dapat diatur dengan air conditioning.
b. Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang
ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan-ruangan
mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.
c. Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup
mengandunga oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup mempunyai
jendela. Luas jendela keseluruhan ± 15% dari luas lantai. Susunan ruangan
hams sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir-bebas bila jendela
dibuka.
d. Dinding ruangan hares kedap suara, baik terhadap suara-suara yang berasal dari
luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari sumber-sumber suara
yang gaduh misalnya: pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasiun bus,
stasiun kereta api dan sebagainya.

Harus memenuhi kebutuhan psikologis, diantaranya adalah:


a. Keadaan rumah dan sekitamya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenagan rumah tangga yang
sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap angota keluarga yang
tinggal di rumah tersebut.
c. Harus ada ruang untuk menjalankan kehidupan keluarga dimana semua anggota

104
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

keluarga dapat berkumpul.


d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, terjadi hares ada ruang untuk
menerima tamu.

Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, antara lain:


a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah roboh.
b. Sarana pendegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat
lain terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.

Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit, ialah:


a. Faktor lingkungan baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
b. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
c. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat.
d. Kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah yang menyankut tata guna
tanah.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah menurut


Notoatmodjo Soekidjo (2003), antara lain:
a. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat di mana
rumah itu akan didirikan. Di pegunungan antaukah di tepi pantai, di desa ataukah
di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah dekat gunung berapi
(daerah gempa) ataukah di daerah bcbas gempa dan sebagainya. Rumah di
daerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya
pedesaan, misalnya bahannya, bentuknya, menghadapnya dan lain sebagainya.
Rumah di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun
harus kokoh, rumah di dekat hutan hams dibuat sedemikian rupa sehingga aman
terhadap serangan-serangan binatang buas.
b. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan rumah dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan
setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya adalah
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa
mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun
diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan
oleh penghuninya perlu dipertimbangkan.
c. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat, pada dewasa ini teknologi perumahan
sudah begitu meju dan sudah begitu modern. Akan tetapi teknologi modern itu
sangat mahal dan bahkan kadang-kadang tidak dimengerti oleh masyarakat.
Rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai teknologi
perumahan sendiri yang dipunyai turun temurun. Dalam rangka menerapkan
teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh masyarakat
tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan

105
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

mempertahankan segi-segi yang sudah positif.


d. Kebijaksanaan pemerintah yang menyangkut tata guna tanah, bagi masyarakat
pedesaan belum merupakan problem, namun di kota sudah menjadi masalah
yang besar.
Syarat-syarat rumah yang sehat terdapat beberapa poin, antaralain:
1. Bahan bangunan yang terdiri dari:
 Lantai yang padat, tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah
pada musim penghujan karena lantai yang berdebu dan basah merupakan
sarang penyakit.
 Dinding dari tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis karena
kurang jendelanya untuk sirkulasi udara, lebih tepat di pedesaan
menggunakan papan meskipun kurang jendela maka lubang-lubang pada
dinding papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah
penerangan alamiah.
 Atap genteng umumnya dipakai di daerah perkotaan, di pedesaan cukup
menggunakan dari daun rumbai atau daun kelapapun dapat dipertahankan.
Atap dari asbes dan seng tidak dianjurkan selain mahal juga menimbulkan
suhu panas di dalam rumah.
 Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu
tersebut. Apabila tidak pada ruasnya maka lubang pada ujung-ujung bambu
yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
02 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya 0 2 di dalam rumah yang berarti kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukup
ventilasi menyebabkan kelembaban meningkat karena penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri yang patogen. Ventilasi juga berfungsi untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri terutama yang patogen juga untuk menjaga agar
ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi yakitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.
Pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak membalik lagi atau berhenti,
hares mengalir, artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan
keluarnya udara.

3. Cahaya harus cukup karena merupakan salah satu syarat rumah sehat, tidak
kurang tidak terlalu banyak. Cahaya yang kurang merupakan media yang balk
untuk hidup dan berkambangnya bibit penyakit. Cahaya yang berlebih akan
menyebabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya dibedakan menjadi 2 ,
yaitu cahaya alamiah oleh matahari, sekurang-kurangnya 15 — 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Jalan masuknya cahaya alamiah

106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

juga diusahakan dengan genteng kaca. Dan cahaya buatan yaitu dengna sumber
cahaya yang bukan dari matahari, seperti lampu minyak, listrik, api dan
sebagainya.

4. Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
Luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubalan. Hal ini tidak sehat, sebab kurangnya konsumsi 0 2
juga bial salah satu anggota keluarga menderita penyakit infeksi, akan
memudahkan penularan kepada anggota keluarga lainnya. Luas bangunan yang
optimum adalah 2.5 — 3 m2 untuk tiap anggota keluarga.

5. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat


 Penyediaan air bersih yang cukup
 Pembuangan tinja.
 Pembuangan air limbah.
 Pembuangan sampah
 Fasilitas dapur
 Ruang berkumpul keluarga.
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi di belakang atau di
depan rumah. Juga perlu ada tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat
merupakan bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
Juga kandang ternak yang merupakan bagian hidup para petani, sebagai rumah
yang sehat pembuatan kandanga harus terpisah dari rumah tinggal atau dibuat
kandang tersendiri.

2. PENYEDIAAN AIR BERSIH

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tanpa air
tidak ada kehidupan di bumi. Demikian pentingnya air diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Sehingga penggunaanya harus efisien dan
tepat guna.
Penyediaan air bersih masih menghadapi berbagai masalah yang komplek,
mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran dan sikap masyarakat.
Pengelolaan air bersih ini berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat
pesat maupun perkembangan wilayah industri yang cepat. Masyarakat (rumah
tangga) dan industri di perkotaan inilah yang termasuk boros dalam pemanfaatan air.

A. Tujuan
 Tujuan umum
Untuk mengetahui berbagai upaya penyediaan air rumah tangga yang baik
dan tepat guna.
 Tujuan khusus
 Untuk mengetahui syarat-syarat air barsih dan sehat.

107
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Untuk mengetahui sumber-sumber air.


 Untuk mengetahui upaya penyediaan air.

Persediaan air untuk rumah tangga


a. Syarat — syarat air rumah tangga.
a. Syarat kwantitas.
Jumlah air untuk rumah keperluan rumah tangga per-hari per-kapita tidak
sama pada tiap negara.
Di Indonesia diperiukan 100 literiinarii apita dengan perincian :
Minum : 5 liter
Memasak : 5 liter
Membersihkan /memcuci : 15 liter
Mandi : 30 liter
Kakus (W.C) : 45 liter
Jumlah : 1001 liter/hari/kapita
b. Syarat Kwalitas
Air rumah tangga harus memenuhi syarat : fisis, khemis, dan syarat
bakteriologis.
 Syarat fisis yaitu :
 Jernih.
 tak berwarna.
 tak berbau.
 tak berasa.
 Syarat khemis (syarat kimiawi) :
Yaitu air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk
kesehatan seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-
mineral serta zatzat organik lebih tinggi dari jumlah yang
ditentukan.
Misalnya :
- Zn tak boleh lebih dari 0,05 mg/L.
- Pb.. ... .. ... .. .. ... .. ... 0,05 mg/L.
- Cu.. ... .. .. ... .. ... .. .. . 0,05 mg/L.
- Fe.. .. .. ... .. .. ... .. ... . 0,10 mg/L.
- Cl... .. ... .. .. ... .. .. ... 250,00 mg/L.
- Sulfat. .. ... .. ... .. .. .. 250,00 mg/L.
- Fluorida.. .. ... .. .. ... . 1,00 mg/L.
- Zat organik.. ... .. .. .. 10,00 mg/L.-
- P.H (keasaman) antara 6 — 8.
- Kesadahan antara 5 -10 derajad jerman.
(1 derajad jerman = 10 mg CaO/L.)

 Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Penyakit -
penyakit yang sering menular dengan perantaraan air adalah

108
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

penyakit-penyakit yang termasuk golongan "water borne disease"


yaitu :
 Cholera dan paracholera eltor.
 Typhus abdominalis dan paratyphus A, B dan C.
 Dysenteria bacillaris dan dysentria amoebica.
 Hepatitis infectiosa.
 Poliomyelitis anterior acuta.
 Penyakit-penyakit karena cacing.
Karena bibit penyakitnya keluar bersama fexes penderita, maka
disyaratkan air rumah tangga tidak boleh dikotori feses manusia.
Sebagai penunjuk bahwa air telah dikotori oleh feses manusia
adalah adanya bakteri Escherichia coli, karena_bakteri ini selalu
terdapat dalam feses manusia baik yang berasal dari orang sakit
maupun sehat. Juga karena tidak mungkin menyediakan air rumah
tangga yang steril, maka air boleh mengandung bakteri tanah yang
saprophytis (tidak patogen) dalam batas-batas tertentu.

Air rumah tangga dikatakan memenuhi syarat bakteriologis bila :


 Tidak mengandung suatu bibit penyakit.
 Tidak mengandung bakteri Escherichia coli.
 Bakteri saprophyt tidak lebih dari 100/ml air.

b. Sumber air
a. Air dalam tanah
Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah yang
dalam.
Misalnya air sumur,air dari mata air.
Air sumur dibagi menjadi 2 : - Air sumur dangkal
- Air sumur dalam
 Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air
berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal. Dalamnya
lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain berbeda-beda.biasanya berkisar antara 5 sampai 15 meter
dari permukaan tanah.air sumur pompa dangkal ini belum begitu
sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih
ada.oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
 Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari
permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu,
sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui proses
pengolahan ).

109
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah


tangga, maka air sumur harus dilindungi terhadap bahaya—bahaya
pengotoran.
Sumur yang baik harus memenuhi syarat—syarat :
o Syarat lokalisasi
 Menghindari pengotoran ( jarak sumur harus sesuai standard,
atau lebih dari 10 meter ).
 Dibuat di tempat yang ada airnya dalam tanah.
 Jangan dibuat di tanah rendah yang mungkin terendam bila
banjir.
o Syarat konstruksi
b. Air permukaan
Adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Air permukaan harus
diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah
mengalami pengotoran.
Misalnya : air sungai dan danau, air hujan.
 Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari
air hujan yang mengalir melalui saluran — saluran ke dalam sungai
atau danau ini. Kedua sumber air ini Bering juga disebut air
permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah
terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka
bila dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.

 Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air
hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat
dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
didalamnya.
 Pengelolaan air minum
a. Pengelolaan secara alamiah
Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari
air yang diperoleh dari berbagai sumber yang disiarkan untuk
beberapa test ditempatnya kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-
zat yang terdapat di dalam air dan akhirnya terbentuk endapan.
b. Pengelolaan air dengan menyaring
Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM
(perusahaan air minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
c. Pengelolaan air dengan menambah zat kimia
Ada 2 macam yakni :
 Zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya
mempercepat pengendapan misalnya tawas.
 Zat kimia yang berfungsi untuk mencuci (membunuh bibit
penyakit yang ada dalam air) misalnya Chlor.

110
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

d. Pengolahan air minum dengan mengalirkan udara


Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak dan menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan.
e. Pengolahan air minum dengan mengalirkan udara
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman dalam air. Pada
prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni :
i. Pengolahan air minum untuk umum.
 Penampungan air hujan.
 Pengelolaan air sungai.
 Pengelolaan mata air.
ii. Pengelolaan air untuk rumah tangga.
 Air sumur
Syarat air sumur pompa yang baik yaitu :
 Harus ada bibir sumur.
 Pada bagian atas kurang dari 3 cm dari permukaan
tanah harus ditembok.
 Perlu diberi kerikil pada bagian bawah sumur tersebut
untuk mengurangi kekeruhan.
 Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan
melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat
melakukan penampungan air hujann dari atapnya masing-
masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini
tidak jadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan
tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar
mempunyai tandon (storage) untuk musim kemarau.

 Meningkatkan mutu penyediaan air bersih (PAB) meningkatkan mutu


penyediaan air bersih (PAB)
Agar masyarakat memperoleh air yang mutu kualitas memenuhi syarat dan
kwantitas tercukupi di setiap lapisan masyarakat di perkotaan maupun di
pedesaan.

KEBIJAKSANAAN
Adapun tujuan tersebut dapat dicapai bila ada kebijaksanaan dari pemerintah, yaitu
sebagai berikut:
a. didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai.
b. Pengamanan khusus kaulitas air oleh pemerintah.
c. Perhatian khusus ditujukan kepada masyarakat yang mempunyai kualitas air
rendah, yaitu : penduduk yang berpenghasilan rendah, daerah rawan air
bersih, daerah yang tinggi angka kejadian penyakit yang ditularkan melalui
air kumuh perkotaan dan daerah pedesaan daerah terpencil, kelompok
masyarakat asing didaerah transmigrasi, pemukiman baru dan daerah tujuan
wisata.

111
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

d. Penyuluhan penyehatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya


pembangunan/perbaikan sarana air bersih.
e. Pengawasan kualitas air dilaksanakan melalui sistem rujukan secara terpadu
dengan program dan sektor terkait berdasarkan baku mutu kwalitas air.
f. Peningkatan kemampuan dan pendayagunaan laboratorium dalam bidang
pemeriksaan air.
g. Sistem informasi penyehatan air termasuk kewaspadaan dini kejadian luar
biasa penyakit yang ditularkan melalui air.
h. Peningkatan tenaga kesehatan yang dapat mendukung pengamanan kualitas
air melalui peningkatan produktivitas dan perluasan pendidikan keahlian
yang dibutuhkan, serta pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi yang
makin mantap.

Adapun Pelaksanaan / Kegiatan sebagai berikut


 Pengaturan dan Pembakuan kualitas air :
 Menetapkan persyaratan kualitas air
 Persyaratan kesehatan bangunan sarana air bersih, peralatan dan bahan
pengolahan air.
 Memantau dan mengevaluasi baku mutu kualitas air.
 Mengawasi penggunaan peralatan dan bahan yang digunakan untuk
pengolahan air.
 Mendorong pengembangan peraturan daerah tentang pengamanan kualitas
air
 Pengawasan kualitas air :
Kegiatan ini bertujuan: Mengetahui gambaran mengenai keadaan sanitasi
sarana dan kualitas air sebagai data dasar untuk memberikan rekomendasi
untuk pengamanan air.
Air yang menjadi sasaran kegiatan ini mencakup : air minum, air bersih, air
kolam renang, air permandian umum, air badan air, air lirnbah industri dan
rumah tangga.

Kegiatan pengamanan kualitas air meliputi


 Inspeksi sanitasi
 Pengambilan dan Pengiriman sample air.
 Pemeriksaan air di faboratorium clan iapangan.
 Rekomendasi dan sarana tindak lanjut.
 Perbaikan kualitas air
Kegiatan ini bertujuan : Mengamankan kualitas penyakit dan gangguan
lainnya. Sasaran kegiatan ini :
 Air yang dipergunakan keperluan rumah tangga
 Sarana penyediaan air bersih serta lingkunganya, diutamakan yang
dipergunakan oleh umum.
 Pembinaan pemakai air
Kegiatan ini bertujuan : Meningkatkan pengertian dan kesadaran serta

112
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kemampuan masyarakat untuk melakukan pengaman air.


Sasaran : Meliputi individu, keluarga, kelompok potensial kelembagaan
masyarakat umum secara luas.

PENGEMBANGAN METODE
Bertujuan untuk mendapatkan dan mengembangkan metode yang lebih sesuai
dengan perkembangan teknologi dan kondisi setempat yang meliputi:
Pemeriksaan air
 Inspeksi sanitasi
 Desain perbaikan kualitas air
 Media penyuluhan
 Pendekatan masyarakat
 Pengembangan dan pemantapan informasi penyehatan air

3.Pembuangan Kotoran Manusia


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dalam
tubuh ini berbentuk tinja ( feces ), urine, dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernafasan.Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area
pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok
untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat
melalui berbagai macam jalan dan cara. Untuk mencegah sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik.

Sistem Pembuangan Kotoran Manusia


Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan risiko penularan penyakit khususnya penyakit saluran pencemaran.
Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko
pencemaran yang mungkin ditimbulkan. Dalam hal ini sistem pembuangan kotoran
manusia dibedakan dalam 4 (empat) jenis sarana yaitu Leher Angsa, Plengsengan,
Cemplung/Cubluk dan jenis lainnya.

Pada tahun 1996 menurut BPS (dalam Statistik Kesra 1996), persentase Rumah
Tangga Indonesia yang menggunakan leher angsa sebagai sarana pembuangan
kotoran sebanyak 33,34. Keadaan tahun 1996, terlihat hampir tidak ada perubahan
persentase penggunaan sarana yang dianggap memenuhi syarat baik di Wilayah
Perkotaan maupun wilayah Pedesaan.

Pada tahun 1996 Propinsi yang paling rendah menggunakan sarana pembuangan
kotoran jenis leher angsa adalah Timor Timur (11,01), Nusa Tenggara Timur
(11,10%) dan Irian Jaya (15,33%), Sedangkan yang tertinggi adalah DKI Jakarta
(80,40%), DI Yogyakarta (54,18%) dan Sulawesi Utara (50,96%).

113
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Dalam kaitan sarana pembuangan kotoran manusia, hubungan yang paling mendasar
dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan kotoran yang
digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan mencemari
lingkungan sekitar dan sekaligus meningkatkan risiko penularan penyakit terhadap
masyarakat. Pada tahun 1996, menurut BPS (dalam Statistik Kesra 1996), persentase
rumah tangga (RT) yang menggunakan sarana pembuangan kotoran dengan
dilengkapi fasilitas penampungan kotoran yang memenuhi syarat (1'angki
Septick)ymasih rendah
yaitu sebesar 30,55% sisanya menggunakan jenis penampungan kotoran yang tidak
memenuhi syarat meliputi Kolam/sawah 6,26%, Sungai/Danau 23,12%, Lobang
Tanah 25,80% Pantai/Tanah Terbuka 5,14% dan Lain-lain 9,14%.

Pada tahun 1996 persentase rumah tangga yang paling rendah menggunakan
fasilitas penampungan kotoran yang memenuhi syarat (Tangki Septick) adalah
Nusa Tenggara Timur (11%), Timor Timur (12,58%), Kalimantan Tengah (19,22%)
dan Lampung (19,31%), Sedangkan yang tertinggi adalah DKI Jakarta (80,43%),
Bali (55,5%) dan DI Yogyakarta (46,55%) .

Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas


dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan
tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Pada tahun 1996
rumah tangga yang menggunakan sarana pembuangan kotoran milik sendiri
sebanyak 48,79%.

Pengelolaan pembuangan kotoran manusia


Suatu jamban disebut sehat untuk derah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.
4. Tidak dapat terjangkau pleb serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang -
binatang lainnya.
5. Tidak menimbulkan bau.
6. Mudah digunakan dan dipelihara.
7. Sederhana desainya.
8. Murah.
9. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara


lain hal-hal sebagai berikut :
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari
panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, aterlindung dari
pandangan orang dan sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mampunyai lantai yang kuat, tempat berptjak
yang kuat dan sebagainya.

114
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak


mengganggu pandanagn, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Teknologi pembuangan kotoran manusia

 Secara sederhana (jamban atau kakus)


Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah
barang tentu berbeda dengan daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban
daerah pedesaan di samping harus memenuhi persyaratan-persyaratan jamban sehat
seperti
telah diuraikan di atas juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi
masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan
antara lain sebagai berikut :

1. Jamban cemplung, Kakus ( Pit Latrine )


Jamban tipe ini sering dijumpai di daerah pedesaan, khususnya Jawa. Tetapi
sering dijumpai yang kurang sempurna. Sehingga serangga mudah masuk, dan
bau tidak bias dihindari. Di samping itu, karena tidak ada rumah jamban, bila
musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh air.

2. Jamban Cemplung Berventilasi ( Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine


)
Jamban ini hamper sama dengan jamban cemplung. Bedanya yaitu lebih
lengkap, yaitu menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan, pipa
ventilasi ini dapat dibuat dengan bamboo.

3. Jamban Empang ( fishphond latrine )


Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam system jamban empang ini
terjadi daur ulang ( recycling ). Yakni tinja dapat Iangsung dimakan ikan, ikan
dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,
demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping
mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein
bagi masyarakat ( menghasilkan ikan ).

4. Jamban pupuk ( the compost privy )


Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal
galiannya. Disamping itu juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah,
daun-daunan. Proseduenya adalah sebagai berikut :
 Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.
 Di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan.
 Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran dan kotoran binatang tiap-tiap hari.
Setelah 20 inci, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah, selanjutnya
ditaruh kotoran lagi

115
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Demikian selanjutya sampai penuh.


 Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.
 Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman.

5. Septic tank
Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang
dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, diman
tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tanki ini
tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut mengalami 2
proses, yakni :
a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60%-70%)
zatzat padat akan mengendap didalam tanki sebagai "sludge ". Zat-zat
yang tidak dapat hancur bersama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam
tanki tersebut. Lapisan ini disebut "scum" yang berfungsi
mempertahankan seuasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat
tumbuh subur, yang berfungsi pada proses berikutnya.

b. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob
dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic alam sludge dan
scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga
pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak
cepat penuh. Kemudian cairan "enfluent" sudah tidak mengandung
bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan
enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk kedalam
tempat perembesan.

2. Toilet atau kloset

Toilet atau Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet) adalah


perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran,
yaitu air Beni dan feses. Istilah toilet maupun WC dapat digunakan untuk mengacu
pada perlengkapan tersebut maupun ruangan tempat perlengkapan tersebut berada.
Istilah kamar kecil biasanya digunakan dalam bahasa Indonesia untuk memperhalus
penyebutan tempat tersebut.

116
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Sejarah
Toilet umum Romawi kuno

Toilet telah digunakan sejak awal masa sejarah. Pada abad ke-25 SM, masyarakat
Harappa di India memiliki toilet di setiap rumah yang dihubungkan dengan saluran
air dari batu bata. Toilet juga ditemukan pada peradaban Mesir dan Tiongkok kuno.
Di peradaban Romawi, toilet kadang merupakan bagian dari tempat mandi umum.

Penemuan toilet dengan fasilitas penyiraman diyakini dilakukan oleh Sir John
Harington pada tahun 1596, walaupun penggunaannya secara umum baru
berkembang setelah berbagai perbaikan atas temuan tersebut pada zaman Victoria di
Inggris

Macam-macam toilet

Terdapat berbagai jenis toilet di seluruh dunia. Kloset duduk (kloset yang digunak an
dengan cara mendudukinya untuk buang air besar) yang memiliki fasilitas untuk
menyiram buangan setelah digunakan adalah jenis toilet yang paling umum di Barat,
sedangkan kloset jongkok (kloset yang digunakan dengan cara berjongkok di atasnya
untuk buang air besar) cukup lazim di Asia Tenggara, Asia Timur (Tiongkok dan
Jean ), India, serta masih dapat dijumpai pada toilet umum di Eropa selatan dan
timur (termasuk sebagian Perancis, Yunani, Italia, negara-negara Balkan, dan negara
bekas Uni Soviet).

Gambar Kloset duduk

117
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Gambar kloset jongkok

Terdapat pula beberapa cara untuk membersihkan diri setelah menggunakan toilet.
Hal ini bergantung pada norma dan adat setempat maupun sumber daya yang ada. Di
Asia, air digunakan untuk keperluan tersebut, dan biasanya dengan menggunakan
tangan kiri. Di Barat, yang lazim digunakan adalah kertas toilet, dapat juga dengan
menggunakan perlengkapan lain mirip toilet yang disebut bidet.

Ruangan toilet kadang dirancang khusus untuk memudahkan orang cacat. Biasanya
toilet semacam itu cukup luas untuk dapat dimasuki dengan berkursi roda dan pada
dindingnya sering terdapat pegangan yang dapat membantu pengguna toilet
menempatkan

Toilet di Negara Maju

Toilet rumah

Di negara maju, hampir semua tempat tinggal memiliki paling sedikit sebuah toilet.
Toilet di tempat tinggal pribadi umumnya tidak dipisahkan menurut jenis kelamin.
Toilet dapat berada satu ruangan dengan tempat mandi, dapat pula tidak. Di India
baru-baru ini disarankan agar semua politisi wajib memiliki toilet.
Toilet umum

118
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Toilet umum di tepi jalan di Perancis, disebut sanisette

Fasilitas umum biasanya menyediakan toilet yang dapat digunakan umum. Biasanya
toilet umum semacam itu terdiri atas kamar-kamar toilet dengan fasilitas cuci tangan
di tempat terpisah. Toilet umum biasanya dipisahkan (yaitu berbeda ruangan) sesuai
jenis kelamin penggunanya, yaitu toilet pria dan toilet wanita. Tempat cuci tangan
dapat pula tersedia bagi kedua jenis kelamin. Toilet umum pria biasanya memiliki
tempat buang air kecil terpisah, dapat berupa urinoar berdesain khusus yang melekat
pada dinding untuk digunakan satu orang ataupun berupa bak atau selokan yang selalu
dialiri air untuk digunakan lebih dari satu orang. Urinoar yang melekat pada dinding
biasanya diberi sekat satu sama lain untuk menjaga privasi penggunanya.

Toilet umum di luar ruangan (di tepi jalan, di sekitar taman, dan sebagainya) bisa
disebut sebagai perabot jalan. Toilet umum semacam ini biasanya dapat digunakan
kedua jenis kelamin, berbentuk kotak yang dapat memiliki peralatan sederhana dan
tidak bersaluran air maupun lebih mewah dan dapat membersihkan diri sendiri
setelah digunakan.

Ada pula toilet umum yang dapat dipindahkan sehingga bisa ditempatkan bilamana
dan di mana diperlukan, misalnya pada suatu konser musik di tempat terbuka.

Toilet umum juga dapat berada dalam kendaraan umum. Biasanya terdapat toilet
dalam pesawat terbang, kereta, kapal laut, dan Bering pula pada bus dan kapal feri
jarak jauh, namun tidak dalam angkutan dalam kota seperti kereta bawah tanah, trem,
dan bus kota.
Toilet umum dapat memungut bayaran dari penggunanya. Pembayaran tersebut dapat
dilakukan dengan:
 Meletakkan uang pada tempat terbuka yang tidak dijaga,
 Memasukkan uang ke dalam kotak terkunci berlubang kecil seperti tabungan,
 Memasukkan uang melalui lubang khusus di sekitar pintu toilet; pintu toilet
hanya dapat dibuka bila uang sudah dimasukkan,
 Memberikan uang kepada penjaga toilet (yang kadang juga bertanggung jawab
sebagai petugas kebersihan toilet).

4. SAMPAH

Pengertian Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber basil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Adapun
sumbersumber sampah meliputi:
1. Rumah Tangga
2. Pertanian

119
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Perkantoran
4. Perusahaan
5. Rumah Sakit
6. Pasar dll.

Kategori Sampah
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Sampah Anorganik/kering Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll
yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.
2. Sampah organik/basah Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,
rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara
alami.
3. Sampah bcrbahaya contoh : Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll

Permasalahan Sampah
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan
akan dapat mengakibatkan :
1. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus
2. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
3. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

Alternatif Pengelolaan Sampah

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan


alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai,
karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan
alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan
sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi
masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya
alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang
harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa
masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi
sampah hams dijadikan prioritas utama.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau
didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang. Dan industri-industri harus mendesain
ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut.
Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Cara-cara pengelolaan sampah
meliputi:
1. Daur-ulang
2. Pcngkomposan
3. Pengurugan sampah

120
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai.

Material yang dapat didaur ulang :


1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas
yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

Manfaat pengelolaan sampah


1. Menghemat sumber daya alam
2. Menghemat Energi
3. Mengurangi uang belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman)

Tata cara Pemusnahan sampah


Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai
berikut :

a. Penumpukan
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya
penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber
penyakit dana badanbadan air.

b. Pengkomposan
Cara pengkomposan meerupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk
yang mempunyai nilai ekonomi.

c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus
diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan
kebakaran. -

d. "Sanitary Landfill". Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi


cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini
memerlukan areal khusus yang sangat luas.

121
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Pemanfaatan Sampah

1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak


2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur Ulang

5.LIMBAH

Pengertian limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkunean karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anoreanik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, yaitu:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
5. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
6. Volume limbah
7. Kandungan bahan pencemar
8. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah

Limbah cair
Macam - macam limbah cair
1. Rumah tangga (domestik)
2. Industri
3. Pertanian

Limbah domestik
Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah
jenis ini sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological oxygen demand),

122
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

COD (chemical oxygen demand) dan kandungan organik sistem pasokan air. Metoda
dasar penanganan limbah domestik pada dasarnya terdiri dari tiga tahap:
(1) Pengolahan dasar (primary treatment), yang meliputi pembersihan grit,
penyaringan, penggilingan dan sedimentasi,
(2) Pengolahan kedua (secondary treatment) menyertakan proses oksidasi larutan
materi organik melalui media lumpur yang secara biologis aktif, dan kemudian
disaring,
(3) Penanganan tersier, di mana metode biologis canggih diterapkan untuk
menghilangkan nitrogen, di samping metode kimia maupun fisika seperti
penyaringan granular dan absorbsi karbon.

Limbah Industri
Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Limbah
jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COO maupun
kandungan organiknya, tetapi juga mengubah struktur kimia air akibat masuknya zat-
zat anorganik yang mencemari. Penanganan limbah ini diiakukan dengan cara
memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan
atau badan air, dan penanganan sistem pembuangan limbah domestik itusendiri.

Terdapat beberapa pilihan dalam mengendalikan air limbah industri:


1. Pengendalian secara end of pipe, yaitu pada titik pembuangan dari sumbernya
pabrik)
2. Penanganan pada proses produksi (penerapan produksi bersih)

Limbah cair domestik dan tinja


Secara sederhana, penanganan limbah cair domestik dan tinja dengan membangun
septic tank untuk setlap perumahan atau septiktank komunal di pemukiman padat
penduduk secara kolektif, bagi daerah yang belum mempunyai pengolahan limbah
cair domestik secara terpadu

Limbah pertanian
Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk
(umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur pencemar ini
meliputi balk sedimen dari erosi lahan tanaman perkebunan maupun larutan fosfor
dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbah hewani Berta pupuk, Pengendalian dapat
dilakukan dengan membuat penampungan di samping melakukan penanganan baik
dalam kolam terbuka maupun tertutup, dan sistem pemupukan dan pemberantasan
hamalpenyakit dengan komposisi yang tepat.

Dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair

Industri primer pengolahan basil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp
dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah
memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian,

123
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar
teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
Iingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang
telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan secara fisika
2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Pengolahan Secara Fisika


Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan

tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama
untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

124
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Gambar 1. Skema Diagram Pengolahan Fisik

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung


seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya.
Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi
(clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan
memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar •tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama
jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit -unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali

125
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai basil reaksi oksidasi.

Gambar 2. Skema Diagram pengolahan Kimiawi

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan


membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO 4, SO2, atau Na2S2 O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun
seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan klor (Cl 2 ), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida.

126
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

Pengolahan secara biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang


dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung
dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan
80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih
tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia,
waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam
lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan
waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. Trickling filter
2. Cakram biologi
3. Filter terendam
4. Reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi,
proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi
sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah
yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di
atas dapat dijadikan sebagai acuan. [DAW]

Gambar 3. Skema Diagram pengolahan Biologi

Produksi Bersih dan Prinsip 4R

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk


merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan
produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan
menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka
siklus ekologis. Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah:

Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan


menerapkan Prinsip 4R yaitu:
 Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.

128
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa


dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum is
menjadi sampah.
 Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun
saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
 Recycle (Mendaur ulang); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan
lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa
didegradasi secara alami.

6. BAHAYA RADIASI

Bahaya radiasi terhadap manusia ada bermacam-macam misalnya:

I. Bahaya Radiasi dari sisa-sisa zat radiokatif


Zat radioaktif dapat menyebabkan penyakit-penyakit akut maupun kronis
tergantung pada dosisnya.
a. Dengan dosis besar (> 600 rad) dapat menyebabkan keniatian dengan
segera.
b. Dengan dosis rendah dapat menyebabkan:
 Penyakit-penyakit darah seperti: anemia, leucopenia
 Kemadulan
 Kerusakan pada bayi yang sedang dikandung sehingga dapat
menyebabkan keguguran atau tejadinya kecacatan.
 Menimbulkan terjadinya kanker (neoplasma).
Zat radioaktif banyak digunakan untuk keperluan manusia.
Misalnya: dalam bidang kedokteran, sebagai pembangkit tenaga listrik
ataupun sebagai sumber tenaga pada proses-proses industri.
Beberapa Negara menggunakannya untuk keperluan militer.
Dalam kegiatan-kegiatan dipergunakan zat-zat radioaktif perlu keahlian
khusus untuk melindungi para karyawan dan masyarakat yang ada
disekitarnya.

II. Bahaya radiasi dalam bidang medis dan gigi


Dokter dan dokter gigi makin sering menggunakan radiology diagnosa untuk
membantu dalam merawat pasien.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan genetic pada generasi
mendatang frekuensi penyinaran pada ilmu pengobatan harus diimbangi dengan
membatasi jumlah penyinaran pasien pada prosedur individual. Hal ini dapat

129
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

dilakukan mealui tindakan dan teknik perlindungan radiasi yang tepat.

III. Bahaya radiasi dari sinar-X


Pada tahun 1950 komisi internasional untuk perlindungan terhadap
penyinaran menetapkan bahwa pengaruh sinar X adalah sebagai berikut:
 Luka permukaan yang dangkal
 Kerusakan kulit (skin damage)
 Epilasi (epilation)
 Kuku rapuh brittleness of nails)
 Kerusakan hemopoetik
 Limtopeni
 Leukopeni
 Anemi
 Leukemia
 Kehilangan respons terhadap daya tahan spesifik (loss of specific
immune response)
 Induksi keganasan (Industion of malignancy)
 Leukemia
 Karsinoma kulit
 Sarcoma
 Berkurangnya "kemungkinan hidup" (reduction of life span)
 Aberasi genetic (genetic aberrations)
 Mutasi gen langsung
 Perubahan kromosom (chromosomal alteration)
 Efek-efek lainnya (other detectorious effects)
 Katarak lentikuler
 Abesitas
 Sterilitas : - Sementara
- Tetap (permanent)

Reaksi luka permukaan yang dangkal dapat timbul segera atau setelah beberapa
lama. Reaksi yang segera timbul dapat menyerupai luka bakar. Dosisi maksimal
untuk kulit yang masih dapat diberikan tidak diketahui, tetapi bagi para pekerja yang
setiap harinya berhubungan dengan sinar X diperkirakan dosisinya kurang dari 1R
per hari. Radiasi sinar X yang berlangsung lama (kronis) atau bertahuntahun telah
terbukti dapat menimbulkan karsinoma kulit.

Pencegahan atau Proteksi Radiasi


Tujuan proteksi radiasi ialah:
a. Pada pasien : dosis radiasi diberikan harus sekecil mungkin sesuai keharusan
klinis.
b. Pada pesonil : dosis radiasi yang diterima harus ditekan serendah mungkin dan
dalam keadaan bagaimanapum juga tidak boleh melebihi dosisi

130
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

maksimum yang diperkenankan.

Nilai Batas yang diizinkan


Nilai batas yang diizinkan untuk perorangan ialah dosis yang terakumulasi
selama jangka waktu panjang atau hasil dari penyinaran tunggal. Yang menurut
pengetahuan dewasa ini mengandung kemungkinan kerusakan somatic atau genetic
yang dapat diabaikan selain itu besar dosisi adalah sedemikian, yaitu setiap efek
yang sering terjadi terbatas pada akibat yang ringan, sehingga tidak akan dianggap
tidak dapat diterima oleh seseorang yang tersinari dan oleh instansi yang berwenang
dalam bidang medis.

Tiga Cara Pengendalian Tingkatan Pemaparan Radiasi


Tiga cara pengendalian ini, yaitu:
 Jarak
Ternyata cara ni efektif karena intensitas radiasi dipengaruhi oleh hukum
kuadrat terbalik.
 Waktu
Pemaparan dapat diatur dengan waktu melalui berbagai jalan yaitu:
a. Membatasi waktu generator dihidupkan.
b. Pembatasan waktu berkas diarahkan keruang tertentu.
c. Pembatasan waktu ruang dipakai.

Bila ternyata dengan jarak dan waktu tidak mencukupi, maka dipakai cara ke tiga
dibawah ini:
 Perisai
Perisai ini sibuat dari timbale beton.
Ada 2 jenis perisai yaitu:
a. Perisai Primer: memberi proteksi terhadap radiasi primer (berkas sinar
guna).
Tempat tabung sinar X dan kaca timbul pada tabir fluoroskopi merupakan
perisai primer.
b. Perisai Sekunder: memberi proteksi terhadap radiasi sekunder (sinar bocor
dan hambur).
Tabir sarat timbul pada tabir fluoroskopi, pakaian proteksi, kursi
fluoroskopi dan perisai yang dapat dipindahkan, merupakan perisai
sekunder.

PROTEKSI RADIASI
1. Proteksi Pasien Terhadap Radiasi Perlu Dlperhatikan
a. Pemeriksaan sinar X hanya atas peemintaan seorang dokter.
b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya
tembusnya lebih kuat.

131
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

d. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek, sehubungan dengan ini berlaku
hukum kuadrat terbalik yaitu intensitas sinar X berbanding terbalik
dengan jarak pangkat dua.
Jarak focus kulit pada:
 Sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm
 Radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm.
e. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan
memperhunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar
tembus).
f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Contohnya: pada pemeriksaan sinar tembus pada salah satu bagian tubuh
tidak boleh melebihi 5 menit.
g. Alat-alat kelamin dilindungi sebisanya.
h. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa
radiology.

2. Proteksi terhadap dokter pemeriksa dan petugas radiology yaitu: untuk


proteksi ini diperhatikan:
a. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh yang tidak terlindung.
b. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yang terlapis Pb
dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb.
c. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi.
d. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head
fluoroscopy)
e. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling
sedikit selama 20 menit.
f. Gunakan alat-alat pengukur sinar Roentgen.
g. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai, misalnya:
 Perlindungan terhadap bahaya elektris
 Adanya kebocoran pada tabung pesawat
 Votage yang aman dan lamanya
h. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapan-
perlengkapan pelindung berlapis Pb.

Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil


a. Film Badge
Fungsi film badge adalah untuk mencatat dosisi radiasi yang diterima oleh
personil (petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi: Oleh sebab itu film
badge yang dipakai harus cukup mempu untuk mencatat dosis radiasi yang
berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
b. Dosimeter Saku
Dosimeter saku aalah pengukur dosis yang mempunyai respon (reaski) terhadap
radiasi sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanannya melalui elemen pendeteksian pada dasarnya dosimeter saku

132
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

lebih teliti daripada film badge.

Alat pengukur radiasi


Di Indonesia digunakan alat Geiger-Muller Survey meter yang bacannya langsung
dalam mR/jam (Milli Roentgen per jam) atau count per menit.

Penggunaan Geiger — Muller Survey meter dibagian radiodiagnostik, adalah:


a. Mengukur laju pemaparan ditempat-tempat
 Personil bekerja
 Dinsing-dinding luar ruang sinar X
 Pintu-pintu
 Jendela kaca Pb
c. Memeriksa apakah alat-alat proteksi memenuhi syarat-syarat proteksi.

Tata Tertib Penggunaan Untuk Proteksi Personil


Personil dianjurkan memakai film badge secara tents menerus. Selain itu, ruang
pesawat sinar X diagnostic:
a. Personil diharuskan menggunakan perisai dan pakaian proteksi yang tersedia.
b. Personil tidak boleh memegang pasien selama penyinaran.
c. Bila memakai pesawat:
 Sinar X dental
 Mobil X-Ray unit (tanpa perisai pelindung) petugas personil harts terdiri
diluar berkas sinar guna dan sejauh mungkin dari pasien.

E.SUMBER BELAJAR
1. Slamet Riyadi. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Usaha nasional.
Surbaya
2. Azrul Azwar. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber
Widya,Jakarta
3. Yuli Soemirat S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Uni Press.
Yogyakarta
4. IKM, dr. Indan Entjang, PT. Citra Aditya Bakti, 2000. Bandung, 118-119.
5. http://.id.wikipedia.org/wc
6. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat
prinsipprinsip dasar. Rieneka cipta. Jakarta
7. http://impalaunibraw.or.id/menu/more.php?id=43 0 1 0 M
8. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/i
s i_5.htm
9. Nur Hidayati 2004http://www. wal hi.or.
id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/
10. http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/050722
tpstbojong_lf/Erwin Usman2005
11. http://www.suarapembaruan.com/News/2004/07/20/Jabotabe/jab0l .htm
12. http://www jala-sampah.or.id/

133
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

13. http://id.wikipedia.org/wiki/Sampan
14. http://72.14.235.104/search?q=cache:LtSV5cLm4ZIJ:www.tlitb.org/artikel.p
h p%3Fid%3D7%26jenis%3D2+sampah&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=21
&ie=U TF-8
15. http://www.brawijaya.ac.id/main/news/id/eventldetail.php?id=126
16. http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual library/mlg warintek/ristek-pdii-
Iipi/Data/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/piwp/kelola sampah.pdf.
17. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/17/Jabar/1565156.htm
18. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/ 13/0804.htm
19. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
20. Suma'mur, 1993, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Haji
Massagung, Jakarta, 103-105, 224-226

134
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

LBM 6

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PERTANYAAN TEORITIS MINIMAL DAN ALTERNATIF JAVVABAN

1. Jelaskan struktur dari Sistem Informasi Manajemen Kesehatan !

Untuk menjelaskan tentang konsep utama tentang Sistem Informasi


Manajeman Kesehatan dengan sistem pelayanan kesehatan, kita hams
mengetahui arti dari sistem informasi manajemen kesehatan secara garis
besar. Sistem Informasi Kesehatan terdiri dari suatu sistem, yang bisa terdiri
dari 2 komponen utama, proses pengolahan informasi, dan struktur dari sistem
informasi manajemen kesehatan itu sendiri.

Proses pengolahaan informasi mulai dari data mentah (inputs) yang


diolah menjadi suatu informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Proses pengolahan informasi dapat dijelaskan secara sederhana melalui
gambar di bawah :

135
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

2. Jelaskan tentang "Sistem" ?

Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu


kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variable yang
terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan
terpadu. Teori sistem secara umum yang pertama kali diuraikan oleh
Kenneth Boulding terutama menekankan pentingnya perhatian terhadap
setiap bagian yang membentuk sebuah sistem. Kecenderungan manusia yang
memimpin suatu organisasi adalah terlalu memusatkan perhatian pada salah
satu komponen saja dari sistem organisasi. Teori sistem mengatakan bahwa
setiap unsur pembentuk organisasi adalah penting dan harus mendapat
perhatian yang utuh, supaya manajer dapat bertindak lebih efektif. Yang
dimaksud unsur atau komponen pembentuk organisasi di sisni bukan hanya
bagian-bagian yang tampak secara fisik, tetapi juga hal-hal yang mungkin
bersifat abstrak atau konseptual seperti misi, pekerjaan, kegiatan, kelompok
informal dan lain sebagainya.

Istilah "sistem" sekarang ini banyak dipakai, banyak orang berbicara


mengenai sistem perbankan, sistem akuntansi, sistem inventori, sistem tata
surya, sistem pencernaan, sistem pernafasan, dan sebagainya. Sebuah sistem
terdiri atas bagian-bagian atau komponenkomponenen yang terpadu untuk
suatu tujuan. Model dasar dari bentuk sistem ini adalah adanya masukan,
pengolahan, dan keluaran.

Suatu sistem dapat terdiri dari bagian-bagian sistem atau subsistem.


Sebagai contoh, sistem komputer dapat terdiri dari subsistem perangk at
keras dan subsistem perangkat lunak. Masingmasing subsistem dapat terdiri
dari subsistem-subsistem yang lebih kecil lagi atau terdiri dari komponen-
komponen pendukung sistem itu sendiri. Subsistem-subsistem yang ada
saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan
sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai. Interaksi dari
subsistem-subsistem itu terjadi sedemikian rupa sehingga dicapai suatu
kesatuan yang terpadu dan terintegrasi. Bayangkan apabila masing-masing
komponennya saling bekerja sendiri-sendiri dan tidak terintegrasi dengan
baik, tentu tujuan dari sistem tersebut tidak akan tercapai.

Struktur pernafasan merupakan contoh salah satu sistem yang


terdapat dalam tubuh kita, yang merupakan bagian dari suatu sistem lain
yang lebih besar. Sistem pernafasan ini terdiri dari berbagai unsur yang
merupakan susbsistem yang lebih kecil yang membenetuk sistem tersebut.
Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa setiap sistem pasti terdiri
dari stuktur dan proses. Struktur sistem merupakan unsurunsur yang
membentuk sistem tersebut. Sedangkan proses sistem menjelaskan cars kerja
setiap unsusr sustem tersebut dalam mencapai tujuan sistem.

136
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Apa Yang Disebut Dengan Pendekatan Sistem ?

Pendekatan sistem memberi banyak manfaat dalam memahami


setiap persoalan. Pendekatan sistem berusaha menjelaskan sesuatu yang
dipandang dari sudut pandang sistem serta berusaha menemukan struktur
unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan memahami struktur sistem
dan proses sistem, seseorang akan dapat menjelaskan mengapa tujuan dari
suatu sistem tidak tercapai. Contohnya seorang ahli THT yang memahami
dengan baik struktur sistem pernafasan dan proses sistem tersebut. Dokter
tersebut akan dengan mudah mengidentifikasi penyakit pasiennya yang
mengalami kesulitan bernafas. Dia akan dapat dengan mudah mendeteksi
apakah masalah kesulitan bernafas pasiennya tersebut disebabkan oleh
kesalahan struktur sistem pernafasannya ataukah pada proses sistem
pernafasannya. Dengan melakukan identifikasi dengan tepat letak
permasalahanya, maka dokter iu dengan mudah menentukan terapinya. Orang
yang ahli pada dasarnya selalu mendekati masalah yang dijumpai dalam
bidangnya berdasarkan pendekatan sistem.

4. Apakah Pengertian Sistem Secara Umum ?


Pengertian sistem dapat dijabarkan di bawah ini. yaitu :
1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur. Unsur-unsur suatu sistem terdiri
dari subsistem yang lebih kecil, yang terdiri pula dari kelompok unsur
yang membentuk subsistem tersebut.
2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian yang terpadu dari sistem yang
bersangkutan. Unsur-unsur sistem berhubungan erat satu dengan yang
lainnya dan sifat serta kerja sama antar unsur sistem tersebut
mempunyai bentuk tertentu.
3. Unsur sistem tersebut berkerjasama untuk mencapai tujuan sisem. Setiap
sistem mempunyai tujuan tertentu.
4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem,


yatu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada
komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada
prosedur, mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Pendekatan
system merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan pada
urutanurutan operasi di dalam suatu sistem. Pendekatan yang lebih
menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan suatu sistem
sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan tertentu. Kedua kelompok definisi ini adalah benar dan tidak
bertentangan, yang berbeda adalah cara pendekatannya. Mempelajari suatu
sistem akan lebih mengena bila mengetahui lebih dulu apakah suatu sistem
itu.

137
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

5. Jelaskan tentang "data" ?

Istilah data dan informasi sering digunakan secara bergantian. Ada


yang menyebut data, padahal informasi, sebaliknya ada yang mengatakan
informasi padahal data. Gordon B. Davis menjelaskan kaitannya data dengan
informasi dalam bentuk definisi sebagai berikut "Informasi adalah data yang
telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima
dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan
mendatang". Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk
jamak dari bentuk - tunggal datum. Data adalah kenyataan yang
menggambarkan suatau kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-
kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Kesatuan nyata
adalah berupa suatu objek yang nyata seperti tempat, benda, dan orang yang
betul-betul ada dan terjadi. Dari definisi dan uraian data tersebut dapat
disimpulkan bahwa data adalah bahan mentah yang diproses untuk
menyajikan informasi.

138
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Bahwa data itu penting bagi kehidupan manusia itu jelas karena data
merupakan proses hasil pengematan atau observasi yang kemudian menjadi
pengetahuan. Data dapat digunakan untuk berbagai keperluan yaitu :
 Pengetahuan (knowledge)
 Perkiraan (estimate)
 Pertimbangan (judgement)
 Keputusan (decision)

Hal-hal tersebut merupakan aspek-aspek penting dalam manajemen,


terutama pengambilan keputusan yang banyak dilakukan oleh para manajer
hams didukung oleh data yang lengkap, benar, dan seksama sehingga setiap
keputusan yang diambil dapat tepat.

6. Bagaimana klasifikasi data ?

Informasi sangat erat hubungannya dengan data. Informasi berasal


dari data. Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan pengertian data yaitu
bahwa data adalah hal, peristiwa, atau kenyataan lain apapun yang
mengandung sesuatu pengetahuan untuk dijadikan dasar guna penyusunan
keterangan, pembuatan kesimpulan, atau penctapan keputusan.

Sedangkan data itu sendiri dapat diklasifikasikan menurut jenisnya,


sifatnya, dan sumbernya.
 Klasifikasi data menurut jenis data
 Data umum
Data umum dikumpulkan untuk menganalisis situasi daerah binaan
dan menghitung besarnya jumlah penduduk sasaran. Data umum
yang dikumpulkan meliputi :
o Jumlah penduduk menurut desa dan kelompok umur
o Jumlah kesakitan, kematian, dan kelahiran
o Jumlah desa atau dusun, luas wilayah, dan peta wilayah
Data umum, kecuali data kesakitan, dapat diperoleh dari petugas
statistic, catatan potensi desa, atau dapat dikumpulkan oleh staf
puskesmas bersama-sama dengan kader yang telah dilatih. Data
kesakitan dapat dianalisis dari catatan dan laporan Puskesmas atau
Dinas Kesehatan Tk. II

 Data penduduk sasaran


Penduduk sasaran disesuaikan dengan program yang akan dibina.
Misalnya sasaran penduduk untuk program pelayan terpadu
(Posyandu) adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur
(PUS), bayi dan anak di bawah umur lima tahun. Penduduk sasaran
ini didistribusikan menurut wilayah binaan puskesmas (per
desa/kelurahan atau dusun) Jumlah penduduk sasaran posyandu

139
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

perlu diketahui sebelum petugas ke lapangan. Jumlah penduduk


sasaran ini diperoleh dari statistic desa, pencatatan staf puskesmas
atau kader, dan petugas lapangan keluarga berencana. Apabila data
tersebut tidak diperoleh secara dapat dipakai jumlah perkiraan
(estimasi) yang disesuaikan dengan hasil perhitungan sensus
penduduk atau pedoman yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.
 Data sumber daya
Sumber daya yang dimanfaatkan dalam program kesehatan dapat
berasal dari masyarakat atau organisasi kesehatan. Sumber daya
yang dibutuhkan dapat berupa sarana, tenaga, dan Jana. Catatan
mengenai sumber daya dapat diperoleh dari buku atau arsip yang
dibuat oleh Puskesmas. Bersamaan dengan data penduduk sasaran,
data sumber daya digunakan untuk perencanaan dan menghitung
efektifitas serta efisiensi kegiatan yang dilakukan.
 Data cakupan
Data cakupan program adalah jumlah penduduk sasaran yang
mendapat pelayanan di suatu daerah binaan. Pada program
pelayanan terpadu, cakupan dihitung sesuai dengan kegiatan
program KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan Program Penanggulangan
Diare (P2D). Dari buku Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas,
cakupan kelima program tersebut meliputi cakupan bumil (ANC),
ibu menyusui (akseptor KB), bayi dan anak balita, imunisasi, dan
kasus diare yang diobati.
Penghitungan data cakupan ini digunakan untuk menilai
keberhasilan program (output) yang telah dilaksanakan oleh daerah
binaan dan di seluruh wilayah kerja Puskesmas pada umumnya.

 Klasifikasi data menurut sifat data


 Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data mengenai penggolongan dalam
hubungannya dengan penjumlahan. Kalau ada 100 orang pasien
dalam suatu Rumah Sakit, maka ada golongan rawat jalan yang
jumlahnya kurang dari 50 orang dan ada golongan rawat inap yang
jumlahnya lebih dari 50 orang.
 Data kualiatatif
Data kualitatif adalah data mengenai suatu penggolongan dalam
hubungannya dengan kualitas atau sifat sesuatu. Puskesmas yang
digolongkan dalam stratifikasi Puskesmas berdasarkan kualitas
adalah suatu penggolongan secara kualitatif.

 Klasifikasi data menurut sumber data


 Data internal
Data internal adalah data yang asli, artinya data sebagai hasil

140
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

observasi yang dilakukan sendiri, bukan data hasil karya orang lain.

 Data eksternal
Data eksternal adalah data hasil observasi orang lain. Seseorang
boleh saja menggunakan data untuk suatu keperluan, meskipun data
tersebut basil kerja orng lain. Data ekstermal terdiri dari 2 jenis
yaitu :
o Data eksternal primer
Data eksternal primer adalah data dalam bentuk ucapan lisan
atau tulisan dari pemiliknya sendiri, yakni orang yang
melakukan observasi sendiri.
o Data eksternal sekunder
Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari
orang lain yang melakukan observasi melainkan melalui
seseorang atau sejumlah orang lain.

Demikian beberapa hal dalam hubungan dengan klasifikasi data yang


penting untuk diperhatikan oleh mereka yang pekerjaannya berkaitan dengan
pengolahan data. Pentingnya pemahaman klasifikasi data ini disebabkan
hubungannya yang erat dengan nilai data yang besar manfaatnya bagi proses
pengambilan keputusan

7. Data apa yang dibutuhkan untuk mcmbangun Sistem Informasi


Manajemen Kesehatan ?

Data yang dibutuhkan pada umumnya mencakup pelbagai aspek


kesehatan yang luas, yaitu :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan (sosio-ekonomi, perilaku,
lingkungan hidup, genetik) dan konteks legal, struktural, dan fungsional
tempat berkiprahnya sistem kesehatan tersebut.
2. Input ke dalam sistem kesehatan dan proses-proses yang terkait,
misalnya kebijakan, aturan dan proses organisasi, infrastruktur fasilitas
dan peralatan kesehatan, keuangan, manusia.
3. Kinerja atau output sistem kesehatan, misalnya ketersediaan mutu dan
pemanfaatan informasi kesehatan dalam pelayanan.
4. Hasil yang dicapai, misalnya mortalitas, morbiditas, status kesehatan,
dan kesejahteraan.
5. Pemerataan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi sehat/sakit,
pemanfaatan pelayanan kesehatan, status kesehatan, keragaman
kesehatan dalam hal demografi, sosial-ekonomi, kelompok etnis, dan
lokasi geografis.

141
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

8. Apa yang dimaksud dengan data statistik vital ?


Data statistik vital, juga disebut kejadian vital, mengacu pada proses
pengumpulan data dan penerapan metode statistik dasar pada data tersebut
guna mengidentifikasi fakta-fakta kesehatan yang vital di dalam suatu
masyarakat, populasi, atau wilayah tertentu. Data morbiditas, mortalitas,
harapan hidup, kelahiran, kematian, pernikahan, perceraian, data
kependudukan dan sensus, semuanya merupakan data statistik vital. Data
statistik vital mencakup data populasi yang dipadukan dengan informasi yang
berkaitan dengan status kesehatan, penyakit, cedera, dan peristiwa kematian.
Singkatnya, data statistik vital terdiri dari semua data penduduk ditambah
dengan data yang berkaitan dengan kesehatan (penyakit). Informasi yang
diperoleh dari pengumpulan, analisis, dan distribusi adalah penting untuk
perencanaan dan prediksi pergerakan dan perubahan penduduk. Informasi
kelahran dan kematian merupakan inti dan sangat berguna di dalam
perencanaan layanan kesehatan.
Beberapa perusahaan asuransi kesehatan, health maintenance
organization (HMO), dan klinik kesehatan mengumpulkan dan menyusun
data kejadian-kejadian vital. Data yang diambil organisasi tersebut terutama
digunakan untuk penggunaan internal guna mengkaji viabilitas keuangan dan
tren ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian vital. Hanya ada
beberapa perusahaan asuransi besar yang mendistribusikan laporan data
statistik vital untuk kepentingan masyarakat.
Data yang paling reliable dan berguna berasal dari sistem
pengumpulan data, penyusunan, publikasi, dan distribusinya yang
terstandarisasi oleh pemerintah. Data statistik vital tersebut telah dan tetap
akan menjadi tanggung jawab dan tugas pemerintah.

9. Apa saja sumber data yang dapat diolah menjadi informasi kesehatan
masyarakat ?

Sumber data yang dapat diolah menjadi informasi kesehatan


masyarakat yaitu :

142
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

10. Jelaskan Tentang "Informasi" ?

Sistem informasi manajemen berhubungan dengan informasi, tetapi


apakah informasi itu? Berapa banyak informasi yang dapat diberikan oleh
sebuah sistem informasi? Informasi adalah sebuah istilah yang tidak tepat
dalam pemakaiannya secara umum. Informasi ibarat darah yang mengalir di
dalam tubuh suatu organisasi sehingga informasi ini sangat penting di dalam
suatu organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akhirnya
kerdil dan akhirnya mati. Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan
atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. Sistem pengolahan informasi mengolah data menjadi informasi
atau tepatnya mengolah data dari bentuk tidak berguna menjadi berguna bagi
penerimanya. Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada
pilihan atau keputusan maka informasi menjadi tidak diperlukan. Keputusan
dapat berkisar dari keputusan berulang sederhana sampai keputusan strategik
jangka panjang. Nilai informasi dilukiskan paling berarti dalam konteks
sebuah keputusan.

11. Apa Fungsi Informasi ?

Fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan atau


mengurangi ketidakpastian pemakai informasi. Informasi yang disampaikan
kepada pemakai mungkin merupakan hasil data yang dimasukkan ke dalam
dan pengolahan suatu model keputusan. Akan tetapi dalam kebanyakan
pengambilan keputusan yang kompleks, informasi hanya dapat menambah
kemungkinan kepastian atau mengurangi bernacam-macam pilihan.

Fungsi informasi adalah memberikan suatu dasar kemungkinan untuk


menanggapi seleksi kepada pengambil keputusan. Fungsi informasi tidak
mengarahkan pengambil keputusan mengenai apa yang harus dilakukan, tetapi
mengurangi keanekaragaman dan ketidakpastian sehingga dapat diambil suatu
keputusan yang baik.

143
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Pada umumnya banyak bagian informasi yang mungkin berguna dan


dengan cara apa saja dapat mempengaruhi tanggapan penerima informasi
dalam situasi tertentu. Beberapa informasi dapat berasal dari pengamatan
pribadi, majalah, surat kabar, atau laporan pemerintah, dan sistem informasi
itu sendiri. Kita menekankan bahwa sistem informasi hanya dapat
memberikan sebagian dari informasi yang digunakan oleh pengambil
keputusan dan bahwa informasi ini merupakan informasi formal dan dapat
ditentukan banyaknya. Pada umumnya sistem informasi hanya memberikan
informasi formal mengenai keadaan yang memberikan tingkat kemungkinan
meramalkan yang lebih besar dari pemakai baik mengenai kejadian maupun
mengenai basil kegiatan (termasuk kegiatan pemakai itu sendiri) organisasi.

12. Jelaskan Tentang Kedudukan Informasi Dalam Proses Pengambilan


Keputusan ?

Einstein mengatakan bahwa "data tidak dapat berbicara untuk mereka


sendiri". Dalam kenyataan, data mentah tidak mempunyai arti apa-apa sampai
mengalami beberapa proses kognitif sebelum mereka dapat memepengaruhi
keputusan yang diambil.

144
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Langkah pertama adalah data diolah menjadi informasi melalui


proses yang disebut proses pemilihan dan pengurangan. Memproses dan
menganalisis informasi dengan proses pemecahan masalah mengarah kepada
suatu pengetahuan baru. Interpretasi dari pengetahuan ini adalah lebih
dipengaruhi oleh pendapat subjektif daripada pendapat objektif.

13. Jelaskan tentang "Manajemen" ?

Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana


menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan
batasana tersebut, manajemen mengadung tiga prinsip pokok yang menjadi
cirri utama penerapaannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya,
efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi,
dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

14. Apa perbedaan manajemen dengan administrasi ?

Administrasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari kerja sama


sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Dari batasan di atas, administrasi lebih menekankan pada dinamika kerjasama
orang-orang yang ada di dalam organisasi mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sebagai inti pokok administrasi juga dianggap sebagai motor
penggerak jalannya roda administrasi. Atas dasar pengertian di atas,
pengertian ilmu administrasi dianggap lebih Iuas dibandingkan dengan ilmu
manajemen. Ilmu administrasi mengkaji semua proses dan bentuk kerjasama
manusia yang berinteraksi di dalam sebuah organisasi, sedangkan ilmu
manajemen hanya mengkaji pemanfaatan sumber daya untuk mendukung
proses administrasi mencapai tujuan organisasi. Namun pengertian
administrasi akan lebih sempit dibandingkan manajemen apabila administrasi
_ hanya berurusan dengan keluarmasuknya surat-menyurat, pengarsipan, dan
pekerjaan tata usaha lainnya.

15. Apa fungsi manajemen ?

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari


fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George Terry (terdiri dari
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling, POAC).

1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan


merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak akan
ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai
tujuan organisasi. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-

145
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

tugas pokok staf, dan dengan togas ini seorang pimpinan akan
mempunyai pedoman supervisi, dan menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
2. rganizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi. Atas dasar pengertian tersebut fungsi pengorganisasian juga
meliputi proses mengintegrasikan semua sumber daya . yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating)
atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada
staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-
tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan
dukungan sumber daya yang tersedia. Kejelasan komunikasi,
pengembangan motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif akan
sangat membantu suksesnya manajer melaksanakan fungsi manajemen
ini.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi manajemen ini membutuhkan
perumusan standar kinerja staf (standar performance sesuai dengan
prosedur tetap). Menetapkan standar merupakan bagian dari fungsi
perencanaan. Standar digunakan oleh manajer untuk menilai basil
kegiatan staf atau unit kerja. Jika ditemukan penyimpangan, fungsi
pengawasan manajerial harus mampu melakukan koreksi terhadap
penyimpangan yang telah terjadi.

16. Jelaskan penerapan manajemen di bidang kesehatan !

Manajemen adalah ilmu yang dapat dimanfaatakn di dalam berbagai


jenis organisasi unuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi.
Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat diterapkan di bidang
kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan memecahkan
masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum sistem kesehatan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan
sehat bagi individu atau kelompok-kelompok masyarakat.

Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental, dan
sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh sistem kesehatan adalah
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya.

Sistem kesehatan di Indonesia tertuang dalam Sistem Kesehatan


Nasional (SKN). SKN adalah supra sistem pembanguan kesehatan yang

146
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

dianut oleh Indonesia. Sistem pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit


maupun Puskesmas adalah subsistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Di
Dalam SKN itu, dapat dipelajari tugas-tugas dan kewewenangan jajaran
organisasi Depkes. Selain itu, di dalam SKN juga dapat dikaji rencana jangka
panjang pembangunan kesehatan di Indonesia secara umum.

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi


kesehatan di Indonesia seperti kantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah,
Rumah Sakit, dan Puskesmas dan jajarannya. Untuk memahami penerapan
manajemen kesehatan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas perlu
dilakukan kajian proses penyususnan rencana tahunan Depkes dan Dinas
Kesehatan di daerah, baik yang menggunakan APBN maupun APBD, baik
yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu dapat dikaji rencana
kerja bulanan yang disusun dalam bentuk rencana kerja operasional, prosedur
tetap pelayanan kesehatan, koordinasi dal) komunikai melalui pertemuan
rutin, mekanisme supervisi yang dilaksanakan oleh pimpinan, sistem
pencatatan dan pelaporan (rekaman data) yang dibuat oleh masing-masing
organisasi kesehatan atau unit pelayanan RS (medical record) dan sistem
pencatatan dan pelaporan kegiatan program di Dinkes Provinsi atau
Kabupaten/Kota.

17. Alaskan bagaimana pentingnya Sistem Informasi Manajemen Kesehatan


dalam suatu sistem kesehatan

Manajemen yang bagus adalah prasyarat untuk meningkatkan


efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan. Dari bukti di lapangan,
intervensi dari petugas kesehatan kehilangan nilai efektivitasnya apabila
dilaksanakan dengan adanay penurunan pada kualitas pelayanan kesehatan.
Contohnya, efektivitas dari vaksin polio akan menurun, apabila ada kerusakan
pada sisem cold chain, kesalahan dalam menenyakan umur dari anak,
kegagalan untuk mengidentifikasi anak yang tidak melakukan suntikan
booster, dan lain sebagainya. Tantangan dari sistem kesehatan yang baik
adalah untuk mengoptimalkan manajemen pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan efektivitas.

WHO telah mengatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen


Kesehatan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mencapai Health For
All By 2000. Salah satu syaratnya adalah meningkatkan efektivitas
manajemen dengan menggunakan sistem informasi manajeman kesehatan,
dengan menekankan pada pentingnya rutinitas pengumpulan data melalui
kegiatan pada sistem informasi manajemen kesehatan, untuk meyakinkan
bahwa pelayanan kesehatan telah diterima oleh masyarakat sesuai standar
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

147
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Sistem Informasi Manajemen Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri,


tetapi merupakan suatu kesatuan daripada suatu Sistem Kesehatan Nasional.
Struktur dari Sistem Informasi Mnajemen Kesehatan harus merupakan sistem
yang dibutuhkan pada suatu pengambilan keputusan di masing-masing tingkat
kebijakan. Tingkat kebijakan yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan
dalam fungsi manajemen, pelayanan kesehatan yang disediakan, dan
ketersediaan sumber daya. Idealnya, ketersediaan sumber daya dan pelayanan
kesehatan harus dilengkapi di tingkat primary care, agar lebih meningkatkan
akses terhadap masyarakat.

Ada 3 tingkat konsentrasi manajemen, yaitu pelayanan tingkat


primer, pelayanan tingkat sekunder, dan pelayanan tingkat tersier. Pelayanan
tingkat primer adalah pelayanan yang merupakan kontak awal pleh pemberi
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang menjadi target utama
pelayanan kesehatan. Pelayanan tingkat sekunder dan pelayanan tingkat tertier
menyediakan pelayanan kesehatan spesialisasi dan juga sistem perencanaan
dan manajemen.

Masing-masing dari tingkat konsentrasi ini mempunyai fungsi


spesifik dan mempunyai tingkat manajemen yang berbeda. Dari perspektif
manajemen, ketiga tingkat manajemen ini dapat digolongkan dalam 3 garis
besar, yaitu (1) manajemen pasien, (2) manajemen unit pelayanan kesehatan,
dan (3) manajemen sistem kesehatan. Manajemen pasien dan manajemen unit
pelayanan kesehatan adalah manajemen yang langsung diberikan pada
masyarakat meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
kepada masyarakat. Ini termasuk segala aktivitas yang dilakukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sedangkan manajemen
sistem kesehatan meliputi semua pengawasan yang diberikan pada tingkat
koordinasi dengan pemberi pelayanan kesehatan pada level komunitas.
Pengambilan keputusan yang dilakukan pada tiap tingkat konsentrasi ini
adalah berbeda. Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan,
manajemen terhadap pasien dan manajemen unit pelayanan kesehatan disebut
sebagai "operational management", sedangkan manajemen pada sistem
kesehatan disebut sebagai manajemen "strategic planning", atau "management
control".

148
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

18. Apa saja hambatan dalam pengembangan Sistem Informasi Manajemen


Kesehatan ?

Sistem Informasi Manajemen Kesehatan di banyak negara di dunia


kurang adekuat dalam memberikan informasi yang dibuthkan oleh pengambil
keputusan. Data yang diambil pada pemberi pelayanan meliputi register
pasien dnegna nama dan alamat, melengkapi riwayat penyakit (termasuk jenis
kelamin dan umur) setiap minggu atau setiap bulan, dan mengrimkannya
tanpa ada feedback. Data yang diterima biasanya tidak membantu dalam
proses pengamnbialn keputsan Karen adapt yang diisikan tidak lengkap, tidak
akurat, dan tidak berhubungan dengan penginabilan keputusan yang akn
diambil. Alasan-alasan mengapa Ssitem Informasi MAnajemen tidak berjalan
denngan baik dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Irrelevansi dari informasi yang dikumpulkan.
Kebanyakan data yang diberikan tidak sesuai dengen data uyang
dibutuhkan pada proses pengambilan keputusan. Pengumpulan data lebih
ditekankan kepada laporan penyakit. Data yang dikumpulkan secara rutin
biasanya tidak diberikan pada proses pengumulan data. Misalnya, data
yang diperlukan untuk memonitor kontinuitas keberhasilan pelayanan
kesehatan jarang ikut disertakan ssaat pengumpulan data. Sebaba utama
hal ini terjadi adalah kurangnya koordinasi dari para pengambil keputusan
ddengan pengumpul data pada tiap tingkat konsentrai.
2. Kualitas data yang rendah
3. Duplikasi data
4. Pelaporan informasi yang terlambat dan tidak adanya feedback
5. Miskinnya kegunaan informasi yang telah dikumpulkan Hal. 4

19. Bagaimana konsep pengambilan keputusan di dalam Sistem Informasi


Manajemen Kesehatan ?

Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan salah satu alternatif


dari beberapa macam alternatif yang rasional, maka pemilihan alternatif
pemecahan masalah yang terjadi memerlukan upaya tertentu agar pemecahan
maslah yang dipilih benar-benar memenuhi harapan. Harus dipilah secara
jelas mana yang perlu optimis dan mana yang perlu pesimis, dan terlalu
banyak hal yang yang dipertimbangkan dalam memilih juga akan menjadi
bingung dan buntu, maka keputusan apapun yang dipilih tak akan terhindar
dari besar manfaat dari resiko yang didapat.

Ada tiga kondisi yang perlu dipertimbngkan dalam pengambilan


keputusan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan dalam kepastian, artinya semua alternatif
diketahui dengan jelas kondisinya.
2. Pengambilan keputusan dalam berbagai tingkat resiko yang dipi
3. Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian, artinya ada berbagai

149
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

alternatif yang tidak diketahui dengan jelas.

Proses pengambilan keputusan berkaitan erat dengan dua hal penting,


yaitu :
 Rasional atau tidaknya penentuan alternatif pemecahan masalah yang
dibuat.
 Apakah informasi yang dibutuhkan ada dan tersedia dengan memadai.

Hal diatas akan menentukan tuntas tidaknya pengambilan keputusan


dan juga cepat atau lambatnya keputusan itu dibuat, jadi hendaklah menyadari
pentingnya penggunaan analisa yang rasional dan informasi yang cukup.

20. Jelaskan tentang kerangka dasar proses pengambilan keputusan !

Proses pengambilan keputusan menurut Laswell, 1975 :

Tambah Hal 34 WHO

150
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

21. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

1. SISTEM

Definisi Sistem
Sebagaimana istilah Sistem informasi Manajemen/SIM, sistem juga
telah didefinisikan oleh para ahli dalam berbagai cara yang berbeda.
Perbedam tersebut terjadi karena perbedaan cara pandang dan lingkup
sistem yang ditinjau.

Secara umurn, sistern dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau


kegiatan atau elernen atau subsistem yang saling bekerja sarna atau yang
dihubungkan dengan caracara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan
untuk melaksanakan suatu, fungsi guna mencapai suatu tujuan. Suatu
sistern mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 Mernpunyai kornponen (components)
Komponen sistern adalah segala sesuatu yang menjadi bagian
penyusun sistern. Komponen sistern dapat berupa benda nyata ataupun
abstrak. Komponen sistern disebut sebagai subsistem, dapat berupa
orang, benda, hal atau kejadian yang terlibat di dalam sistern.
 Mernpunyai batas (boundary)
Batas sistern diperlukan untuk membedakan satu sistern dengan sistern
yang lain. Tanpa adanya batas sistern, maka sangat sulit untuk
menjelaskan suatu sistern. Batas sistern akan memberikan batasan
scope tinjauan terhadap sistern.
 Mempunyai lingkungan (environments)
Lingkungan sistern adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem.
Lingkungan sistern dapat menguntungkan ataupun merugikan.
Urnurnnya, lingkungan yang menguntungkan akan selalu
dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan sistern. Sedangkan
lingkungan sistern yang merugikan akan diupayakan agar mempunyai
pengaruh serninirnal mungkin, bahkan jika mungkin ditiadakan.
 Mernpunyai penghubung/antar muka (interface) antar kornponen
Penghubung/antar muka merupakan kornponen sistern, yaitu segala
sesuatu yang bertugas menjembatani hubungan antar kornponen dalarn
sistem. Penghubung/antar muka merupakan sarana yang
mernungkinkan setiap kornponen saling berinteraksi dan
berkomunikasi dalam rangka menjalankan fungsi masing-masing
komponen. Dalam dunia komputer, penghubung/antar muka dapat
berupa berbagai macam tampilan dialog layar monitor yang
memungkinkan seseorang dapat dengan mudah mengoperasikan sistem
aplikasi computer yang digunakannya.
 Mempunyai masukan
Masukan merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang
perlu dimasukkan ke dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah

151
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran yang berguna. Dalam.


Sistem Informasi Manajemen, masukan disebut sebagai data.
 Mempunyai pengolahan
Pengolah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama
mengolah masukan agar menghasilkan keluaran yang berguna bagi
para pernakainya. Dalam Sistem Informasi Manajemen, pengolahan
adalah berupa program aplikasi komputer yang dikembangkan untuk
keperluan khusus. Program aplikasi tersebut mampu menerima
masukan, mengolah masukan, dan menampilkan basil olahan sesuai
dengan kebutuhan para pemakai.
 Mempunyai keluaran
Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam
bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Dalam
Sistem Informasi Manajemen, keluaran adalah informasi yang
dihasilkan oleh program aplikasi yang akan digunakan oleh para
pemakai sebagai bahan pengambilan keputusan.
 Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)
Setiap komponen dalam, sistem perlu dijaga agar saling bekerJa sama
dengan harapan agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem.
Sasaran berbeda dengan tujuan. Sasaran sistem adalah apa yang ingin
dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang relatif pendek.
Sedangkan tujuan merupakan kbndisi/hasil akhir yang ingin dkapai
oleh sistem. untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal ini, sasaran
merupakan basil pada setiap tahapan tertentu yang mendukung upaya
pencapaian tujuan.
 Mempunyai kendali (control)
Setiap komponen dalam sistem perlu selalu dijaga agar tetap beke–a
sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Hal ini bisa
dilakW(an jika ada bagian yang berperan menjaganya, yaitu bagian
kendali. Bagian kendali mempunyai peran utarna menjaga agar proses
dalam sistem dapat berlangsung secara normal sesuai batasan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam Sistem Informasi Manajemen,
kendali dapat berupa validasi masukan, validasi proses, maupun
validasi keluaran yang dapat dirancang dan dikembangkan secara
terprogram.
 Mempunyai umpan balik (feedback)
Umpan balik diperlukan oleh bagia.n kendali (contro4 sistem. untuk
mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem. dan
mengembalikannya ke dalam kondisi normal.

Jenis Sistem
Tinjauan tentang suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara,
yaitu:
1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem fisis (physical Systems)
dan sistern abstrak (abstract systems)

152
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Sistem fisis adalah sistem yang komponennya berupa benda nyata


yang dapat dilihat atau dijamah oleh tangan manusia. Contoh sistem
fisis adalah sistem perangkat keras (hardware) kornputer yang antara
lain terdiri atas, unit pusat pengolah (Central Processing Unit 1 CPU),
memoi3— monitor, keyboard, dan lainnya. Sedangkan sistem abstrak
adalah sistem yang komponennya tidak dapat dilihat atau dijamah
oleh tangan manusia. Contoh sistem abstrak adalah sistem operasi
(Operating SyslemslOS) kornputer yang terdiri atas sekumpulan
instruksi dalam bahasa yang dipahami oleh mesin kornputer.
Umumnya suatu sistem terdiri atas gabungan komponen fisis dan
abstrak yang saling bekerja sama.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural syrsfems)


dan sistem buatan manusia. (human made systems)
Sistem alamiah adalah sistem yang keberadaannya terjadi secara
alami/natural tanpa campur tangan manusia. Sedangkan sistem
buatan manusia ada sebagai basil kerja manusia. Contoh sistem
alamiah adalah sistem tata surya yang terdiri atas sekumpulan planet,
gugusan bintang dan lainnya. Contoh sistem abstrak dapat berupa
sistem komputer yang ada sebagai basil karya teknologi yang
dikembangkan oleh manusia.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic


syrstems) dan sistem tidak tentu (probabilistic systems)
Sistem tertentu adalah sistem yang tingkah lakunya dapat
ditentukan/diprediksi sebelumnya. Sedangkan sistem tidak tertentu
tingkah lakunya tidak dapat ditentukan/diprediksi sebelumnya.
Sistem aplikasi kornputer merupakan contoh sistem yang tingkah
lakunya dapat ditentukan sebelumnya. Program aplikasi komputer
dirancang dan dikembangkan oleh manusia dengan menggunakan
prosedur yang jelas, terstruktur, dan baku. Dengan demikian, untuk
nilai-nilai masukan yang diberikan akan dapat diketahui nilai –
eluarannya secara pasti sebelumnya. Sedangkan sistem perekonomian
dalam suatu negara tennasuk klasifikasi sistem tidak tertentu, karena
tidak diketahui dengan pasti apa yang akan terjadi terhadap kondisi
perekonomian tersebut apabila terjadi suatu kejadian tertentu. Hal ini
bisa dipahami karena sistem perekonomian suatu bangsa dipengaruhi
oleh banyak variabell hal, misal keadaan keamanan, politik, dan
lainnya.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed systems)


dan sistem terbuka (open systems)
Sistem tertutup merupakan sistem yang tingkah lakunya tidak
dipengaruhi oleh lingkungan luamya. Sebaliknya, sistem terbuka
mempunyai perilaku yang dipengaruhi oleh ling- kungannya. Dalam

153
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

kenyataannya hampir tidak ada suatu sistem yang benar-benar


tertutup. Yang ada adalah sistem yang relatif tertutup, yaitu sistem
yang relatif tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem aplikasi
kornputer merupakan contoh sistem relatif tertutup, karena tingkah
laku sistem aplikasi komputer tidak dipengaruhi oleh kondisi yang
terjadi di luar sistem. Sekalipun sistem aplikasi komputer akan
terhenti apabila catu daya listrik ke komputer mengalami gangguan
padam.

2. INFORMASI

Data dan Informasi


Data dapat didefinisikan sebagai bahan keterangan tetitang kejadian-
kejadian nyata atau fakta-fakta yang dirumuskan dalarn sekelompok
lambang tertentu yang tidak acak yang menunjukkan jurnlah, tindakan,
atau. hal. Data dapat berupa catatancatatan dalam kertas, buku, atau
terseimpan sebagai file dalam basis data. Data akan menjadi bahan dalam
suatu proses pengolahan data. Oleh karenanya, suatu data belum dapat
berbicara banyak sebelum diolah lebih lanjut. Contoh data adalah catatan
identitas pegawai, catatan transaksi pembelian, catatan transaksi
penjualan, dan lain-lain. Informasi merupakan hasil pengolahan data
sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya clan mempunyai
kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat
dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau. secara tidak
langsung pada saat mendatang. Untuk memperoleh informasi, diperlukan
adanya data yang akan diolah dan unit pengolah. Contoh informasi adalah
daftar pegawai berdasarkan departemen, daftar pegawai berdasarkan
golongan, rekapitulasi transaksi pernbelian pada akhir bulan, rekapitulasi
transaksi penjualan pada akhir bulan, dan lain-lain.

Transformasi data menjadi informasi dapat digambarkan sebagaimana


ditunjukkan oleh gambar skema dibawah. Dalam gambar tersebut, input
adalah data yang akan diolah oleh unit pengolah, dan output adalah
informasi sebagai hasil pengolahan data yang telah diinputkan tersebut.
Suatu unit penyimpan diperlukan sebagai alat simpanan data, pengolah,
maupun infonnasi.

Input  Unit Pengolah  Output

Unit Penyimpan

154
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Faktor Informasi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu informasi adalah
meliputi fungsi, biaya, nilai, clan mutu informasi.

Fungsi Informasi
Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
 Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
mendukung proses pengambilan keputusan.
 Mengurangi ketidakpastian
Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang
akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari
keraguan pada saat pengambilan keputusan.
 Mengurangi resiko kegagalan
Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan
terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan
terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan
keputusan yang tepat.
 Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak
diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.
 Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, clan keputusan-
keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.
Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan
keputusan yang lebih terarah untu'k mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasar informasi yang
diperoleh.

Biaya Informasi

Menurut pengalaman, biaya pengolahan data untuk suatu organisasi agar


dapat menghasilkan informasi tingkat tinggi/berkualitas berkisar antara
5%-15% dari keseluruhan biaya yang hams dikeluarkan oleh organisasi.
Namun demikian, dalam organisasi tertentu (misal organisasi yang
mempunyai bidang usaha keuangan) biaya tersebut bisa mencapai
hingga 50% dari total pengeluaran.
Biaya informasi adalah meliputi komponen-komponen biaya yang hams
dikeluarkan yang dapat berupa:
 Biaya perangkat keras
Biaya perangkat keras dapat meliputi biaya tetap (fixed coso clan
akan meningkat untuk tingkat-tingkat mekanisasi yang lebih
tinggi.

155
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

 Biaya analisis, perancangan dan pelaksanaan sistem


Biaya analisis, perancangan dan pelaksanaan sistem dapat meliputi
biaya untuk perumusan suatu metodologi untuk prosedur-prosedur
pengolahan data secara keseluruhan dan persiapan pernbuatan
program aplikasi kornputer.
 Biaya tempat dan lingkungan
Biaya tempat clan lingkungan bersifat semi variabel.
 Biaya perubahan
Biaya perubahan dapat meliputi biaya yang diperlukan untuk
setiap jenis perubahan dari satu metode pengolahan data tertentu
ke metode lain.
 Biaya operasi
Biaya operasi merupakan biaya variabel yang antara lain meliputi
gaji pegawai, pemeliharaan fasilitas clan sistem perlengkapan
barang-barang, clan fasilitas bantuan.

Nilai Informasi

Menurut Cordon B. Davis nilai informasi dikatakan sempuma apabila


perbedaan antara kebijakan optimal tanpa informasi yang sempuma dan
kebijakan optimal menggunakan informasi yang sempurna dapat
dinyatakan dengan jelas. Berdasarkan informasi-informasi itu, maka
seseorang manajer/pimpinan dapat mengambil keputusan secara lebih
baik.

Sebagai contoh, keputusan yang diambil tanpa menggunakan informasi


yang sempurna adalah meningkatkan jumlah produksi pada tahun
mendatang. Temyata, kenyataannya tidak ada kenaikan kebutuhan di
pasar. Akibatnya, perusahaan justru mengalami kerugian. Padahal,
berdasarkan informasi sempurna yang tersedia, memang tidak perlu
menaikkan jumlah produksi. Dalam. kondisi ekstrim seperti ini, maka
keputusan yang diambil secara sembarangan akan merugikan
perusahaan. Seandainya saja keputusan diambil dengan menggunakan
informasi yang ada tentu saja tidak mengakibatkan kerugian.
Dalam contoh yang lain, jika upaya promosi mampu meningkatkan
jumlah omzet penjualan dalam. jumlah yang signifikan, maka
semestinya upaya tersebut perlu dilanjutkan. Sebaliknya jika upaya
promosi tidak dilanjutkari, temyata jumlah omzet penjualan mengalami
penurunan yang tajam. Jika keputusan diambil secara sembarangan clan
justru menurunkan upaya promosi, maka perusahaan jelas mengalami
kerugian.

Nilai suatu informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. tentang 10


sifat yang dapat menentukan nilai informasi, yaitu sebagai berikut.

156
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

1. Kemudahan dalam. memperoleh


Informasi mempunyai nilai yang lebih sempuma apabila. dapat
diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat
dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.
Infonnasi dapat diperoleh dengan mudah jika sistem dilengkapi oleh
basis data dan bagian pengolah yang mampu mengolah data dengan
balk untuk memenuhi segala kebutuhan informasi secara mudah,
2. Sifat luas dan kelengkapannya
Infonnasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabfia mempunyai
lingkup/cakupan yang Was dan lengkap. Informasi sepotong dan
tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak dapat digunakan
secara baik. Sifat luas dan lengkap tersebut memerlukan dukungan
basis data yang cukup lengkap dan terstruktur dengan baik.
3. Ketelitian (accuracA
Inforinasi mempunyai nilai yang lebih sempuma apabila
mempunyai ketelitian yang yang tinggi/akurat. Infonnasi menjadi
tidak bemilai jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan
kesalahan pengambilan keputusan. Infonnasi yang akurat dapat
diperoleh jika basis data yang tersedia sebagai sumber inforinasi
mernuat data yang valid, baik tipe, bentuk, maupun fonnat datanya.
Hal ini memerlukan adanya proses validasi setiap data yang
diinputkan ke dalam basis data. Proses validasi perlu dilakukan
sejak pertama kali data diinputkan, sehingga basis data terhindar
dart data yang tidak benar. Data yang salah akan menghasilkan
informasi basil olahan yang salah pula. Dalam sistem informasi,
sampah data akan menghasilkan sampah pula (garbage M garbage
ou4)
4. Kecocokan dengan pengguna (relevance)
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempuma apabila sesuai
dengan kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting
menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan
penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan.
5. Ketepatan waktu
informasi mempunyai nilai yang lebih sempuma apabila dapat
diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan
penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterimalusang, karena
tidak dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.
Informasi tepat waktu dapat diperoleh jika ada dukungan sistern
informasi yang mampu mengolah data secara cepat. Penggunaan
sistem kornputer dalam sistem informasi akan memberikan
dukunganyang sangat berarati untuk memperoleh data tepat waktu,
karena kornputer mampu mengolah data dengan kecepatan yang
sangat tinggi.

157
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

6. Kejelasan (claim)
Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaart nilai
informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format
informasi. Dibandingkan dengan bentuk teks atau deskriptif,
informasi dalam. bentuk tabel atau, grafik banyak menjadi pilihan,
karena dapat dibaca dan dipahami dengan lebih mudah. Hal ini
memerlukan analisis kebutuhan bentuk dan format informasi yang
diperlukan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perancangan
output yang tepat. Penggunaart sistem kornputer akan mernbantu.
memenuhi kebutuhan tersebut, karena kemampuan teknologi
kornputer yang berkembang saat ini telah memungkinkan untuk
menampilkan informasidalam berbagai macarn bentuk dan format
secara mudah, termasuk tabel dan grafts.
7. Fleksibilitas/keluwesannya
Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fieksibilitas
tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para
manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan. Fleksibilitas
informasi berhubungan dengan bentuk dan format tampilan
informasi. Perubahan be-ntuk dan format tampilan informasi dapat
dilakukan dengan mudah dengan memanfaatkan kornputer.
8. Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung pada
validitas data sumber yang diolah.
9. Tidak ada prasangka
Nilai informasi semakin sempurna. apabila informasi tersebut tidak
meniinbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.
Kesalahan tersebut dapat terjacii akibat kesalahan data atau prosedur
pengolahan. Infornasi dapat menimbulkan keraguan jika tidak wajar.

10. Dapat diukur


Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur agar
dapat mencapai nilai yang sempuma. Pengukuran informasi
umumnya dimaksudkan untuk mengukur clan melacak kembali
validitas data sumber yang digunakan.

Mutu Informasi

Hasil penyelidikan tentang sikap para. manajer terhadap Sistem Informasi


Manajemen menunjukkan bahwa 75% manajer menilai peningkatan mutu
dan jumlah informasi adalah hampir sama dipandang dari suclut
pengaruhnya terhadap prestasi kerja. Tetapi apabila diberi kesempatan
memilih, maka lebih dari 90% manajer menyukai peningkatan mutu
informasi daripada jumlahnya.

158
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

Perbeclaart mutu informasi disebabkan oleh penyimpangan atau


kesalahan. Pada umumnya kesalahan informasi merupakan masalah yang
lebih sulit diatasi karena. tidak mudah menyesuaikannya dibandingkan
jika hanya terjadi penyimpangan informasi. Menurut Cordon B. Davis,
kesalahan informasi antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat
2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolah*,yang benar
3. Flilang/tidak terolahnya sebagian data
4. Pemeriksaan/pencatatan data yang salah
5. Dokumen induk yang salah
6. Kesalahan dalam. prosedur pengolahan (misal: kesal– program
aplikasi kornputer yang digunakan)
7. Kesalahan yang dilakukan secara sengaja

Penyebab kesalahan tersebut dapat diatasi dengan cara-caba sebagai


berikut:
1. Kontrol sistem untuk menemukan kesalahan
2. Pemeriksaan internal dan eksternal
3. Penambahan batas ketelitian data
4. 4.Instruksi dari pemakai yang terprogram secara baik dan dapat
menilai adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

3. MANAJEMEN

Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai


sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga
dapat dimaksudkan sebagai suatu sistem kekuasaan dalam suatu
organisasi agar orang-orang mertjalankan pekerjaart. Umumnya, sumber
daya yang tersedia dalam, manajernen meliputi manusia, material, dan
modal. Konsep sumber daya manaJemen ini akan menjadi bertambah
ketika pembahasan difokuskan pada Sistem Informasi Manajemen. Dalam.
Sistem Informasi Manajemen, sumber daya manajemen meliputi tiga
sumber daya tersebut ditarnbah dengan sumber daya berupa informasi.
Dalam. upaya memanfaatkan sumber daya manajemen tersebut, para
manajer akan melakukan tiga macam. proses manajemen, yang meliputi:
1. Perencanaan
2. Pengendalian (meliputi: pengorganisasian, penggerakan, dan
koordinasi)
3. Pengambilan keputusan

Proses manajemen dapat dilakukan dalam tiga tingkatan kegiatan


manajemen. Tingkatan kegiatan manajemen dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Perencanaart dan pengendalian operasional
2. Perencanaan taktis dan pengendalian manajemen

159
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

3. Perencanaan strategis

Tingkat perencanaart operasional dan pengendalian manajemen


merupakan kegiatan manajemen pada tingkat paling rendah. Tingkat
perencanaan taktis dan pengendahan manaJemen merupakan kegiatan
manajemen tingkat menengah. Sedangkan tingkat perencanaart strategis
merupakan tingkat kegiatan manajemen paling atas. Ketiga tingkatan
kegiatan manajemen tersebut dapat digambarkan sebagai sebuah
piramida seperti ditupJukkan oleh Gambar 1.4.

4. DEFINISI SISTEM INFORMAS1 MANAJEMEN

Istilah Sistem Infomasi Manajemen sebenamya terdiri atas tiga kata


kunci, yaitu sistem, informasi, dan manajemen. Sebagaimana telah
disinggung di atas, cara yang lebih baik untu--k memberikan definisi
Sistem Infomasi Manajemen adalah dimulai dengan memaharni is—
sistem, informasi, dan manajemen. SeL-mjutnya, berdasarkan pemahaman
yang diperoleh dapat digunakan untuk inemberikan definisi tentang
Sistem Infomasi Manajemen, yaitu nwnggabungkan ketiga kata kunci
tersebut.

Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan


subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan
nigmbentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan beke—asama antara
bagian satu dengan yang lainnya dengan caracara tertentu untuk
melakukan fungsi pengolahan data, mencrima masukan (Inpu4 berupa
data-data, kemudian mengolahnya (proc—ing-- dan menghasilkan
keluaran (outpu4 berupa inforinasi sebagai dasar bagi pengambilan
keputusan yang berguna dan mempunyal nilai nyata yang dapat dirasakan
akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung
kegiatan operasional,ntanajerial, dan strategis organisasi, dengan
memanfa- --gal sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut
guna mencapai tujuan.

 Informasi Kesehatan
a. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan
diberbagai jenjang administrasi kesehatan.
b. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan
informasi untuk pengambilan keputusan.
c. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan
secara cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi.
d. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan
pemerolehan data melalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan

160
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survei, dan lain-lain).


e. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

 Sistem Informasi Kesehatan


a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan
memadukan sistem informasi kesehatan daerah serta sistem
informasi lain yang terkait.
b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana
kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan yang teratur dan
berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai,
surveilans dan sensus.
c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya
manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen
kesehatan.
d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi
diselenggarakan secara berjenjang, terpadu, multidisipliner dan
komprehensif
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna
diketahui masyarakat secara luas untuk pengambilan keputusan
di bidang kesehatan.

22. Apa Yang Disebut Dengan Rekam Medik ?

Rekam Medik (RM) merupakan komponen penting dalam


pelaksanaan kegiatan manajemen. RM harus mampu menyajikan informasi
lengkap tentang proses pelayanan medis dan kesehatan, baik di masa lalu,
masa kini, maupun perkiraan di masa yang akan datang tentang apa yang akan
terjadi. Aspek hukum peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang
pengisian RM dapat memberikan sanksi hukum bagi instansi atau petugas
kesehatan yang melalaikan, dan berbuat khilaf dalam pengisian lembar-
lembar RM.
Rekam Medik menurut Depkes RI adalah segala keterangan baik
yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesa, pemeriksaan
fisik, laboratorium, diagnosa, segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien, dan pengobatan, baik yang rawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat.

23. Bagaimana Kedudukan Rekam Medik Terhadap Sistem Informasi


Kesehatan ?

Pengembangan RM menjadi sistem informasi strategis berawal dari


pemantapan RM sebagai inti dari sistem data klinis (clinical data system) yang

161
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, menyimpan, dan melacak


kembali data yang diperlukan dalam penyelenggaranan, pamantauan dan
evaluasi pelayanana kesehatan kepada pasien.

Sistem data klinis meliputi berikut ini :


1. Rekam medis masing-masing pasien : isi RM individual hendaknya
mencerminkan sejarah perjalanan kondisi kesehatan seorang pasien mulai
dari lahir sampai berlangsungnya interaksi antara pasien dengan RS.
2. Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer RS, pihak asuransi (data
claim), kepala unit klinis, dan institusi terkait sebagai pelaporan. Suatu
rangkuman data klinis yang penting misalnya mengandung jumlah pasien
rawat inap menurut cirriciri demografis, cara membayar, diagnosis dan
prosedur operatif.
3. Registrasi penyakit, misalnya kanker, merupakan sistem informasi yang
berbasis pada suatu komunitas atau wilayah administratif, mencakup
semua kejadian penyakit tertentu di antara penduduk yang hidup di
wilayah tertentu.
4. Data unit spesifik. Suatu sistem informasi mungkin diperlukan untuk
mengelola unit tertentu di RS. Sebagai contoh, unit farmasi, laboratorium,
radiologi, memerlukan data inventori habis pakai dan utilisasi jenis-jenis
pelayanan lainnya untuk merencanakan dan mengefisiensikan
penggunaan sumber daya.
5. Sistem kepustakaan medis dan pendukung pengambilan keputusan klinis
untuk menunjang keberhasilan pelayanan klinis kepada pasien diperlukan
sistem untuk mengarahkan klinisi pada masalah spesifik,
merekomendasikan keputusan klinis tertentu, dan lain-lain.
6. Paspor kesehatan. Rangkuman medis yang dibawa pasien memungkinkan
pelayanan kesehatan darurat di tempat-tempat yang jauh dari rumahnya.

Rekam medis atau sistem data klinis merupakan tulang punggung


yang menunjang pengambilan keputusan-keputusan yang diambil.
Memutuskan apakah jumlah tempat tidur harus ditambah, perlu diperkirakan
permintaan (demand) pelayanan rawat inap pada masa yang akan datang
yang tergantung pola penyakit tertentu dalam masyarakat. Begitupun
keputusan untuk membeli alat canggih tergantung dari demand yang dapat
diolah dari data RM.

24. Apa manfaat Rekam Medik Dalam Sistem Informasi Manajemen


Keseharan ?

Ada 7 kegunaan RM yaitu aspek administrasi, medis, hukum,


keuangan, penelitian, pendidikan, dan dokumentasi. Aspek administrasi RM
penting ditinjau dari nilai administrasinya karena isinya menyangkut
kewenangan dan tanggung jawab tenaga medis dan paramedis untuk
mencapai tujuan perawatan pasien. DaIam hal ini RM merupakan sumber

162
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

informasi pasien yang datang berobat / dirawat. Aspek medis RM


merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan / perawatan pasien,
termasuk untuk alat komunikasi antar dokter dan antara dokter dengan
petugas kesehatan lainnya dan untuk evaluasi kualitas pelayanan. Selain itu,
RM juga erat kaitannya dengan aspek hukum seandainya ada tuntutan
terhadap pelayanan yang diterima oleh pasien. Dari aspek keuangan, RM
penting untuk menetapkan besarnya biaya yang harus dibayar oleh pasien
atau pihak-pihak lain yang menanggungnya. Data RM juga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian dan sebagai dasar untuk
menyusun laporan rutin RS.

25. Data Apa Baja Yang Tercantum Dalam Rekam Medis ?

Ada dua kelompok data RM, yaitu kelompok data medik dan
kelompok data umum.

1. Data Medik
Data Medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana pelayanan
medis, paramedis, dan ahli kesehatan yang lain. Mereka akan
mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien
dengan menggunakan alat perekam tertentu, baik secara manual maupun
dengan komputer. Jenis rekamannya disebut dengan rekam medik dan
kesehatan. (Buku pedoman catatan medik Seri-7)
Petunjuk teknis rekam medik sudah tersusun tahun 1992 dan diedarkan ke
seluruh jajaran organisasi di Indonesia. Ada dua jenis RM :

a. RM untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat yang


berisi tentang identitas pasien, hasil anamnesis (keluhan utama,
riwayat sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga), hasil pemeriksaan (fisik, laboratorium, pemeriksaan
khusus lainnya), diagnostik kerja, dan pengobatan/tindakan.
Pencatatan data ini harus diisi selambat-lambatnya l x 24 jam setelah
pasien diperiksa.

b. Isi RM untuk pasien rawat inap, hampir sama dengan isi rekam medik
untuk pasien rawat jalan kecuali beberapa hal seperti : persetujuan
pengobatan / tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan oleh
perawat dan tenaga kesehatan lainnya, catatan observasi klinik, hasil
pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.

2. Data Umum
Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan
mendukung kegiatan kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh
kegiatan di poliklinik adalah kegiatan persalinan, kegiatan radiologi,
kegiatan perawatan, kegiatan pembedahan, kegiatan laboratorium, dan

163
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA 2009

sebagainya. Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan pemakaian


ambulans, kegiatan pemesanan makanan, kegiatan kepegawaian, kegiatan
keuangan, dan sebagainya.

E. SUMBER BELAJAR
1. Budioro, B. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNDIP
2. WHO. Design and Implementation of Health Information System, edited
by Lippeveld, T.
3. Depkes.go.id (SKN)
4. Managemen Kesehatan, AA Gede Muninjaya
5. SIM-RS Boy Sabarguna, Konsorsium Rumah Sakit ISlam
6. Pengantar Epidemiologi, edisi 2, Thomas C. Timreck
7. Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Drs. Moekijat
8. Sistem Informasi Manajemen, Sondang P Siagian
9. Sistem Informasi Manajemen, Edhy Sutanta

164

Anda mungkin juga menyukai