Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

SISTEM KESEHATAN NASIONAL


DI BERBAGAI NEGARA

Dosen Pembimbing :
Oktarianita, S.KM.,M.KM

Disusun oleh :
Aulia Devi Puspita : 1880100029
Nadia Aulia Nura Ayuni : 1880100001

PROGRAM PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. (1)
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Untuk itu diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional sebagai bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting,
seperti: pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat, serta Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai regulasi
penyelenggaraan kepemerintahan, seperti: Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Undangundang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)
Tahun 2005-2025. Disamping itu secara global terjadi perubahan iklim dan upaya
percepatan pencapaian MDGs, sehingga diperlukan penyempurnaan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982, pada hakekatnya merupakan bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, penting untuk dimutakhirkan menjadi SKN
2009 agar dapat mengantisipasi berbagai tantangan perubahan pembangunan kesehatan
dewasa ini dan di masa depan. Dalam mengantisipasi ini, perlu mengacu terutama pada
arah, dasar, dan strategi pembangunan kesehatan yang ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)
Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-
K) Tahun 2005-2025.
Perkembangan Sistem Kesehatan Nasional
Pertama kali disusun pada tahun 1982 yangdisebut “Sistem Kesehatan Nasional
1982 (disyahkan dengan KEPMENKES No.99a/Men.Kes/SK/III/1982). SKN adalah suatu
tatanan yang mencerminkanupaya bangsa indonesia meningkatkan kemampuanmencapai
derajat kesehatan optimal (SKN 1982)
Sesuai dengan tuntutan reformasidisempurnakan pada tahun 2004 disebut Sistem
Kesehatan Nasional 2004)(disyahkan dengan KEPMENKES RI
No.131/Men.Kes/SK/II/2004). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpunberbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadudan saling mendukung guna menjamin
tercapainyaderajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umumseperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945(SKN, 2004)
Subsistem Upaya (Pelayanan) Kesehatan tahun 2004 diartikan sebagai tatanan yg
menghimpun berbagaiupaya (pelayanan) kesehatan masyarakat(UKM) dan upaya
(pelayanan) kesehatanperorangan (UKP) secara terpadu dansaling mendukung guna
menjamintercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya (SKN, 2004)
            Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai  penyempurnaan dari SKN
sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk
meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang disempurnakan ini
diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan
di masa kini maupun di masa yang akan datang. Adanya SKN yang disempurnakan
tersebut menjadi sangat penting kedudukannya mengingat penyelenggaraan pembangunan
kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan dengan kompleksitas perkembangan
demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan lainnya yang juga semakin berat,
cepat berubah dan, sering tidak menentu.

B. PENGERTIAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

Sistem kesehatan nasional (SKN) bentuk & cara penyelenggaraan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Perpres 72/2012 Pasal 1 dan 2 . (2)
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1) Perikemanusiaan, 2)
Pemberdayaan dan kemandirian, 3) Adil dan merata, serta 4) Pengutamaan dan manfaat.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi
kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan,
keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut.
C. MAKSUD DAN KEGUNAAN SKN

Penyusunan SKN 2009 ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2004 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai
pedoman tentang bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik oleh
masyarakat, swasta, maupun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta pihak
terkait lainnya.
Tersusunnya SKN 2009 mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka
pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan
sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJP-K) Tahun 2005-2025, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang
transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.(3)

BAB II
PEMBAHASAN

(Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007) Untuk menjamin tercapainya tujuan


pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh.
Sistem Kesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan
melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Pembangunan
kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. SKN
perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat
pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar
(primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan harapan
rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen
bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta. Tersusunnya SKN ini
mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia,
memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K), memantapkan
kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan
yang terjangkau dan bermutu, meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan
pembangunan nasional. SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Asas Sistem Kesehatan Nasional
Sebagaimana dinyatakan dalam Bab I bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan demikian untuk menjamin
efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan kesehatan harus taat pada asas yang
menjadi landasan bagi setiap program dan kegiatan pembangunan kesehatan.

Subsitem SKN

Subsistem skn Adalah tatanan yg menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat


(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yg setinggi-tingginya.
Tujuannya adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg tercapai (accessible),
terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesmas yg setinggi-tingginya.
Unsur-unsur terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM)
dan upaya kesehatan perorangan (UKP).
UKM adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan,
dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam
makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya, sesrta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yg ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
PRINSIP
1 UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan
swasta
2 UKP diselenggarakan oleh masyarakatr, swasta dan pemerintah
3 Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial
4 Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,
terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu
5 Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan alternatif,
harus tidak bertentangan dengan kaidah ilmiah
6 Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya,
moral dan etika profesi. (4)

Bentuk Pokok Subsistem


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM strata pertama
 UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada masyarakat
 Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yg didukung
secara lintas sektor dan didirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmas bertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya
 Tiga fungsi utama Puskesmas : (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan (3) pusat
pelayanan kesehatan tingkat dasar
 Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yg harus dilaksanakan
oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular;
dan pengobatan dasar
 Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama
diwujudkan melalui berbagai upaya yg dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai
dengan upaya kesehatan bersama yg bersumber masyarakat (UKBM).
 Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam Usaha
Kesehatan Sekolah
UKM strata kedua
 UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yg ditujukan kepada masyarakat
 Penanggungjawab UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yg didukung secara
lintas sektor.
 Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan fungsi
teknis kesehatan
 Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kab/Kota
 Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesmas tk lanjutan, yakni
dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas
 Untuk dapat melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes Kab/Kota dilengkapi
dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti : unit pencegahan dan pemberantasan
penyakit; promosi kesehatan; pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan;
perbaikan gizi; dan kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana.
 Unit-unit tsb disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas
dalam bentuk pelayanan rujukan kesmas
 Rujukan kesmas adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah
kesmas yg dilakukan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal.
 Rujukan kesmas dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan
rujukan operasional. (1)
UKM strata ketiga
 UKM strata ketiga adalah UKM tk unggulan, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yg ditujukan kepada masyarakat
 Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yg didukung
secara lintas sektor.
 Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi manajerial dan
fungsi teknis kesehatan
 Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional
 Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesmas tk unggulan, yakni
dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi Dalam
melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes Provinsi dan Depkes perlu didukung
oleh berbagai pusat unggulan yg dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor
pembangunan lainnya
 Contoh pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi
Nasional, dll. Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan langsung
juga membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
UKP strata pertama
 UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada perorangan
 Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yg
diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan,
praktik perawat, dll.
 UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas. Dengan
demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni pelayanan kesmas dan
pelayanan kes perorangan.
 Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi denngan Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa
 Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk sarana kes bersumber masyarakat.
 Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yg diselenggarakan secara ilmiah telah
terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika
termasuk UKP strata pertama.
 UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat
dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium
klinik, dan optik.
 Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan
berbagai program kendali mutu, baik yg bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi,
dan akreditasi, maupun yg bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus
kendali mutu Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah
berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui
Puskesmas. Penyelenggara UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat
dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yg sangat
terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas
UKP strata kedua
 UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yg ditujukan kepada perorangan .
 Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yg
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik
spesialis, balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non
pendidikan milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit
swasta.
 Berbagai sarana pelayanan tsb disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik
 Pelayanan rujukan medik adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit yg dilakukan secara timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal.
 Rujukan medik tdd tiga aspek : rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta
rujukan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium
 UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik, dan optik
 Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu
UKP strata ketiga
 UKP strata ketiga adalah UKP tk unggulan, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yg ditujukan kepada perorangan .
 Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yg
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi
spesialis konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan
kelas A milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit
khusus dan rumah sakit swasta.
 Berbagai sarana pelayanan tsb disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata kedua, UKP strata ketiga juga didukung oleh berbagai
pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik
 Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga perlu dilengkapi dengan
beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti pusat unggulan jantung nasional,
pusat unggulan kanker nasional, pusat penanggulangan stroke nasional, dsb.
 Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu. (5)

PENGERTIAN SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASAYARAKAT


Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perorangan, kelompok dan masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. TUJUAN
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya upaya
pelayanan, advokasi dan pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok dan masyarakat di
bidang kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni
pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok dan pemberdayaan masyarakat umum.
1 Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran, fungsi dan kemampuan
perorangan dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal
yang diharapkan adalah untuk diri sendiri yakni mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Sedangkan
target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam menggerakkan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
2 Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi dan kemampuan
kelompokkelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di pihak lain dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve), memperjuangkan
kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate) atau melakukan
pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to watch).
3 Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi dan
kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan
masyarakat di bidang kesehatan atau melakukan pengawasan sosial terhadap
pembangunan kesehatan.
PRINSIP
Penyelenggaraan subsistem pemberdayaan masyarakat mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga dan
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya, kebutuhan dan potensi setempat.
2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh
informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta keterlibatan dalam
proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
3. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif
dalam berbagai upaya kesehatan.
4. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang
didasari semangat kebersamaan dan gotong royong serta terorganisasikan dalam
berbagai kelompok atau kelembagaan masyarakat.
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab dan bertanggunggugat dan tanggap
terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong, pendamping,
fasilitator dan pemberi bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat.

BENTUK POKOK
1. Pemberdayaan Perorangan
a. Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah.
b. Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer.
c. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan
perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan.
2. Pemberdayaan Kelompok
a. Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta.
b. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan
yang ada di masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/banjar/nagari, kelompok
pengajian, kelompok budaya, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita,
organisasi pemuda dan organisasi profesi.
c. Pemberdayaan kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan
dan atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan.
3. Pemberdayaan Masyarakat Umum
a. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta.
b. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu
wilayah.
c. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan
masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain
adalah Badan Penyantun Puskesmas (di kecamatan), Konsil/Komite Kesehatan
Kabupaten/Kota (di kabupaten/kota), atau Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di
provinsi dan nasional).(2)
Penyelenggaraan SKN
(Menurut KIK DEPDIKBUD RI, 1991)Pelaku SKN :elaku penyelenggaraan pembangunan
kesehatan sesuai SKN adalah :
 Masyarakat
 Pemerintah
 Badan legislatif
 Badan yudikatif
Proses Penyelenggaraan
Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis,
komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, antara lain:
 Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan
subsistem obat dan perbekalan kesehatan
 Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem
manajemen kesehatan
 Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna, berdaya
guna, bermutu, merata, dan berkeadilan
 Lingkungan : berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yang
berdampak terhadap pembangunan kesehatan

KERJASAMA INTERNASIONAL
Sistem Kesehatan Nasional merupakan bagian dari sistem nasional, maka wajib
berperan aktif sesuai dengan bidangnya guna mewujudkan tujuan SKN. Kewajiban berbagai
sektor mencakup pemenuhan logistik yang diperlukan sebagai masukan dalam SKN,
pemenuhan 90 SDM dengan kompetensi yang sesuai, penyediaan insentif finansial dan non
finansial, koordinasi penyelenggaraan, peniadaan atau pengurangan bahan-bahan ataupun
kondisi yang dapat menimbulkan risiko kesehatan, dan peran lainnya yang berkembang
sesuai perubahan lingkungan strategis.
Para pelaku SKN berkewajiban mengembangkan diri agar mampu berperan di tingkat
internasional dalam rangka menjaga agar SKN dapat berjalan dengan baik. Perubahan
lingkungan strategis regional maupun global dapat mengancam keberhasilan SKN. Para
pelaku SKN wajib berperan aktif di lingkungan internasional untuk mewujudkan
kepemimpinan Indonesia di dunia internasional guna menghasilkan kebijakan yang kondusif
bagi pengembangan SKN. Peran Indonesia dalam upaya mereformasi WHO perlu terus
dilakukan agar transparansi dan keadilan dari organisasi internasional tersebut dapat
tercapai.
Kerja sama dalam bidang kesehatan dengan berbagai lembaga internasional dan
regional lain yang terkait perlu ditingkatkan, seperti UNDP, UNICEF, UNFPA, dan
ASEAN. Para pelaku SKN juga wajib mencermati dan memanfaatkan setiap kesempatan
yang ada di dunia internasional guna memperkuat SKN. Dana internasional yang tersedia
yang tidak mengikat dan dapat secara sinergis meningkatkan kinerja SKN perlu
dimanfaatkan dengan baik. Sebaliknya, setiap intervensi internasional yang dalam jangka
pendek atau jangka panjang yang dapat merugikan SKN wajib dicegah oleh setiap
pemangku kepentingan.(6)
BAB III
PENUTUP

Tujuan pembangunan kesehatan hanya dapat dicapai bila didukung oleh kerjasama
dengan semangat kemitraan antar semua pelaku pembangunan, baik pemerintah secara lintas
sektor, pemerintah pusat dan daerah, badan legislatif dan yudikatif, serta masyarakat,
termasuk swasta. Dengan demikian, penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
dukungan SKN dapat dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna dengan interaksi,
interelasi, serta keterpaduan berbagai upaya yang dilakukan oleh semua pelaku SKN.
Penetapan SKN dimaksudkan untuk memberikan arah bagi setiap pelaku upaya atau
pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing instansi dan institusi.
Dalam pelaksanaannya, seluruh pelaku harus memegang teguh prinsip-prinsip umum SKN
dan prinsip dasar masing-masing subsistemnya, tetapi juga harus realistis dengan
kemampuan sumber daya manusia dan ketersediaan dana dan sumber daya lainnya, serta
kondisi lingkungannya. Dengan demikian, meskipun nantinya diharapkan terwujud
pelayanan kesehatan yang adil dan merata, tidak berarti seluruh pelayanan kesehatan harus
menyediakan pelayanan non diskriminatif bagi seluruh rakyat untuk seluruh jenis pelayanan.
Prinsip adil dan merata secara bertahap diupayakan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Untuk dapat melaksanakan SKN yang memenuhi prinsip umum dan prinsip dasar dari
masing-masing subsistemnya yang disesuaikan dengan kemampuan diri dan lingkungan,
dibutuhkan manajer-manajer di sektor publik maupun di masyarakat, termasuk swasta.
Manajer tersebut harus mempunyai kompetensi khusus dan mempunyai komitmen kuat
dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
92 Sistem Kesehatan Nasional merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan
berbagai sistem nasionalnya sebagai subsistem dari Ketahanan Nasional, bersifat dinamis,
dan dalam pelaksanaannya selalu mengikuti perkembangan, baik nasional, regional, maupun
global. Sistem Kesehatan Nasional harus selalu mampu menjawab peluang, tantangan, dan
perubahan lingkungan strategis nasional, regional, maupun internasional. Oleh karenanya,
semua pemangku kepentingan wajib memantau kinerja dan kendala yang dihadapi SKN.
Oleh karenanya, SKN perlu disesuaikan atau diubah secara berkala sesuai dengan perubahan
lingkungan strategis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ratnasari D. Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Bagi Peserta JKN di


Puskesmas X Kota Surabaya. J Adm Kesehat Indones. 2018;5(2):145.
2. Indonesia DKR. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Dep Kesehat Republik Indones.
2004;
3. SKN. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Dep Kesehat Republik Indones. 2004;
4. Adisasmito W. Sistem Kesehatan Nasional. Jurnal [Internet]. 2009;45:22–9. Available
from: https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/10/sistem-kesehatan-nasional.pdf
5. Kementrian Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Vol. 45, Jurnal. 2012. p. 22–9.
6. Faulina AC, Khoiri A, Herawati YT. Kajian Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional di UPT. Pelayanan Kesehatan
Universitas Jember. J Ikesma. 2016;12(2):91–102.
7. Departemen kesehatan DKI Jakarta 2009. BENTUK DAN CARA PENYELENG-
GARAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN. JAKARTA, 2009

8. Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi penataan fakultas, jurusan


dan program studi bidang ilmu kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD RI, 1991.
9. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

10. Peraturan Presiden No.72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

Anda mungkin juga menyukai