Anda di halaman 1dari 38

NDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. METODE PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
B. Landasan SKN
C. Prinsip dasar pembangunan kesehatan
D. Tujuan SKN
E. Kedudukan SKN
F. Subsistem SKN
G. Penyelenggaraan SKN
H. Peran Perawat dalam SKN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka
mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya.
Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan
peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI
2007). Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007).
Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 68,6
tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007.
Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 29,5%
pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Namun
penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut masih belum seperti yang diharapkan. Upaya
percepatan pencapaian indikator kesehatan dalam lingkungan strategis baru, harus terus
diupayakan dengan perbaikan Sistem Kesehatan Nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif untul pencapaian SKN
yang optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional?
2. ApaLandasan Sistem Kesehatan Nasional?
3. Apa Prinsip dasar pembangunan kesehatan?
4. ApaTujuan Sistem Kesehatan Nasional?
5. Apakah Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional?
6. Apa saja Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
7. Bagaimana proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional?
8. Apa saja peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah OrganisasiManajemen Kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
4. Untuk mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
5. Untuk mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
7. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.
8. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
9. Untuk mengetahui peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.
D. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan
metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah
data dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada
hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

B. Landasan SKN
1. Landasan idil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
C. Prinsip dasar pembangunan kesehatan
Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan Manfaat
5. HAM
6. Sinergisme & Kemitraan yang Dinamis
7. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik
8. Dukungan regulasi
9. Antisipatif dan Pro Aktif
10. Responsif Gender
11. Kearifan lokal

D. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

E. Kedudukan SKN
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan berbagai
subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
social.
2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi
tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai sektor lain terkait
yang terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian, SKN harus berinteraksi
secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :
a. Sistem Pendidikan Nasional
b. Sistem Perekonomian Nasional
c. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
d. Sistem Hankamnas, dan
e. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan upaya dari
berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan.Dalam arti sistem-sistem nasional
tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan di Daerah, SKN merupakan acuan bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem
kemasyarakatan termasuk swasta, Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan
olehdukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secarabersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan.SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yangdipergunakan
sebagai acuan utama dalam mengembangkanperilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif
masyarakatdalam berbagai upaya kesehatan.
F. Subsistem SKN
1. Subsistem Upaya Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable),
dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur utama
Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP):
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan
yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
d. Prinsip
1) Berkesinambungan dan paripurna
2) Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan
3) Adil dan merata
4) Non diskriminatif
5) Terjangkau
6) Teknologi tepat guna
7) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat
e. Bentuk pokok
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. UKM strata pertama
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yang didukung
secara lintas sektor dan di dirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.Tiga fungsi utama
Puskesmas :
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
(3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan
gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama
diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya
kesehatan bersama yang bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan
berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja,
Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah.
b. UKM strata kedua
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung secara
lintas sektor.Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan fungsi
teknis kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kab/Kota.
Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat untuk
lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas.Untuk dapat melaksanakan
fungsi teknis kesehatan, Dinkes Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti
: unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan; pelayanan kefarmasian;
kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana.
Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas
dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan masyarakat adalah
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah kesehatan masyarakat yang dilakukan
secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan
atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan rujukan operasional
c. UKM strata ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yang
didukung secara lintas sektor.Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional.Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat
untuk unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinaskesehatan Provinsi dan Depkes perlu
didukung oleh berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor
pembangunan lainnya. Contoh pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit
Infeksi Nasional, dll.Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan langsung juga
membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) UKP strata pertama
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama
adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan
profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, dll.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas.Dengan
demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan perorangan.Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi denngan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa. Pondok
Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk sarana kesehatan bersumber masyarakat.
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan secara ilmiah telah
terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika termasuk UKP
strata pertama.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan
apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium klinik, dan
optik.Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan berbagai
program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi,
maupun yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali mutu.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggara
UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep
dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan
Puskesmas
2) UKP strata kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis,
balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah
(termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.Pelayanan rujukan
medik adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit yang dilakukan
secara timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik terdiri dari tiga aspek,
yaitu : rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan pemeriksaan
laboratorium.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik, dan optik.Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk
program kendali mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah
(termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana pelayanan tersebut
disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP strata pertama dalam
bentuk pelayanan rujukan medik.

3) UKP strata ketiga


UKP strata ketiga adalah UKP tingkatunggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan
dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis konsultan, klinik
spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata kedua, UKP strata ketiga juga didukung oleh berbagai pelayanan
penunjang seperti apotek, laboratorium klinik,dan optik.Untuk menghadapi persaingan global,
UKP strata ketiga perlu dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti
pusat unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusat penanggulangan stroke
nasional, dan sebagainya.Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program
kendali mutu.
2. Subsistem Pembiayaan kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan
pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil
dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
c. Unsur unsur Utama
Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni pengendalian dana,
alokasi dana, dan pembelanjaan.
1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan
2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun, baik
yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta
3. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan
belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib atau sukarela
d. Prinsip
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya guna, adil, dan
berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang terorganisir,
adil, berhasil guna dan berdaya guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan
prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan
secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal : dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat
yang telah terhimpun (misal : dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.

e. Bentuk Pokok
1. Penggalian dana
a) Pengendalian dana untuk UKM
1. Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui
pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya
2. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat.
3. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsippublic private partnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan
4. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai
upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan
b) Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan
keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
2. Pengalokasian Dana
a) Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat maupun daerah, sekurangkurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b) Alokasi dana dari masyarakat
1. Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong
royong sesuai dengan kemampuan.
2. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.

c) Pembelanjaan :
1.UKM : Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private partnership.
2.UKM dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3.Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesmas rentan dan
gakin. Untuk keluarga mampu melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan atau sukarela.
4. Dimasa mendatang : biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya untuk
pembiayaan UKM dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat rentan dan gakin.

3. Subsistem SDM Kesehatan


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan,
serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesahatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua
orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki
pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
c. Unsur unsur Utama
1. Perencanaan tenaga kesehatan : upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan : upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan
jenis, jumlah, dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan : upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengawasan
tenaga kesehatan
d. Prinsip
1. Pengadaan tenaga kesehatan : jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika pasar di dalam dan luar negeri
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta
kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan
3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta pembentukan
moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi yang diselenggarakan secara
berkelanjutan
4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja, dan
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional
e. Bentuk Pokok
1. Perencanaan tenaga Kesehatan
a) Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan dan ditetapkan
oleh pemerintah pusat berdasarkan masukan dari Majlis Tenaga Kes yang dibentuk di pusat dan
propinsi
b) Majlis Tenaga Kesehatan : badan otonomi yang dibentuk oleh Mentri Kesehatan di pusat serta
oleh Gubernur di propinsi dengan susunan keanggotaan tanda tangan wakil berbagai pihak terkait,
termasuk wakil konsumen dan tokoh masyarakat
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kes
a) Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat Pertama ditetapkan oleh asosiasi institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan
tenaga kesehatan yang telah diakreditasi oleh asosiasi yang bersangkutan.
b) Standar pendidikan profesi tingkat Lanjutan ditetapkan oleh kolegium profesi yang bersangkutan
dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan dan institusi pelayanan kesehatan yang telah
diakreditasi oleh kolegium yang bersangkutan
c) Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang bersangkutan
d) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga kesehatan yang bersangkutan.
e) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga kesehatan yang
dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati oleh swasta, menjadi
tanggungjawab pemerintah.
3. Pendayagunaan tenaga kes
a) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah dilakukan dengang
sistem kontrak kerja, yang diselenggarakan atas dasar kesepakatan secara suka rela antara kedua
belah pihak
b) Penempatan PNS sesuai dengan kebutuhan, diselenggarakan dalam rangka mengisi formasi peg.
pusat dan peg. daerah, serta formasi tenaga kesehatan strategis, yaitu peg. Pusat yang dipekerjakan
daerah.
c) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik swasta di dalam negeri,
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan milik swasta yang bersangkutan melalui
koordinasi dengan pemerintah
d) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri, diselenggarakan oleh
suatu lembaga yangg dibentuk khusus dengan tugas mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga
kesehatan ke luar negeri
e) Pendayagunaan tenaga kes WNI lulusan luar negeri, didahului degan program adaptasi yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang
bersangkutan
f) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing dilakukan setelah tenaga kes asing tersebut memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang bersangkutan
g) Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji
kompetensi, dan pemberian lisensi Sertifikasi : institusi pendidikan Registrasi : komite regsitrasi
tenaga kesehatan Uji kompetensi : masing-masing organisasi profesi Pemberian lisensi :
pemerintah
h) Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan peraturan perundang-
undangan, hukum tidak tertulis, etika profesi
i) Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kes dilakukan secara serasi dan terpadu oleh
pemerintah dan masyarakat. Pemberian kewenangan dalam teknis kesehatan kepada tenaga
masyarakat dilakukan dilakukan sesuai keperluan dan kompetensinya.
4. Subsistem Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan dan Makanan (Obat dan Perbekalan
Kesehatan)
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan,
serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan
selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta
terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Unsur unsur Utama
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas saling bersinergi dan ditunjang
dengan teknologi, tenaga pengelola serta penatalaksanaan
d. Prinsip Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sosial
2. Sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya
3. Tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan
4. Penyediaan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional
5. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium obat rumah sakit,
sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu kepada DOEN
6. Pelayanan diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek mutu, manfaat, harga,
kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat dan lingkungan
7. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional
8. Pengamanan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi, dan pemanfaatan yang
mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan
9. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait lainnya.
e. Bentuk Pokok
1. Jaminan Ketersediaan obat dan perbekalan kes
a. Perencanaan kebutuhan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah bersama pihak terkait
b. Perencanaan obat merujuk pada DOEN yang ditetapkan oleh pemerintah bekerjasama dengan
organisasi profesi dan pihak terkait lainnya
c. Penyediaan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional
d. Penyediaan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan secara ekonomis belum diminati
swasta menjadi tanggungjawab pemerintah
e. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah
f. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang ditetapkan oleh KFT RS
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
a. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui PBF
b. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan melalui apotek,
sedangkan obat bebas melalui apotek, toko obat, dan tempat-tempat layak lainnya dengan
memperhatikan fungsi sosial
c. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat memberikan
pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
d. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraannya menjadi
tanggungjawab apoteker
e. Pendistribusian, pelayanan, pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan fungsi
sosial
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
a. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dlm peredaran dilakukan oleh industri
yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat
b. Pengawasan distribusi, pengawasan promosi, pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan dan
pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi
, dan masyarakat
c. Pengendalian harga dilakukan oleh pemerintah bersama pihak terkait
d. Pengawasan produksi, dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya
lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi,dan masyarakat
e. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan oleh pmerintah
secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan masyarakat
5. Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh
pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan IPTEK, serta pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna,
didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur Utama
Terdiri dari empat unsur utama, yakni administrasi kesehatan,informasi kesehatan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, hukumkesehatan.
1. Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan
2. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan
bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan di bidang kesehatan
4. Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan
bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan
d. Prinsip
1. Administrasi kesehatan
a) Diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan dalam satu NKRI
b) Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan berbagai sektor
pembangunan lain serta antar unit kesehatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan
c) Diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai sektor pembangunan
lain serta antar unit antar kesehatan dalam satu jenjang administrasi pemerintahan
d) Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung
jawab antar unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan di berbagai jenjang administrasi
pemerintahan
2. Informasi kesehatan
a) Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan
ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain
b) Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi kesehatan
c) Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan
d) Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu,
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi
e) Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara
rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-ara non rutin ( survai, dll)
f) Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di
bidang kesehatan dan kedokteran
3. IPTEK kesehatan
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kesehatan adalah untuk kepentingan masyarakat
yang sebesar-besarnya dan tidak boleh bertentangan dengan etika, moral, dan nilai agama.
4. Hukum kesehatan
a) Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum kesehatan yang
mencakup pengembangan substansi hukum, pengembangan kultur dan budaya hukum, serta
pengembangan aparatur hukum kesehatan
b) Tujuan pengembangan untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan
manfaat hukum
c) Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika, moral dan nilai
agama
e. Buntuk pokok
1. Administrasi Kesehatan
a) Penanggungjawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi pemerintahan Pusat :
Depkes
Provinsi : Dinkes Provinsi
Kab/Kota : Dinkes Kab/Kota
b) Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota dan
sebaliknya
c) Fungsi Depkes : mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan, pembinaan, dan
bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan kesehatan
d) Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi bidang
kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, pemberian perizinan dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan, serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes Kab/Kota
e) Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan, dengan fungsi
f) perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan
g) Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan program pembangunan
kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan daerah
h) Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pada
pedoman dan standar nasional
i) Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di daerah didasarkan
atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan
j) Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pd
pedoman, standar, dan indikator nasional
k) Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan
kesehatan kepada Depkes dan Dinkes Provinsi
l) Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan
kesehatan kepada Depkes
m) Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah,
pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi, dan fasilitasi
n) Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya penanggulangan wabah dan
bencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban program
pembangunan kesehatan diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat
2. Informasi kesehatan
a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi
kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait
b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan
pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai, survailans,
dan sensus
c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayan masyarakat di bidang kesehatan, serta manajemen kesehatan
d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi iselenggarakan secara berjenjang,
terpadu, multidisipliner, dan komprehensif
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat luas untuk
pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3. IPTEK Kesehatan
a. Dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat-pusat
penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan pemerintah
b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselengarakan oleh lembaga
khusus yang berwenang
c. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusatpusat penelitian dan pengembangan
unggulan
d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi dan dokumentasi IPTEK kesehatan

4. Hukum Kesehatan
a. Dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan peraturan
perundangundagan kesehatan daerah
b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan,
c. pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan masyarakat
d. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan pengembangan jaringan
informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta pengembangan satuan unit di organisasi
hukum kesehatan di Depkes.
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat
umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh perorangan,
kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.
c. Unsur unsur utama
Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan
pembeerdayaan masyarakat umum.
1. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan kemampuan perorangan
dalam membuat keputusanuntuk memelihara kesehatan.Target minimal yang diharapkan adalah
untuk diri sendiri yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh keluarga dan
masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatandalam
menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersihdan sehat.
2. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-
kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi kelompok dan di dipihak lain dapat aktif dalam upaya meningkatkan
derajat kesmas. kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan
pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to watch)
3. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian,
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial
terhadap pembangunan kesehatan.
d. Prinsip
1. Berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, masyarakat, sesuai dengan sosial budaya,
kebutuhan, dan potensi setempat
2. Dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan
3. Dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan
4. Dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat kebersamaan dan
gotong royong serta terorganisasikan dalam berbagai kelompok/kelembagaan masyarakat
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab, dan bertanggun gugat dan tanggap terhadap
aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong, pendamping, fasilitator, dan pemberi
bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat
e. Bentuk Pokok
1. Pemberdayaan perorangan
a) Dilakukan atas prakarsa peorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan
pemerintah
b) Ditujukan kepada tokoh masyarakat, adat, agama, politik, swasta dan populer
c) Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dg PHBS serta pembentukan kader-kader
kesehatan

2. Pemberdayaan kelompok
a) Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
b) Terutama ditujukan kepada kelompok/kelembagaan yang ada di masyarakat (RT/RW,
kel/banjar/nagari, dll)
c) Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian
kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan
3. Pemberdayaan masyarakat umum
a. Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta
b. Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
c. Dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan (Badan
Penyantun Puskesmas, Konsil/Komite Kesehatan Kab/Kota, dll).
G. Penyelenggaraan SKN
1. Pelaku SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah :
1. Masyarakat
2. Pemerintah
3. Badan legislatif
4. Badan yudikatif
2. PROSES PENYELENGGARAAN
1) Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis,
komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, antara lain:
a. Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan subsistem obat dan
perbekalan kesehatan
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen
kesehatan
c. Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, bermutu,
merata, dan berkeadilan
d. Lingkungan : berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan
2) Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antarunsur-unsur SKN, yaitu :
a. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan dapat
diselenggarakan secara merata, tercapai, terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat.
Tersedianya pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya subsistem SDM
kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
subsistem manajemen kesehatan
b. Subsistem SDM kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu
dalam jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan
seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga
akan menunjang terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen kesehatan
c. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan obat
dan perbekalan kesehatan yang mencukupi, aman, bermutu, dan bermanfaat serta terjangkau oleh
masyarakat, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya
guna
d. Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan individu, kelompok,
dan masyarakat umum yang mampu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
e. Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
3) Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
sinergism, baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di
luar SKN
4) Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta kerjasama yang
baik dari para pelaku SKN yang ditunjang oleh tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang baik (good governance)
5) Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk penetapan berbagai
peraturan perundang-undangan yang sesuai
6) Dilakukan melalui sikklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan
H. Peran Perawat dalam SKN
a. Perawat profesional
Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional (professional nurse) adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal profesi keperawatan. Sesuai dengan
disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab utama seorang perawat profesional adalah
menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing services).
Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat, dari
sejak lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara optimal
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dan/ataupun tergantung
pada orang lain (Henderson, 1980).
Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kedokteran lebih menitikberatkan perhatiannya pada penyembuhan penyakit, maka perhatian
utama seorang perawat profesional pada waktu menyelenggarakan pelayanan keperawatan adalah
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau yang menjadi
penyebab utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
dimaksud, yakni dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-Ilmu
Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).
Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek kajian utama
seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas pula. Ruang lingkup yang
dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi juga
kebutuhan dasar psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat dan terlebih-
lebih lagi dalam keadaan sakit.
Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik, dalam arti dapat
dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia, baik dalam keadaan sehat dan terlebih-
lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi orang sakit akan
mempercepat kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi orang sehat akan lebih
meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.

b. Peran Perawat Profesional dalam SKN


Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan sebagaimana dikemukakan
diatas, jelaslah peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tidak lain adalah berupaya
mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu pihak penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya pelayanan kesehatan (health cost) sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat (ability to pay).
Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional serta
pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen peran perawat
profesional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper (1982), yakni
1. pemberiasuhan keperawatan,
2. advokat,
3. konselor,
4. pendidik,
5. koordinator,
6. kolaborator,
7. konsultan,
8. pembawa perubahan,
harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja aplikasinya tidak terbatas hanya
pada waktu berhadapan dengan klien dikamar praktek saja (sehat atau sakit), tetapi yang terpenting
lagi adalah pada waktu menyelenggarakan sub-sistem pelayanan kesehatan serta sub-sistem
pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.
Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan sedemikian rupa
sehingga pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah pelayanan
keperawatan, dapat memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, yakni
tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan
(countinue), wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu
(quality).

Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran perawat
profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula sedemikian rupa
sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah biaya
pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan kesehatan yang
baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien (efficient).
Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem kesehatan dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:

No. Elemen peran perawat Sub-sitem pelayanan Sub-sistem


kesehatan pembiayaan kesehatan
1. Pemberi asuhan Tersedia Tersedia
keperawatan menyeluruh

2. Advokat Terpadu Efektif


3. Konselor Berkesinambungan Efisien
4. Pendidik Wajar
5. Koordinator Dapat diterima
6. Kolaborator Dapat dicapai
7. Konsultan Bermutu
8. Pembawa perubahan

Jika diperhatikan sistem kesehatan sebagaimana yang ditemukan di Indonesia saat ini,
secara jujur haruslah diakui bahwa peran perawat profesional dalam turut menyempurnakan sub-
sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem pembiayaaan kesehatan belumlah begitu
menggembirakan. Penerapan peran perawat profesional dalam sistem kesehatan masih terbatas
hanya pada waktu berhadapan dengan klien saja. Inipun masih dalam lingkup bangsal-bangsal
rumah sakit.
Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat tersebut.
Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan
Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika Program
Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge tersebut telah lama
ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk pertama
kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor lingkungan. Dalam
keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum
menonjol.
2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional
Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah Perawat
Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan keperawatan
yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of knowledge profesi keperawatan.
Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena desakan kebutuhan akan tenaga
medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini tidak
mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal.
3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional
Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan masalah
yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan keperawatan memang
belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi juga
kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat ini, peran
perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.
I.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan. SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem nasional
lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan. Oleh
karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan penyempurnaan. Keberhasilan pelaksanaan
SKN sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan, kerja keras, kemampuan, dan
ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula pada petunjuk, rahmat,
dan perlindungan Tuhan YME.
Selain itu menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah penting,
maka berbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan. Untuk ini banyak
saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksud adalah segera lebih
mengembangkan pendidikan keperawatan profesional, menantapkan sistem pelayanan
keperawatan profesional, serta menyempurnakan organisasi profesi keperawatan.
Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan, khususnya rumah sakit, saran yang
dimaksud adalah segera meningkatkan kemampuan profesional tenaga perawat, menyempurnakan
sistem pelayanan keperawatan, mengembangkan sistem pengembangan karier, serta
mengembangkan sistem imbal jasa yang layak.
B. Saran
Pembaca yang budiman, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki,
baik dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu kami berpesan kepada
pembaca, ambilah sesuatu yang positif dari sebuah coretan yang kami buat,dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Dan menjadi wawasan kita dalam memahami
bahasa kita sendiri dan sebagai kata,marilah terus berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita yang
luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. 1996. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta:Binarupa Aksara.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI. 1997. Pendidikan sarjana keperawatan. Jakarta: FIK-UI.
Hamid AY. 1995. Peranan Perawat Dalam Menunjang Keberhasilan Hubungan Dokter-
Pasien. Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia IX.Jakarta 27 Nopember.
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi penataan fakultas, jurusan dan program
studi bidang ilmu kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD RI, 1991.
/////////
Beranda Nasional Sistem Kesehatan Pengertian Dari (SKN) Sistem Kesehatan Nasional

Pengertian Dari (SKN) Sistem Kesehatan Nasional


Ditulis oleh: ka bita - Monday, September 1, 2014
Dalam istilah kesehatan nasional kita harus mengenal istilah SKN Sistem Kesehatan Nasional Pengertian dari
SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar 1945.

Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan
keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga
kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem
lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana,
keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

/////////////////

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki
unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya (Indrajit, 2001).
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply
side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam
bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi,
sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO;
1996).
Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejak tahun 1982 yaitu
ketika Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di Indonesia
yang disebut Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan nasional bangsa
Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka dibentuklah program pembangunan nasional secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Dewasa ini, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Sehingga
diperlukan pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan
yang disertai berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa
Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
dapat diwujudkan melalui Jampersal.
Terjadinya perubahan lingkungan strategis seperti adanya regulasi
penyelenggaraan kepemerintahan dan di tingkat global telah terjadi perubahan iklim serta
dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), sehingga
diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan.

1.2 Tujuan

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep dalam
Sistem Kesehatan Nasional. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Untuk mengetahui tujuan Sistem Kesehatan Nasional
3. Untuk mengetahui manfaat Sistem Kesehatan Nasional
4. Untuk mengetahui sub-bahasan dalam Sistem Kesehatan Nassional
5. Untuk mengetahui dasar hukum Sistem Kesehatan Nassional
6. Untuk mengetahui objek kajian dalam Sistem Kesehatan Nasional

1.3 Manfaat

Berdasarkan latar belakang di atas maka keluaran yang diharapkan dari


pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Dapat mengetahui tujuan Sistem Kesehatan Nasional
3. Dapat mengetahui manfaat Sistem Kesehatan Nasional
4. Dapat mengetahui sub-bahasan dalam Sistem Kesehatan Nassional
5. Dapat mengetahui dasar hukum Sistem Kesehatan Nassional
6. Dapat mengetahui objek kajian dalam Sistem Kesehatan Nasional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan


dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh.
Sistem Kesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan
oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perpres
72/2012 Pasal 1 angka 2).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Dasar 1945 ( Depkes RI, 2004)
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan
kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta
pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi
kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan,
keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan
dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan
kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang
adil dan merata, pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada
kepentingan dan harapan rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan
dan melindungi kesehatan masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam
pembangunan kesehatan.

2.2 Tujuan Sistem Kesehatan Nasional

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua


komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk
badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
( Perpres 72, 2012)

2.3 Manfaat Sistem Kesehatan Nasional


Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan
sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga
swasta.
Tersusunnya SKN ini mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam
rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan
kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan
yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan
bermutu, meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan ( Perpres 72, 2012)

2.4 Sub-bahasan dalam Sistem Kesehatan Nasional

2.4.1 Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional

1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan berbagai
sistem nasional lainnya, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial. Dalam kaitan ini,
undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan merupakan kebijakan strategis dalam
pembangunan kesehatan.
2. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari berbagai
sektor lain terkait. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, SKN perlu menjadi
acuan bagi sektor lain. Dalam penyelenggaraan pembangu-nan nasional, SKN dapat
bersinergi secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya seperti: Sistem
Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan
Nasional, Sistem Hankamnas, dan Sistem-sistem nasional lainnya.
3.Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di
Daerah yaitu sebagai acuan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Berbagai sistem kemasyarakatan merupakan bagian integral dari SKN. Dalam
kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam berbagai upaya
kesehatan. Sedangkan potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk
keberhasilan pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka,
dan saling menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. SKN dapat mewarnai
potensi swasta, sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang
berwawasan kesehatan. Dengan mengacu terutama pada kedudukan SKN diatas dan
pencapaian tujuan nasional.

2.4.2 Perkembangan dan Tantangan Sistem Kesehatan Nasional.

2.4.2.1 Perkembangan dan Masalah Sistem Kesehatan Nasional

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah


berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telah
menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan status
kesehatan, yaitu: penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI
2007). Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, Umur Harapan
Hidup (UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun
2007. Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari
29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas,
2007). Namun penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut masih belum seperti
yang diharapkan. Upaya percepatan pencapaian indikator kesehatan dalam lingkungan
strategis baru, harus terus diupayakan dengan perbaikan Sistem Kesehatan Nasional.

1. Upaya Kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan, dalam
kaitan ini akses rumah tangga yang dapat menjangkau sarana kesehatan 30 menit
sebesar 90,7% dan akses rumah tangga 6 yang berada 5 km dari sarana kesehatan
sebesar 94,1% (Riskesdas, 2007). Peningkatan jumlah Puskesmas ditandai dengan
peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi
3,65 per 100.000 pada tahun 2007 (Profil Kesehatan, 2007). Namun pada daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih
rendah. Jarak fasilitas pelayanan yang jauh disertai distribusi tenaga kese-hatan yang
tidak merata dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan rendahnya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Persentase pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar
0,81% dari Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 %
dari PDB, meskipun belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO. Demikian
pula dengan anggaran kesehatan, pada tahun 2004 jumlah APBN kesehatan adalah
sebesar Rp 5,54 Triliun meningkat menjadi sebesar 18,75 Triliun pada tahun 2007,
namun persentase terhadap seluruh APBN belum meningkat dan masih berkisar 2,6
2,8%.
Proporsi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum
mengutamakan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk pada tahun 2008
yang sebagian besar berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan kesehatan
masyarakat miskin sebesar 76,4 juta jiwa atau 34,2%.

3. Sumber Daya Manusia Kesehatan


Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan belum
memadai, baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Selain
itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia masih
termasuk rendah, yaitu 19 per 100.000 penduduk bila dibandingkan dengan negara lain
di ASEAN, seperti Filipina 58 per 100.000 penduduk dan Malaysia 70 per 100.000 pada
tahun 2007.
Masalah strategis SDM Kesehatan yang dihadapi dewasa ini dan di masa depan
adalah: a) Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan belum dapat memenuhi
kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan; b) Perencanaan kebijakan dan program
SDM Kesehatan masih lemah dan belum didukung sistem informasi SDM Kesehatan
yang memadai; c) Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai
jenis SDM Kesehatan. Kualitas hasil pendidikan SDM Kesehatan dan pelatihan
kesehatan pada umumnya masih belum memadai; d) Dalam pendayagunaan SDM
Kesehatan, pemerataan SDM Kesehatan berkualitas masih kurang. Pengembangan
karier, sistem penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mestinya. Regulasi untuk
mendukung SDM Kesehatan masih terbatas; serta e) Pembinaan dan pengawasan SDM
Kesehatan serta dukungan sumber daya SDM Kesehatan masih kurang.

4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, sementara itu
bahan baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis
tanaman berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang
telah digunakan sebagai bahan baku.
Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan telah dilakukan secara komprehensif. Sementara itu
pemerintah telah berusaha untuk menurunkan harga obat, namun masih banyak kendala
yang dihadapi.
Penggunaan obat rasional belum dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium.
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar penyediaan obat
di pelayanan kesehatan publik. Daftar Obat Esensial Nasional tersebut telah disusun
sejak tahun 1980 dan direvisi secara berkala sampai tahun 2008.
Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas merupakan obat esensial
generik. Namun tidak diikuti oleh sarana pelayanan kesehatan lainnya, seperti: di rumah
sakit pemerintah kurang dari 76%, rumah sakit swasta 49%, dan apotek kurang dari 47%.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep obat esensial generik belum sepenuhnya diterapkan.

5. Manajemen dan Informasi Kesehatan


Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron.
Begitu pula dengan perencanaan jangka panjang/menengah masih belum menjadi acuan
dalam menyusun perencanaan jangka pendek. Demikian juga dengan banyak kebijakan
yang belum disusun berbasis bukti dan belum bersinergi baik perencanaan di tingkat
Pusat dan atau di tingkat Daerah.
Hukum kesehatan belum tertata secara sistematis dan belum mendukung
pembangunan kesehatan secara utuh. Regulasi bidang kesehatan pada saat ini belum
cukup, baik jumlah, jenis, maupun efektifitasnya.
Pemerintah belum sepenuhnya dapat menyeleng-garakan pembangunan
kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu sesuai dengan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance).

6. Pemberdayaan Masyarakat
Rumah tangga yang telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 36,3% pada tahun 2007, namun masih
jauh dari sasaran yang harus dicapai pada tahun 2009, yakni dengan target 60%.
Jumlah UKBM, seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi
pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk 47.111
Desa Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah
Posyandu yang telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren). Di samping itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk
pengembangan 229 Musholla Sehat. Sampai dewasa ini dirasakan bahwa masyarakat
masih lebih banyak sebagai objek dari pada sebagai subjek pembangunan kesehatan.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa alasan utama rumah tangga
tidak memanfaatkan Posyandu/Poskesdes walaupun sebenarnya memerlukan adalah
karena: pelayanannya tidak lengkap (49,6%), lokasinya jauh (26%), dan tidak ada
Posyandu/Poskesdes (24%).

2.4.2.2 Perubahan Lingkungan Strategis


Perkembangan global, regional, dan nasional yang dinamis akan mempengaruhi
pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan kesehatannya. Hal ini merupakan
faktor eksternal utama yang mempengaruhi proses pembangunan kesehatan.
Faktor lingkungan strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional,
nasional, dan lokal, serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem kesehatan di
Indonesia.

1. Tingkat Global dan Regional


Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang
mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan.
Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan
transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem
pengelolaannya. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan
pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan persiapan
dan langkah-langkah yang menjadikan peluang dan mengurangi dampak yang
merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu sistem kesehatan yang responsif.
Komitmen Internasional, seperti: MDGs, adaptasi perubahan iklim (climate
change), ASEAN Charter, jejaring riset Asia Pasifik, serta komitmen Nasional, seperti
revitalisasi pelayanan kesehatan dasar dan pengarus-utamaan gender, perlu menjadi
perhatian dalam pembangunan kesehatan.

2. Tingkat Nasional dan Lokal


Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi, demokratisasi,
dan politik kesehatan yang berdampak pada pembangunan kesehatan, sebagai contoh:
banyaknya peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang menggunakan isu
kesehatan sebagai janji politik.
Proses desentralisasi yang semula diharapkan mampu memberdayakan daerah
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, namun dalam kenyataannya belum
sepenuhnya berjalan dan bahkan memunculkan euforia di daerah yang mengakibatkan
pembangunan kesehatan terkendala.
Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana, di sisi lain
situasi sosial politik yang berkembang sering menimbulkan konflik sosial yang pada
akhirnya memunculkan berbagai masalah kesehatan, termasuk akibat pembangunan
yang tidak berwawasan kesehatan yang memerlukan upaya pemecahan melalui
berbagai terobosan dan pendekatan.
Perangkat regulasi dan hukum yang terkait dengan kesehatan masih belum
memadai, sementara itu kesadaran hukum masyarakat masih rendah, dan masih
lemahnya penegakan hukum menyebabkan berbagai hambatan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai terobosan/ pendekatan terutama
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan
penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui
pengembangan Desa Siaga.
Di bidang lingkungan, mekanisme mitigasi serta adaptasi dan pengenalan resiko
akan perubahan iklim menuntut kegiatan kerjasama antara pihak lingkungan dengan
pihak kesehatan dan seluruh sektor terkait.

2.4.3 Asas Sistem Kesehatan Nasional

Sebagaimana dinyatakan dalam Bab I bahwa Sistem Kesehatan Nasional


(SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan
demikian untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan kesehatan
harus taat pada asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan kegiatan
pembangunan kesehatan.
2.4.3.1 Dasar Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka


Panjang Pembangunan Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025, pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Dalam Undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan mendasarkan pada:
1. Perikemanusian
Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan
yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur, memegang teguh etika profesi,
dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.

2. Pemberdayaan dan Kemandirian


Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,
berkewajiban, dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan
kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran aktif masyarakat.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas
sosial serta gotong-royong.

3. Adil dan Merata


Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
kembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

4. Pengutamaan dan Manfaat


Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
umum daripada kepentingan perorangan atau golongan. Upaya kesehatan yang bermutu
diselenggarakan dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar kemitraan
atau sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan yang baik, sehingga secara
berhasil guna dan bertahap dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, beserta lingkungannya.
Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat
miskin.
Perlu diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara Pusat dan
Daerah dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu: a) Berpihak
pada Rakyat, b) Bertindak Cepat dan Tepat, c) Kerjasama Tim, d) Integritas yang Tinggi,
dan e) Transparansi serta Akuntabilitas.

2.4.3.2 Dasar Sistem Kesehatan Nasional

Dalam penyelenggaraan, SKN perlu mengacu pada dasar-dasar sebagai


berikut:
1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat,
maka setiap penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 antara lain menggariskan bahwa setiap
rakyat berhak atas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi. Setiap anak dan perempuan berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis


Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya
apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar
pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN.
Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan
prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan
untuk mencapai tujuan nasional.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan
yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Kemitraan tersebut diwujudkan
dengan mengembangkan jejaring yang berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh
sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

3. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)


Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan, dan
kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang baik (good governance). Pembangunan kesehatan
diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan), rasional,
profesional, serta bertanggung-jawab dan bertanggung-gugat (akuntabel).

4. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa adanya
berbagai peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan SKN dan
penerapannya (law enforcement).

5. Antisipatif dan Pro Aktif


Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan antisipasi atas
perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada pengalaman masa lalu atau
pengalaman yang terjadi di negara lain. Dengan mengacu pada antisipasi tersebut,
pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif terhadap perubahan lingkungan
strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal.

6. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan program
serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus menerapkan kesetaraan dan
keadilan gender. Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan
kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki
dan perempuan dalam pembangunan kesehatan.

7. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan menggunakan
potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna
pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya peran
serta masyarakat dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan
rohani. Dengan demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus
sejalan dengan SKN, walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi
dan kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan
pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.

2.4.4 Landasan Sistem Kesehatan Nasional

a. Landasan idiil yaitu Pancasila.


b. Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,
Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya,
Pasal 28B ayat (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.,
Pasal 28C ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia,
Pasal 28H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan,
Pasal 28H ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat,
Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan,
Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
c. Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan ketentuan peraturan perundangundangan lainnya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

2.5 Dasar Hukum Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai


dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. Seperti yang telah kami jelaskan pada latar
belakang di atas bahwa SKN ditetapkan pertama kali pada tahun 1982. Lalu pada tahun
2004 terdapat SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982. SKN 2004 ini kemudian diganti
dengan SKN 2009 hingga akhirnya SKN 2009 ini dimutakhirkan menjadi SKN 2012.
Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain:
1. SKN 1982
Dasar hukum SKN Tahun 1982 adalah KEPMENKES Nomor 99a/MENKES/SK/III/1982
tentang Berlakunya SKN.
2. SKN 2004
Dasar hukum SKN Tahun 2004 adalah KEPMENKES Nomor 131/MENKES/SK/II/2004
tentang Sistem Kesehatan Nasional
3. SKN 2009
Dasar hukum SKN Tahun 2009 adalah KEPMENKES RI Nomor
374/MENKES/SK/V/2009, serta UU 36 tahun 2009 Pasal 167 (4) tentang Kesehatan
4. SKN 2012
Dasar hukum SKN Tahun 2012 adalah PERPRES Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
merupakan arah pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan ( RPJP-K) 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
dan SKN merupakan dokumen kebijakan pembangunan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2.6 Objek Kajian Sistem Kesehatan Nasional

2.6.1 Subsistem

Pendekatan manajemen kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya dimasa


depan adalah kombinasi dari pendekatan: 1) Sistem, 2) Kontigensi, dan 3) Sinergi yang
dinamis. Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas maka
subsistem SKN meliputi:

1. Subsistem Upaya Kesehatan


Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan.

2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber yakni pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil dan
berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan dari pembangunan kesehatan.
Diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses terhadap pelayanan
yang berkualitas.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakanpublic good yang
menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan
pembiayaannya bersifatprivate, kecuali pembiayaan untuk orang miskin dan tidak
mampu menjadi tanggung jawab pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan
perorangan diselenggarakan melalui jaminan kesehatan dengan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang pada waktunya diharapkan akan tercapai universal coverage
sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).

3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumberdaya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan
merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, SKN juga
memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan,
guna menjamin ketersediaan dan pendistribusian SDM Kesehatan. Pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan meliputi: 1) perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia yang diperlukan, 2) pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan SDM Kesehatan, 3) pendayagunaan SDM Kesehatan , dan 4) pembinaan serta
pengawasan SDM Kesehatan.

4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman


Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin aspek
keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan minuman yang beredar; ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di
bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan


Subsistem ini meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan
secara berhasilguna dan berdayaguna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan
manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian
berbagai subsistem SKN.
Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi
pengadaan data dan informasi dapat dikelompokkan kegiatannya sebagai berikut: 1)
Pengumpulan, validasi, analisa dan desiminasi data dan informasi, 2) Manajemen sistem
informasi, 3) Dukungan kegiatan dan sumber daya untuk unit-unit yang memerlukan, dan
4) Pengembangan untuk peningkatan mutu sistem informasi kesehatan.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata sebagai sasaran pembangunan
kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku
pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat
penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai
pelaku pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat meliputi pula upaya
peningkatan lingkungan sehat dari masyarakat sendiri. Pemberdayaan masyarakat dan
upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan kesehatan.

2.6.2 Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:


1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sosialisasi dan Advokasi SKN


SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku pembangunan
kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk memperoleh komitmen
dan dukungan dari semua pihak.
Sasaran sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di
pusat maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta.

3. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah


Dalam pembangunan kesehatan di Daerah perlu dikembangkan kebijakan
kesehatan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), (RPJM-
D), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), yang
penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik
daerah dalam kerangka SKN. Pemerintah Pusat memfasilitasi pengembangan kebijakan
kesehatan di daerah, memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-
undangan daerah, serta memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.

2.6.3 Pelaku Penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional


Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:
1. Individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi, praktisi, serta masyarakat luas
termasuk swasta, yang berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan
penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan masing-masing.
2. Pemerintah, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah berperan sebagai
penanggungjawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan kesehatan dalam
lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-masing. Untuk Pemerintah, peranan
tersebut ditambah dengan menetapkan kebijakan, standar, prosedur, dan kriteria yang
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
3. Badan Legislatif, baik di pusat maupun di daerah, yang berperan melakukan
persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum dan mekanisme kemitraan antara
eksekutif dan legislatif.
4. Badan Yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan menegakan
pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan.
5. Sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan seperti industri
farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi kesehatan, dan industri
pada umumnya. Industri pada umumnya berperan besar dalam memungut iuran dari para
pekerja dan menambah iuran yang menjadi kewajibannya.
6. Lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi,
baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar masalah kesehatan berhubungan
dengan perilaku dan pemahaman. Pendidikan memegang kunci untuk menyadarkan
masyarakat akan berbagai risiko kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

2.6.4 Perkembangan Sistem Kesehatan Nasional

Pertama kali disusun pada tahun 1982 yangdisebut Sistem Kesehatan Nasional
1982(disyahkan dengan KEPMENKES No.99a/Men.Kes/SK/III/1982). SKN adalah suatu
tatanan yang mencerminkanupaya bangsa indonesia meningkatkan
kemampuanmencapai derajat kesehatan optimal (SKN 1982)
Sesuai dengan tuntutan reformasidisempurnakan pada tahun 2004 disebut Sistem
Kesehatan Nasional 2004)(disyahkan dengan KEPMENKES RI
No.131/Men.Kes/SK/II/2004). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpunberbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadudan saling mendukung guna menjamin
tercapainyaderajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umumseperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945(SKN, 2004)
Subsistem Upaya (Pelayanan) Kesehatan tahun 2004 diartikan sebagai tatanan
yg menghimpun berbagaiupaya (pelayanan) kesehatan masyarakat(UKM) dan upaya
(pelayanan) kesehatanperorangan (UKP) secara terpadu dansaling mendukung guna
menjamintercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya (SKN, 2004)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN
sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk
meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang
disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan
pembangunan kesehatan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Adanya SKN
yang disempurnakan tersebut menjadi sangat penting kedudukannya mengingat
penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan
dengan kompleksitas perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta
tantangan lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Dasar 1945.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk
badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tersusunnya SKN ini mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam
rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan
kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan
yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan
bermutu, meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.

3.2 Saran

Perlu adanya peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme


(KISS) baik antar pelaku maupun subsistem SKN agar tercapainya tujuan SKN itu sendiri.
Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta perlu ditingkatkan agar
derajat kesehatan masyarakat semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Indrajit, 2001, Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Object. Bandung, Informatika.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012

Rancangan Final Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan RI Jakarta, 2009.


/////////////
SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN) INDONESIA

Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor kompleks
yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat
diutuhkan.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback, impact
dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti
adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan
sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber
daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi,
Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan
sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti
pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan
untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh
semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal
34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dewasa ini serta
pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian dan
kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi:
1. Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Memang jika kita pikirkan bahwa masalah
Indonesia tidak hanya masalah kesehatan bahkan lebih dari sekedar yang kita bayangkan, tapi jika tahu
bahwa dalam hal ini kita masih dalam proses dimana bagai sebuah ayunan yang mana pasti akan
menemukan titik temu dan kita dapat menunggu, tapi kapankah hal ini...kita tunggu yang lebih baik. Untuk
dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia.
2. Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2%
dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun. Persentase ini
masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun.
Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang
peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.
3. SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai
tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya
masih belum merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah
terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter
setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000. Produksi
perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850.
Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk
1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini
bisa menjadi refleksi bagi Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang
memadai.
4. Sumberdaya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin:
aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar;
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat
dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di
Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan
obat yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
5. Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau
berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Dalam hal ini agar tercapainya Indonesia Sehat 2010 juga
dibutuhkan. Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih
luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan
masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih dalam bentuk
mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi
kesehatan serta pengawasan sosial dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.
6. Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil
guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.Manajemen kesehatan sangatlah
berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage proses, tetapi keberhasilan manajemen
kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta
administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses manajemen akan
terhambat/ bahkan tidak berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses
pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya
saja dalam prosesnya terdapat sebuah kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah
pemerintahan itu. Bisa jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang lebih
baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah kebanggaan dan sebuah
tujuan bersama
//////////////

Memahami Sistem Kesehatan


Apa yang Disebut sebagai Sistem?
Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in
certain pattern of work). Berdasarkan pengertian ini dapat diinterpretasikan ada dua prinsip
dasar suatu sistem, yakni: (1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan
(2) interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.
Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun, jika
tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi tujuan
maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu sistem. Untuk mempelajari lebih
lanjut mengenai sistem, silahkan Klik Disini
Apa yang Disebut sebagai Sistem Kesehatan?
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan
orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta
negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia
maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO; 1996). WHO
mendefinisikan sistem kesehatan sebagai berikut:
Health system is defined as all activities whose primary purpose is to promote, restore or
maintain health. Formal Health services, including the professional delivery of personal
medical attention, are clearly within these boundaries. So are actions by traditional healers,
and all use of medication, whether prescribed by provider or no, such traditional public
health activities as health promotion and disease prevention, and other health enhancing
intervention like road and environmental safety improvement, specific health-related
education, are also part of the system . Lebih lanjut Klik Disini
Apa yang disebut Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia?
Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982 ketika
Departemen Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia. Kemudian
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu penyesuaian
terhadap SKN 1982. Didalam dokumen dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN
) didefinisikan sebagai suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung , guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD
1945. (Depkes RI; 2004).Lebih lanjut, harap pelajari Klik Disini
Apa Tujuan Sistem Kesehatan?
Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka


Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator
lainnya.
2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.
Apa Saja Elemen-Elemen Sistem Kesehatan?
Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or elements in certain
pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni: (1)
elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku; dan
(2)interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan dimiliki oleh elemen-
elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam Sistem Kesehatan berdasarkan berbagai
referensi dapat dibagi menjadi:

a. Regulator dan/atau stewardship


b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembiayaan Kesehatan
d. Pengembangan Sumber Daya

Aktor-aktor yang ada adalah:


Pemerintah yang terdiri atas pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota.
Aktor pemerintah banyak berperan sebagai regulator dan steward dalam sistem kesehatan.
Website yang banyak membahas manajemen kegiatannya adalah: di
www.manajemen-pelayanankesehatan.net. Silahkan klik bila ingin mempelajari lebih lanjut.
Pemerintah berfungsi pula di pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Bagi yang
berminat untuk membahas manajemen pelayanan rumah sakit pemerintah, silahkan
klikwww.manajemenrumahsakit.net Di dalamnya ada halaman khusus untuk manajemen
RS pemerintah sebagai Badan Layanan Umum. Dalam fungsi pengembangan sumber daya
manusia, ada pelaku pemerintah berupa perguruan tinggi kedokteran dan kesehatan. Bagi
yang berminat untuk mempelajari tentang pendidikan tinggi kedokteran silahkan klik
diwww.pendidikankedokteran.net
Catatan:
Dalam konteks sistem kesehatan ini ada pula pemerintah luar negeri atau badan kerjasama
internasional antar pemerintah di dunia.
Swasta: Lembaga-lembaga swasta yang bergerak di sistem kesehatan ada banyak. Untuk
rumah sakit terdapat dua jenis pelayanan kesehatan swasta, yaitu rumah sakit publik
berdasar badan hukum Yayasan atau Perkumpulan, dan rumah sakit private dengan dasar
hukum PT. Silahkan klik www.manajemenrumahsakit.net kalau ingin mempelajari lebih
lanjut. DI samping itu ada BP swasta, pabrik obat swasta, distributor alat farmasi dan rumah
sakit, apotek dan sebagainya. Lembaga swasta berperan aktif pula dalam fungsi
pengembangan sumber daya manusia dengan adanya perguruan tinggi kedokteran dan
kesehatan milik lembaga swasta. Bagi yang berminat untuk mempelajari silahkan klik
di www.pendidikankedokteran.net
Masyarakat: Masyarakat merupakan obyek sekaligus pelaku dalam sistem kesehatan.
Sebagai pelaku dapat berupa rumah tangga yang membiayai sistem, tempat perilaku
kesehatan dilakukan, sampai adanya Lembaga Swadaya Masyarakat, dan perhimpunan
profesi. Baru baru ini di Melbourne diselenggarakan workshop mengenai peran
perhimpunan profesi dalam sistem kesehatan. Silahkan kunjungi laporan workshop
Melbourne disini.
Bagaimana hubungan kedua hal di atas?
Hubungan kedua hal ini dapat dilihat pada matriks berikut:
Catatan:

1. Siapa yang bukan menjadi anggota sistem kesehatan

Sebagai catatan, keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau


organisasi sekalipun, jika diantaranya tidak ada suatu saling keterkaitan dalam fungsi
tertentu maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota sistem kesehatan. Akan tetapi
dalam prakteknya sulit untuk menyatakan apakan suatu lembaga termasuk dalam sistem
kesehatan atau tidak. Sebagai gambaran apakah Dinas Perhubungan termasuk dalam
sistem kesehatan dalam konteks untuk regulasi pencegahan kecelakaan lalu lintas.

1. Bagaimana kebijakan desentralisasi dalam sistem kesehatan

Sebagaimana sistem lainnya, sistem kesehatan berjalan dengan suatu tata kelola agar
tujuan sistem kesehatan dapat tercapai dengan baik. Dengan demikian dalam menata
sistem kesehatan, diperlukan integrasi dari berbagai level pemerintahan. Penyusunan dan
pengembangan sistem kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dalam satu kabupaten atau
kota saja. Ketergantungan satu sama lain antara pemerintah Pusat, provinsi dan
kabupaten/Kota membutuhkan pemaknaan mengenai kebijakan desentralisasi di sektor
kesehatan. Untuk mempelajari kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan secara lebih
mendalam, silahkan klik
//////////

Anda mungkin juga menyukai