A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. METODE PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
B. Landasan SKN
C. Prinsip dasar pembangunan kesehatan
D. Tujuan SKN
E. Kedudukan SKN
F. Subsistem SKN
G. Penyelenggaraan SKN
H. Peran Perawat dalam SKN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka
mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya.
Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan
peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI
2007). Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007).
Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 68,6
tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007.
Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 29,5%
pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Namun
penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut masih belum seperti yang diharapkan. Upaya
percepatan pencapaian indikator kesehatan dalam lingkungan strategis baru, harus terus
diupayakan dengan perbaikan Sistem Kesehatan Nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif untul pencapaian SKN
yang optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional?
2. ApaLandasan Sistem Kesehatan Nasional?
3. Apa Prinsip dasar pembangunan kesehatan?
4. ApaTujuan Sistem Kesehatan Nasional?
5. Apakah Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional?
6. Apa saja Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
7. Bagaimana proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional?
8. Apa saja peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah OrganisasiManajemen Kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
4. Untuk mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
5. Untuk mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
7. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.
8. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
9. Untuk mengetahui peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.
D. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan
metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah
data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada
hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
B. Landasan SKN
1. Landasan idil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
C. Prinsip dasar pembangunan kesehatan
Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan Manfaat
5. HAM
6. Sinergisme & Kemitraan yang Dinamis
7. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik
8. Dukungan regulasi
9. Antisipatif dan Pro Aktif
10. Responsif Gender
11. Kearifan lokal
D. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
E. Kedudukan SKN
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan berbagai
subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
social.
2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi
tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai sektor lain terkait
yang terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian, SKN harus berinteraksi
secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :
a. Sistem Pendidikan Nasional
b. Sistem Perekonomian Nasional
c. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
d. Sistem Hankamnas, dan
e. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan upaya dari
berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan.Dalam arti sistem-sistem nasional
tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan di Daerah, SKN merupakan acuan bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem
kemasyarakatan termasuk swasta, Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan
olehdukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secarabersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan.SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yangdipergunakan
sebagai acuan utama dalam mengembangkanperilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif
masyarakatdalam berbagai upaya kesehatan.
F. Subsistem SKN
1. Subsistem Upaya Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable),
dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur utama
Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP):
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan
yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
d. Prinsip
1) Berkesinambungan dan paripurna
2) Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan
3) Adil dan merata
4) Non diskriminatif
5) Terjangkau
6) Teknologi tepat guna
7) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat
e. Bentuk pokok
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. UKM strata pertama
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yang didukung
secara lintas sektor dan di dirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.Tiga fungsi utama
Puskesmas :
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
(3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan
gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama
diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya
kesehatan bersama yang bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan
berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja,
Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah.
b. UKM strata kedua
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung secara
lintas sektor.Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan fungsi
teknis kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kab/Kota.
Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat untuk
lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas.Untuk dapat melaksanakan
fungsi teknis kesehatan, Dinkes Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti
: unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan; pelayanan kefarmasian;
kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana.
Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas
dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan masyarakat adalah
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah kesehatan masyarakat yang dilakukan
secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan
atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan rujukan operasional
c. UKM strata ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yang
didukung secara lintas sektor.Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional.Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat
untuk unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinaskesehatan Provinsi dan Depkes perlu
didukung oleh berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor
pembangunan lainnya. Contoh pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit
Infeksi Nasional, dll.Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan langsung juga
membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) UKP strata pertama
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama
adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan
profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, dll.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas.Dengan
demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan perorangan.Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi denngan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa. Pondok
Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk sarana kesehatan bersumber masyarakat.
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan secara ilmiah telah
terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika termasuk UKP
strata pertama.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan
apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium klinik, dan
optik.Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan berbagai
program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi,
maupun yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali mutu.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggara
UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep
dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan
Puskesmas
2) UKP strata kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis,
balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah
(termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.Pelayanan rujukan
medik adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit yang dilakukan
secara timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik terdiri dari tiga aspek,
yaitu : rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan pemeriksaan
laboratorium.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik, dan optik.Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk
program kendali mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah
(termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana pelayanan tersebut
disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP strata pertama dalam
bentuk pelayanan rujukan medik.
e. Bentuk Pokok
1. Penggalian dana
a) Pengendalian dana untuk UKM
1. Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui
pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya
2. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat.
3. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsippublic private partnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan
4. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai
upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan
b) Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan
keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
2. Pengalokasian Dana
a) Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat maupun daerah, sekurangkurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b) Alokasi dana dari masyarakat
1. Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong
royong sesuai dengan kemampuan.
2. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan :
1.UKM : Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private partnership.
2.UKM dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3.Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesmas rentan dan
gakin. Untuk keluarga mampu melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan atau sukarela.
4. Dimasa mendatang : biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya untuk
pembiayaan UKM dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat rentan dan gakin.
4. Hukum Kesehatan
a. Dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan peraturan
perundangundagan kesehatan daerah
b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan,
c. pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan masyarakat
d. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan pengembangan jaringan
informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta pengembangan satuan unit di organisasi
hukum kesehatan di Depkes.
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat
umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh perorangan,
kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.
c. Unsur unsur utama
Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan
pembeerdayaan masyarakat umum.
1. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan kemampuan perorangan
dalam membuat keputusanuntuk memelihara kesehatan.Target minimal yang diharapkan adalah
untuk diri sendiri yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh keluarga dan
masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatandalam
menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersihdan sehat.
2. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-
kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi kelompok dan di dipihak lain dapat aktif dalam upaya meningkatkan
derajat kesmas. kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan
pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to watch)
3. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian,
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial
terhadap pembangunan kesehatan.
d. Prinsip
1. Berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, masyarakat, sesuai dengan sosial budaya,
kebutuhan, dan potensi setempat
2. Dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan
3. Dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan
4. Dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat kebersamaan dan
gotong royong serta terorganisasikan dalam berbagai kelompok/kelembagaan masyarakat
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab, dan bertanggun gugat dan tanggap terhadap
aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong, pendamping, fasilitator, dan pemberi
bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat
e. Bentuk Pokok
1. Pemberdayaan perorangan
a) Dilakukan atas prakarsa peorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan
pemerintah
b) Ditujukan kepada tokoh masyarakat, adat, agama, politik, swasta dan populer
c) Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dg PHBS serta pembentukan kader-kader
kesehatan
2. Pemberdayaan kelompok
a) Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
b) Terutama ditujukan kepada kelompok/kelembagaan yang ada di masyarakat (RT/RW,
kel/banjar/nagari, dll)
c) Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian
kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan
3. Pemberdayaan masyarakat umum
a. Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta
b. Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
c. Dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan (Badan
Penyantun Puskesmas, Konsil/Komite Kesehatan Kab/Kota, dll).
G. Penyelenggaraan SKN
1. Pelaku SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah :
1. Masyarakat
2. Pemerintah
3. Badan legislatif
4. Badan yudikatif
2. PROSES PENYELENGGARAAN
1) Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis,
komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, antara lain:
a. Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan subsistem obat dan
perbekalan kesehatan
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen
kesehatan
c. Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, bermutu,
merata, dan berkeadilan
d. Lingkungan : berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan
2) Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antarunsur-unsur SKN, yaitu :
a. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan dapat
diselenggarakan secara merata, tercapai, terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat.
Tersedianya pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya subsistem SDM
kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
subsistem manajemen kesehatan
b. Subsistem SDM kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu
dalam jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan
seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga
akan menunjang terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen kesehatan
c. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan obat
dan perbekalan kesehatan yang mencukupi, aman, bermutu, dan bermanfaat serta terjangkau oleh
masyarakat, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya
guna
d. Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan individu, kelompok,
dan masyarakat umum yang mampu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
e. Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
3) Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
sinergism, baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di
luar SKN
4) Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta kerjasama yang
baik dari para pelaku SKN yang ditunjang oleh tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang baik (good governance)
5) Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk penetapan berbagai
peraturan perundang-undangan yang sesuai
6) Dilakukan melalui sikklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan
H. Peran Perawat dalam SKN
a. Perawat profesional
Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional (professional nurse) adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal profesi keperawatan. Sesuai dengan
disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab utama seorang perawat profesional adalah
menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing services).
Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat, dari
sejak lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara optimal
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dan/ataupun tergantung
pada orang lain (Henderson, 1980).
Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kedokteran lebih menitikberatkan perhatiannya pada penyembuhan penyakit, maka perhatian
utama seorang perawat profesional pada waktu menyelenggarakan pelayanan keperawatan adalah
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau yang menjadi
penyebab utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
dimaksud, yakni dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-Ilmu
Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).
Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek kajian utama
seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas pula. Ruang lingkup yang
dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi juga
kebutuhan dasar psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat dan terlebih-
lebih lagi dalam keadaan sakit.
Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik, dalam arti dapat
dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia, baik dalam keadaan sehat dan terlebih-
lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi orang sakit akan
mempercepat kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi orang sehat akan lebih
meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.
Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran perawat
profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula sedemikian rupa
sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah biaya
pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan kesehatan yang
baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien (efficient).
Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem kesehatan dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Jika diperhatikan sistem kesehatan sebagaimana yang ditemukan di Indonesia saat ini,
secara jujur haruslah diakui bahwa peran perawat profesional dalam turut menyempurnakan sub-
sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem pembiayaaan kesehatan belumlah begitu
menggembirakan. Penerapan peran perawat profesional dalam sistem kesehatan masih terbatas
hanya pada waktu berhadapan dengan klien saja. Inipun masih dalam lingkup bangsal-bangsal
rumah sakit.
Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat tersebut.
Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan
Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika Program
Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge tersebut telah lama
ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk pertama
kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor lingkungan. Dalam
keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum
menonjol.
2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional
Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah Perawat
Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan keperawatan
yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of knowledge profesi keperawatan.
Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena desakan kebutuhan akan tenaga
medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini tidak
mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal.
3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional
Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan masalah
yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan keperawatan memang
belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi juga
kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat ini, peran
perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.
I.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan. SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem nasional
lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan. Oleh
karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan penyempurnaan. Keberhasilan pelaksanaan
SKN sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan, kerja keras, kemampuan, dan
ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula pada petunjuk, rahmat,
dan perlindungan Tuhan YME.
Selain itu menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah penting,
maka berbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan. Untuk ini banyak
saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksud adalah segera lebih
mengembangkan pendidikan keperawatan profesional, menantapkan sistem pelayanan
keperawatan profesional, serta menyempurnakan organisasi profesi keperawatan.
Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan, khususnya rumah sakit, saran yang
dimaksud adalah segera meningkatkan kemampuan profesional tenaga perawat, menyempurnakan
sistem pelayanan keperawatan, mengembangkan sistem pengembangan karier, serta
mengembangkan sistem imbal jasa yang layak.
B. Saran
Pembaca yang budiman, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki,
baik dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu kami berpesan kepada
pembaca, ambilah sesuatu yang positif dari sebuah coretan yang kami buat,dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Dan menjadi wawasan kita dalam memahami
bahasa kita sendiri dan sebagai kata,marilah terus berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita yang
luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. 1996. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta:Binarupa Aksara.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI. 1997. Pendidikan sarjana keperawatan. Jakarta: FIK-UI.
Hamid AY. 1995. Peranan Perawat Dalam Menunjang Keberhasilan Hubungan Dokter-
Pasien. Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia IX.Jakarta 27 Nopember.
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi penataan fakultas, jurusan dan program
studi bidang ilmu kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD RI, 1991.
/////////
Beranda Nasional Sistem Kesehatan Pengertian Dari (SKN) Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan
keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga
kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem
lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana,
keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
/////////////////
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki
unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya (Indrajit, 2001).
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply
side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam
bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi,
sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO;
1996).
Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejak tahun 1982 yaitu
ketika Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di Indonesia
yang disebut Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan nasional bangsa
Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka dibentuklah program pembangunan nasional secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Dewasa ini, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Sehingga
diperlukan pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan
yang disertai berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa
Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
dapat diwujudkan melalui Jampersal.
Terjadinya perubahan lingkungan strategis seperti adanya regulasi
penyelenggaraan kepemerintahan dan di tingkat global telah terjadi perubahan iklim serta
dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), sehingga
diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep dalam
Sistem Kesehatan Nasional. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Untuk mengetahui tujuan Sistem Kesehatan Nasional
3. Untuk mengetahui manfaat Sistem Kesehatan Nasional
4. Untuk mengetahui sub-bahasan dalam Sistem Kesehatan Nassional
5. Untuk mengetahui dasar hukum Sistem Kesehatan Nassional
6. Untuk mengetahui objek kajian dalam Sistem Kesehatan Nasional
1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan berbagai
sistem nasional lainnya, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial. Dalam kaitan ini,
undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan merupakan kebijakan strategis dalam
pembangunan kesehatan.
2. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari berbagai
sektor lain terkait. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, SKN perlu menjadi
acuan bagi sektor lain. Dalam penyelenggaraan pembangu-nan nasional, SKN dapat
bersinergi secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya seperti: Sistem
Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan
Nasional, Sistem Hankamnas, dan Sistem-sistem nasional lainnya.
3.Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di
Daerah yaitu sebagai acuan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Berbagai sistem kemasyarakatan merupakan bagian integral dari SKN. Dalam
kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam berbagai upaya
kesehatan. Sedangkan potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk
keberhasilan pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka,
dan saling menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. SKN dapat mewarnai
potensi swasta, sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang
berwawasan kesehatan. Dengan mengacu terutama pada kedudukan SKN diatas dan
pencapaian tujuan nasional.
1. Upaya Kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan, dalam
kaitan ini akses rumah tangga yang dapat menjangkau sarana kesehatan 30 menit
sebesar 90,7% dan akses rumah tangga 6 yang berada 5 km dari sarana kesehatan
sebesar 94,1% (Riskesdas, 2007). Peningkatan jumlah Puskesmas ditandai dengan
peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi
3,65 per 100.000 pada tahun 2007 (Profil Kesehatan, 2007). Namun pada daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih
rendah. Jarak fasilitas pelayanan yang jauh disertai distribusi tenaga kese-hatan yang
tidak merata dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan rendahnya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Persentase pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar
0,81% dari Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 %
dari PDB, meskipun belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO. Demikian
pula dengan anggaran kesehatan, pada tahun 2004 jumlah APBN kesehatan adalah
sebesar Rp 5,54 Triliun meningkat menjadi sebesar 18,75 Triliun pada tahun 2007,
namun persentase terhadap seluruh APBN belum meningkat dan masih berkisar 2,6
2,8%.
Proporsi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum
mengutamakan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk pada tahun 2008
yang sebagian besar berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan kesehatan
masyarakat miskin sebesar 76,4 juta jiwa atau 34,2%.
6. Pemberdayaan Masyarakat
Rumah tangga yang telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 36,3% pada tahun 2007, namun masih
jauh dari sasaran yang harus dicapai pada tahun 2009, yakni dengan target 60%.
Jumlah UKBM, seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi
pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk 47.111
Desa Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah
Posyandu yang telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren). Di samping itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk
pengembangan 229 Musholla Sehat. Sampai dewasa ini dirasakan bahwa masyarakat
masih lebih banyak sebagai objek dari pada sebagai subjek pembangunan kesehatan.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa alasan utama rumah tangga
tidak memanfaatkan Posyandu/Poskesdes walaupun sebenarnya memerlukan adalah
karena: pelayanannya tidak lengkap (49,6%), lokasinya jauh (26%), dan tidak ada
Posyandu/Poskesdes (24%).
4. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa adanya
berbagai peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan SKN dan
penerapannya (law enforcement).
6. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan program
serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus menerapkan kesetaraan dan
keadilan gender. Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan
kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki
dan perempuan dalam pembangunan kesehatan.
7. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan menggunakan
potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna
pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya peran
serta masyarakat dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan
rohani. Dengan demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus
sejalan dengan SKN, walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi
dan kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan
pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.
2.6.1 Subsistem
Pertama kali disusun pada tahun 1982 yangdisebut Sistem Kesehatan Nasional
1982(disyahkan dengan KEPMENKES No.99a/Men.Kes/SK/III/1982). SKN adalah suatu
tatanan yang mencerminkanupaya bangsa indonesia meningkatkan
kemampuanmencapai derajat kesehatan optimal (SKN 1982)
Sesuai dengan tuntutan reformasidisempurnakan pada tahun 2004 disebut Sistem
Kesehatan Nasional 2004)(disyahkan dengan KEPMENKES RI
No.131/Men.Kes/SK/II/2004). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpunberbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadudan saling mendukung guna menjamin
tercapainyaderajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umumseperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945(SKN, 2004)
Subsistem Upaya (Pelayanan) Kesehatan tahun 2004 diartikan sebagai tatanan
yg menghimpun berbagaiupaya (pelayanan) kesehatan masyarakat(UKM) dan upaya
(pelayanan) kesehatanperorangan (UKP) secara terpadu dansaling mendukung guna
menjamintercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya (SKN, 2004)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN
sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk
meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang
disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan
pembangunan kesehatan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Adanya SKN
yang disempurnakan tersebut menjadi sangat penting kedudukannya mengingat
penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan
dengan kompleksitas perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta
tantangan lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, 2001, Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Object. Bandung, Informatika.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor kompleks
yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat
diutuhkan.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback, impact
dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti
adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan
sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber
daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi,
Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan
sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti
pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan
untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh
semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal
34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dewasa ini serta
pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian dan
kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi:
1. Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Memang jika kita pikirkan bahwa masalah
Indonesia tidak hanya masalah kesehatan bahkan lebih dari sekedar yang kita bayangkan, tapi jika tahu
bahwa dalam hal ini kita masih dalam proses dimana bagai sebuah ayunan yang mana pasti akan
menemukan titik temu dan kita dapat menunggu, tapi kapankah hal ini...kita tunggu yang lebih baik. Untuk
dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia.
2. Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2%
dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun. Persentase ini
masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun.
Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang
peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.
3. SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai
tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya
masih belum merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah
terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter
setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000. Produksi
perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850.
Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk
1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini
bisa menjadi refleksi bagi Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang
memadai.
4. Sumberdaya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin:
aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar;
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat
dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di
Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan
obat yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
5. Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau
berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Dalam hal ini agar tercapainya Indonesia Sehat 2010 juga
dibutuhkan. Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih
luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan
masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih dalam bentuk
mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi
kesehatan serta pengawasan sosial dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.
6. Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil
guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.Manajemen kesehatan sangatlah
berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage proses, tetapi keberhasilan manajemen
kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta
administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses manajemen akan
terhambat/ bahkan tidak berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses
pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya
saja dalam prosesnya terdapat sebuah kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah
pemerintahan itu. Bisa jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang lebih
baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah kebanggaan dan sebuah
tujuan bersama
//////////////
Sebagaimana sistem lainnya, sistem kesehatan berjalan dengan suatu tata kelola agar
tujuan sistem kesehatan dapat tercapai dengan baik. Dengan demikian dalam menata
sistem kesehatan, diperlukan integrasi dari berbagai level pemerintahan. Penyusunan dan
pengembangan sistem kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dalam satu kabupaten atau
kota saja. Ketergantungan satu sama lain antara pemerintah Pusat, provinsi dan
kabupaten/Kota membutuhkan pemaknaan mengenai kebijakan desentralisasi di sektor
kesehatan. Untuk mempelajari kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan secara lebih
mendalam, silahkan klik
//////////