Anda di halaman 1dari 34

POKOK BAHASAN .7.

TRANSKULTURAL
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
a. Pengertian Transkultural
b. Karakteristik budaya
c. Budaya kesehatan keluarga di Indonesia
d. Keperawatan Transkultural
e. Kompetensi budaya yang harus dimiliki
oleh perawat
f. Penerapan transkultural dalam praktik
keperawatan
Transkultural adalah suatu area/wilayah
keilmuan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan.
a. Pengertian Transkultural
Transkultural berasal dari kata trans dan
culture, trans berarti alur perpindahan, jalan
lintas atau penghubung, sedangkan culture
berarti budaya. Jadi transkultural dapat diartikan
sebagai pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang
berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transkultural merupakan suatu area kajian ilmiah
yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai2 budaya ( Leininger, 1991).
b. Karakteristik Budaya
Budaya memiliki empat karakteristik umum yang ada
dalam setiap kebudayaan. Salah satu aspek penting dari
budaya adalah simbol. Budaya selalu bersifat simbolik.
Budaya juga tidak pernah hanya dimiliki oleh individu
perorangan. Budaya selalu dikonstruksi secara bersama-
sama oleh masyarakat. Ada masa ketika suatu praktik
budaya bertahan melalui proses sosialisasi, tetapi pada
saat lain budaya juga pasti akan mengalami perubahan
untuk menyusuaikan diri dengan kebutuhan dan
tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.
1) Berbasis pada Simbol
Ekspresi kebudayaan selalu berupa ekspresi simbol
karena yang penting dari budaya itu bukan ekspresinya
tapi makna yang terkandung dalam ekspresi budaya.
Sisi penting dari simbol itu bukan simbol itu sendiri.
Interaksi budaya adalah aktifitas saling memahami
makna simbol yang dipertukarkan dalam proses
interaksi sosial. Simbol2 itu dikembangkan dan
dimaknai secara bersama dalam interaksi sosial.
Simbol merupakan aspek penting dalam interaksi
manusia yang memungkinkan manusia bertindak
dengan cara2 yang khas manusia. Respon2 yang
diberikan oleh manusia dalam menanggapi
lingkungannya, baik lingkungan alam atau lingkungan
sosial, bukanlah respon yang pasif. Manusia tidak
sekedar merespon dengan cara meniru simbol2 yang
diwariskan orang lain tetapi juga secara kreatif
menciptakan atau mencipta ulang simbol2 dalam
interaksi sosial.
Simbol memiliki fungsi-fungsi penting dalam interaksi sosial:
a. Simbol memungkinkan manusia menghadapi dunia atau
obyek2 sosial dan non sosial dengan mengungkapkannya
melalui kata2, menggolongkan dan mengikatnya.
b. Meningkatkan kemampuan manusia memahami
lingkungannya
c. meningkatkan kemampuan berpikir
d. meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
e. memungkinkan manusia melampaui waktu, ruang dan
bahkan pribadi mereka sendiri
f. memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik seperti
surga dan neraka
g. memungkinkan manusia menghindar dari diperbudak
lingkungan.
2) Dimiliki Bersama
Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan
oleh satu komunitas masyarakat tertentu secara
bersama-sama, bukan kerja individual, sebab
suatu komunitas yang telah menetap di suatu
wilayah tertentu dalam waktu yang relatif lama
akan mengembangkan ekspresi budaya yang
bersifat khas dan berbeda dengan komunitas
masyarakat lain.
Kepemilikan bersama suatu kebudayaan oleh
komunitas memiliki jangkauan ruang dan waktu yang
berbeda. Terdapat nilai atau ekspresi budaya yang
diikuti oleh komunitas yang sangat luas seperti
budaya negara atau bahkan budaya dunia. Budaya2
semacam ini biasa kita identifikasi sebagai nilai2
budaya Universal. Pandangan bahwa menghilangkan
nyawa orang lain merupakan perilaku yang tidak
dapat dibenarkan adalah nilai budaya yang bersifat
universal.
Disisi lain terdapat nilai budaya yang ekspresinya
bersifat terbatas dan lokal. Membunuh secara
universal dianggap salah tapi apa yang harus
dilakukan terhadap seorang pembunuh tidak
sama antara negara satu dengan negara lain. Satu
negara dapat melegalkan hukuman mati bagi
seorang pembunuh, seperti Saudi Arabia, tapi
negara lain menganggap hukuman mati sebagai
pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam konteks waktu kepemilikan bersama
terhadap kebudayaan juga beragam. Ada nilai2
dan ekspresi budaya yang relatif pribadi, ada
yang berlangsung secara singkat, bahkan sangat
singkat. Budaya2 yang relaif abadi adalah
budaya yang berasal dari kearifan agama. Islam,
Katolik, protestan dan agama2 lain di dunia
mengembangkan nilai2 dan ekspresi yang sama
dan berlangsung dalam waktu yang relatif abadi.
misalnya, konsep ketuhanan dalam agama2
( contoh konsep tauhid dalam Islam) cenderung
bersifat abadi. Disisi lain terdapat ekspresi
budaya yang hanya dimiliki bersama oleh suatu
komunitas dalam waktu yang terbatas. Misalnya
mode berpakaian yang selalu berubah dari
waktu ke waktu.
3) Dipelajari dan Diwariskan
Kebudayaan dipelajari dan diwariskan melalui proses interaksi
sosial. Proses ini disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi menunjuk
pada proses penyampaian nilai2 kebudayaan dari masyarakat
pada individu2 yang menjadi anggota masyarakat. Proses
sosialisasi itu dilakukan oleh agen2 sosialisasi. Agen sosialisasi
terutama adalah orang2 yang secara sosial dilegitimasi oleh
masyarakat untuk menjadi penjaga nilai2 budaya dalam
masyarakat seperti kyai, guru atau tokoh adat. Selain itu
sosialisasi juga pertama dan terutama sekali dilakukan didalam
institusi keluarga dengan orang tua sebagai agen utama
sosialisasi.
Selain agen sosialisasi yang memang
dilegitimasi secara sosial sebetulnya setiap
individu dalam masyarakat juga dapat menjadi
agen sosialisasi. Proses pewarisan kebudayaan
ini menjamin kelestarian kebudayaa. Masyarakat
memiliki kecenderungan untuk melestarikan
kebudayaan yang dimilikinya sehingga dapat
mencapai tingkat kemapanan tertentu.
4) Bersifat Adaptif
Kebudayaan memiliki kemampuan untuk
menyusuaikan diri dengan berbagai keadaan. Tingkat
kemampuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat
dengan masyarakat lain. Ada masyarakat yang
memiliki budaya dengan kemampuan adaptasi yang
sangat tinggi. Ini karena nilai2 budaya yang dimiliki
cenderung bersifat lentur dan terbuka. Masyarakat
perkotaan sebagian besar termasuk dalam kategori ini.
Sebaliknya ada masyarakat yang memiliki nilai2
budaya yang cenderung tertutup sehingga
kemampuan adaptabilitasnya rendah. Beberapa
komunitas masyarakat adat di indonesia masih
mempertahankan keasliannya ditengah
perubahan sosial yang luar biasa seperti di
Kampung Naga Jawa Barat. Kemampuan
adaptabilitas juga berbeda-beda pada elemen
budaya yang erbeda.
Elemen budaya tertentu yang bernilai sakral
cenderung memiliki kemampuan adaptabilitas yang
lebih rendah dari pada elemen budaya lain yang
tidak dipandang sakral oleh masyarakat. Keyakinan
keagamaan adalah sesuatu yang dianggap sakral,
sebab itu relatif tidak banyak mengalami perubahan,
sementara elemen budaya seperti gaya hidup atau
gaya berpakaian yang tidak dianggap sakral memiliki
daya lentur yang sangat luar biasa cepat.
Kebudayaan memang diwariskan dan
dilestarikan, hanya saja manusia tidak sekedar
menerima dan mewsriskan kebudayaan tapi juga
merubahnya. Perubahan itu dilakukan dalam
rangka proses adaptasi dengan kebutuhan
masyarakat. Itu sebabnya cerita tentang
kebudayaan adalah cerita tentang perubahan2.
c. Budaya Kesehatan Keluarga Di Indonesia
1. Kebudayaan dan Kesehatan
Budaya adalah komplek perilaku manusia
yang diperoleh melalui proses belajar. Aspek kesehatan lebih banyak
berhubungan dengan aspek perilaku manusia baik secara individu
maupun secara kelompok. Aspek perilaku manusia pada umumnya
ditentukan oleh nilai2 dan norma2 (budaya) masyarakat. Hal ini
termasuk dalam kajian ilmu2 sosial diantaranya Antropologi,
sosiologi dll. Dalam ilmu sosial terbagi dalam 4 cabang yaitu :
1) Etnomedice
2) Ekologi dan epidemologi
3) Aspek medis dari sistem sosial
4) Aspek Medis dari Perubahan Kebudayaan.
2. Etnomedicine. Mempelajari sistem medis suatu
masyarakat yang terlepas dari sistem medis modern.
Identik dengan sistem tradisional. Setiap masyarakat
mempunyai sistem medis tersendiri yang kadang2
bertentangan dengan sistem medis rasional Ekologi
dan epidemolohi. Mempelajari hubungan lingkungan
dengan pola penyakit yang muncul. Setiap lingkungan
menyebabkan pola penyakit yang berbeda-beda.
Contoh : Masyarakat petani rentan cacingan.
3.Aspek Medis Dari Sistem Sosial
Mempelajari sistem kepercayaan/mitos yang berkembang
yang ada hubungannya dengan aspek kesehatan. Penyakit
merupakan suatu hukuman atau kutukan. Contoh ; Susto..
Penyakit yang diderita akibat perbuatan orang tua Aspek
Medis dari Perubahan Kebudayaan. Mempelajari sistem
medis suatu masyarakat akibat masuknya sistem medis
modern. Terjadi perubahan sistem medis pada suatu
masyarakat. Sistem selain kebutuhan juga merupakan aspek
gengsi sosial. Gengsi sosial tidak hanya terjadi pada
masyarakat tetapi juga pada institusi kesehatan.
d. Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural adalah suatu proses
pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan sesuai dengan
latar belakang budaya.
Keperawatan transkultural merupakan suatu cabang
dalam keperawatan yang berfokus pada studi
komparatif/perbandingan dan analisis tentang
budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang
menghargai perilaku Caring, layanan keperawatan,
nilai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola2
tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body
of knowledge yang ilmiah dan humanistik
keperawatn pada budaya universal (Leininger, 1979).
e. Kompetensi Budaya Yang Harus Dimiliki
Oleh Perawat
Standar kompetensi perawat berbasis budaya
yaitu : keadilan sosial, pemikiran kritis,
pengetahuan tentang lintas budaya, praktis
lintas budaya, sistem kesehatan, advokasi
pasien, pelatihan dan pendidikan, komunikasi
dan kepemimpinan lintas budaya ( Suroso et
al.,2015).
Kesehatan mengacu pada kemampuan profesional perawatan
kesehatan untuk menunjukkan kompetensi budaya kepada
pasien dengan beragam nilai, keyakinan, dan perasaan. Proses ini
mencakup pertimbangan kebutuhan sosial, budaya dan psikologi
individu pasien untuk komunikasi lintas budaya yang efektif
dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
Tujuan kompetensi budaya dalam perawatan kesehatan
adalah untuk mengurangi kesenjangan kesehatandan
memberikan perawatan yang optimal kepada pasien tanpa
memandang ras, jenis kelamin, dan latar belakang etnis, bahasa
asli yang digunakan, dan kepercayaan agama atau budaya.
Pelatihan kompetensi budaya penting dalam bidang perawatan
kesehatan dimana interaksi manusia biasa terjadi, termasuk
kedokteran, keperawatan kesehatan gabungan, kesehatan mental,
pekerjaan sosial, farmasi, kesehatan mulut, dan kesehatan
masyarakat.
Istilah kompetensi budaya pertama kali digunakan oleh Terry
L.Cross dan rekan2nya pada tahun 1989, tetapi tidak sampai hampir
satu dekade kemudian para profesional perawatan kesehatan mulai
dididik dan dilatih secara formal dalam kompetensi budaya. Pada
tahun 2002 kompetensi budaya dalam perawatan kesehatan muncul
sebagai satu bidang dan semakin tertanam dalam kurikulum
pendidikan kedokteran dan diajarkan di lingkungan kesehatan di
seluruh dunia sejak saat itu.
f. Penerapan Transkultural Dalam Praktik
Keperawatan
1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau
rangkaian kegiatan pada praktik keperawatn yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya,,
mengakomodasi/negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Mempertahankan budaya dilakukan bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai2
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
b. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada
tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
c. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila
budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi
tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh
Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model).
Geisser (1991). Menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Tugas : Cari 7 Komponen Dalam Pengkajian
Transkultural Nursing beserta
penjelasannya
Sekian dan terima
Kasih
Sampai jumpa

Anda mungkin juga menyukai