Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES INSHIPIDUS

Dosen Pengampuh :
Nur Febrianti,S.Kep,Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh :
Marsya Triputri Mangulu

PROGRAM STUDI D3 AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU


ANGKATAN 2020/2021

1
Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan
ADH yang ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992) 
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-
rena reflex sehingga mengkibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air.
(Sjaefoellah, 1996)
Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan
produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin, 2000)
Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang
tidak berespon terhadap kerja ADH fisiologis.
Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar
hipofisis akibat defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti
deuretik/ADH.
B. Etiologi
Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total
maupun parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari
hipofisis anterior.
Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Diabetes insipidus sentral
Penyebabnya antara lain :
a. Bentuk idiopatik
a) Bentuk non familiar.
b) Bentuk familiar
b. Pasca hipofisektomi
c. Trauma
Fraktur dasar tulang tengkorak
d. Granuloma

2
a) Sarkoid
b) Tuberkulosis
c) Sifilis
d) Infeksi
e) Meningitis
f) Ensefalitis
g) Landry-Guillain-Barre’s syndrome
e. Vascular
a) Trombosis atau perdarahan serebral
b) Aneurisma serebral
c) Post-partum necrosis
f. Histiocytosis
a) Granuloma eosinofilik
b) Penyakit Schuller-Christian
2. Diabetes insipidus nefrogenik
a. Penyakit ginjal kronik
a) Penyakit ginjal polikistik
b) Medullary cystic disease
c) Pielonefritis
d) Obstruksi ureteral
e) Gagal ginajl lanjut
b. Gangguan elektrolit
a) Hipokalemia
b) Hiperkasemia 
c. Obat-obatan
a) Litium
b) Demeklosiklin
c) Asetoheksamid
d) Tolazamid
e) Glikurid
f) Propoksifen

3
g) Amfoarisin
h) Vinblastin
i) Kolkisin
d. Penyakit Sickle Cell
e. Gangguan diet
a) Intake air yang berlebihan
b) Penurunan intake NaCl
c) Penurunan intake protein
f. Lain-lain
a) Multipel mieloma
b) Amiloidosis
c) Penyakit Sjogren’s
d) Sarkoidosis
C. Manifestasi Klinis
Tanpa kerja vasopressin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi
pengeluaran urine yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1,001
hingga 1,005 dalam jumlah setiap harinya. Urine tersebut tidak mengandung
zat-zat yang biasa tedapan di dalamnya seperti glukosa dan albumin.
Pada diabetes insipidus herediter,gejala primernya dapat berawal sejak
lahir.kalau keadaan ini terjadi padat usia dewasa ,biasanya gejala poliuria
memiliki awitan yang mendadak atau terhadap (insidious).
Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan
karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun untuk
penggantian cairan.
D. Patofisiologi
Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus,
termasuk didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar
hipofisis di sela tursika, trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus.
Gangguan sekresi vasopresin antara lain disebabkan oleh Diabetes
Insipidus dan sindrom gangguan ADH. Pada penderita Diabetes Insipidus,
gangguan ini dapat terjadi sekunder dari destruksi nucleus hipotalamik yaitu

4
tempat dimana vasopressin disintetis (Diabetes Insipidus Sentral) atau sebagai
akibat dari tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin (Diabetes
Insipidus nefrogenik).
Diabetes Insipidus sentral (DIS) disebabkan oeh kegagalan pelepasan
hormone antideuretik (ADH) yang secara fisiologis dapat merupakan
kegagalan sintesis atau penyimpanan, selain itu DIS juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptiko hipofisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan
untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN) dipakai pada Diabetes
Insipidus yang tidak responsive terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis
DIN dapat disebabkan oleh:
1. kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam
medulla renalis.
2. kegagalan utilisasi gradient pada kegagalan dimana ADH berada
dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal.
Kehilangan cairan yang banyak melalui ginjal ini
dapatdikompensasikan dengan minum banyak air. Penderita yang
mengalami dehidrasi, berat badan menurun, serta kulit dan membrane
mukosa jadi kering. Karena meminum banyak air untuk
mempertahankan hidrasi tubuh, penderita akan mengeluh perut terasa
penuh dan anoreksia. Rasa haus dan BAK akan berlangsung terus
pada malam hari sehingga penderita akan merasa terganggu tidurnya
karena harus BAK pada malam hari.
E. Komplikasi
a. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila jumah air yang diminum tidak
adekuat.
b. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan
dpat terjadi gagal jantung kongesti.
F. Pemeriksaan Penunjang

5
di lakukan pemeriksaan TTV di RS : TD : 70/40,HR : 120x/menit,Suhu
35,7oC,RR : 24x/menit,BB 20% lebih di bawah ideal,membrane mukosa
dan konjungtiva pucat,luka imflamasi pada rongga mulut,penurunan
proporsi tidur REM,insomnia,kontak mata kurang,anoreksia mulut
kering,gemetar,dan takut.

G. Penatalaksanaan
Adapun penata laksanaannya yaitu :
1. Dukungan perawatan diri BAK/BAB tujuannya setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
2. Manejemen nutrisi tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
3. Dukungan pola tidur tujuannya seteah diakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu.
4. Terapi relaksasi tujuannya setelah diakukan tindakan keperawatan
diharapkan rasa cemas pasien dapat berkurang.

Bentuk terapi yang lain adlah penyuntikan intramuskuler ADH,yaitu


vasopressin tannat dalam minyak ,yang dilakukan bila pemberian intranasal
tidak dimungkinkan .penyuntikan dilakukan pada malam hari agar hasil yang
optimal dicapai pada saat tidur . kram abdomen merupakan efek samping obat
tersebut. Rotasi lokasi penyuntikan harus dilakukan untuk menghindari
lipodistrofi.
Penyebab nefrogenik .jika diabetes insipidus tersebut disebabda,kan
oleh gangguan ginjal ,terapi ini tidak akan efektif. Preparat tiazida,penurunan
garam yang ringan dan penyekat prostaglandin (ibuprosen ,indometasin,serta
aspirin)digunakan untuk mengobati bentuk nefrogenik diabetes insipidus.

6
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 Kasus
Pada tanggal 24 hari rabu,seorang klien datang ke RS dengan keluhan
sering buang air kecil di malam hari,banyak minum 4-5 liter/hari.klien
mengatakan keluhan ini terjadi 2 tahun yang lalu tepatnya setelah Tn J
mengalami kecelakaan (tabrakan mobil) dan mengalami benturan di
bagian kepala namun klien tidak di bawah ke RS karena kondisi pasien
saat itu sadar dan tidak adanya luka.Tn J hanya mengeluh kepalanya
pusing dan hanya di beri obat warung pusingnya hilang.selain itu,klien
mengatakan tidak nafsu makan,tidak bisa tidur,merasa cemas dengan
kondisi yang di alaminya,setelah di lakukan pemeriksaan fisik di RS
TTV:TD : 70/40 mmHg,HR : 120x/menit,Suhu 35,7oC,RR :
24x/menit,BB 20% lebih di bawah ideal,membrane mukosa dan
konjungtiva pucat,luka imflamasi pada rongga mulut,penurunan proporsi
tidur REM,insomnia,kontak mata kurang,anoreksia mlut
kering,gemetar,dan takut.

1. Pengkajian
Tanggal Masuk RS : 24/11/2021
Tanggal Pengkajian : 25/11/2021
Jam Pengkajian : 13:24
Jam Masuk : 10:15
No Rekam Medik : oo-27-15-40
Diagnosa Medis : Diabetes Inshipidus
a. Identitas Diri Klien
 Nama : Tn.J
 Umur : 33
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Alamat : jln vatugusu

8
 Status Perkawinan : Belum menikah
 Agama : Hindu
 Suku/Bangsa : Suku Saluan
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : Pegawai Negeri
b. Status Kesehatan
 Keluhan utama
Pasien Mengatakan Sering Buang air kecil
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 24 hari rabu seorang klien datang ke RS
dengan keluhan sering buang air kecil di malam
hari,banyak minum 4-5 liter/hari,klien mengatakan keluhan
ini terjadi 2 tahun yang lalu tepatnya setelah TN J
mengalami kecelakaan (tabrakan mobil) dan mengalami
benturan di bagian kepala namun klien tidak di bawah ke
Rs karena kondisi pasien saat itu sadar dan tidak adanya
luka.Tn J hanya mengeluh kepalanya pusing dan hanyan di
beri obat warung pusingnnya hilang.selain itu,klien
mengatakan tidak nafsu makan,tidak bisa tidur,merasa
cemas dengan kondisi yang di alaminya,dan juga pasien
mengatakan kurang informasi tentang kondisi yang klien
alami.Setelah di lakukan pemeriksaan TTV di RS : TD :
70/40,HR : 120x/menit,Suhu 35,7oC,RR : 24x/menit,BB
20% lebih di bawah ideal,membrane mukosa dan
konjungtiva pucat,luka imflamasi pada rongga
mulut,penurunan proporsi tidur REM,insomnia,kontak
mata kurang,anoreksia mulut kering,gemetar,dan takut.
 Riwayat penyakit dahulu
klien mengatakan 2 tahun yang lalu tepatnya setelah Ny
Sunia mengalami kecelakaan (tabrakan mobil) dan

9
mengalami benturan di bagian kepala namun klien tidak di
bawah ke Rs karena kondisi pasien saat itu sadar dan tidak
adanya luka.Ny Sunia hanya mengeluh kepalanya pusing
dan hanyandi beri obat warung pusingnnya hilang.
c. Pemeriksaan Fisik
 TTV : TD : 70/40 mmHg
 HR : 120 x/menit
 Suhu : 35,7oC
 RR : 24x/menit
 BB 20% lebih di bawah ideal
 membrane mukosa dan konjungtiva pucat
 luka imflamasi pada rongga mulut
 penurunan proporsi tidur REM,insomnia
 insomnia
 kontak mata kurang
 anoreksia mulut kering
 gemetar dan takut.
d. Pemeriksaan laboratorium
 CT-Scan : SOL pada Hipofisis

10
2. Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Pasien menyatakan Diuresis Osmotic Gangguan eliminasi
sering buang air kecil urine
DO :
- Penurunan tekanan darah
TD : 70/40 mmHg
-
2. DS : Pasien mengatakan Anoreksia Devisit Nutrisi
tidak nafsu makan.
DO :
- Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut

3. DS : Paien mengatakan Nocturia Gangguan pola tidur


tidak bisa tidur
DO :
- Penurunan proporsi
tidur REM

4. DS : Pasien merasa cemas Perkembangan penyakit Anxietas


tentang kondisi yang
dialaminya
DO :
- Insomnia

11
- Kontak mata kurang
- Takut
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering

a. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
2. Devisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
4. Anxietas berhubungan dengan krisis situasional

b. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan eliminasi 1. Sensasi berkemih 1. Dukungan perawatan
urine berhubungan meningkat diri : BAB/BAK
dengan penurunan 2. Distensi kandung 2. Dukungan kepatuhan
kapasitas kandung kemih (urgensi) program pengobatan
kemih menurun 3. Irigasi kandung kemih
3. Frekuensi BAK 4. Kateterisasi urine
Tujuan : setelah membaik
dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
kebutuhan cairan pasien
terpenuhi.
2 Devisit nutrisi 1. Porsi makan yang di 1. Manejemen nutrisi
berhubungan dengan habiskan meningkat 2. Dukungan
ketidak mampuan 2. Diare menurun kepatuhan program

12
mencerna makanan 3. Berat badan pengobatan
membaik 3. Konseling nutrisi
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi.
3 Gangguan pola tidur 1. Keluhan sulit tidur 1. Dukungan pola
berhubungan dengan meningkat tidur
hambatan lingkungan 2. Kemampuan 2. Edukasi
beraktifitas menurun aktivitas/istrahat
Tujuan : seteah diakukan 3. Latihan ototgenik
tindakan keperawatan
diharapkan pola tidur
pasien tidak terganggu.
4 Anxietas berhubungan 1. Perilaku gelisah 1. Reduksi ansietis
dengan krisis situasional menurun 2. Terapi relaksasi
2. Kontak mata
membaik

Tujuan : setelah diakukan


tindakan keperawatan
diharapkan rasa cemas
pasien dapat berkurang.
1. 1.

13
Diagnosa Implementasi
No
Gangguan Eliminasi Urine a) Aliran urine lancar
1 b) Klien berkemih dengan
jumlah normal pada pola
biasanya
Devisit Nutrisi a) Mengidentifikasi status
2 nutrisi
b) Mengidentifikasi makanan
yang di sukai
c) Memonitor asupan
makanan
Gangguan pola tidur a) Anjurkan pasien latihan
relaksasi
3 b) Bantu pasien mendapatkan
posisi tidur yang nyaman
4 Ansietas a) Membantu klien
mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
b) Mengajarkan pasien teknik
relaksasi nafas dalam untuk
meningkatkan control dan
rasa percaya diri

14
No Diagnosa Evaluasi
1 Gangguan Eliminasi Urin a) S : klien mengatakan
frekuensi kemih berkurang
O : klien mulai ceria-TTV
TD : 110/90 mmHg,HR :
82,RR:22x/menit,Suhu:36,5oC
A : Masalah teratasi
P : intervensi di lanjutkan

2 Devisit Nutrisi a) S : klien mengatakan nafsu


makan meningkat
O : BB meningkat 50%
A : masalah teratasi
P : intervensi di lanjutkan
3 Gangguan pola tidur a) S : Pasien mengatakan sudah
bisa tidur dengan nyaman
O : Peningkatan proporsi
tidur REM
A : masalah teratasi
P : intervensi di lanjutkan
4 Ansietas a) S : pasien tidak lagi merasa
cemas
O : Kontak mata meningkat
A : masalah teratasi
P : intervensi di lanjutkan

15
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan
pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes
insipidus dapat timbul secara perlahan maupun secara tiba-tiba pada segala
usia. 
Seringkali satu-satunya gejala adalah rasa haus dan pengeluaran air kemih
yang berlebihan.
Gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah
produksi urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain
poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain, kecuali
bahaya baru yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan konsentrasi
zat-zat terlarut yang timbul akibat gangguan rangsang haus
4.2 Saran
Jika penderita penyakit neurogenic diabetes insipidus, maka segeralah berobat
ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang
intensif. Perawatan pasien diabetes insipidus  menggunakan obat sebagai
pengganti hormon. Misal jika pasien mengalami buang air kecil secara
berlebihan dan berlangsung terus menerus, maka diberikan terapi obat
desmopressin sebagai pengganti vasopressin sehingga frekuensi buang air
kecil menjadi berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

16
Corwin, Eizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cotran, Robbin. 1996. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC.
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.
Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing
Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
Oswari, E. 1985. Penyakit dan Penangguangannya. Jakarta : PT Gramedia.
Talbot, Laura, dkk.1997. Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Waspadji, Sarwono. 1996. Imu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FK UI

17

Anda mungkin juga menyukai