Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

SISTEM KESEHATAN NASIONAL DAN PELAYANAN KEPERAWATAN


KEMENTRIAN KESEHATAN RI

Disusun Oleh :

Yudi Purwanto (2720180035)

Aisha Alifiya (2720180057)

Novella Ferawati (2720180058)

Mellinia Agesti (2720180093)

Riska Melia (2720180090)

Nadya Khairunnisa (2720180067)

Raudhotul Jannah Alfaini (2720180085)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam As- Syafi’iyah

Tahun 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya
kami menyelesaikan makalah. Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1 pada Universitas
Islam As-syafi’iah Jurusan Ilmu Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca, untuk
membangun perbaikan makalah ini.
Dalam kesempatan yang baik ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ns. Dini Sukmalara, S.Kep., M.Kes selaku Pembimbing Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan 1
2. Kedua orang tua yang memberikan motivasi kepada penyusun dalam studi di
Universitas Islam As-syafi’iah Jurusan Ilmu Keperawatan ini
3. Rekan-rekan, orang tua dan semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini besar manfaatnya bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya. Amin.

Jakarta, 19 Oktober 2018

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam pembangunan


bangsa. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup
masyarakat, maka dari itu semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan berarti setiap upaya yang sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun
masyarakat.

Di Indonesia sendiri pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah


dimulai sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun I pada tahun 1969 yang
secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta
melaksanakan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai
pentahapannya.

Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif untuk pencapaian SKN yang optimal.

B.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
2. Untuk mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
4. Untuk mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
5. Untuk mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan
Nasional.
7. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
8. Untuk mengetahui pelayanan keperawatan

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus
metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya
Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.

B. Landasan SKN

1. Landasan idil : Pancasila

2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :

a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya

b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang

c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia

d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat

e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

E. Prinsip dasar pembangunan kesehatan

Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

ii
agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:

1. Perikemanusiaan

2. Pemberdayaan dan Kemandirian

3. Adil dan merata

4. Pengutamaan dan Manfaat

5. HAM

6. Sinergisme & Kemitraan yang Dinamis

7. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik

8. Dukungan regulasi

9. Antisipatif dan Pro Aktif

10. Responsif Gender

11. Kearifan lokal

D. Tujuan SKN

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi


bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

E. Kedudukan SKN

1. Suprasistem SKN

Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan


berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain

Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai
sektor lain terkait yang terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian,
SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :

ii
a. Sistem Pendidikan Nasional

b. Sistem Perekonomian Nasional

c. Sistem Ketahanan Pangan Nasional

d. Sistem Hankamnas, dan

e. Sistem-sistem nasional lainnya

Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan
upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan.Dalam arti sistem-
sistem nasional tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan.

3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan

Pembangunan Kesehatan di Daerah, SKN merupakan acuan bentuk dan cara


penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.

4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem

kemasyarakatan termasuk swasta, Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat


ditentukan olehdukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secarabersama
terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan.SKN merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yangdipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkanperilaku
dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakatdalam berbagai upaya kesehatan.

F. Subsistem SKN

1. Subsistem Upaya Kesehatan

a. Pengertian

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan

Adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau


(affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

c. Unsur-unsur utama

Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP):

ii
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
(bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.

2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-
upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran
fisik dan kosmetika.

d. Prinsip

1) Berkesinambungan dan paripurna

2) Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan

3) Adil dan merata

4) Non diskriminatif

5) Terjangkau

6) Teknologi tepat guna

7) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat

e. Bentuk pokok

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

a. UKM strata pertama

UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.

Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yang didukung
secara lintas sektor dan di dirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.Tiga fungsi utama
Puskesmas :

ii
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

(3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar

Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus


dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan
keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit
menular; dan pengobatan dasar.

Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama
diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan
upaya kesehatan bersama yang bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos
Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah.

b. UKM strata kedua

UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung
secara lintas sektor.Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial
dan fungsi teknis kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di Kab/Kota.

Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat


untuk lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas.Untuk dapat
melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit
pelaksana teknis seperti : unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi
kesehatan; pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan kesehatan
ibu, anak, dan Keluarga Berencana.

Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas


dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan masyarakat
adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah kesehatan masyarakat
yang dilakukan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. Rujukan kesehatan
masyarakat dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan rujukan
operasional

c. UKM strata ketiga

UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada

ii
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yang
didukung secara lintas sektor.Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu
fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.

Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta


pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional.Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan
masyarakat untuk unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota
dan Provinsi.

Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinaskesehatan Provinsi dan Depkes


perlu didukung oleh berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan
sektor pembangunan lainnya. Contoh pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut
Penyakit Infeksi Nasional, dll.Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan
langsung juga membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan.

2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

1) UKP strata pertama

UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta
yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan,
praktik perawat, dll.

UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas.Dengan


demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni pelayanan kesehatan masyarakat
dan pelayanan kesehatan perorangan.Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi
denngan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat
Desa. Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk sarana kesehatan bersumber
masyarakat.

Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan secara ilmiah


telah terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika
termasuk UKP strata pertama.

UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat
dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium klinik, dan
optik.Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan
berbagai program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan
akreditasi, maupun yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali mutu.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah


berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui

ii
Puskesmas. Penyelenggara UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil
masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas

2) UKP strata kedua

UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta
yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik
spesialis, balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan
milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.

Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga


membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.Pelayanan
rujukan medik adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit yang
dilakukan secara timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik terdiri
dari tiga aspek, yaitu : rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan
pemeriksaan laboratorium.

UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik, dan optik.Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk
program kendali mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM),
balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik
pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana
pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.

3) UKP strata ketiga

UKP strata ketiga adalah UKP tingkatunggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis
konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik
pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit
swasta.

Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga


membantu sarana UKP strata kedua, UKP strata ketiga juga didukung oleh berbagai
pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium klinik,dan optik.Untuk menghadapi
persaingan global, UKP strata ketiga perlu dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan
unggulan nasional, seperti pusat unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker

ii
nasional, pusat penanggulangan stroke nasional, dan sebagainya.Untuk meningkatkan mutu
perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.

2. Subsistem Pembiayaan kesehatan

a. Pengertian

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan


pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan

Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi


secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

c. Unsur – unsur Utama

Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni pengendalian
dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.

1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk


penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan

2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil
dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta

3. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran


pendapatan dan belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau dilakukan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela

3. Subsistem SDM Kesehatan

a. Pengertian

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan


pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesahatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Tenaga
kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang
kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

b. Tujuan

ii
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara
adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

c. Unsur – unsur Utama

1. Perencanaan tenaga kesehatan : upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi


tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan : upaya pengadaan tenaga kesehatan


sesuai dengan jenis, jumlah, dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan
kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

3. Pendayagunaan tenaga kesehatan : upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan,


dan pengawasan tenaga kesehatan

4. Subsistem Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan dan Makanan (Obat dan Perbekalan


Kesehatan)

a. Pengertian

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan,


pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Perbekalan
kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.

b. Tujuan

Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat,
serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

c. Unsur – unsur Utama

1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas saling bersinergi
dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta penatalaksanaan

5. Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan

a. Pengertian

ii
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang
ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan IPTEK, serta
pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan

Terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan


berdaya guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

c. Unsur-unsur Utama

Terdiri dari empat unsur utama, yakni administrasi kesehatan,informasi kesehatan,


ilmu pengetahuan dan teknologi, hukumkesehatan.

1. Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian


serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan

2. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan

3. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi
pengambilan keputusan di bidang kesehatan

4. Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yang dipakai


sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan


masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan

Terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh perorangan,


kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan.

c. Unsur – unsur utama

ii
Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan
kelompok, dan pembeerdayaan masyarakat umum.

1. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan kemampuan


perorangan dalam membuat keputusanuntuk memelihara kesehatan.Target minimal yang
diharapkan adalah untuk diri sendiri yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh
keluarga dan masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader
kesehatandalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersihdan sehat.

2. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan


kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di dipihak lain dapat aktif dalam
upaya meningkatkan derajat kesmas. kegiatan yang dilakukan dapat berupa program
pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to
advocate), atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to
watch)

3. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan


kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa
program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau
melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan.

G. Penyelenggaraan SKN

1. Pelaku SKN

Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah :

1. Masyarakat

2. Pemerintah

3. Badan legislatif

4. Badan yudikatif

2. PROSES PENYELENGGARAAN

1) Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang logis,
sistematis, komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan,
antara lain:

a. Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan


subsistem obat dan perbekalan kesehatan

ii
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem
manajemen kesehatan

c. Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna, berdaya


guna, bermutu, merata, dan berkeadilan

d. Lingkungan : berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial,


budaya, pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yang berdampak
terhadap pembangunan kesehatan

H. Peran Perawat dalam SKN

a. Perawat profesional

Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional (professional nurse)


adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal profesi keperawatan.Sesuai
dengan disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab utama seorang perawat
profesional adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing services).

Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat,
dari sejak lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat
secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan
dan/ataupun tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).

Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu menyelenggarakan


pelayanan kedokteran lebih menitikberatkan perhatiannya pada penyembuhan penyakit,
maka perhatian utama seorang perawat profesional pada waktu menyelenggarakan
pelayanan keperawatan adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau yang menjadi
penyebab utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
dimaksud, yakni dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-
Ilmu Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).

Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek kajian
utama seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas pula. Ruang lingkup
yang dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi
juga kebutuhan dasar psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat
dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit.

Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik, dalam arti


dapat dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia, baik dalam keadaan sehat

ii
dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi
orang sakit akan mempercepat kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi
orang sehat akan lebih meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup
secara keseluruhan.

b. Peran Perawat Profesional dalam SKN

Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan sebagaimana


dikemukakan diatas, jelaslah peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tidak lain
adalah berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu
pihak penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya
pelayanan kesehatan (health cost) sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat (ability
to pay).

Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional
serta pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen
peran perawat profesional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper
(1982), yakni

1. pemberiasuhan keperawatan,

2. advokat,

3. konselor,

4. pendidik,

5. koordinator,

6. kolaborator,

7. konsultan,

8. pembawa perubahan,

harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja aplikasinya tidak


terbatas hanya pada waktu berhadapan dengan klien dikamar praktek saja (sehat atau
sakit), tetapi yang terpenting lagi adalah pada waktu menyelenggarakan sub-sistem
pelayanan kesehatan serta sub-sistem pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, kedelapan


elemen peran perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan
sedemikian rupa sehingga pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini
adalah pelayanan keperawatan, dapat memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan
kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), terpadu

ii
(integrated), berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate), dapat diterima
(acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu (quality).

Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula
sedemikian rupa sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal
ini adalah biaya pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem
pembiayaan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif
(effective) dan efisien (efficient). Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem
kesehatan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

No. Elemen peran perawat Sub-sitem pelayanan Sub-sistem


kesehatan pembiayaan
kesehatan

1. Pemberi asuhan Tersedia Tersedia


keperawatan menyeluruh

2. Advokat Terpadu Efektif

3. Konselor Berkesinambungan Efisien

4. Pendidik Wajar

5. Koordinator Dapat diterima

6. Kolaborator Dapat dicapai

7. Konsultan Bermutu

8. Pembawa perubahan

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat
tersebut. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:

1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan

Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika
Program Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge
tersebut telah lama ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence
Nightingale untuk pertama kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan

ii
pentingnya faktor lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat
dalam sistem kesehatan tampak belum menonjol.

2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah


Perawat Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan
keperawatan yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of knowledge profesi
keperawatan. Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena desakan
kebutuhan akan tenaga medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter.
Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak
belum optimal.

3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan
masalah yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan
keperawatan memang belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek
keperawatan, tetapi juga kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak
mengherankan jika sampai saat ini, peran perawat profesional dalam sistem kesehatan
tampak belum begitu berarti.

ii
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan. SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai
sistem nasional lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti
perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan penyempurnaan.
Keberhasilan pelaksanaan SKN sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan,
kerja keras, kemampuan, dan ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula
pada petunjuk, rahmat, dan perlindungan Tuhan YME.

Selain itu menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah
penting, maka berbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan.
Untuk ini banyak saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksud
adalah segera lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional, menantapkan
sistem pelayanan keperawatan profesional, serta menyempurnakan organisasi profesi
keperawatan.

Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan, khususnya rumah sakit, saran yang
dimaksud adalah segera meningkatkan kemampuan profesional tenaga perawat,
menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan, mengembangkan sistem pengembangan
karier, serta mengembangkan sistem imbal jasa yang layak.

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………………….i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………………………………….1

B.Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………………….1

BAB II

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

A.Pengertian Sistem Kesehatan Nasional…………………………………………………………………………………………2

B.Landasan SKN………………………………………………………………………………………………………………………………2-3

C.Prinsip dasar pembangunan kesehatan…………………………………………………………………………………………3

D.Tujuan SKN……………………………………………………………………………………………………………………………………3

E.Kedudukan SKN………………………………………………………………………………………………………………………….3-4

F. Subsitem SKN……………………………………………………………………………………………………………………………4-11

1. UKM……………………………………………………………………………………………………………………………………….6-7

2.UKP………………………………………………………………………………………………………………………………………….7-9

3.Subsistem Pembiayaan Kesehatan………………………………………………………………………………………..9-10

4.Subsitem SDM Kesehatan………………………………………………………………………………………………………..10

5.Subsistem Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan Makanan……………………………………………………….11

6.Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan…………………………………………………………………………11

7.Subsistem Pemberdayaan Masyarakat……………………………………………………………………………….12-13

G.Penyelenggaraan SKN…………………………………………………………………………………………………………………13

H. Peran Perawat dalam SKN………………………………………………………………………………………………………14-17

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………………18

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………….……19

ii
b. UKM strata kedua

c. UKM strata ketiga

2.2.1.2 UKP ( Upaya Kesehatan Perorangan)

a. UKP strata pertama

b. UKP strata kedua

c. UKP strata ketiga

2.2.2 Sistem Kesehatan Daerah (SKD)

2.3 Letak Rumah Sakit dalam Sistem Kesehatan Negara Lain

BAB III

KESIMPULAN

Daftar Pustaka

ii

Anda mungkin juga menyukai