Disusun Oleh :
Tahun 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya
kami menyelesaikan makalah. Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1 pada Universitas
Islam As-syafi’iah Jurusan Ilmu Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca, untuk
membangun perbaikan makalah ini.
Dalam kesempatan yang baik ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ns. Dini Sukmalara, S.Kep., M.Kes selaku Pembimbing Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan 1
2. Kedua orang tua yang memberikan motivasi kepada penyusun dalam studi di
Universitas Islam As-syafi’iah Jurusan Ilmu Keperawatan ini
3. Rekan-rekan, orang tua dan semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini besar manfaatnya bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya. Amin.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif untuk pencapaian SKN yang optimal.
B.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
2. Untuk mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
4. Untuk mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
5. Untuk mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan
Nasional.
7. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
8. Untuk mengetahui pelayanan keperawatan
ii
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus
metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya
Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
B. Landasan SKN
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
ii
agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
1. Perikemanusiaan
5. HAM
8. Dukungan regulasi
D. Tujuan SKN
E. Kedudukan SKN
1. Suprasistem SKN
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai
sektor lain terkait yang terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian,
SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :
ii
a. Sistem Pendidikan Nasional
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan
upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan.Dalam arti sistem-
sistem nasional tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan.
F. Subsistem SKN
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
c. Unsur-unsur utama
Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP):
ii
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
(bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-
upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran
fisik dan kosmetika.
d. Prinsip
4) Non diskriminatif
5) Terjangkau
e. Bentuk pokok
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yang didukung
secara lintas sektor dan di dirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.Tiga fungsi utama
Puskesmas :
ii
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama
diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan
upaya kesehatan bersama yang bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos
Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah.
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung
secara lintas sektor.Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial
dan fungsi teknis kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di Kab/Kota.
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada
ii
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yang
didukung secara lintas sektor.Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu
fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta
yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan,
praktik perawat, dll.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat
dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium klinik, dan
optik.Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan
berbagai program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan
akreditasi, maupun yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali mutu.
ii
Puskesmas. Penyelenggara UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil
masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta
yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik
spesialis, balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan
milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik, dan optik.Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk
program kendali mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM),
balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik
pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana
pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
UKP strata ketiga adalah UKP tingkatunggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis
konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik
pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit
swasta.
ii
nasional, pusat penanggulangan stroke nasional, dan sebagainya.Untuk meningkatkan mutu
perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.
a. Pengertian
b. Tujuan
Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni pengendalian
dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.
2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil
dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta
a. Pengertian
b. Tujuan
ii
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara
adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
a. Pengertian
b. Tujuan
Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat,
serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas saling bersinergi
dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta penatalaksanaan
a. Pengertian
ii
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang
ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan IPTEK, serta
pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
c. Unsur-unsur Utama
2. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi
pengambilan keputusan di bidang kesehatan
a. Pengertian
b. Tujuan
ii
Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan
kelompok, dan pembeerdayaan masyarakat umum.
G. Penyelenggaraan SKN
1. Pelaku SKN
1. Masyarakat
2. Pemerintah
3. Badan legislatif
4. Badan yudikatif
2. PROSES PENYELENGGARAAN
1) Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang logis,
sistematis, komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan,
antara lain:
ii
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem
manajemen kesehatan
a. Perawat profesional
Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat,
dari sejak lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat
secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan
dan/ataupun tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).
Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau yang menjadi
penyebab utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
dimaksud, yakni dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-
Ilmu Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).
Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek kajian
utama seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas pula. Ruang lingkup
yang dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi
juga kebutuhan dasar psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat
dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit.
ii
dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi
orang sakit akan mempercepat kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi
orang sehat akan lebih meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup
secara keseluruhan.
Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional
serta pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen
peran perawat profesional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper
(1982), yakni
1. pemberiasuhan keperawatan,
2. advokat,
3. konselor,
4. pendidik,
5. koordinator,
6. kolaborator,
7. konsultan,
8. pembawa perubahan,
ii
(integrated), berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate), dapat diterima
(acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu (quality).
Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula
sedemikian rupa sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal
ini adalah biaya pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem
pembiayaan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif
(effective) dan efisien (efficient). Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem
kesehatan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
4. Pendidik Wajar
7. Konsultan Bermutu
8. Pembawa perubahan
Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat
tersebut. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika
Program Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge
tersebut telah lama ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence
Nightingale untuk pertama kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan
ii
pentingnya faktor lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat
dalam sistem kesehatan tampak belum menonjol.
Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan
masalah yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan
keperawatan memang belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek
keperawatan, tetapi juga kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak
mengherankan jika sampai saat ini, peran perawat profesional dalam sistem kesehatan
tampak belum begitu berarti.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan. SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai
sistem nasional lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti
perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan penyempurnaan.
Keberhasilan pelaksanaan SKN sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan,
kerja keras, kemampuan, dan ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula
pada petunjuk, rahmat, dan perlindungan Tuhan YME.
Selain itu menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah
penting, maka berbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan.
Untuk ini banyak saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksud
adalah segera lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional, menantapkan
sistem pelayanan keperawatan profesional, serta menyempurnakan organisasi profesi
keperawatan.
Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan, khususnya rumah sakit, saran yang
dimaksud adalah segera meningkatkan kemampuan profesional tenaga perawat,
menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan, mengembangkan sistem pengembangan
karier, serta mengembangkan sistem imbal jasa yang layak.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………………….i
BAB I
PENDAHULUAN
B.Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………………….1
BAB II
B.Landasan SKN………………………………………………………………………………………………………………………………2-3
D.Tujuan SKN……………………………………………………………………………………………………………………………………3
E.Kedudukan SKN………………………………………………………………………………………………………………………….3-4
F. Subsitem SKN……………………………………………………………………………………………………………………………4-11
1. UKM……………………………………………………………………………………………………………………………………….6-7
2.UKP………………………………………………………………………………………………………………………………………….7-9
G.Penyelenggaraan SKN…………………………………………………………………………………………………………………13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………………18
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………….……19
ii
b. UKM strata kedua
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
ii