Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)

“KEBIJAKAN SISTEM KESEHATAN INDONESIA DARI HULU SAMPAI HILIR”

OLEH:

NAMA : YENI CENDANA


NIM : 181016
KELAS :4A

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir masih


menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Untuk itu diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional sebagai bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting, seperti:
pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat, serta Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai regulasi


penyelenggaraan kepemerintahan, seperti: Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP N)
Tahun 2005-2025. Disamping itu secara global terjadi perubahan iklim dan upaya percepatan
pencapaian MDGs, sehingga diperlukan penyempurnaan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian SKN
2. Maksud dan kegunaan SKN
3. Tujuan SKN
4. Landasan SKN
5. Subsistem SKN
6. Pengertian JKN
7. Prinsip – prinsip JKN
8. Manfaat JKN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SKN


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar
1945. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1)
Perikemanusiaan, 2) Pemberdayaan dan kemandirian, 3) Adil dan merata, serta 4)
Pengutamaan dan manfaat.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan
Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi
kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan,
keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut.
2.2 Maksud dan kegunaan SKN
Penyusunan SKN 2009 ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2004 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai
pedoman tentang bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik oleh
masyarakat, swasta, maupun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta pihak
terkait lainnya Tersusunnya SKN 2009 mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam
rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan
kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang
transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta
meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
merupakan arah pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 dan SKN merupakan dokumen
kebijakan pembangunan kesehatan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi: 1) Cakupan pelayanan
kesehatan yang adil dan merata, 2) Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada
rakyat, 3) Kebijakan pembangunan kesehatan, dan 4) Kepemimpinan. Sistem Kesehatan
Nasional juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan. Pendekatan
pelayanan kesehatan dasar secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam
mencapai kesehatan bagi semua dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang
responsif gender.
2.3 Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.4 Landasan SKN


Landasan SKN meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya; Pasal 28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap
orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat; serta Pasal 34 ayat (2), Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan dan ayat (3), Negara bertanggung-jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak, Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang; Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan
yangberkaitan dengan
4. penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. Beberapa peraturan
perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-K Tahun 2005-
2025
2.5 Subsistem SKN
Pendekatan manajemen kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di masa depan
adalah kombinasi dari pendekatan: 1) Sistem, 2) Kontingensi, dan 3) Sinergi yang dinamis.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dewasa ini
serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem SKN meliputi:
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan.
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan
kesehatan.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public good yang
menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan
perorangan pembiayaannya bersifat private, kecuali pembiayaan untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu menjadi tanggung-jawab pemerintah. Pembiayaan
pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan
akan mencapai universal coverage sesuai dengan Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara
adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena
itu, SKN juga memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan
SDM Kesehatan guna menjamin ketersediaan dan pendistribusian sumber daya
manusia kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan meliputi:
1) perencanaan kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan, 2) pengadaan
yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan, 3)
pendayagunaan SDM Kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan 4)
pembinaan serta pengawasan SDM Kesehatan.
4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di
bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
Subsistem ini meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen
kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, serta penyerasian berbagai subsistem SKN dan efektif, efisien, serta
transparansi dari penyelenggaraan SKN tersebut.
Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan
data dan informasi dapat dikelompokkan kegiatannya sebagai berikut: 1)
Pengumpulan, validasi, analisa, dan diseminasi data dan informasi, 2) Manajemen
sistem informasi, 3) Dukungan kegiatan dan sumber daya untuk unit-unit yang
memerlukan, dan 4) Pengembangan untuk peningkatan mutu sistem informasi
kesehatan.
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata
sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk
swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.
Dalam pemberdayaan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan
sehat oleh masyarakat sendiri. Upaya pemberdayaan masyarakat akan berhasil
pada hakekatnya bila kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan
masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari
pembangunan kesehatan.
2.6 Pengertian JKN
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak (Kemenkes-RI, 2014)
2.7 Prinsip-prinsip JKN
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN adalah sebagai berikut:
1. Prinsip kegotongroyongan
Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan yang berarti peserta yang
mampu dapat membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu
yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena kepersertaan SJSN yang
bersifat wajib dan pembayaran iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah dan penghasilan
sehingga dapat terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama
adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang
dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya,
akan di manfaatkan sebesar-besarnya untu kepentingan seluruh peserta.
3. Prinsip keterbukaan
Prinsip keterbukaan yang dimaksud adalah prinsip untuk mempermudah akses
informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.
4. Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta
secara cermat, teliti, aman dan tertib.
5. Prinsip akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas maksudnya adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan
keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Prinsip kepersertaan wajib
Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya
tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program yang semuanya dilakukan secara bertahap. Tahapan
pertama dimulai dari pekerja di sektor formal bersamaan dengan itu sektor informal
dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
8. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kesejahteraan
peserta.
9. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial
Prinsip yang dimaksud adalah prinsip pengelolaan hasil berupa keuntungan dari
pemegang saham yang dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta jaminan social.
2.8 Manfaat JKN
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis
berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Manfaat Akomodasi berupa layanan rawat inap yang dibagi dalam tiga kelas yang diseuaikan
dengan kriteria peserta dan besarnya iuran. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan
dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan kesehatan diberikan pada tingkat pertama dan bila diperlukan dapat dilakukan
rujukan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dijamin
dan tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan nasional antara lain dijelaskan dalam Perpres
No.111 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan


non spesialistik yang mencakup:
1. Administrasi pelayanan;
2. Pelayanan promotif dan preventif;
3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,meliputi pelayanan kesehatan yang
mencakup:
1. Administrasi pelayanan;
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
3. Subspesialis;
4. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
7. Rehabilitasi medis;
8. Pelayanan darah;
9. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
10. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan;
11. Perawatan inap non intensif; dan
12. perawatan inap di ruang intensif.
c. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku;
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu
lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggungoleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas;
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
10.Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin
she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment);
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah; biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat
dicegah (preventableadverse events); dan biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan adalah
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud Pendekatan manajemen kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di
masa depan adalah kombinasi dari pendekatan: 1) Sistem, 2) Kontingensi, dan 3)
Sinergi yang dinamis. Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan
tersebut diatas, maka subsistem SKN meliputi: Subsistem Upaya Kesehatan,
Subsistem Pembiayaan Kesehatan, Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan, Subsistem Manajemen
dan Informasi Kesehatan dan Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Sedangkan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial
Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk
Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes-RI, 2014).
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) seperti yang dijelaskan dalam Undang-
undang nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN adalah Prinsip kegotongroyongan,
prinsip nirlaba, prinsip keterbukaan, prinsip kehati-hatian,prinsip
akuntabilitas,prinsip portabilitas, prinsip kepesertaan wajib, prinsip dana amanat
serta prinsip hasil pengelolaan dana jaminan social. Manfaat Jaminan Kesehatan
Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan
kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat
Akomodasi berupa layanan rawat inap yang dibagi dalam tiga kelas yang
diseuaikan dengan kriteria peserta dan besarnya iuran. Ambulans hanya diberikan
untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan diberikan pada tingkat
pertama dan bila diperlukan dapat dilakukan rujukan pada fasilitas kesehatan
tingkat lanjut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.


Depkes RI
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015.

Anda mungkin juga menyukai