PEMICU 2 BLOK 23
ADMINISTRASI KESEHATAN DAN ENTERPRENEURSHIP
“Administrasi Kesehatan”
Disusun Oleh:
Talitha Afifah Lubis
190600047
1.2.2 Skenario :
Setiap penduduk Indonesia diwajibkan sebagai peserta BPJS Kesehatan, dan
Saudara sebagai tenaga medis juga diwajibkan melayani peserta. Apa yang Saudara
rencanakan bila ditempatkan sebagai pengelola sarana pelayanan kesehatan, yang akan
menerapkan jaminan kesehatan sehingga masyarakat mengerti tentang pentingnya
kesehatan dalam kehidupannya.
1
1.2.3 Pertanyaan :
1. Jelaskan apa sub sistem dari SKP di daerah tersebut!
2. Sebagai pemimpin, bagaimana saudara memanage program kesehatan masyarakat?
3. Jelaskan Ilmu Kedokteran Klinik menjadi Ilmu Kesehatan Masyarakat!
4. Tuliskan fungsi-fungsi manajemen!
5. Bagaimana Saudara menerapkan jaminan kesehatan di daerah tersebut? Jelaskan
sistem yang digunakan!
6. Jelaskan pengertian Pendidikan Kesehatan Masyarakat!
7. Buatkan contoh-contoh implementasi social marketing!
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
- Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan
memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
- Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public good)
yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan
perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah.
- Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya
diharapkan akan mencapai universal health coverage sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
d. Sumber daya manusia kesehatan
- Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang
mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan
merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
- Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan, sesuai
dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan.
- SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan. Pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan dan
program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan
sumber daya manusia kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan
pembinaan serta pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan.
4
e. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
- Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial;
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian
melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
f. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
- Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan.
- Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya
guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah
koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN
agar efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
- Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan
data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk penyelenggaraan upaya kesehatan,
pengembangan sumber daya manusia, dan kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat
dikelompokkan, antara lain: a. pengelolaan sistem informasi; b. pelaksanaan sistem
informasi; c. dukungan sumber daya; dan d. pengembangan dan peningkatan sistem
informasi kesehatan.
g. Pemberdayaan masyarakat
- SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata sebagai
sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara
dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat
menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau
berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.
- Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat meliputi pula upaya
peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri dan upaya peningkatan
kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.
5
- Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil pada
hakekatnya apabila kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan
masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari
pembangunan kesehatan.
6
3. Jelaskan Ilmu Kedokteran Klinik menjadi Ilmu Kesehatan Masyarakat!
Banyak nama tokoh yang mengisi sejarah dunia kesehatan masyarakat. Dimana sejarah
terus bertumbuh dan berkembang dipelopori oleh antara lain Edwin chedwick (tahun 1842),
C.E.A Winslow (tahun 1920) Jhon j hanlon (tahun 1964) dan sebagainya.4
Chidwick pada tahun 1842 mengamati bahwa banyak anak (mortality rate) dan para
keluarga pekerja yang bertransmigrasi dalam urbanisasi di daerah industri di Inggris, banyak
yang meninggal karena kondisi sanitasi yang jelek. Sejak itu ia dikenal mendalami
permasalahan kesehatan yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan, sehingga ia dikenal
sebagai perintis public health ( epidemiologi lingkungan).4
C.E.A Winslow (Tahun 1920) adalah salah seorang yang meletakkan dasar-dasar pada
modern public health dengan membuat batasan bagi definisi public health. Hanlon (1964)
memberikan batasan yang luas tentang pengertian sehat melalui pengertian absolut maupun
relatif.4
Higeia, seorang asistennya (diceritakan kemudian sebagai istrinya), juga telah melakukan
upaya-upaya kesehatan. Tetapi berbeda dengan suaminya, ia melakukan upaya pencegahan
sebelum terjadinya penyakit (menu seimbang, menghindari makanan dan minuman beracun,
olah raga serta kebersihan diri). Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia menganjurkan lebih
baik memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, dibandingkan dengan pengobatan.4
Menurut cerita mithos Yunani, Asclepius (Asculapius) adalah orang yang pertama kali
berhasil mengobati penyakit, bahkan telah melakukan bedah menurut prosedur-prosedur
tertentu.4
Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang
berbeda, meskipun saling melengkapi, yakni:4
Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan dan pemulihan
atau kuratif dan rehabilitatif)
Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan
peningkatan atau preventif dan promotif)
7
tahapan ilmu kesehatan masyarakat. Dalam penjelasannya, ia membagi sejarah dalam empat
tahapan yang disebut era berdasarkan tiga kategori pembagian :
1. Porpose and philosophy
2. Educational method
3. Research method
Perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas 2 fase, yakni fase sebelum dan setelah
ilmu pengetahuan. Fase sebelum ilmu pengetahuan meliputi zaman Romawi, Yunani, dan
pertengahan. Sedangkan fase setelah ilmu pengetahuan berada pada abad 18-19, 20.
8
Kesehatan masyarakat periode ilmu pengetahuan
Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19,
termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat). Apabila sebelumnya
masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi fenomena biologis, kemudian
bergeser ke fenomena social yang kompleks. Sebelumnya pendekatan terhadap masalah
kesehatan hanya dari satu segi (sektor) saja, kemudian bergeser ke pendekatan yang
multisektoral.
9
Kesehatan masyarakat pada awal “Bandung-plan”
Pada tahun 1950 setelah selesai dari kesibukan clash fisik pada tahun 1949,
Indonesia mulai diterima bergabung ke dalam organisasi kesehatan dunia oleh WHO
dan UNICEF. Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota lembaga kesehatan
internasional, maka perkembangan usaha kesehatan masyarakat di Indonesia mulai
mengalami peningkatan kembali dan dengan berbagai dukungan serta bantuan sektor
swasta dan pemerintah, maka memungkinkan kita menata kembali program kesehatan
masyarakat di tanah air.
Konsep health center dikemudian hari lebih dikenal dengan sebutan puskesmas,
yang selalu diikuti WHO dalam mengembangkan Kesehatan Masyarakat. Penerimaan
puskesmas kemudian memacu munculnya UU tentang pokok-pokok Kesehatan no.9
Tahunn 1960. Bahkan UU No.9 ini ikut melahirkan peraturan pemerintah tentang
desentralisasi penyelenggaraan usaha-usaha Kesehatan Masyarakat di daerah tingkat I
dan tingkat II, yaitu yang mengatur tentang desentralisasi usaha-usaha Kesehatan
rakyat tidak lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, namun
sebaliknya ikut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Konsep Bekasi
Tahun 1951 oleh dr. Leimena dan sdr. Patah diperkenalkan Konsep Bandung,
intinya pelayanan kuratif (pengobatan) tak ada artinya tanpa preventif (pencegahan).
Pengobtan dan pencegahan harus dilakukan bersama-sama. Tahun 1956 Dr. Sulianti
Saroso merintis “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan sekaligus tempat
pelatihan pelayanan kesehatan terpadu (kesehatan masyarakat) di Indonesia. Tahun
1957 dikembangkan 8 wilayah pengembangan kesehatan masyarakat, sebagai
penerapan Konsep Bekasi.
Dana Sehat dan Pos Obat Desa
Tahun 1960 an di Jawa Tengah, khususnya di Solo dan Banjarnegara telah
tumbuh kegiatan-kegiatan kesehatan berbasis masyarakat : 1. Dana Sehat; 2. Pos
Obat Desa; 3. Arisan rumah sehat; 4. Jamban keluarga.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat
dibawah bimbingan petugas kesehatan. Dari kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat
10
tersebut muncullah istilah “Kader Kesehatan” sebaga tenaga inti dari pelayanan
kesehatan yang bermotto “dari, oleh, dan untuk masyarakat”
Puskesmas
Timbulnya sejarah Puskesmas pada awalnya terjadi melalui rintisan integrasi
balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dan balai pengobatan (BP) yang sudah sejak
lama bekerja sendiri-sendiri. Setelah masa pembangunan kesehatan nasional, baru
dikembangkan suatu unit kesehatan yang merupakan satu kesatuan dari berbagai
kegiatan Kesehatan yang terpencar, seperti BKIA, BP, Balai pengobatan kusta dan
komandan operasi malaria (Kopem). Sejak integrasi Tersebut, kemudian lahir suatu
unit Kesehatan yang tersebar merata di berbagai kecamatan dengan nama puskesmas
sebagai terjemahan dari health centre.
Pusat Kesehatan Masyarakat, atau yang disingkat dan lebih dikenal di Indonesia
dengan nama Puskesmas, adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja UPT. Sebagai unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan
dalam unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota, tugasnya adalah
menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan Pembangunan Kesehatan.
Maksudnya adalah sebagai penyelenggara upaya kesehatan seperti melaksanakan
upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah
kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Sementara pertanggung jawaban secara
keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas.
11
menerapkan prinsip-prinsip manajemen, terampil melakukan analisis masalah, baik itu
masalah program ataupun masalah kesehatan masyarakat, sebelum merencanakan kegiatan
sebuah program kesehatan (perencanaan), mendelegasikan wewenang dan membagi tugas-
tugas pokoknya kepada staf yang dipimpinnya (pengorganisasian), mengembangkan motivasi
staf sesuai dengan peranannya masing-masing (pelaksanaan), dan mampu mengukur
kemajuan yang sudah dicapai oleh staf dalam melakukan tugasnya masing-masing dan
memberikan bimbingan, bila diketahui ada penyimpangan (pengawasan). Serta mampu
mengkaji tingkat produktifitas, efisiensi dan efektifitas program yang sudah dicapai oleh
organisasinya secara menyeluruh (evaluasi).3
Perencanaan
Perencanaan adalah proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut,
merumuskan tujuan umum dan khusus yang ingin dicapai, Supriyanto dan menyatakan
bahwa, perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi peristiwa di masa datang dan
menentukan strategi (cara dan tindakan) untuk mencapai tujuan organisasi dimasa
mendatang.
Secara umum disebutkan apabila pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung
oleh perencanaan yang baik, maka akan sulit diharapkan tercapainya tujuan dari upaya
kesehatan tersebut. Fungsi perencanaan merupakan langkah awal dalam proses
manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka segala
sumber daya dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang
saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehigga setiap anggota organisasi
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang memiliki
tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan.
Terkait dengan pembagian pekerjaan, adanya struktur organisasi yang
dibuat/disusun oleh pihak Puskesmas untuk mempersiapkan orang-orang yang
berkompeten dalam pelaksanaan suatu program demi tercapainya tujuan yang
diharapkan.
12
Pelaksanaan
Fungsi pelaksaanan merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, fungsi ini lebih menekankan bagaimana seorang
pimpinan organisasi mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan
yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Pelaksanaan yang dimaksud dalam adalah mengenai pelaksanaan, pencatatan, dan
pelaporan pelaksanaan suatu program.
Kondisi sarana prasarana yang baik dalam arti sempit sarana yang lengkap,
modern dan berkualitas dan jumlah cukup akan memberikan kepuasan kepada para
petugas yang kemudian dapat meningkatkan kinerjanya.
Terkait dengan ketersediaan sarana penunjang (fasilitas fisik) yang diberikan oleh
pihak Puskesmas Perumnas kepada pelaksana program imunisasi ketika melaksanakan
kegiatan imunisasi di kelurahan.
Pengawasan
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan
aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan
koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat
dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah
proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
13
secara teratur dari peserta kepada badan penyelenggaraan maupun pembayaran dari badan
penyelenggara kepada pemberi layanan kesehatan.5
Sistem yang dapat diterapkan adalah Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan pemberian
BPJS. Jaminan Kesehatan (JKN) adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan kepada
masyarakat melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS),
peran Pemerintah Daerah diharapkan hadir dalam upaya meningkatkan kualitas program
JKN-KIS sesuai dengan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Dukungan dan peran serta Pemda sangatlah menentukan dalam mengoptimalkan
program JKN-KIS, setidaknya terdapat 3 peran penting diantaranya memperluas cakupan
kepesertaan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan peningkatan tingkat kepatuhan. BPJS
Kesehatan bersama dengan pemerintah daerah dan pemerintah daerah serta stakeholder
lainnya dapat saling bersinergi untuk mencapai kepesertaan 100% sehingga seluruh
masyarakat Indonesia mendapatkan jaminan kesehatan. Pemerintah daerah dapat
mengoptimalkan anggaran Jamkesda dan diintegrasikan dengan Program JKN-KIS. Dasar
hukum atau kebijakan integrasi Jamkesda (penduduk yang didaftarkan oleh Pemda) sudah
jelas, sesuai dengan, Perpres No 12 Nomor 111 Tahun 2013, Perpres Nomor 74 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan
dan Bidang Ketenagakerjaan, Perpres Nomor 19 Tahun 2016, Perpres Nomor 28 Tahun 2016
tentang Jaminan Kesehatan, Surat Menteri Dalam Negeri nomor 440/3890/SJ tanggal 19
Oktober 2016.5
14
Menurut Wood (1926), pendidikan kesehatan masyarakat adalah sejumlah pengalaman
yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan
yang berhubungan dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa, kesemuanya
ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang
akan meningkatkan atau memelihara kesehatan.7
Menurut Nyswander (1947) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis bukan proses
pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.1
Menurut Steward, pendidikan kesehatan masyarakat adalah unsur program kesehatan dan
kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk merubah perilaku perseorangan
dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.8
Menurut WHO (1954), pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya kesehatan yang
bertujuan :8
a Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai dimasyarakat.
b Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Winslow (1920) mendefinisikan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih
relevan, yakni kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni, mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui „usaha-usaha
pengorganisasisan masyarakat‟ untuk:4
a. perbaikan sanitasi lingkungan,
b. pemberantasan penyakit-penyakit menular,
c. pendidikan untuk kebersihan perorangan,
d. pengorganisasian pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan,
e. pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut WHO dalam Depkes (2006), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah
proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
15
mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan mereka.
16
narkoba. Pihak kesehatan dan beberapa LSM bergerak dalam pengobatan dan rehabilitasi
pencandu narkoba. Penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah secara intensif. Juga
melaksanakan kampanye melalui lagu, tayangan televisi, iklan termasuk memopulerkan
semboyan “Say no to drugs”. Gambar di bawah ini memperlihatkan kampanye anti
narkoba.
3. Kampanye Keluarga Kecil Bahagia
Mungkin inilah kampanye paling gencar yang dilakukan pemerintah Indonesia
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kampanye dilakukan dengan menanamkan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) di masyarakat, dengan semboyan
“dua anak cukup”. Juga dilakukan pemasangan iklan di lembaga-lembaga kesehatan, di
pinggir jalan dan di tempat-tempat lain. Di samping itu, di selenggarakan juga pelayanan
konsultasi KB dan pemasangan alat kontrasepsi secara gratis di Puskesmas dan
posyandu-posyandu selain penyuluhan yang dilakukan secara berkala kepada pasangan
usia subur. Setelah masa reformasi yang dibarengi dengan turunnya Orde Baru dari
tampuk pemerintahan menyebabkan kepedulian masyarakat terhadap keluarga kecil
bahagia terlupakan akibatnya pertumbuhan jumlah penduduk menjadi meningkat
kembali. Namun, kepedulian pemerintah terhadap konsep keluarga bahagia dan sejahtera
kembali dipasarkan oleh pemerintah melalui program baru yang disebut Genre (Generasi
Berencana).
4. Kampanye Imunisasi
Dilakukan dengan mengadakan program pos pelayanan terpadu (posyandu) di tiap
RW dengan pelaksana masyarakat setempat (kader desa), yang dilakukan tiap bulan. Ada
pula program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) yang dilakukan serentak dan melibatkan
banyak tokoh dan selebritis dalam iklan dan pelaksanaannya dengan liputan media secara
gencar. Kampanye ini juga menyertakan vaksin imunisasi sebagai objek terukurnya.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan
peningkatan atau preventif dan promotif)
Penerapan fungsi manajemen masih dianggap sebagai suatu permasalahan yang cukup
dominan di Puskesmas, karena keberadaan Puskesmas secara hirarki merupakan unit terdepan
dalam organisasi pelayanan kesehatan masyarakat. Fungsi manajemen kesehatan seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan harus dapat diselenggarakan pada
setiap program kesehatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20