Proposal Tesis
Oleh
dr HUSNUL MUTMAINNAH
NIM : 21040058
PROGRAM PASCASARJANA
2
A. Latar Belakang.
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan
menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Sejalan
Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
kurangnya 3 (tiga) pilar yaitu negara, pemerintah, hukum dan aparatur penegak
hukum. Hal tersebut tersurat pada ketentuan Alinea keempat Pembukaan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alinea keempat ini memuat
2
3
tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia seperti yang tersebut diatas, dengan
demikian
UUD 1945 dengan tujuan akhir adalah agar tercipta kesejahteraan umum.
Amandemen Pasal I ayat (3) UUD 1945 semakin memperjelas paham negara hukum
terkait erat dengan negara kesejahteraan (welfare state) atau paham negara hukum
materiil sesuai dengan bunyi aliena keempat Pembukaan dan ketentuan Pasal 34
UUD 1945. Implementasi paham negara hukum materiil akan mendukung dan
dapat mempertajam daya saing bangsa dalam dunia yang makin ketat persaingan. 1
diperhatikan oleh pemerintah, kondisi sehat akan bisa berpendidikan karena otak
1
World Health Organization Tahun 50-an Pickit dan Hanlon, 2001
3
4
sejahtera. Jadi kesehatan adalah hulunya yang merupakan unsur tidak terpisahkan dari
kesejahteraan manusia, serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak wajar
setiap orang yang hidup dalam upaya penyesuaiannya dengan lingkungan dimanapun
ia berada di alam ini. Sehat merupakan kondisi kesehatan yang utuh baik fisik,
mental, maupun social serta tidak hanya terbatas dari penyakit dan kematian.
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar mewujudkan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar mewujudkan derajat masyarakat yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional serta merupakan salah satu
Upaya pelayanan kesehatan yang semula hanya berupa penyembuhan penderita saja,
serta masyarakat.2
2
Nila Moeloek, 1945 : Menkes : Kesehatan adalah hulu kesejahteraan
4
5
Aspek kesehatan dan kesejahteraan hidup ( good health and well being )
berada pada poin tujuan ke 3 yang menjadi sorotan untuk mendapatkan perhatian
khusus. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan hidup adalah modal utama
terwujudnya mimpi dunia. Kesehatan yang tidak baik dan kesejahteraan hidup yang
dunia.
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada
Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2015–2019 dituangkan dalam bentuk Rencana
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
5
6
didukung dengan Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. 3
dan ada juga Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan tingkat ketiga/tersier
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan peiayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
3
Izza Qorina, Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan anak sebagai masa depan bangsa
untuk Indonesia Maju, Kedokteran, Universitas Ahmad Dahlan.
6
7
Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta
terkait Klasifikasi Rumah Sakit, Kewajiban Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit,
pembinaan dan pengawasan Rumah Sakit, dan tata cara pengenaan sanksi
rumah sakit oleh Kepala/Direktur rumah sakit. Komite medik adalah perangkat rumah
sakit untuk menerapkan tata Kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di
mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Pengaturan
755 tahun 2011 untuk mewujukan tata Kelola klinis (clinical governance) yang baik
di semua pelayanan medis yang dilakukan oleh staf medis di rumah sakit yang
(clinical privilege) oleh kepala/direktur rumah sakit melalui surat penugasan klinis
(clinical appointment) kepada staf medis yang bersangkutan. Surat penugasan klinis
4
Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi 1.1
7
8
komite medik, dimana rekomendaasi ini terbit setelah dilakukan kredensial oleh
Komite medik.
karena kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf
medis dirumah sakit tersebut. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan
sangat mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk itu rumah sakit
perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik untuk
oleh kepala/direktur rumah sakit dan komite medik. Komite medik melakukan
kredensial dalam proses kredensial Staf medik yang akan bekerja diwawancarai
Etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos merujuk pada karakter,
watak, kesusilaan atau adat istiadat. Dalam konteks perilaku manusia, etika
merupakan ajaran untuk dapat membedakan yang benar dan salah. Pengertian
etika dibatasi dengan dasar nilai moral menyangkut apa yang diperbolehkan
8
9
atau tidak diperbolehkan, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas pada
perilaku manusia. Oleh karena itu etika berkaitan dengan nilai individu,
kelompok maupun masyarakat tentang cara hidup yang dirasa baik serta
Pemahaman mengenai etika dibedakan menjadi etika umum dan etika khusus.
prinsip dasar yang berlaku bagi manusia secara universal. Batasannya adalah
lingkungan masyarakat.
dengan tanggung jawab manusia sebagai staf medik, berlaku dalam suatu
dokter/dokter gigi.
51
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989. Hal. 205.
9
10
struktur dan teknologinya. Berbeda halnya dengan moral yang dapat berperan
menegakkan disiplin profesi dalam mengikuti aturan aturan rumah sakit, baik
itu peraturan internal staf medik maupun peraturan lainnya yang berlaku.
setiap staf medis di rumah sakit. Komite Medik menegakkan disiplin profesi
10
11
staf medis dapat diterapkan dirumah sakit Salah satu tugas Komite medik
adalah melakukan Audit klinik. Audit ini merupakan bagian yang penting dari
kesehatan yang bermutu. Tujuan utama dari audit adalah untuk efek positif
pada mutu pelayanan dan efektifitas pelayanan pada pasien yang dilayani oleh
Staf Rumah Sakit.Dari hasil Audit klinis tersebut Komite medik sebagai dasar
dalam upaya untuk menegakkan disiplin staf medik, ini bertujuan untuk
melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/ unproper) untuk melakukan asuhan klinis
(clinical care). Komite medik melakukan pemeriksaan staf medis yang diduga
keputusan pemberian sanksi. Baik itu teguran lisan, teguran tertulis, atau
SM) yang menciptakan kata dignitas, martabat manusia yang menyangkut aspek
6
Sjahdeni, Sutan Remy, Hukum Malpraktek Tenaga Medik, Jilid 1, 2020.
11
12
mendapatkan nilai yang sangat tinggi di dalam masyarakat, sehingga orang yang
terletak pada tindakannya yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya. Dalam
hubungan dokter dan pasien, bila mengacu pada dignitas ciptaan Cicero, maka akan
bertemu dua dignitas, yakni dignitas dokter dan dignitas pasien. Dignitas Dokter
sebagai profesi, yang karena jasanya sehingga menunjukkan level keutamaan, yang
tidak sama untuk semua orang di tengah masyarakat. Dignitas ini bisa naik dan bisa
pula turun. Karena itu, ia lebih dekat dengan kata “HARKAT” dalam Bahasa
Indonesia atau attributed dignity.7 Sementara itu dignitas pasien lebih menekankan
aspek kesamaan antar manusia. Dignitas pasien adalah dignitas manusia yang stabil
tidak berubah selama pasien itu adalah manusia. Tidak berubah walau manusia itu
dimaknai sebagai martabat dari bahasa Arab “martabah” yang berarti kedudukan
atau peringkat utama atau mulia. Sering pula disebut martabat manusia. Sebagai
profesi luhur, Komite Medik bertugas memelihara kompetensi dan perilaku para staf
medis yang telah bekerja, maka Staf medik dituntut untuk sungguh-sungguh
mengamalkan pengetahuan dan keterampilan medik yang berfokus pada pasien. Staf
pasiennya adalah dengan menjaga standar dan kompetensi yang akan berhadapan
langsung dengan para pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan dengan cara
7
Zaenal Abidin, Menegakkan Harkat Profesi Dokter, 2022
12
13
mengatur agar setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya
dilakukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten. Kompetensi ini meliputi dua
aspek, kompetensi profesi medis yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
keselamatan pasien dimana Keberadaan moral merupakan karakter dan sifat individu
yang khusus, merujuk pada tingkah laku spontan, seperti rasa kasih, kemurahan hati,
kebesaran jiwa, kejujuran, kebenaran, kebaikan. Sikap yang berbelas kasih dan
menjunjung harkat dan martabat manusia yang dilayani. Setiap Staf medik
memberikan pelayanan yang dinilai oleh masyarakat sebagai suatu yang sangat
kepada dokternya.
sudah terdapat beberapa tulisan, namun pada pembahasan ini penulis melakukan
penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini masih sangat orisinal mengingat data yag
digunakan adalah data-data yang terbaru. Pada penelitian ini, penulis akan membahas
DAERAH”
13
14
B. Pokok Permasalahan.
C. Tujuan Penelitian.
D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoretis
14
15
2. Manfaat Praktis.
hukum, praktisi Kesehatan dalam hal ini komite medik di RSUD, dan
akademisi dalam proses pendekatan teori bioetika staf medik dalam rangka
menegakan kedisiplinan.
1. Kerangka Teori
untuk penelitian yang relevan dengan masalah hukum yang diteliti sehingga
adalah:
15
16
1. Kerangka Teoritis
Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih,
kedudukan yang aman maka dari itu, secara mendasar konsumen juga
konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji.9
konsumen dan pelaku usaha, ada juga prinsip pertanggungjawaban yang harus di
16
17
siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat
bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada
pihak-pihak terkait.11
17
18
karena cacat yang melekat pada produk tersebut. Adapun tanggung jawab
kesehatan manusia menuju ke arah tujuan deklarasi “health for all” dan
kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik perorangan dan
18
19
hukum administrasi negara, dan hukum pidana dalam kaitannya dengan hal
54
tersebut. Sehingga hukum kesehatan adalah seluruh kumpulan peraturan
Sumber hukum kesehatan tidak hanya bertumpu pada hukum tertulis (undang-
undang), namun juga pada jurisprudensi, traktat, konsensus, dan pendapat ahli
penulisan tesis ini diungkapan teori hukum kesehatan yang memberikan hak
dan kewajiban bagi dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang juga
seorang dokter pendidik klinis dan dokter peserta program pendidikan dokter
spesialis sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, dan juga para pasien yang
merupakan pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan. Dalam kaitan dengan hal
19
20
2. Definisi Operasional.
d. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
14
Indonesia (b), Undang-undang Rumah Sakit, UU No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 Tahun 2009, TLN
No. 5072, Ps. 1 ayat (1).
15
Fred Ameln, op. cit., hlm. 14.
16
Indonesia (a), op. cit., Ps.1 ayat (6).
20
21
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
17
Ibid., Ps. 1 ayat (2).
18
Indonesia (b), op.cit., Ps. 1 ayat (4).
19
Peraturan Menteri Kesehatan (a) Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran, Ps. 1ayat (1).
20
Indonesia (b), op.cit., penjelasan Ps. 13 ayat (3).
21
Valentin V, La Society de Bienfaisane Mutuelle de Los Angelos, California, App. 2d, 172 P. 2d
359, 1956.
21
22
Suatu hubungan hukum antara dua pihak di mana satu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan
suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.23
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada tesis ini adalah jenis penelitian
22
M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1982), hlm. 17.
23
Wirjono Prodjodikoro (a), Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm. 4.
22
23
dikenal dengan studi pada data sekunder.25 Penelitian ini didukung oleh
lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang
24
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 13-14
25
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1 (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2004), hlm.52
23
24
penulis yang mengerti dan memahami akan topik yang akan dibahas
2. Spesifikasi Penelitian
27
Sugiyono. Op. cit. hlm. 3
24
25
3. Pendekatan Penelitian
maupun bahan hukum tersier29. Manfaat studi pustaka adalah menggali teori-
28
Sudikno Mertokusumo, PENEMUAN HUKUM SEBUAH PENGANTAR, CV Maha Karya Pustaka,
Yogyakarta, 2020, hlm.33
29
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Metode Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:
Rajawali, 1985), hal.39.
25
26
teori dasar dan konsep-konsep yang telah ditemukan oleh para ahli, mengikuti
luas dan mendalam terhadap permasalahan yang akan diteliti, dan mengetahui
a) Sumber Data.
Adapun sumber data penelitian terdiri dari data Primer dan data
Sekunder.
data pendukung dari data yang telah ada dari data sekunder yang
30
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1983),
hal. 39.
26
27
tersebut meliputi:
1996.
27
28
Tindakan Kedokteran.
ahli hukum.
kelalaian medis.
b) Pengumpulan Data.
28
29
Bahan data diperoleh dan dikumpulkan dari sumber data berupa buku-
4. Data Penelitian.
baik data primer maupun sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Hal
antara konsep yuridis dengan data yang akan diteliti secara langsung.
31
Soerjono Seokanto, Op.Cit., hal. 250.
29
30
Sehingga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan
dalam penelitian ini adalah deskriptif dan preskriptif analisis, yaitu analisis
data kualitatif dimana data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka.
Dengan demikian, setelah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
sumber-sumber dari para ahli berupa meminta pendapat dan teori yang
atau apa yang diproyeksikan ke depan. Dalam hal ini, bagaimana analisis
G. Asumsi-Asumsi.
Berdasarkan uraian tulisan di atas maka penulis dalam hal ini mengambil
30
31
staf medis yang telah bekerja, maka Staf medik dituntut untuk
yang berfokus pada pasien. Staf medik dalam menjalankan tugas dan
H. Sistematika Penulisan.
maka ruang lingkup bahasan dalam penelitian ini dibatasi pada pendekatan teori
karya ilmiah yang sesuai dengan aturan yang baru dalam penulisan karya ilmiah,
BAB I PENDAHULUAN
penulisan tesis.
31
32
perdata.
32
33
penegakan etika
BAB V PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran,
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
33
34
BUKU
Celina Tri Siwi Kristiyanti, S.H., M.Hum., Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika,
Jakarta, 2008
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 13-14
John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum Dan Perlindungan Konsumen
Terhadap Produk
34
35
JURNAL
Izza Qorina, Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan anak sebagai masa depan
bangsa untuk Indonesia Maju, Kedokteran, Universitas Ahmad Dahlan.
Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi 1.1
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
35
36
Undang-undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 Tahun 2009, TLN No.
5072, Ps. 1 ayat (1).
Peraturan Menteri Kesehatan (a) Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran, Ps. 1ayat (1).
36