Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Kesehatan juga merupakan hak asasi manusia yang diamanatkan dalam Konstitusi Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disingkat UUD 1945, yaitu Pasal 28 H dan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945. Pasal 28 H menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, sementara Pasal 34 ayat (3) menyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Arti pentingnya kesehatan juga dituangkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005-2025. Dalam rangka memenuhi hak dasar warga negara untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan secara menyeluruh dengan mengacu pada paradigma sehat. Di dalam RPJP-N dinyatakan pula, pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, usia lanjut, dan keluarga miskin. Selain itu, di dalam konsideran Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yang selanjutnya disingkat UU Kesehatan, juga dijelaskan bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Namun di dalam prakteknya, seringkali semangat pemberian layanan kesehatan oleh tenaga medis, tidak sejalan dengan apa yang tertuang di dalam konsideran Undang-Undang Tenaga Kesehatan tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana UU Registrasi Tenaga Kesehatan tentang Pelaksanaan registrasi tenaga kesehatan gizi 1.3. Tujuan Mengetahui bagaimana UU Registrasi Tenaga Kesehatan tentang Pelaksanaan registrasi tenaga kesehatan gizi
YENNY, F. (2016). KOLUSI PERUSAHAAN FARMASI DENGAN DOKTER
DALAM PELAYANAN KESEHATAN DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA KORUPSI (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).