Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PROGRAM KESEHATAN

PREVALENSI HIPERTENSI DI KOTA DENPASAR

OLEH :

YENI CENDANA /181016/ IVA

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi atau sudah dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan nilai diastolik ≥ 90 mmHg, yang berakibat peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Zukhair, 2004). Peningkatan umur
harapan hidup dan perubahan gaya hidup meningkatkan faktor risiko hipertensi di
berbagai negara. Sehingga hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan penanganan secara baik mengingat prevalensinya yang cukup tinggi
dimana kenaikan prevalensi sejalan dengan bertambahnya usia.

WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat


tidak menaruh perhatian terhadap penyakit ini, tanpa disadari penyakit ini dapat menjadi
berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah,
jantung (kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler
di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke (Nissonline, 2007).

Di era globalisasi seperti saat ini, dimana perkembangan yang sangat pesat dari
berbagai aspek seperti dalam bidang teknologi dan industri telah mengubah pola pikir
masyarakat dan gaya hidup masyarakat itu sendiri (Brunner & Suddarth, 2002). Dimana
masyarakat dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan dengan cepat sehingga mengubah
gaya hidup mereka. Saat ini kebanyakan masyarakat modern lebih menyukai makanan
cepat saji seperti burger, Mie instan, dll karena penyajiannya lebih cepat dan mudah.
Namun tanpa kita sadari di dalam makanan cepat saji tersebut mengandung zat yang
dapat merugikan tubuh, salah satunya yaitu kelebihan garam. Karena biasanya dalam
makanan cepat saji tersebut mengandung banyak garam, yang dimana garam ini
merupakan salah satu faktor risiko pemicu terjadinya hipertensi.

Dalam hal ini garam pemicu hipertensi tidak hanya NaCl (garam dapur), namun
jenis garam yang lain seperti Na Benzoat (pengawet makanan), Na Sitrat dan lain – lain.
Garam – garam tersebut tidak hanya terdapat pada makanan namun pada minuman
kemasan pun terdapat garam – garam tersembunyi. Sehingga untuk penderita hipertensi
harus berhati – hati dalam memilih makanan. Karena mengkonsumsi garam yang
berlebihan dapat menyebabkan penumpukan garam didalam tubuh, karena menarik
cairan dari luar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Dan asupan
natrium yang meningkat dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah (Nurkhalida, 2003).

Hasil Riskesdas tahun 2018 di Indonesia terdapat peningkatan prevalensi


penderita hipertensi dari tahun 2013-2018, di tahun 2013 prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengkuran penduduk usia ≥18 tahun sebesar 25,8% menjadi 34,1% di
tahun 2018 (Kemenkes, 2018b). Menurut Laporan Tahunan Riset Kesehatan Provinsi
Bali prevalensi hipertensi usia ≥ 18 tahun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah
semakin meningkat dari tahun 2016 yaitu sebesar 22,69% dengan jumlah 782.849
penderita dari 3.449.993 jumlah penduduk dan pada tahun 2017 terdapat 36,81%
dengan jumlah 966.291 penderita dari 2.624.778 jumlah penduduk. Prevalensi
hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 terdapat di
Kabupaten Jembrana yaitu 77,33% dengan jumlah kasus 144.371 penderita dari 186.700
jumlah penduduk. Prevalensi hipertensi tahun 2017 di Kota Denpasar yaitu sebesar
20,51% dengan jumlah kasus 113.416 penderita dari 552.992 jumlah penduduk (Dinkes
Provinsi Bali, 2017).

Di Kota Denpasar prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan


darah usia ≥ 18 tahun menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas mengalami
peningkatan dari tahun 2017 – 2018 sebanyak 2,14%. Prevalensi hipertensi tertinggi di
tahun 2018 terdapat di Puskesmas Dentim I yaitu sebanyak 18,49% dengan jumlah
kasus 1440 penderita dari 4.048 jumlah penduduk, menurut jenis kelamin penderita
hipertensi terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 727 kasus (19,44%)
dibandingkan dengan laki – laki yaitu 713 kasus (17,61). Prevalensi hipertensi terendah
terdapat di Puskesmas Densel IV yaitu sebanyak 1,40% dengan jumlah kasus 203
penderita dari 172.476 jumlah penduduk (Dinkes Kota Denpasar, 2018).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di bidang pendidikan
kesehatan dan badan kesehatan dunia (WHO), mengemukakan bahwa pengetahuan dan
praktik masyarakat terhadap kesehatan masih kurang (Notoatmodjo, 2005). Oleh karena
itu diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Dengan dilakukannya pendidikan
kesehatan ini diharapkan masyarakat khususnya penderita hipertensi mendapatkan bekal
yang cukup untuk melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya program promosi kesehatan ini adalah untuk
mengurangi kejadian penyakit hipertensi pada masyarakat di kota Denpasar
terutama di kota Denpasar Selatan
2. Tujuan Khusus
Diharapkan 5 bulan setelah dilaksanakannya program ini peserta yang mengikuti
program dapat mempraktekkan secara mandiri mengenai diet garam ini.

1.3 MANFAAT
Kegiatan promosi kesehatan dan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan kelompok sasaran tentang hipertensi, dan dapat mempraktekkan secara
mandiri mengenai diet garam ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013)
2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui
penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit
atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya
2.3 Faktor Resiko Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
 Genetik : adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga.
 Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk
wanita bagi yang memiliki IMT. Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat
menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan
sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal
 Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause
salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit
demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
 Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat
 Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan
yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih
cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.
 Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
 Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok
pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median
waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari.
2.4 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi
cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon
iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang
yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin
ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-
tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang
kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap
karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat
peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara
pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, dan mata berkunangkunang
2.5 Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan nonfakmakologis Terapi
farmakologi dengan mengkonsumsi obat-obat antihipertensi :
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh
obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul adalah
batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis
ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril
3. Calsium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung
dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang
tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine
4. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan
yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
5. Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang
tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta
metoprolol.
Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko
penyakit penyerta lainnya. Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target
indeks massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2 ),
kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta
produk susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana
konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan
adalah target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC
VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau
tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai, pasien harus
rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target tekanan darah
tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit.
(Krisnanda,2017)
Hal yang juga bisa dilakukan untuk mengurangi kejadian hipertensi ini dengan
dilakukannya diet garam seperti yang telah dianjurkan oleh JNC VII yang
menganjurkan untuk diet dash. Diet Dash ini merupakan diet yang menekankan
konsumsi bahan makanan yang rendah natrium (Volmer WM et. al, 2001 ; Karanja N et.
al, 2004). Berikut ini cara melakukan diet garam :
 Perhatikan informasi nilai gizi yang tertera dalam label makanan, tujuannya
agar kita dapat mengatur kadar konsumsi garam yang kita konsumsi setiap
harinya. Menurut WHO kadar natrium atau garam yang lazim dikonsumsi
setiap harinya itu kurang lebih 6 gram atau satu sendok teh. (Department Of
Health And Human Services, 2006).
 Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung garam alami seperti
buah dan sayur (CDC, 2014).
 Mengganti garam dalam penyedap makanan dengan penyedap lain seperti
lemon, lada, cuka, rempah – rempah atau tidak menggunakan garam sama
sekali saat memasak. Mulai dengan mengurangi sebagian garam dalam
memasak (Department Of Health And Human Services, 2006).
 Hindari makanan olahan seperti makanan kaleng, saus dan makanan olah
industri lain karena biasanya banyak mengandung garam, dam lebih
memilih makanan yang segar dibanding makanan kaleng atau olahan lain
(Department Of Health And Human Services, 2006).
 Apabila akan membeli bahan makanan tanyakan kepada penjual apakah
mereka memiliki stok makanan yang rendah garam, sehingga memudahkan
kita dalam memilih makanan (CDC, 2006).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Program


3.1.1 Sasaran
Sasaran promosi kesehatan yang akan kami lakukan yaitu kepada
masyarakat di usia produktif yaitu 18 sampai 45 tahun, dimana pada usia
produktif biasanya seseorang cenderung tidak menjaga pola makannya
karena biasanya pada usia produktif tersebut mereka masih belum
merasakan berbagai masalah kesehatan sehingga tak jarang mereka pun
tidak memperhatikan asupan gizi pada makanan yang mereka makan. Selain
itu sasaran promosi kesehatan yang ingin kami tuju yaitu ibu-ibu rumah
tangga karena secara tidak langsung ibu rumah tangga sangat berperan
dalam kesehatan keluarganya dimana setiap hari merekalah yang
menyediakan makanan dan asupan gizi bagi keluarganya.Dalam
pelaksanaan program ini kami pun bekerja sama dengan pemerintah
setempat yaitu Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk melaksanakan
program ini.
3.1.2 Tempat
Program promosi kesehatan ini dilaksanakan di Puskesmas IV Denpasar
Selatan
3.1.3 Waktu Program
Program dilaksanakan selama kurun waktu 5 bulan sejak bulan Agustus
2020 sampai Desember 2020 dengan agenda sebagai berikut :
Kegiatan Waktu Tempat
Penyuluhan mengenai Agustus 2020 Puskesmas IV
Hipertensi (Fakto Denpasar Selatan
resiko, gejala,
komplikasi, dll)
Penyuluhan mengenai September 2020 Puskesmas IV
diet rendah garam (dash Denpasar Selatan
diet)
Pelaksanaan dan Oktober 2020 Puskesmas IV
pengawasan program Denpasar Selatan
diet garam dan
pengecekan tekanan
darah
Pelaksanaan dan November 2020 Puskesmas IV
pengawasan program Denpasar Selatan
diet garam dan
pengecekan tekanan
darah
Evaluasi dan Desember 2020 Puskesmas IV
monitoring Denpasar Selatan

3.1.4 Pola Kegiatan


Promosi kesehatan yang kami lakukan dengan cara penyuluhan di
Puskesmas IV Denpasar Selatan. Dalam penyuluhan tersebut kami
mengemukakan faktor pemicu dari hipertensi itu sendiri, gejala yang
ditimbulkan, dan dalam penyuluhan ini kami mengemukakan dan
mempraktikkan bagaimana cara mengatasi penyakit hipertensi dan di sini
kami lebih menekankan kepada diet rendah garam yang direkomendasikan
oleh JNC (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) VII yaitu dengan Diet Dash (Dietary
Approaches To Stop Hypertension).
Dalam pelaksanaan diet garam dan diet dash ini kami memberikan
arahan ataupun pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu-ibu rumah
tangga dengan menyampaikan bagaimana cara mencegah hipertensi dengan
diet garam. Dimana pada pelaksanaan diet dash ini untuk bulan pertama
selama minggu pertama kami menyiapkan menu makanan apa saja yang
akan dikonsumsi oleh para penderita hipertensi tersebut (menu diet per hari
terlampir), agar masyarakat paham dan mampu melaksanakan diet ini secara
mandiri.
Program promosi kesehatan ini juga dilakukan melalui sosial media
berupa video dan poster yang nantinya akan diupload dimedia sosial seperti
youtube, instagram, sehingga semua orang bisa mengakses dan mengetahui
dan memahami apa itu hipertensi, bagaimana faktor resiko dan gejalanya
yang ditimbulkan serta bagaimana cara diet garam itu sendiri.
3.2 Anggaran
 Persiapan
No Kegiatan Harga
1. Pembuatan Proposal Rp. 100.000
2. Transportasi Rp. 150.000
TOTAL Rp. 250.000
 Pelaksanaan
No Kegiatan Harga
1. Transportasi Rp. 400.000
2. Sewa Sound System Rp. 650.000
3. Konsumsi Rp. 2.000.000
4. Menu Diet Rp. 3.000.000
5. Spanduk Rp. 150.000
6. Dokumentasi Rp. 200.000
TOTAL Rp. 6.400.000

 Media Promosi Kesehatan


No Kegiatan Harga
1. Properti Rp. 100.000
2. Editing Rp 50.000
3. Transportasi Rp. 50.000
4. Cetak Poster Rp. 50.000
TOTAL Rp. 250.000
Total Keseluruhan :Rp. 6.900.000
Terbilang : Enam juta sembilan ratus ribu rupiah
3.3 Media Promosi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Saran
Materi untuk promosi kesehatan sebaiknya tidak hanya di fokuskan kepada para
penderita hipertensi saja, namun kepada orang di sekitarnya pun sebaiknya
diberi pengetahuan agar mereka bisa turut mengawasi dan hendaknya semua
pihak baik itu di lingkungan sekitar, lingkungan sekolah, dan lingkungan
pekerjaan mendukung mengenai diet garam ini.
Daftar Pustaka
Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Aja Keperawatan Medical Bedah. H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemah. Edisi 8 Vol 1.
Jakarta : EGC
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2016. Bali: Dinas Kesehatan Porvinsi Bali
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2017. Bali: Dinas Kesehatan Porvinsi Bali
Karanja N, Erlinger TP, Hwa LP, Miller ER, Bray GA. 2004. The DASH diet
for high blood pressure : From clinical trial to dinner table. Cleveland
Clinic Journal of Medicine. Vol. 71 No. 9.
Krisnanda, Yogi. 2017. Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka cipta.
Nuraini,Bianti.2015. Risk Factors Of Hypertension. Faculty of Medicine,
University of Lampung
Vollmer WM, Sacks FM, Ard J, Appel LJ, Bray GA, Morton DGS. 2001. Effect
of diet and sodium intake on blood pressure : Sub group analysis of the
DASH- sodium trial. Ann Intern Med

Anda mungkin juga menyukai