Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN ISU KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUSI

KASUS COVID-19
KASUS STUNTING
KASUS VAKSINASI

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA


ANGGOTA IKATAN SENAT KESEHATAN MASYARAKAT
INDONESIA WILAYAH YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir arahan tentang Isu
Kesehatan Masyarakat yang ada didaerah Institusi.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Yogyakarta, 14 Agustus 2021


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 BATASAN PERMASALAHAN KASUS


1.2.1 Kasus Kesehatan A
1.2.2 Kasus Kesehatan B
1.2.3 Kasus Kesehatan C

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN KASUS


1.3.1 Tujuan Pembahasan Kasus Kesehatan A
1.3.2 Tujuan Pembahasan Kasus Kesehatan B
1.3.3 Tujuan Pembahasan Kasus Kesehatan C

1.4 MANFAAT PEMBAHASAN KASUS


1.4.1 Manfaat Pembahasan Kasus Kesehatan A
1.4.2 Manfaat Pembahasan Kasus Kesehatan B
1.4.3 Manfaat Pembahasan Kasus Kesehatan C

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Prevalensi Kasusu A B C Pada Lokasi Kota Institusi
2.2. Etiologi Kasus A B C
2.3. Cara Penularan Kasus A B C
2.4. Cara Pencegahan Kasusu A B C
2.5. Kebijakan Pemkot/Pemkab/Pemprov Terkait Kasus A B C
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (JIKA DIPERLUKAN )


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan menurut undang-undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi
kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit,
cacat, dan kelemahan. Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak
memiliki gangguan apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi
secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah
sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang.

Peran petugas Kesehatan sangat penting sebagai pelaksana pelayanan


kesehatan di Puskesmas, tenaga kesehatan mempunyai tugas pokok dan fungsi
berdasarkan organisasi Puskesmas. Sesuai Kepmenkes No.128 tahun 2004
susunan organisasi Puskesmas terdiri dari unsur pimpinan yaitu kepala
puskesmas, unsur pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha dan unsur
pelaksana berupa unit-unit yang terdiri dari petugas dalam jabatan fungsional.
Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, karena pasien mempunyai hak untuk memilih dalam
menggunakan pelayanan kesehatan yang dianggapnya bermutu sehingga dapat
memuaskan keinginan pasien.

Melihat peran pemerintah dalam penerapan kebijakan dan melihat kondisi


tenaga kesehatan dan pelayanan yang diberikan serta peningkatan isu
kesehatan di Indonesia. Dengan demikian membuat mahasiswa kesehatan
masyarakat harus mampu mengkaji dan menganalisis bagaimana isu kesehatan
masyarakat dapat terjadi hingga mampu menemukan solusi dari permasalahan
kesehatan masyarakat tersebut. Sehingga mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Isu Kesehatan yang dapat diangkat yakni Covid-19, Stunting dan
Vaksinasi yang saat ini sedang menjadi perbincangan masyarakat luas.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Virus ini menular melalui percikan
dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya ketika berada di ruang
tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak
langsung dengan droplet.

Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE /
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi
badan anak seusianya, Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah
kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh
kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth
faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun,
Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga
anak berusia 2 tahun.

Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia


dalam menangani masalah Covid-19. Vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk
menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) agar masyarakat menjadi
lebih produktif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Kegiatan
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah memasuki tahap kedua. Selain
lansia, vaksinasi tahap kedua diperuntukkan bagi kelompok masyarakat yang
memiliki mobilitas tinggi sehingga berpotensi terpapar Covid-19 sangat tinggi
atau disebut dengan pekerja publik.
1.2 BATASAN PERMASALAHAN KASUS

1.2.1 Kasus Covid-19


Aadapun Batasan masalahnya ialah sebagai berikut :
Covid-19 yang terjadi di Indonesia

1.2.2 Kasus Stunting


Adapun Batasan masalahnya ialah sebagai berikut :
Stunting yang terjadi pada anak di wilayah kota Yogyakarta

1.2.3 Kasus Vaksinasi


Adapun Batasan masalahnya ialah sebagai berikut :
Vaksinasi yang dilaksanakan di wilayah kota Yogyakarta

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN KASUS


1.3.1 Tujuan Pembahasan Kasus Covid-19
1. Untuk mengetahui prevelensi kasus Covid-19 dikota Yogyakarta
2. Untuk mengetahui Etiologi kasus Covid-19
3. Untuk mengetahui cara penularan Covid-19
4. Untuk mengetahui cara pencegahan Covid-19
5. Untuk mengetahui kebijakan Pemkot/ Pemkab/Pemprov

1.3.2 Tujuan Pembahasan Kasus Stunting


1. Untuk mengetahui prevelensi kasus stunting dikota Yogyakarta
2. Untuk mengetahui Etiologi kasus stunting
3. Untuk mengetahui cara penularan stunting
4. Untuk mengetahui cara pencegahan stunting
5. Untuk mengetahui kebijakan Pemkot/ Pemkab/Pemprov
1.3.3 Tujuan Pembahasan Kasus Vaksinasi
1. Untuk mengetahui prevelensi kasus Vaksinasi dikota Yogyakarta
2. Untuk mengetahui Etiologi kasus Vaksinasi
3. Untuk mengetahui syarat yang diperbolehkan vaksinasi
4. Untuk mengetahui syarat yang tidak diperbolahkan
5. Untuk mengetahui kebijakan Pemkot/ Pemkab/Pemprov

1.4 MANFAAT PEMBAHASAN KASUS


1.4.1 Manfaat Pembahasan Kasus Covid-19
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dua hal, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperluas dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam kajian Ilmu Pemerintahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas
Sebagai wawasan dan sumber informasi yang dapat memberikan
tambahan referensi dan sumbangan pemikiran yang dapat
digunakan oleh peneliti lain.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai masukan pemikiran bagi aparat Desa dan masyarakat
dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penanganan Covid-19.
c. Bagi Peneliti
Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam
memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui
karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat
teruji dan berguna. 10
1.4.2 Manfaat Pembahasan Kasus Stunting
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor resiko yang
mepengaruhi stunting pada balita.
b. Sebagai referensi pada kajian-kajian selanjutnya yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Yogyakarta Hasil kajian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi
program kesehatan untuk menanggulangi masalah stunting terutama
dari sektor ekonomi keluarga dan ketahanan pangan keluarga. 7
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 7
b. Bagi Poltekkes Kemenkes Pemkot/Pemkab/Pemprov Yogyakarta
Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
kajian selanjutnya untuk meneliti variabel yang lain kaitannya
dengan stunting.

1.4.3 Manfaat Pembahasan Kasus Vaksinasi


1. Aspek Teoritis
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dengan harapan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi para akademisi dalam pengembangan ilmu
kesehatan masyarakat tentang pengelolaan rantai dingin vaksin imunisasi
dasar yang baik.
2. Aspek Praktis
Bagi aspek praktisi, manfaat dari hasil yang ditemukan dalam penelitian
ini dapat digunakan sebagai masukan yang berharga bagi Dinas Kesehatan
Provinsi Yogyakarta, karena bisa dipakai sebagai acuan rencana strategis
dalam pengelolaan rantai dingin vaksin imunisasi dasar yang baik.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PREVALENSI KASUSU A B C PADA LOKASI KOTA INSTITUSI


A. Kasus Covid-19
1. Situasi Global
Hingga 2 Agustus 2021, total kasus konfirmasi COVID-19 di dunia
adalah 198.353.459 kasus dengan 4.227.793 kematian (CFR 2,1%)
di 204 Negara Terjangkit dan 151 Negara Transmisi Komunitas.
2. Situasi Indonesia
Hingga 2 Agustus 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah
melaporkan 3.462.800 orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan
ada 97.291 kematian (CFR: 2,8%) terkait COVID-19 yang dilaporkan
dan 2.842.345 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengambil tindakan
untuk meningkatkan upaya penanggulangan COVID-19 di Indonesia,
mengacu pada pedoman sementara WHO tentang novel Coronavirus.

B. Kasus Stunting
Pemerintah Kota Yogyakarta terus berupaya menurunkan angka
stunting atau kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode awal
tumbuh kembang anak. Dituturkan oleh dr. Riska Novriana selaku
Kepala Seksi Kesehatan dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,
pada tahun 2020, data prevalensi stunting di Kota Yogyakarta berada
di sekitar 10% dari target 14%. Kasus stunting di Kota Yogyakarta
sebesar 11,3 persen lebih baik dari angka nasional 27,2 persen.
Angka ini menunjukkan penanganan Stunting di Kota sudah cukup
baik, jauh lebih baik dari angka data prevalensi nasional, namun
harapannya bisa nol kasus, dibandingkan tahun 2019, terdapat
kenaikan jumlah kasus stunting di Kota Yogyakarta, hal ini
dimungkinkan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan
operasional Posyandu sempat berhenti selama kurang lebih lima bulan
serta meningkatnya angka kemiskinan yang berdampak pada asupan
gizi pada masyarakat. Inilah mengapa untuk menyelesaikan
permasalahan stunting perlu adanya kolaborasi dan integrasi antar
OPD. Permasalahan stunting bukan hanya terkait dengan kesehatan,
namun juga hal lain seperti kemiskinan, ketahanan pangan, sanitasi,
ketersediaan air bersih, pendidikan calon pengantin, dan pendidikan
pola asuh orangtua. Angka stunting itu, merupakan hasil pendataan
yang dilakukan Dinas Kesehatan ada akhir 2019. Mereka yang
teridentifikasi dilakukan pemantauan nilai dan pemenuhan gizinya,
khususnya di Kecamatan Umbulharjo. Dari 2.270 balita yang
ditimbang hanya 12,56 persen dengan status pendek dan sangat
pendek.
Kota Yogyakarta sendiri menjadi satu dari 320 kabupaten/kota
yang ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai
fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2022, namun
demikian Pemkot sudah merintis kegiatan tersebut pada tahun ini.
Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB), Herristanti
mengatakan, terdapat dua intervensi yang dilakukan untuk
menurunkan angka stunting, yakni Intervensi Gizi Spesifik yang
ditujukan pada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
kepada ibu sebelum masa kehamilan serta Intervensi Gizi Sensitif yang
meliputi berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang
menyasar masyarakat umum di lokus tertentu. Intervensi Gizi Spesifik
bersifat jangka pendek dan dilakukan oleh Dinas Kesehatan sementara
Intervensi Gizi Sensitif bersifat jangka panjang dan memiliki bobot
70%. Intervensi ini membutuhkan konvergensi multi sektor baik pada
tahap perencanaan, penganggaran, penggerakan dan pelaksanaan,
pemantauan, dan pengendalian.
Pada tahun 2021 ini terdapat 10 wilayah yang menjadi lokus
intervensi penurunan stunting secara terintegrasi, yaitu Kricak, Terban,
Pringgokusman, Wirobrajan, Suryodiningratan, Prawirodirjan,
Gunungketur,Keparakan, Semaki, dan Rejowinangun. Kesepuluh
kelurahan tersebut dipilih berdasarkan keberadaan kelompok Pusat
Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) dan Bina Keluarga
Balita (BKB) yang aktif. Kegiatan yang dilakukan di lokus meliputi
Pengadaan media Komunikasi, informasi, dan Edukasi, Edukasi
pengasuhan 1.000 HPK bagi ibu dan keluarga, serta edukasi kesehatan
reproduksi dan stunting bagi calon pengantin di kelompok PIK-R

C. Kasus Vaksinasi
Recovery Rate (RR) serta Case Fatality Rate (CFR) dapat
digunakan untuk melihat tingkat keparahan, risiko suatu penyakit pada
populasi dan dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu fasilitas
pelayanan kesehatan. Laju penularan Covid-19 di Indonesia masih
cukup tinggi. Belum genap satu tahun pandemi Covid-19 melanda
Indonesia, namun kasus terkonfirmasi positif sudah mencapai lebih
dari satu juta kasus. Jumlah kasus aktif juga mengalami peningkatan
yang sangat drastis, bahkan tertinggi di Asia. Jumlah kematian akibat
Covid-19 juga meningkat tajam.

Saat ini Indonesia sedang menghadapi situasi yang sangat genting.


Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator dalam pandemi seperti
tingginya jumlah kasus harian, kasus aktif, serta kematian akibat
Covid-19. Rekor tertinggi positivity rate Indonesia terjadi pada tanggal
31 Januari 2021 yang mencapai 36,18% atau lebih dari 7 kali lipat dari
batas aman yang ditetapkan WHO (5%). Sedangkan rekor jumlah
kematian harian terjadi pada tanggal 28 Januari 2021 yang mencapai
476 jiwa. Bahkan angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR)
Indonesia tergolong tinggi, yaitu 2,8%, di atas CFR global (2,3%). Di
sisi lain, kasus aktif per tanggal 3 Februari 2021 mencapai 175.236
kasus atau 15,8% dari kasus terkonfirmasi positif.

2.2 ETIOLOGI KASUS A B C


A. Kasus Covid-19
Etiologi COVID-19 adalah infeksi virus family coronaviridae, dengan
nama spesies SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome virus
corona 2). Transmisi virus antar manusia melalui droplet yang disebarkan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari permukaan benda yang
terkontaminasi.

Virologi SARS-CoV-2
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-
stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi
permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti
menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif
27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S),
protein envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya.
SARS-CoV-2 termasuk dalam betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-
CoV-2 identikal dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar
dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini
memiliki diameter sebesar 60-140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi
dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, desinfektan yang
mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform.
SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam.
Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat
hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada tembaga selama
48 jam, dan pada karton selama 24 jam.
Varian Virus SARS-CoV-2
Pada bulan Juli 2021 telah ditemukan banyak varian virus SARS-Cov-
2. WHO memasukan varian baru ke dalam variant of interest (VOI)
dan variant of concern (VOC). Kriteria VOI adalah varian yang telah
teridentifikasi menyebabkan transmisi dalam lingkup komunitas atau
terdeteksi pada beberapa negara, seperti varian Zeta (P.2), Eta (B.1.525),
Kappa (B.1.617.1), dan Lambda (C.37).
Sedangkan kriteria VOC adalah kriteria VOI ditambah terbukti
menyebabkan perubahan pada kemampuan transmisi, virulensi, dan gejala.
VOC juga terbukti mengubah efektifitas dari upaya pengendalian
penyakit, termasuk pemeriksaan diagnostik dan tata laksana. Saat ini yang
masuk dalam VOC adalah varian alfa (B.1.1.7), beta (B.1.351), dan delta
(B.1.617.2). Status VOI dan VOC akan terus berubah sesuai hasil
penelitian dan pengamatan virus.

Transmisi Virus SARS-CoV-2


Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota
Wuhan Cina yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu,
transmisi binatang ke manusia merupakan mekanisme yang paling
memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2, kelelawar
dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari
virus ini masih belum diketahui secara pasti.

B. Kasus Stunting

Etiologi utama stunting adalah malnutrisi atau asupan yang tidak


cukup atau makanan yang kurang kandungan nutrisi untuk menunjang
pertumbuhan. Menurut WHO, stunting merupakan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh malnutrisi (gizi
buruk), infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang inadekuat (tidak
punya cukup kesempatan untuk bermain dan belajar). Stunting
menyebabkan anak tidak mencapai pertumbuhan dan potensi kognitif yang
optimal. Penggunaan istilah stunting pada artikel ini merujuk pada
nutritional stunting, dan penggunaan istilah stunted atau short stature
merujuk pada perawakan pendek yang secara umum dapat disebabkan oleh
kondisi patologis atau nonpatologis serta faktor nutrisi dan nonnutrisi.

Etiologi stunting antara lain nutrisi yang tidak adekuat serta penyakit yang
menyebabkan buruknya asupan gizi, penyerapan, dan pemanfaatan nutrisi
seperti penyakit jantung bawaan, tuberkulosis paru, anemia, dan infeksi
kronis. Diagnosis stunting ditegakkan dengan mengukur panjang/tinggi
badan anak. Seorang anak akan disebut stunting apabila tinggi badan (TB)
menurut usia di bawah -2 SD kurva pertumbuhan WHO. Anamnesis
meliputi riwayat pertumbuhan, faktor risiko, dan pemeriksaan fisik
terutama untuk melihat adanya kondisi dismorfik dan disporporsional
tubuh perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis stunting. Tata laksana
stunting meliputi pemberian makronutrien (karbohidrat, protein, lemak)
dan mikronutrien (zinc, vitamin A, zat besi, iodine) yang cukup, mengatasi
infeksi bila ada, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang harus
dijalankan oleh seluruh anggota keluarga dan masyarakat di sekitar anak
tinggal. Penelitian menunjukkan bahwa keragaman bahan makanan dan
konsumsi makanan dari sumber hewani berhubungan dengan perbaikan
pertumbuhan linear.

 Peran Kesehatan Masyarakat pada stunting

Tenaga kesehatan masyarakat berperan dalam memberikan


informasi dan edukasi terkait faktor resiko stunting, gizi selama
kehamilan hingga pasca melahirkan. Edukasi yang baik akan
meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga dapat menerapkan
asupan nutrisi baik kepada anak.

C. Kasus Vaksinasi
Etiologi Guillain-Barre Syndrome (GBS) atau sindrom Guillain-Barre
adalah penyakit yang diperantarai sistem imun dan didahului dengan
infeksi bakteri atau virus sebelumnya.

Infeksi Pencetus
Penyakit infeksi akut ditemukan pada dua per tiga penderita GBS 3
minggu sebelum timbulnya gejala. Reaksi silang antara organisme
patogen dan jaringan syaraf menyebabkan munculnya suatu respon
autoimun. Suatu studi menunjukkan gejala infeksi pencetus yang
paling sering muncul adalah demam (52%), batuk (48%), sakit
tenggorokan (39%), sekret nasal (30%) dan diare (27%). Pasien
biasanya mengalami infeksi saluran nafas atau gastroenteritis yang
telah sembuh ketika gejala neuropati muncul.

Beberapa penelitian mengungkap bahwa penyebab tersering dari


infeksi pencetus munculnya GBS adalah Campylobacter jejuni. Studi
serologi di Belanda menunjukkan bahwa 32% dari pasien penderita
GBS teridentifikasi pernah mengalami infeksi C.jejuni sebelumnya,
sedangkan studi di China utara menunjukkan angka infeksi C. jejuni
mencapai 60% dari penderita GBS. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)
diketahui sebagai penyebab kedua tersering dari GBS. Penyebab
infeksi pencetus GBS yang signifikan namun jarang ditemukan antara
lain infeksi oleh Epstein-Barr virus, Varicella Zoster virus,
Mycoplasma pneumonia dan Haemophilus influenza.

Vaksinasi

Vaksinasi dianggap juga sebagai salah satu pencetus GBS walaupun


hal ini masih diperdebatkan. Perdebatan ini muncul ketika terjadinya
peningkatan angka kejadian GBS setelah pemberian vaksinasi flu Babi
di Amerika Serikat pada tahun 1976. Beberapa penelitian yang
melakukan pengkajian ulang terhadap kasus peningkatan angka
kejadian GBS di Amerika setelah vaksinasi flu babi, mengungkapkan
bahwa resiko terjadinya GBS adalah 1.7 dari 1 juta vaksinasi. Ini
berarti resiko terjadinya GBS setelah mendapatkan vaksinasi flu
berkisar antara 1 hingga 2 orang per 1 juta vaksinasi. Namun hubungan
antara GBS dan vaksinasi flu hingga saat ini masih belum jelas.
Beberapa penelitian retrospektif lainnya tidak menunjukkan adanya
peningkatan angka kejadian GBS setelah vaksinasi flu di negara lain.

Penyebab lainnya
Beberapa kondisi seperti trauma, operasi, kehamilan, lymphoma,
transplantasi organ, dan gigitan ular dilaporkan dapat memicu
timbulnya GBS. Namun hal ini masih belum jelas dan masih
diperdebatkan. Penggunaan obat-obatan tertentu juga diyakini
memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian GBS.
Beberapa laporan kasus menunjukkan penggunaan agen antagonis
tumor necrosis factor pada pengobatan rheumatoid arthtitis
meningkatkan kemungkinan terkena GBS. Hal ini juga masih belum
jelas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2.3 CARA PENULARAN KASUS A B C


A. Kasus Covid-19
1. Melalui Droplet. Droplet adalah cairan atau percikan air yang
keluardari saluran pernapasan ketika seseorang batuk maupun bersin.
2. Melalui Kontak Fisik.
3. Melalui Permukaan yang Terkontaminasi.
4. Ruangan dengan Ventilasi Buruk.
5. Tempat Ramai.

B. Kasus Stunting

 Kebersihan Lingkungan yang Kurang Terjaga

Kebersihan lingkungan di sekitar anak yang kurang baik, seperti


sanitasi yang buruk, dapat memicu penyakit diare dan cacingan pada
anak. Kalau sudah begitu, kondisi tersebut akan meningkatkan risiko
gangguan tumbuh kembang.
 Status Gizi Ibu yang Buruk saat Hamil dan Menyusui

Kekurangan gizi dalam dapat terjadi sejak janin dalam kandungan. Jika
saat masa kehamilan dan menyusui nutrisi ibu tidak terpenuhi dengan
baik, maka itu bisa memengaruhi perkembangan si buah hati.

 Pola MPASI yang Tidak Sehat dan Bergizi

Saat masuk ke masa MPASI sejak usia 6 bulan, orang tua harus
memenuhi standar makanan sehat dan bergizi.

Jika tidak dipenuhi, risiko stunting pada anak akan meningkat! Asupan
makanan yang disarankan haruslah bervariasi, lalu asupan karbohidrat,
protein, dan lemak juga harus dicukupi.

 Anak Jarang Konsumsi Sayur dan Buah

Anak yang jarang konsumsi sayur dan buah punya cadangan vitamin
dan mineral yang rendah, sehingga risikonya meningkat. Perlu diingat,
vitamin dan mineral tidak diproduksi di dalam tubuh. Itu hanya
diperoleh dari sayur dan buah!

C. Kasus Vaksinasi
Hal yang tidak diperbolehkan vaksin

 Mengalami kesulitan saat berjalan


 Tekanan darah diatas 180/110 mmHg
 Ibu hamil
 Para pengidap penyakit kronik
 Bagi yang sedang mendapatkan terapi kanker
 Bagi penderita gangguan pembekuan darah

2.4 CARA PENCEGAHAN KASUSU A B C


A. Kasus Covid-19
 Pakai Masker
 Cuci Tangan
 Jaga Jarak Aman & Batasi Mobilitas
 Menerapkan Hidup Sehat
 Lakukan Vaksinasi

B. Kasus Stunting

 Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting


pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.
Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia
menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu
mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas
anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.

 Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim,


Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi
peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan
makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan
ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein
whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang
terbilang rentan.

 Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat


Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini
pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi
mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk
mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi
atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain,
sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

 Terus memantau tumbuh kembang anak.

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,


terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara
berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu,
akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal
gangguan dan penanganannya.

 Selalu jaga kebersihan lingkungan

Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan


penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor
ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang
stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School
menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan
gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare
datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh
manusia

C.Kasus Vaksinasi

Yang diperbolahkan saat Vaksin

 Berusia diatas 18 tahun


 Tekanan darah harus dibawah 180/110 mmHg
 Bagi ibu menyusui sudah bias mendapatkan vaksin
 Tidak sedang sakit

2.5 KEBIJAKAN PEMKOT/PEMKAB/PEMPROV TERKAIT KASUS A B


C
A. Kasus Covid-19
Pada 31 Maret 2020, Presiden RI menerbitkan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU No 1 Tahun 2020 (PERPPU 01/2020)
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Total
anggaran untuk ini adalah sebesar Rp 405,1 triliun.

Pada 3 April 2020, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden


(Perpres) No. 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur Rincian dan
APBN Tahun 2020. Perpres ini merupakan tindak lanjut dari Perppu
No. 1 Tahun 2020. Anggaran dari beberapa kementerian dipotong
sebesar Rp 97,42 triliun. Namun, beberapa Kementerian mengalami
peningkatan anggaran, seperti Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebesar dari Rp 36 triliun menjadi Rp 70 triliun; dan
Kementerian Kesehatan dari Rp 57 triliun menjadi 76 triliun.

Initial Reponses

1. Pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu


masuk negara di bandara/pelabuhan/pos lintas batas darat
negara (PLBDN).
2. Pada 18 Januari 2020, Indonesia melakukan pemeriksaan
kesehatan di 135 titik bandar udara, darat, dan pelabuhan
menggunakan alat pemindai suhu.
3. Kementerian Kesehatan (Kemkes) menunjuk sedikitnya 100
Rumah Sakit rujukan yang sebelumnya dipakai pada kasus flu
burung.
4. Kemkes mengembangkan pedoman kesiapsiagaan mengacu
pada pedoman sementara World Health Organization (WHO).
5. Kemkes membuka kontak layanan yang dapat diakses umum.
Layanan ini digunakan untuk mengomunikasikan hal-hal
terkait Covid-19.
6. Pada 2 Februari 2020, Pemri mengumumkan penundaan
penerbangan dari dan ke RRT daratan yang berlaku mulai 5
Februari 2020 pukul 00.00 WIB. Pada 4 Februari 2020, Pemri
menghentikan sementara impor hewan hidup dari RRT daratan.
7. Pada 2 Februari 2020, memulangkan WNI dari Provinsi Hubei,
RRT. Langkah-langkah sebelumnya yang ditempuh antara lain:
o Ketersediaan akses logistik di Wuhan. Bantuan dana setara
Rp 133 juta kepada WNI yang sebagian besar merupakan
mahasiswa.
o BNPB melalui Kemlu dan KBRI Beijing mengirimkan
masker N-95 untuk WNi di RRT.
8. Penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) No. 7 Tahun 2020
tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) pada 13 Maret 2020; dan Keppres
No. 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Keppres No. 7
Tahun 2020 pada 20 Maret 2020.

B. Kasus Stunting
Stunting merupakan isu yang cukup familiar, bahasanya sudah
mengglobal dan diIndonesia menjadi fokus program kerja pemerintah.
prevelensi stunting masih cukup tinggi, untuk daerah-daerah yang
tertular atau di provinsi yang memiliki keterbatasan akses. Beberapa
peraturan pemerintah sudah menargetkan daerah-daerah tersebut
menjadi wilayah yang ditetapkan sebagai locus stunting.
Digna menyebutkan pendekatan pengendalian untuk menangani
stunting bisa dilakukan dengan pendekatan pusat maupun daerah.
Pendekatan pusat melalui RPJM 2020-2024 dengan alokasi dan cukup
besar, sedangkan dengan daerah bisa dilakukan dengan skema kerja
sama dan lain-lain.

Beberapa daerah ang sukses dalam penangann kasus stunting


seperti Sulawesi hasil kerja dengan NGO dengan Universitas local.
Sedangkan Yogyakarta hasil kerja sama dengan UGM.

Dalam rangka pelaksanaan upaya pencgahan dan penurunan


prevelensi stunting melalui 8 aksi konvergensi di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Pemda DIY tahun 2020 menyelenggarakan koordinasi
melalui Vidio Conference. Dalam paparan tersebut disampaikan dasar
pelaksanaan koordinasi dan evaluasi pemda DIY berupa keputusan
Gubernur DIY Nomer 174/TIM/2019 Tentang pembentukan Tim
Koordinasi dan Penelis Penilai kinerja Kabupaten/Kota. Pada tahun
2020 Kabupaten Lokus Stunting di DIY meliputi Kabupaten Bantul,
KulonProgo, dan kabupaten Gunung Kidul tahun 2020 merupakan
tahun pertama namun plaksanaan aksi kovergensi penurunan stunting
dilaksanakan tatakala dan mekanisme dalam pedoman.

Terdapat 4 macam aksi integrasi yang meliputi :

a. Aksi 1 : Analisis Situasi Program Penurunan Stunting


b. Aksi 2 : Penyusunan Rencana Kegiatan
c. Aksi 3 : Rembuk Stunting kabupaten/kota
d. Aksi 4 : Perbup tentang kewenangan desa

Dalam acara Kick Off yakni program Seribu Pelangi Goes To


Community juga merupakan salah satu cara dari kebijakan Waki Kota
Yogyakarta, acara yang digelar oleh Pemkot Yogyakarta yang bekerja
sama dengan PT Sari Husada Griya Mahardika bertujuan untuk
mendukung kegiatan pencegahan stunting. Program ini bisa
dimanfaatkan masyrakat mulai dari ibu hamil hingga balita berusia dua
tahun, dan dengan adanya program ini pemerintah DIY berharap dapat
dijadikannya icon kota Yogyakarta dalam kepedulian perbaikan nutrisi
bayi dan dapat mengurangi perluasan kasus stunting.

C. Kasus Vaksinasi
(Far) Sudah satu tahun sejak bulan Maret 2020 Indonesia mengalami
pandemi Covid-19. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah
dan mengendalikan covid-19. Namun demikian pandemi ini masih
belum berakhir. Sejak awal pandemi sudah dilakukan upaya 3 M yaitu
Memakai Masker, Mencuci Tangan Pakai Sabun atau handsiniter dan
Menjaga Jarak Aman 1 sampai dengan 2 meter. Semakin tinggiya kasus
di beberapa daerah di Indonesia dan belum menunjukkan penurunan,
upaya pencegahan ditambah sehingga menjadi 5 M yaitu dengan
menambah Menghindari kerumunan dan Membatasi Mobilitas.

Seiring berkembangnya penelitian di bidang kesehatan terkait


pencegahan covid-19 maka kemudian ditemukan vaksin covid-19.
Berbagai negara di dunia berlomba memvaksinasi warganya. Amerika
menargetkan sehari lebih sejuta yang divaksinasi dan bisa selesai dalam
11 bulan. China dengan penduduk 5 kali lipat, kalau hanya satu jutaan
sama selesai dalam 5 tahun.Israel dan Uni Emirat Arab menargetkan 2
bulan selesai. Indonesia menargetkan 181,5 juta warga mendapatkan
vaksinasi dari bulan Januari 2021 sampai dengan Maret 2022.

Indonesia mulai melakukan vaksinasi covid-19 yang pertama kalinya


dicanangkan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo pada 13 Januari 2021.
Presiden juga mendapatkan vaksinasi Covid-19. Vaksin yang saat ini
digunakan adalah produk Sinovac . Pemerintah Kota Yogyakarta juga
sudah melaksanakan vaksinasi covid-19 tahap pertama yang
dicanangkan dan diikuti oleh Wakil Walikota Yogyakarta Bapak Hoeroe
Poerwanto dan Forkopimda Kota Yogyakarta pada tanggal 15 Januari
2021 di Rumah Sakit Pratama yang selanjutnya diikuti oleh tenaga
kesehatan.

Saat ini di Kota Yogyakarta telah memasuki vaksinasi untuk tahap kedua.
Vaksinasi tahap kedua sudah diberikan secara massal di tiga lokasi yaitu
Pasar Beringharjo, Benteng Verdebrug dan Taman Parkir Abu Bakar Ali.
Vaksinasi tahap kedua ini diberikan untuk pedagang Beringharjo,
pedagang kaki lima dan pekerja sektor Informal di sekitar Tugu,
Malioboro dan Kraton. Vaksinasi massal ini dihadiri dan dipantau oleh
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Maret 2021. Vaksinasi massal
dosis pertama dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 6 Maret 2021
dan dosis kedua pada tanggal 15 sampai dengan 20 Maret 2021 di lokasi
yang sama. Vaksinasi tahap kedua di Kota Yogyakarta juga diberikan
untuk para lanjut usia (lansia) yang dipusatkan di Rumah Sakit mulai
tanggal 8 Maret 2021. Vaksinasi untuk ASN, Pendidik dan Pegawai
Pemerintah Kota Yogyakarta juga sudah diberikan dosis pertama pada
tanggal 22 sampai dengan 27 Maret 2021 dan dosis kedua akan
diberikan pada tanggal 5 sampai dengan 10 April 2021.
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Stunting adalah keadaan paling
umum dari bentuk kekurangan gizi (PE / mikronutrien), yang mempengaruhi bayi
sebelum lahir dan awal setelah lahir, terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu
hamil, dan pertumbuhan janin. Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya
pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Covid-19. Vaksinasi Covid-19
bertujuan untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) agar
masyarakat menjadi lebih produktif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.

3.2 SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan laporan di


atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617414/penyebab-dan-cara-
mencegah-stunting-pada-anak
 https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/sindrom-guillain-barre/
etiologi
 http://scholar.unand.ac.id/40701/1/BAB%20I.pdf
 https://www1-media.acehprov.go.id/uploads/STUNTING.pdf
 http://eprints.umm.ac.id/25767/1/jiptummpp-gdl-wahdhatula-43030-2-
babi.pdf
 https://yogya.inews.id/berita/kasus-stunting-di-jogjakarta-lebih-rendah-
dari-nasional-begini-faktanya
 https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/14081
 https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/
 https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/
 https://kesehatan.kontan.co.id/news/kasus-covid-19-ri-nyaris-1-juta-
kenali-4-cara-penularan-virus-corona?page=all
 https://health.kompas.com/read/2021/06/24/060500268/7-cara-mencegah-
penularan-virus-corona-varian-baru-menurut-ahli?page=all
 https://kesehatan.jogjakota.go.id/berita/id/227/vaksinasi-covid-19-di-kota-
yogyakarta/

Anda mungkin juga menyukai