Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Keperawatan Komunitas II
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu :
Eny Sutria, S.Kep.,Ns.,M.Kes

OLEH:

KEPERAWATAN A

Fatiha Izza Tuslamia


(70300117010)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang disusun untuk memenuhi tugas
Keperawatan Komunitas II. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan


bangsa, membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya
saing, membentuk watak dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan
berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan menguasai
teknologi. Makalah ini dibuat untuk membantu memahami materi tersebut.
Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam segala bentuk
kegiatan belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah
proses pencapaian yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah


ini. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan
kami terima dengan lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri tim
penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB I PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Indikator Utama Status Kesehatan Anak & Remaja...................................4
B. Masalah Etika Terkait Kesehatan Anak & Remaja.....................................5
C. Program Umum & Strategi Pencegahan Untuk Kesehatan Anak...............7
D. Aplikasi Proses Keperawatan Kelompok dan Remaja................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................17
A. Kesimpulan...............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa


serta sebagai sumber daya manusia di masa depan yang merupakan
modal bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
development). Berangkat dari pemikiran tersebut, kepentingan yang
utama untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus
memperoleh prioritas yang sangat tinggi. Sayangnya, tidak semua anak
mempunyai kesempatan yang sama dalam merealisasikan harapan dan
aspirasinya (Badan Pusat Statistik, 2018).
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak mengelompokkan setiap orang yang berusia sampai
dengan 18 tahun sebagai ‘anak’, sehingga berdasarkan Undang-Undang
ini sebagian besar remaja termasuk dalam kelompok anak. Sementara
menurut World Health Organization (WHO), yang termasuk kedalam
kelompok remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, dan secara
demografis kelompok remaja dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun
dan kelompok usia 15-19 tahun (Kemenkes, 2014).
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa 30,5 persen
atau 79,6 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2017 adalah anak-
anak berusia 0-17 tahun. Ini artinya hampir satu diantara tiga penduduk
Indonesia adalah anak-anak. Diprediksikan proporsi anak di Indonesia
pada beberapa kurun waktu ke depan juga tidak akan mengalami
perubahan signifikan (BPS, 2017).
Terdapat hal yang menarik jika mengamati data penduduk anak di
Indonesia pada periode 2017-2025. Secara umum, jumlah anak
diproyeksikan akan mengalami tren menurun mulai tahun 2017 hingga
tahun 2025. Informasi mengenai jumlah dan komposisi anak di Indonesia
ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menjamin terpenuhinya hak dan
perlindungan anak. Kemudian informasi ini juga dibedakan menurut jenis
kelamin, salah satu tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana
kesenjangan pembangunan antar sektor dilihat dari jenis kelamin anak.
Rasio Jenis Kelamin (RJK) kelompok usia 0-17 tahun sebesar 103,3;

1
artinya dari setiap 100 penduduk perempuan, terdapat sekitar 103
penduduk laki-laki. Jika dilihat menurut usia tunggal, penduduk laki-laki
lebih banyak daripada penduduk perempuan pada semua usia (BPS,
2017).
Upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak terus
menjadi perhatian pemerintah. Kajian kemiskinan dan kesejahtaraan anak
dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
melalui penghitungan indeks komposit kemiskinan anak yang dibentuk
dari dimensi pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, lingkungan dan
sanitasi, dan ekonomi (Badan Pusat Statistik, 2018).
Peningkatan indikator kesehatan anak menjadi salah satu tolok
ukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa
kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak
yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar,
baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Kesejahteraan anak dapat
diwujudkan melalui pemeliharaan dan perlindungan kesehatan anak sejak
dalam kandungan sampai sesudah dilahirkan (Badan Pusat Statistik,
2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Bagaimana indikator utama status kesehatan anak & remaja?
2. Apa saja masalah etika terkait kesehatan anak & remaja?
3. Bagaimana program umum & strategi pencegahan untuk
kesehatan anak?
4. Bagaimana aplikasi proses keperawatan kelompok & remaja?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui indikator utama status kesehatan anak &
remaja.
2. Untuk mengetahui masalah etika terkait kesehatan anak &
remaja.

2
3. Untuk mengetahui program umum & strategi pencegahan untuk
kesehatan anak.
4. Untuk mengetahui aplikasi proses keperawatan kelompok &
remaja.

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan uraian tujuan penulisan, maka manfaat penulisan
dalam makalah ini adalah:
1. Agar mahasiswa mampu memahami indikator utama status
kesehatan anak & remaja.
2. Agar mahasiswa mampu memahami masalah etika terkait
kesehatan anak & remaja.
3. Agar mahasiswa mampu memahami program umum & strategi
pencegahan untuk kesehatan anak.
4. Agar mahasiswa mampu memahami aplikasi proses
keperawatan kelompok & remaja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Indikator Utama Status Kesehatan Anak & Remaja


Jawab :
Menurut Aziz Alimul Hidayat (2010), dalam menentukan derajat
kesehatan anak di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan, antara lain:
a. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di
Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor
penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini
masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya
penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas
bagian bawah.
Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus,
campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak.
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma
persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat
disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta
kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan.
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang
cukup tinggi terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit
menular, terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan
inasalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak.
b. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan
derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari
lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan
tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan

4
kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi,
dan pendidikan ibu.
c. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang
optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh
sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi
ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah
kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.
d. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolak ukur
selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan
mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam
menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia
harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status
kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti faktor
sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.

2. Masalah Etika Terkait Kesehatan Anak & Remaja


Jawab :
Berdasarkan buku Keperawatan Komunitas dan Keluarga (2019),
masalah etika terkait kesehatan anak dan remaja meliputi:
a. Keputusan alokasi: Mengingat waktu dan sumber daya yang terbatas,
apa tingkat perawatan yang harus perawat tawarkan pada anak dan
keluarganya?
b. Konflik ibu-janin: Kadang-kadang ada yang menentang masalah etika
untuk wanita hamil dan janinnya. Misalnya, apakah manfaat
memperpanjang kehamilan membenarkan risiko komplikasi bagi
wanita hamil atau apakah pergobatan yang diperintahkan pengadilan
untuk penyalahgunaan zat pada wanita hamil menimpa hak otonomi
bagi wanita hamil?
c. Otonomi klien: Dalam setiap kasus tertentu, siapakah yang harus

5
membuat keputusan pelayanan kesehatan untuk klien muda,
terutama ketika menentang pendapat yang muncul? Klien? Orang tua
atau wali? Perawat atau profesional kesehatan lainnya? Pada usia
berapa anak menjadi cukup dewasa untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan seperti itu? Hukum apa yang diberikan
negara yang telah mempengaruhi otonomi klien remaja? Apa yang
harus perawat kesehatan masyarakat lakukan jika ia percaya
keputusan klien atau orang tua klien tidak dalam kepentingan terbaik
bagi klien?
d. Privasi dan kerahasiaan: Apakah sebuah intervensi sesuai jika
perawat kesehatan masyarakat mengidentifikasi ketidakpatuhan,
pengabaian, atau penyiksaan? Apakah sebuah intervensi tepat jika
dalam melakukannya perawat harus membuka kerahasiaan? Kapan
dan bagaimana seharusnya perawat mengambil tindakan?
e. Sistem "Gaming": Ketika aturan sistem pelayanan kesehatan tampak
menghambat kemampuan perawat untuk melayani kepentingan klien,
apakah itu diterima untuk menghindari sistem?Jika demikian, apa
biaya moral dan hukum?
f. Kompetensi budaya: Perawat akan menghadapi definisi budaya yang
berbeda dari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa diterima oleh
etika. Bagaimana seharusnya perawat kesehatan masyarakat
menanggapi kelompok klien atau penduduk yang tidak berbagi
pandangan budaya yang sama dalam kesehatan? Apa dasar hukum
perawat, jika ada, untuk menanggapi dengan cara tertentu?
g. Kesenjangan kesehatan dan akses ke pelayanan kesehatan: Apa
tanggung jawab perawat dalam memastikan bahwa perempuan dan
anak-anak memiliki akses ke pelayanan kesehatan? Bagaimana
perawat dapat mempengaruhi keputusan kebijakan yang berdampak
pada pelayanan kesehatan masyarakat?
h. Diagnosis prenatal dan pemeriksaan bayi baru lahir: Apa konsekuensi
potensial jangka panjang dari mengidentifikasi kondisi genetik?
Apakah orang tua sepenuhnya diberitahu tentang konsekuensi negatif
dari diagnosis genetik, termasuk stigmatisasi, diskrimiasi, dan efek
psikologis? Masalah-masaiah ini selalu melibatkan pertimbangan nilai
dan menantang batasan perawat dalam tugas profesional dan pribadi.

6
Mereka juga membutuhkan perawat kesehatan masyarakat untuk
tetap mengikuti perubahan legislatif di tingkat lokal, negara bagian,
dan tingkat nasional dan berpartisipasi dalam kegiatan profesional
yang dapat membantunya tetap berada dalam hal-hai penting.
Dengan mengakui implikasi etis dari perawatan dan saran yang
mereka berikan atau tindakan yang mereka ambil, perawat dapat
mencakup tugas mereka untuk mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan klien individu dan masyarakat lebih lengkap,
melindungi kiien mereka dari bahaya, dan berjuang untuk kelayakan
pelayanan kesehatan dan keadilan bagi semua klien.

3. Program Umum & Strategi Pencegahan Untuk Kesehatan Anak


Jawab :
Berdasarkan Database Pengeluaran Kesehatan Global (2019),
UNICEF bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan akses ke layanan berkualitas bagi ibu, bayi baru lahir dan
anak-anak, terutama yang paling rentan. Untuk mengatasi penyakit
menular, upaya eliminasi malaria di daerah endemis sedang dilakukan,
bersama dengan meningkatkan layanan HIV untuk pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak serta melakukan diagnosis dini pada
bayi. Di bidang penyakit tidak menular, UNICEF telah mendukung
advokasi dan peningkatan kesadaran tentang dampak buruk polusi
udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.
Sementara, menurut buku Keperawatan Komunitas dan Keluarga
(2019), salah satu cara yang paling penting untuk mencapai
keberhasilan dan kesejahteraan generasi masa depan anak adalah
memulai hidup sehat dan mempertahankan status kesehatan fisik dan
emosionalnya sepanjang masa kecil dan remaja. Sejak awal abad kedua
puluh, bangsa telah membuat kemajuan luar biasa dalam banyak bidang
kesehatan anak dan remaja, tetapi hasilnya adalah gabungan.
Untungnya, ilmiah, medis, lingkungan, orang tua dan
pengetahuan lainnya dapat mengurangi atau menghilangkan banyak
masalah. Hal ini adalah bentuk dari prioritas masalah dan mengambil
langkah yang diperlukan untuk memperoleh perubahan.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lebih penting dan

7
hemat biaya untuk anak-anak daripada untuk kelompok usia lainnya.
Perawatan kesehatan primer dan intervensi dini untuk anak-anak dan
keluarga dapat membantu mencegah masalah biaya, penderitaan, dan
potensi manusia hilang. Promosi kesehatan dan strategi pencegahan
penyakit untuk meningkatkan kesehatan anak dan remaja muncul dalam
berbagai bentuk dan berasal dari lembaga penelitian, lembaga-lembaga
publik, perusahaan swasta, dan organisasi berbasis masyarakat. Mereka
dapat mencakup sebagai berikut:
a. Intervensi klinis
b. Upaya kesehatan masyarakat yang mengidentifikasi tren dan
mengembangkan populasi berbasis, masyarakat luas, atau strategi
individu untuk mempengaruhi mereka
c. Usaha filantropis yang mendanai inisiatif di masyarakat, negara, dan
regional
d. Inisiatif kebijakan publik yang membuat atau memperbaiki program
publik atau memberikan insentif bagi entitas nonpemerintah untuk
mengatasi masalah yang teridentifikasi

4. Aplikasi Proses Keperawatan Kelompok & Remaja


Jawab :
Menurut Riasmini dkk (2017), kelompok atau agregat adalah
sekumpulan individu yang berinteraksi pada suatu daerah atau
mempunyai karakteristik khusus yang merupakan bagian dari
masyarakat. Sasaran asuhan keperawatan kelompok yang tidak terikat
institusi yaitu, kelompok balita, kelompok ibu hamil, kelompok usia lanjut
atau kelompok lembaga penderita penyakit tertentu. Kemudian
kelompok yang terikat institusi yaitu sekolah, tempat kerja, pesantren,
panti asuhan, panti lansia, rumah tahanan atau pemasyarakatan.
Berdasarkan buku Keperawatan Komunitas dan Keluarga (2019),
dengan menerapkan prinsip-prinsip proses keperawatan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, perawat kesehatan masyarakat
dapat memberikan layanan kepada anak-anak dan remaja lebih
sistematis dan efektif. Sebagian besar masyarakat menawarkan
berbagai layanan pencegahan dan program penting lainnya yang
diperlukan anak-anak. Perawat kesehatan masyarakat memahami

8
kebutuhan individu harus benar-benar memahami kebutuhan anak dan
keluarga dan harus menyadari sumber daya masyarakat yang tersedia
untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan anak, sebagai studi
kasus ini menggambarkan.
Maria, seorang perawat kesehatan masyarakat yang bekerja
untuk pemerintah di Puskesmas, menerima telepon dari perawat UKS di
sebuah Sekolah Menengah Atas yang memberitahukan bahwa seorang
siswa SMA berusia 16 tahun bernama Dewi akan datang sore hari untuk
tes kehamilan. Dewi sudah melewatkan tiga periode menstruasi dan
takut untuk berbicera dengan keluarganya. Dia berdiskusi panjang
dengan perawat sekolah dan meminta pacarnya, juga berusia 16 tahun,
untuk membawanya ke Puskesmas sepulang sekolah untuk melakukan
tes kehamilan. Hasil tes kehamilan Dewi adalah positif, dan dia
diperkirakan hamil 3 bulan. Dia marah dan tidak mau berbicara dengan
Maria di Puskesmas. Dengan persetujuan dari Dewi, Maria
merencanakan untuk melakukan kunjungan rumah pada sore hari
berikutnya. Mengetahui bahwa ia harus mengatasi sejumlah masalah
pada kunjungan rumah pertama.
Maria membuat persiapan dengan mengembangkan daftar
pengkajian yang melingkupi individu, keluarga, dan masyarakat sebagai
berikut.
a. Individu
1) Faktor risiko medis
2) Emosional kesejahteraan, termasuk kekhawatiran tentang
keamanan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, dan
pelecehan seksual
3) Keyakinan budaya dan sikap terhadap kehamilan dan perawatan
medis
4) Hambatan untuk komunikasi dengan penyedia, seperti bahasa,
pendengaran, dan penglihatan
5) Memahami dan penerimaan kehamilan
6) Perilaku kesehatan-mempromosikan dan pengambilan risiko
7) Memahami pentingnya memperoleh layanan perawatan
pencegahan
8) Status asuransi kesehatan

9
9) Akses ke transportasi
b. Keluarga
1) Kecukupan struktur perumahan
2) Keamanan lingkungan
3) Kemampuan anggota keluarga untuk memberikan dukungan
emosional
4) Kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan keuangan
5) Kemampuan dan kemauan dari ayah bayi untuk memberikan
dukungan
c. Masyarakat
1) Ketersediaan prenatal terjangkau dan peka budaya dan
perawatan anak
2) Koordinasi kesehatan dan pelayanan sosial
3) Bimbingan emosional dan konseling
4) Kesempatan pendidikan untuk remaja hamil dan orang tua
5) Pelatihan kerja
6) Layanan nutrisi dan makanan perangko
7) Kehamilan dan pengasuhan pendidikan
8) Ketersediaan perawatan anak
Data Pengkajian
a. Individu
1) Dewi sudah pada trimester kedua awal kehamilan dan tidak
menerima perawatan prenatal. Dia juga terlibat dalam perilaku
berisiko (yaitu, merokok, penggunaan alkohol, seks yang tidak
aman, dan kebiasaan makan yang buruk) berpotensi merugikan
bayinya.
2) Selama wawancara, Dewi tampak tenang dan pendiam. Dia
mengatakan sangat bersemangat untuk memiliki bayi tapi takut
akan persalinan.
3) Pacarnya ingin dia tetap menjaga bayinya, namun tidak
berkomitmen memebuhi kebutuhan Dewi ataupun bayinya. Dia
tidak ingin melibatkan orang tuanya dalam hal ini.
4) Dewi mengatakan dia tidak banyak berpikir tentang perawatan
prenatal tapi mungkin akan mengunjungi klinik kesehatan
beberapa kali sebelum melahirkan. Keluarganya tidak memiliki

10
asuransi kesehatan, dan dia mengatakan mereka tidak bisa
membayar biaya perawatan prenatal.
5) Dia ingin menjaga bayi dan tetap bersekolah, namun ia tidak
memiliki pemahaman yang realistis tentang tanggung jawab orang
tua.
b. Keluarga
1) Ketika Dewi mengatakan pada orang tuanya bahwa dia hamil,
mereka menyatakan kekecewaannya. Ibunya menyuarakan
keinginan untuk memberikan dukungan emosional, tetapi ayah
menampakkan emosional kemarahan.
2) Kedua orang tua menyatakan fokus tentang bagaimana keluarga
akan mengelola keuangan.
3) Setelah review singkat mengenai situasi keuangan keluarga,
tampak bahwa Dewi memenuhi syarat untuk asuransi atau
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
4) Orang tuanya ingin dia tidak memiliki kontak lebih lanjut dengan
pacarnya.
c. Masyarakat
1) Maria menetapkan bahwa layanan prenatal tersedia, tetapi hanya
selama jam sekolah. Meskipun satu-satunya klinik yang menerima
klien asuransi di sisi lain kota, praktik kandungan terdekat dengan
staf perawat-bidan bersertifikat menerima klien dengan asuransi.
Namun, klien utama mereka terdiri dari kelas menengah, wanita
yang sudah menikah.
2) Pendaftaran untuk asuransi memerlukan Dewi untuk pergi ke
kantor kesejahteraan dan mendaftar selama jam sekolah. Namun,
departemen rawat jalan rumah sakit dapat membuat ketetapan
kelayakan awal asuransi, yang mungkin akan membuat lebih
nyaman.
3) Meskipun asuransi akan membayar untuk beberapa kelas
prenatal, yang terdekat ditujukan untuk pasangan yang sudah tua
dan sudah menikah.
4) Sekolah Dewi mendorongnya untuk tetap berada di kelas reguler
sampai tanggal persalinannya dan berpartisipasi dalam belajar di
rumah untuk waktu yang terbatas setelahnya.

11
5) Tidak ada kelas parenting yang ditujukan untuk remaja.
6) Penitipan anak itu tidak tersedia di sekolah, membuat kembali ke
sekolah lebih sulit untuk Dewi.
7) Meskipun masyarakat memiliki program rumah pengunjung umum
yang mencocokkan mentor dengan kehamilan remaja dan ilmu
pengasuhan untuk remaja dan menyediakan informasi kesehatan
dan dukungan kesehatan, proyek tidak melayani di lingkungan
Dewi.
Diagnosis
a. Individu
1) Pilihan gaya hidup yang tidak sehat terkait dengan kurangnya
perawatan prenatal dan pengaruh gizi buruk, merokok, dan
penggunaan alkohol pada masa perkembangan janin.
2) Masalah parenting terkait dengan harapan yang tidak realistis
tentang tanggung jawab pengasuhan.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan isu-isu
keselamatan bayi dan anak seperti penggunaan kursi
keselamatan anak, keuntungan menyusui, tidur yang aman untuk
bayi, dan penggunaan pelayanan kesehatan preventif, termasuk
imunisasi.
b. Keluarga
1) Dinamika keluarga terganggu terkait dengan kemarahan dan
kekecewaan atas kehamilan putrinya.
2) Perubahan status keuangan yang dihasilkan dari penambahan
lain yang bergantung kepada keluarga.
c. Masyarakat
1) Kurangnya koordinasi, peka budaya, akses layanan prenatal dan
pengasuhan untuk remaja.
2) Tidak tersediannya layanan kunjungan rumah di pusat pelayanan
kesehatan.
Perencanaan
Untuk memastikan perencanaan lengkap, realistis, dan berhasil
dilaksanakan, Maria harus lebih teliti mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan Dewi. Selain itu, Dewi,
keluarganya, dan Maria harus menetapkan tujuan bersama.

12
a. Individu
Tujuan Jangka Panjang
1) Selama hamil, ibu dan janin akan selalu sehat
2) Kaylah akan menunjukkan perilaku orang tua yang sukses
3) Kaylah akan menyelesaikan sekolahnya
Tujuan Jangka Pendek
1) Dewi akan mendapatkan perawatan prenatal
2) Dewi akan memahami alasan-alasan untuk mengubah kebiasaan
terkait nutrisi dan penggunaan narkoba
3) Dewi dan perawat akan merencanakan tindakan untuk mengubah
kebiasaan kesehatan yang buruk
4) Dewi akan tetap di sekolah sepanjang kehamilannya dan akan
menggunakan program belajar di rumah sampai dia kembali ke
sekolah setelah bayinya lahir
5) Kayla akan mendaftar di kelas pengasuhan. Jika kelas tidak
tersedia, dia akan menggunakan bahan bacaaan yang sesuai
dengan usianya, film, CD, internet, peluang untuk diskusi
kelompok dengan remaja lain, atau melakuka kunjungan terhadap
para orang tua yang berpengalaman
6) Dewi akan menyusui bayinya
7) Dewi akan berbicara dengan penyuluh kesehatan masyarakat
untuk menentukan metode untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan yang baru lahir
b. Keluarga
Tujuan Jangka Panjang
1) Kemampuan keluarga untuk menangani krisis akan meningkatkan
kemampuan mereka untuk mendiskusikan masalah dan terlibat
dalam pemecahan masalah bersama.
Tujuan Jangka Pendek
1) Orang tua Dewi akan menampilkan perilaku yang mendukung,
seperti menemaninya saat pemeriksaan kehamilan, membantu dia
terlibat dalam perilaku yang sehat, dan membantu dia mengatur
perawatan anaknya sehingga ia bisa tetap bersekolah.

c. Masyarakat

13
Tujuan Jangka Panjang
1) Dapat diakses, komprehensif, pelayanan kesehatan prenatal yang
sensitive secara budaya dan pelayanan kesehatan lainnya akan
didirikan, termasuk kunjungan rumah dan kelas pengasuhan anak
untuk para remaja.
Tujuan Jangka Pendek
1) Klinik departemen kesehatan akan memperpanjang jam malam
untuk mengakomodasi siswa dan keluarga yang bekerja.
2) Sebuah fasilitas penitipan anak akan dibuka di dekat sekolah.
Intervensi
Perawat, keluarga, dan individu harus mengatasi segera, tujuan bersama
mereka untuk membantu Dewi mencapai hasil kelahiran yang sehat dan
memulai pengasuhan yang sukses. Perencanaan interdisiplıner antara
perawat kesehatan sekolah Dewi, petugas sosial, perawat kesehatan
masyarakat, penyedia perawatan kehamilan primer, pendidik melahirkan,
dan perawat keluarga sangatlah penting. Selain itu, Maria harus menjadi
advokat untuk perubahan masyarakat luas untuk memastikan bahwa
masyarakat memenuhi kebutuhan individu.
a. Individu
Maria bekerja sama dengan perawat sekolah dan profesional
kesehatan lainnya untuk membantu Dewi mendapatkan asuransi
kesehatan; ia dirujuk ke dokter kandungan yang melihatnya secara
teratur. Kehamilan Dewi ini juga dipantau oleh perawat sekolah, yang
mengharuskan dia datang ke klinik setiap minggu untuk memeriksa
berat badan dan tekanan darah dan berbicara tentang kehamilan.
Bekerja dengan perawat sekolah, Maria menyediakan Dewi informasi
tentang kelas melahirkan dan gizi serta booklet yang merinci tentang
bagaimana mempromosikan kehamilan yang sehat. Dia dinasihati
untuk menghindari tembakau, alkohol, dan semua obat. Menjelang
akhir kehamilan, Dewi didorong untuk menghadiri kelas-kelas
pengasuhan dengan di dampingi pacarnya.
b. Keluarga
Maria dan pekerja sosial mengarahkan orang tua Dewi untuk
mengunjungi lembaga pelayanan sosial lainnya yang mungkin dapat
membantu secara finansial. Secara khusus, mereka fokus pada

14
penyedia yang bisa membantu dengan utilitas, penempatan kerja, dan
perawatan anak. Keluarga Dewi juga diarahkan kepada konselor
keluarga yang memiliki spesialisasi keluarga dengan remaja.
c. Masyarakat
Maria bekerja dengan divisi kesehatan ibu-anak dari departemen
kesehatan daerah untuk membantu dan memfasilitasi dan
menawarkan kelas pengasuhan di sebuah sekolah tinggi daerah,
menargetkan kebutuhan belajar pada kehamilan remaja. Maria dan
perawat sekolah juga bertemu dengan para pejabat distrik sekolah
dan tokoh masyarakat untuk melakukan dialog tentang konsekuensi
dari putus sekolah dan untuk memfasilitasi tindakan kebijakan seperti
perawatan anak untuk orang tua remaja untuk membantu mereka
tetap bersekolah.
Evaluasi
Strategi evaluasi harus melibatkan proses den hasil pengukuran tindakan
pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat.
a. Individu
Perawat sekolah mampu memantau Dewi sepanjang kehamilannya
dan memastikan bahwa ia selesai kelas untuk tiap semester.
Kehamilan Dewi tidak biasa, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki
yang sehat. Biaya perawatan mereka ditutupi oleh asuransi, dan
bayinya juga memeruhi syarat untuk asuransi. Seorang guru
ditugaskan untuk mengajar Dewi di rumah selama 1 bulan setelah
melahirkan untuk memastikan bahwa ia tidak ketinggalan pelajaran di
sekolahnya. Dengan bantuan dari pekerja sosial, Dewi dapat
menempatkan bayi di fasilitas penitipan bersubsidi, yang
memungkinkan dirinya untuk menyelesaikan sekolah.
b. Keluarga
Konseling keluarga membantu keluarga mengatasi beberapa masalah
mereka. Maria mengamati bahwa orang tua Dewi bangga pada cucu
mereka dan bersemangat untuk membantu perawatannya.
c. Masyarakat
Dengan bantuan perawat sekolah dan pihak berkepentingan lainnya,
Maria mampu memulai program kolaboratif dimana perawat
departemen kesehatan dan spesialis perkembangan menawarkan

15
kelas pengasuhan di sekolah tinggi secara teratur. Mereka juga
berencana menulis untuk Hibah Blok Kesehatan Ibu Anak untuk
melaksanakan klinik berbasis sekolah yang bertokus pada kebutuhan
remaja hamil dan bayi mereka.
Level Pencegahan
a. Primer
1) Pencegahan primer tergantung pada usia anak. Untuk anak-anak
yang berusia paling kecil, strategi termasuk mendorong perilaku
sehat oleh gadis-gadis dan perempuan.
2) Pencegahan primer juga termasuk pencegahan kehamilan yang
tidak dinginkan, yang terutama sangat penting bagi remaja.
b. Sekunder
1) Setelah hamil, wanita harus cepat menerima perawatan kehamilan
yang adekuat, melakukan perilaku hidup sehat, memperoleh
pelayanan sosial dan pelayanan pendukung lain yang diperlukan,
dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua
2) Penting untuk masyarakat memastikan bahwa pelayanan
kesehatan preventif adekuat, seperti pelayanan kehamilan,
konseling nutrisi dan diet, pendidikan kehamilan den orang tua,
dan pelayanan sosial lain tersedia.
c. Tersier
1) Memulai program dan layanan yang mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan di masa depan di kalangan remaja dan membantu
remaja orang tua memberikan perawatan yang terbaik untuk anak.
2) Membangun program seperti kelas pengasuhan, layanan
pendukungan untuk membantu remaja menyelesaikan pendidikan
mereka, koordinasi pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
bagi ibu dan anaknya; dan perawatan yang baik untuk anak,
imunisasi, dan pelayanan gizi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan makalah ini


adalah:
1. Dalam menentukan derajat kesehatan anak di Indonesia,
terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan meliputi angka
kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka
harapan hidup waktu lahir.
2. Masalah-masalah etika terkait kesehatan anak & remaja meliputi
keputusan alokasi, konflik ibu-janin, otonomi klien, privasi dan
kerahasiaan, kompetensi budaya, kesenjangan kesehatan dan
akses ke pelayanan kesehatan, diagnosis prenatal dan
pemeriksaan bayi baru lahir.
3. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lebih penting dan
hemat biaya untuk anak-anak daripada untuk kelompok usia
lainnya. Perawatan kesehatan primer dan intervensi dini untuk
anak-anak dan keluarga dapat membantu mencegah masalah
biaya, penderitaan, dan potensi manusia hilang. Promosi
kesehatan dan strategi pencegahan penyakit untuk meningkatkan
kesehatan anak dan remaja muncul dalam berbagai bentuk.
4. Pengaplikasian asuhan keperawatan komunitas menggunanakan
pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas
pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan bagi mahasiswa
keperawatan dan bagi profesi keperawatan khususnya perawat
komunitas dapat berperan aktif untuk meningkatkan kesehatan individu,
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua kelompok/agregat
yang ada di komunitas, memberi kontribusi untuk mempertahankan dan
memperbaiki lingkungan fisik dan sosial, serta menghubungkan program
kesehatan anak & remaja dengan program kesehatan masyarakat yang
lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


2017–Laporan Pendahuluan. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2018). Buku Profil Anak Indonesia. Jakarta:


Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).

Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Buku Pedoman Standar


Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku Rencana Aksi


Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015-2019 (Revisi I-
2018). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Nies, A. Mary dkk. (2019). Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Singapura.

Nursalam. (2014). Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4.


Jakarta: Salemba Medika.

Organisasi Kesehatan Dunia. Database Pengeluaran Kesehatan Global


[Internet]. Apps.who.int. 2019 [dikutip 7 Mei 2019]. Diakses pada 5 Maret 2020
dari https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan

Riasmini, Nimade dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Komunitas.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

18

Anda mungkin juga menyukai