Oleh :
Abdul Asis Asri
Alia Anjani Titapele
Frely Manintamahu
Helmy Marayate
Levina Tromday
Sela Setia Silawane
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas ini dengan baik serta tepat waktu.
Seperti yang sudah kita tahu“Pendidikan Budaya Anti Korupsi” itu sangat berarti untuk anak
bangsa dari mulai dini. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa pendidikan
budaya anti korupsi itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan pendidkan budaya
anti korupsi untuk kemajuan bangsa. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi.........
Baba I
Pendahuluan
Bab II
Pembahasan
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
Pembahasan
Berbagai isu strategis saat ini muncul di Indonesia terkait dengan system kesehatan,
terutama menjelang era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Beberapa hal yang
masih mendapatkan kendala adalah upaya promosi dan prevensi di era BPJS dan
bagaimana peran dinas kesehatan kabupaten/kota dan propinsi dalam menghadapi SJSN.
Dalam rangka mendiskusikan isu – isu tersebut, Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan bekerjasama dengan Minat KMPK dan MMR FK UGM bermaksud
menyelenggarakan Diskusi Satu Hari dalam membedah Isu – Isu Strategis dalam Sistem
Kesehatan di Kabupaten dalam Era BPJS.
“Saat ini, berbagai isu strategis muncul di Indonesia terkait dengan sistem kesehatan,
terutama menjelang era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Isu strategis yang
masih ‘terkendala’ ialah upaya promosi-prevensi di era BPJS dan bagaimana peran dinas
kesehatan kabupaten/kota dan propinsi dalam menghadapi SJSN. Kali ini, Mencegah
Orang Sakit, sayangnya banyak RS Internasional didirikan agar tidak banyak yang ke
luar negeri. Maka, yang utama ialah memantapkan upaya preventif, memperkuat
dosen, mahasiswa, konsultan, pengelola di KMPK, Minat Studi Promkes, MMR, PKMK
dan S2 IKM.Acara pertama dibuka oleh Prof. Laksono Trisnantoro melalui Pengantar :
Situasi Upaya Pencegahan dan Promosi Saat ini dan Kemungkinannya di Era BPJS. BPJS
akan beroperasi di level kabupaten juga. Jadi, akan ada BPJS pusat, cabang dan regional.
BPJS secara finansialnya sangat besar yaitu sekitar 20 Trilyun. Apakah BPJS membawa
perubahan? Apakah fungsi Dinkes dalam mutu pelayanan? Era BPJS, promkes dilakukan
oleh siapa? Hal yang perlu kita cermati, bagaimana memantau Mutu Pelayanannya?
Promosi kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan edukatif. Kaitan
derajat kesmas dengan upaya promosi dan prevensi. Dalam Konas Promkes tahun ini,
disebutkan upaya promosi kuat dilakukan. Namun, rencana strategi promosi untuk
menyambut BPJS belum ada yang merumuskannya. Saran saya, silahkan buat proporsi
Salah satunya, RPP Tembakau segera selesaikan. Lalu, Upaya kesehatan melalui sekolah
digalakkan kembali. Selama ini, semangat promkes hanya sampai LSM dan ormas-
ormas atau belum sampai ke bawah. Aliansi kader kesehatan posyandu (dulu),
sekarang belum tentu jalan. Upaya promkes banyak yang merupakan upaya swadaya
masyarakat. Hal yang terpenting yaitu Mencegah Orang Sakit, sayangnya banyak RS
Internasional didirikan agar tidak banyak yang ke luar negeri. Maka, yang utama ialah
Deklarasi yang diadakan pada November 2013 itu dihadiri oleh pemerintah pusat,
Deklarasi tersebut merupakan hasil pertemuan Konas Promkes keenam tahun 2013 yang
menyatakan: pertama, memantapkan upaya promotif-preventif dalam penerapan JKN
sebagai bagian dari SJSN. Kedua, memperkuat komitmen dukungan pemerintah pusat dan
daerah dalam upaya promotif-preventif sebagai solusi masalah kesmas. Ketiga,
memperkuat kapasitas promotif-preventif di pusat dan daerah yang mencakup regulasi,
kelembagaan dan manajemen, ketenagakerjaan, pendanaan serta sarana dan prasarana.
Keempat, memperkuat keterlibatan individu, keluarga, masyarakat termasuk ormas dan
swasta dalam menerapkan PHBS, Pengendalian faktor resiko penyakit dan lingkungan.
Kelima, meningkatkan sinergisme multisektor dalam pembangunan berwawasan kesehatan.
Keenam, menguatkan peran dan kapasitas organisasi profesi kesehatan dalam mendukung
upaya promotif-kuratif. Mana upayanya untuk menyambut era BPJS ini? Saya berkhayal
bangsa ini sehat tumbuh dari bawah, bagaimana masyarakat sadar akan kesehatannya,
tambah Bambang. Dana untuk promkes apakah hanya ada di Kementrian kesehatan/Dinas
kesehatan/dinas lainnya
Dr. Yayi Suryo Prabandari, S2 IKM Minat Perilaku dan Promkes, FK UGM menyampaikan
promkes belum menjadi isu seksi karena banyak hal yang belum dibenahi. Misalnya,
pencegahan primer yang belum dilakukan yaitu pendidikan dan penyuluhan yang belum
atraktif dan interaktif. Lalu belum ada pelatihan Life Skills atau ketrampilan hidup yang
sebenarnya bisa dilakukan dengan pihak swasta. Kemudian, pemasaran sosial (misalnya
aksi cuci tangan dengan pihak swasta) serta komunikasi kesehatan-kampanye (anti
tembakau-melalui iklan yang tayangannya ditolak tv swasta meski promkes anti rokok sudah
membayar biaya iklan yang sama dengan pelaku industri), melalui media massa,
penggunaan IT (website based-social media). Salah satu fenomena menarik yang ada, yaitu
billboard rokok sebulan sekali ganti, hal inilah yang menjadi daya tarik untuk masyarakat.
Dr. Bambang S, public health dan health promotion agar dikuatkan. Saya melihat promosi
prevensi lebih baik, tambah Bambang. Belum ada visi yang sama di dalam organisasi
Dinkesnya dan nakes, yaitu belum menganggap promosi itu wajib dan lebih baik untuk
dilakukan. Maka, kita perlu mengerjakan strategi promosi dan rencana strategis. Mengapa
masih ada AKI tinggi?, karena tidak yakin upaya promosi itu lebih baik. Masyarakat selama
ini diposisikan sebagai pelengkap penderita. Puskesmas lebih terlihat sebagai Pusat
Pengobatan Masyarakat.
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan bekerjasama dengan Minat KMPK dan MMR
FK UGM
Bab III
Penutup
3.2. Kesimpulan
BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
yakni lembaga khusus yang bertugas untuk menyelenggarakan
jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan bagi masyarakat, PNS, serta
pegawai swasta. Program ini mulai diselenggarakan pada tahun 2014
melalui dasar hukum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011.
3.3. Saran
Sebaiknya untuk melakukan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik, pemerintah harus melakukan keseimbangan terhadap
masyarakat agar semua masyarakat bisa menggunakan bpjs
Daftar Pustaka