Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Inka Devi Nortantiya (211100487)

Dosen Pembimbing: Rika Monika S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2023
PROGRAM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA

A. Definisi Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru
dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau
anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem
solving dan proaktif. Berbeda dengan hukum (law) dan peraturan (regulation), kebijakan
lebih bersifat adaptif dan integratif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh
dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa
menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang
diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan
yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang
menyangkut kepentingan umum. Sesuai dengan system administrasi Negara Republik
Indonesia, kebijakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kebijakan Internal (Manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat
aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
2. Kebijakan eksternal (Publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum,
sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.
Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai bentuk
seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Menteri (KepMen) dan lain lain. Sedangkan jika kebijakan pemerintah tersebut
dibuat oleh pemerintah daerah akan melahirkan Surat keputusan (SK), peraturan daerah
(PerDa) dan lain lain. Dalam penyusunan kebijaksanaa/kebijakan mengacu pada hal hal
berikut:
1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi
2. Konsisten dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku
3. Berorientasi ke masa depan
4. Berpedoman kepada kepentingan umum
5. Jelas dan tepat serta transparan
6. Dirumuskan secara tertulis
Dalam sistem kesehatan terdapat banyak unsur yang saling mempunyai hubungan
saling mempengaruhi yang dapat dirinci menjadi dua macam pendapat. Pendapat pertama
menyatakan sistem kesehatan dipandang sebagai upaya untuk menghasilkan pelayanan
kesehatan, sedangkan pendapat kedua sistem kesehatan sebagai upaya untuk
menyelesaikan masalah. Pendapat pertama ini agaknya lebih relevan untuk melihat
masalah kesehatan pada masa kolonial. Sistem kesehatan disini meliputi tiga elemen;
input (sumber, tata cara dan kesanggupan), process (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan penilaian), output (pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sebagai sebuah sifat dari sistem maka untuk menghasilkan sebuah kebijakan
maka ketiga elemen diatas harus dirangkai membentuk satu kesatuan dan secara bersama-
sama berfungsi mencapai tujuan.

B. Perumusan Masalah Kebijakan


Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi,
tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Beberapa karakteristik
masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:
1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali
mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini
menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan
Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di pisahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,
diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif
dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (gangguan
kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu
sendiri.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.
Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Kesehatan Masyarakat

a. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan masyarakat


b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan masyarakat
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan
masyarakat
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan
masyarakat
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan masyarakat

C. Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan


1. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunan kesehatan tersebut dan juga
dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah, serta berbagai kecenderungan
pembangunan kesehatan ke depan maka ditetapkan visi pembangunan kesehatan oleh
Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana
masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat
bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
2. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Visi pembangunan kesehatan tersebut kemudian diejawantahkan melalui misi
pembangunan kesehatan, yakni Membuat Rakyat Sehat. Misi kesehatan ini kemudian
dijalankan dengan mengembangkan nilai-nilai dasar dalam pelayanan kesehatan yaitu
berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi,
transparansi dan akuntabilitas.

Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Presiden yakni: “Terwujudnya Indonesia


Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Guna
mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur
ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing khususnya di bidang farmasi dan alat
kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024,
sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4. Pembudayaan GERMAS
5. Memperkuat Sistem Kesehatan, Pengawasan Obat dan Makanan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat selama periode 2022 menjabarkan 5 misi


Kementerian Kesehatan diatas melalui misi “Melaksanakan Transformasi layanan
kesehatan primer”, melalui:

1. Perubahan pendekatan di Puskesmas melalui system klustering dan penguatan


promotive dan preventif
2. Peningkatan akses dan kualitas layanan primer sampai ke tingkat desa
3. Pelibatan sector swasta dalam pelaksanaan program Kesehatan masyarakat
4. Penguatan Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Tujuan adalah sebagai berikut:

1) Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Primer yang Komprehensif dan Berkualitas, serta


Penguatan Pemberdayaan Masyarakat
2) Tersedianya Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
3) Terciptanya Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh
4) Terciptanya Sistem Pembiayaan Kesehatan yang Efektif, Efisien dan Berkeadilan
5) Terpenuhinya SDM Kesehatan yang Kompeten dan Berkeadilan
6) Terbangunnya Tata Kelola, Inovasi, dan Teknologi Kesehatan yang Berkualitas dan
Efektif

D. Kebijakan Nasional Tentang Upaya Kesehatan Masyarakat


Kebijakan kesehatan merupakan tindakan yang mempunyai efek terhadap
institusi,organisasi pelayanan dan pendanaan dari system pelayanan kesehatan. Kebijakan
palayanan kesehatan meliputi:
1. Public goods
Berupa barang atau jasa yang pedanaanya berasal dari pemerintah, yang
bersumber dari pajak dan kelompok masyarakat. Layanan public goods digunakan
untuk kepentingan bersama dn dimiliki bersama. Keberadaanya memiliki pengaruh
terhadap masyarakat.
2. Privat goods
Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan.
Digunakan untuk kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan, tidak bisa dimiliki
sembarangan orang, terdapat persaingan dan eksternalitas rendah.
3. Merit goods
Karakteristik memerlukan biaya tambahan tidak dapat digunakan sembarangan
orang ada persaingan dan eksternalitas tinggi contohnya cuci darah, pelayanan
kehamilan, pelayanan kespro dan pengobatan PMS. Indonesia termasuk negara
berkembang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini tersebab karena
kondisi riil masyarakat Indonesia yang miskin dan memiliki standart hidup (gizi)
rendah.
Kemiskinan (gizi buruk) menjadi kandungan yang siap setiap saat melahirkan
penyakit. Karena itu tidak mengejutkan kalau penyakit-penyakit menyerang
masyarakat meningkat jumlahnya setiap tahun seiring meningkatkan jumlah angka
kemiskinan.

E. Peranan Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan


Peran serta dibidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang
aktif memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program
kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta
setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut
bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga
(daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower
(tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan mind (ide atau gagasan).
1. Dasar-dasar filosofi peran serta masyarakat
Hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, peran serta masyarakat
dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut. Dengan kata lain peran serta
masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Peran serta masyarakat
didasarkan pada idealisme berikut :
a. Community fell need
b. Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan peran serta
masyarakat.
c. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri
2. Metode peran serta masyarakat
a. Peran serta dengan paksaan
Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik
melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan
saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah, tetapi masyarakat akan takut,
merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan.
Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program
yang ada.
b. Peran serta dengan persuasi dan edukasi
Artinya suatu parisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar tetapi bila
tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi
ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Elemen-elemen peran serta masyarakat
a. Motivasi
Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi
masyarakat sulit berpartisipasi disegala program. Timbulnya motivasi harus dari
masyarakat itu sendiri dan pihak luarnya hanya meragsang saja. Untuk itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya
motivasi.
b. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide dan
informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan
sebagainya. Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya
dapat menimbulkan partisipasi.
c. Kooperasi
Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka ini
akan membantu menumbuhkan partisipasi.
d. Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. Partipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai
ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah,
perencanaan program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi
program.
4. Strategi peran serta masyarakat
a. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat.
Pendekatan ini terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang
formal maupun informal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim
1) Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
2) Tim kerja yang dibentuk tiap RT, anggota tim adalah pemuka masyarakat RT
yang bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
c. Survei diri
Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan
diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang
prioritas masalah akan dipecahkan. Merencanakan program ini perlu diarahkan
terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. kedua hal ini merupakan sangat
penting dalam rangka pengembangan peran serta masyarakat. Dana sehat tersebut
selain dari bentuk peran serta masyarakat, juga merupakan motor penggerak
program.
e. Training (Pelatihan)
Training para kader harus dipimpin oleh dokter puskesmas meliputi medis dan
manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat
desa serta pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
f. Rencana evaluasi
Menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria keberhasilan suatu
program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader itu
sendiri.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat
a. Manfaat kegiatan yang dilakukan.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih besar.
b. Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
c. Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang
yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang
tertarik untuk berperanserta.
d. Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah
diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik
maka peranserta akan dapat dilestarikan.
e. Faktor tokoh masyarakat.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh
masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta.
6. Peran Kader Masyarakat sebagai Wujud Peran Serta
Kader Posyandu adalah warga masyarakat yang terlibat dalam dalam seksi 7
dan seksi 10 LKMD (Tim penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja IV yang
membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam kegiatan Posyandu. Kader
gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dan mampu
melaksanakan upaya peningkatan gizi keluarga (UPGK) serta mampu menggerakkan
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan UPGK.
7. Peranan Kader dalam penyelenggaraan Posyandu
a. Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna
Posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia
subur) sebelum hari buka Posyandu.
b. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu
dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll.
c. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di
Posyandu.
d. Melakukan penimbangan bayi dan balita.
e. Mencatat hasil penimbangan kedalam KMS.
f. Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi
penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.
g. Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah
meja V (kalau diperlukan).
h. Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai
bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar
datang ke Posyandu.

F. Strategi Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Dalam melaksanakan
pembangunan kesehatan di tengah beban dan permasalahan kesehatan yang semakin pelik,
dibutuhkan strategi jitu untuk menghadapinya. Dalam mengatasi masalah kesehatan,
Departemen Kesehatan memilki lima strategi utama. Hal tersebut dikemukakan dalam
pidato Menteri Kesehatan pada upacara bendera pada tanggal 17 Januari 2006.
Menteri Kesehatan mengatakan bahwa kunci sukses dalam pembangunan kesehatan
ke depan, sangat ditentukan oleh adanya komitmen politis dari semua pihak, baik dari
lingkungan eksekutif, legislatif, maupun dari masyarakat termasuk swasta. Kunci sukses
lainnya ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah
memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan
Anak. Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama, yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Sasaran utama strategi ini adalah setiap orang miskin mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi
terlindungi dari penyakit; disetiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di
setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas
dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu.
3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah: setiap kejadian penyakit terlaporkan
secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan
terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara
cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua
ketersediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat;
terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan
berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah: pembangunan kesehatan memperoleh
prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah
diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya sistem
jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin. Pada kesempatan
tersebut juga disampaikan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ditetapkan bahwa sasaran pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.” kata Menteri Kesehatan. Pencapaian
sasaran tersebut tercermin dari indikator dampak pembangunan kesehatan, yaitu :
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.
b. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.
c. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup.
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak anak balita dari 25,8 % menjadi
20%.
Lebih lanjut disampaikan, bahwa dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,
Departemen Kesehatan telah bertekad untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sebagai
berikut:
1. Berpihak pada Rakyat.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan
akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan agama, dan status sosial ekonomi.
2. Bertindak cepat dan tepat.
Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat harus
dilakukan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan
pertimbangan yang cermat, sehingga dapat mengenai sasaran dengan intervensi
yang tepat.
3. Kerjasama tim
Dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina kerja
tim yang utuh dan kompak, dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan sinergisme
4. Integritas tinggi.
Dalam melakasanakan tugas, semua anggota Departemen Kesehatan harus
memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermroral
tinggi.
5. Transparan dan akuntabilitas
Semua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakaan oleh
Departemen Kesehatan, harus dilaksanakan secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan dan depertanggungugatkan kepada publik.

G. Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan


Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dalam Peraturan Menteri
Kesehatan 13 Tahun 2022 telah menetapkan arah kebijakan dan strategi Kementerian
Kesehatan. Arah kebijakan ditetapkan untuk “Menguatkan sistem kesehatan dengan
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta,
dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care),
melalui penyediaan pelayanan kesehatan primer dan sekunder yang berkualitas, sistem
ketahanan kesehatan yang tangguh, SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan
kesehatan yang efektif, serta penyelenggaraan kesehatan dengan tata kelola pemerintahan
yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi”. Arah kebijakan ini lalu
dirumuskan dalam melalui 6 pilar transformasi kesehatan, yaitu:
1. Transformasi pelayanan kesehatan primer menuju penguatan dan peningkatan
pelayanan yang lebih berkualitas.
2. Transformasi pelayanan kesehatan rujukan dalam rangka penyediaan layanan rujukan
yang lebih berkualitas
3. Transformasi menuju ke sistem ketahanan kesehatan yang tangguh
4. Transformasi pembiayaan kesehatan dilakukan untuk menuju pembiayaan kesehatan
yang lebih terintegrasi untuk mewujudkan ketersediaan, kecukupan, keberlanjutan,
keadilan serta efektivitas dan efisiensi pada penyelenggaraan pembiayaan.
5. Transformasi SDM kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan
yang kompeten, merata serta berkeadilan
6. Transformasi teknologi kesehatan menuju pada digitalisasi kesehatan dan pemanfaatan
teknologi yang lebih luas pada sektor kesehatan

H. Kebijakan Prioritas
1. HIV/AIDS
2. Korupsi
3. Angka Kematian Ibu dan Anak

Anda mungkin juga menyukai