Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

PENDAMPINGAN TATA KELOLA PROGRAM KESEHATAN


TAHUN 2022

Latar Belakang
A. Dasar Hukum
.
1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun zO0/. tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 20'17 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional;
5. Peraluran Presiden Nomo|18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020 - 2024:
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik lndonesia Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Renc€na Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka;
7. Peraturan Menteri Kesehaian Republik lndonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024.

B. Gambaran Umum
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa lndonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup seheil bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produhif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh keterkaitan upaya antar program dan
sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya.
Secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi
disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar
perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian
balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya.
selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah
perdesaan, di kawasan timur lndonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan
Hal l1
rendah. Persentase anak balita yang berstalus gizi kurang dan buruk di daerah
perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Hasil Riskesdas 2013, proporsi
bayi lahir pendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,70lo)
atau tiga kali lipat dibandingkan yang terendah.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menetapkan 30 indikator menjadi suatu
indeks yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan masyarak€t di setiap
kabupaten/kota di lndonesia, yang kemudian disebut lndeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM). IPKM terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu kelompok kesehatan
balita, kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, penyakit tidak
menular, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Nilai IPKM dapat digunakan untuk
mengetahui kesenjangan kesehatan yang terjadi antar daerah.
Pada tengah Tahun 2019 Kementerian Kesehatan menerbitkan lndeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2018. IPKM ini memberikan informasi
mengenai capaian program dan potret pembangunan kesehatan wilayah. Berdasarkan
hasil Riskesdas 2018, diketahui bahwa rata-rata IPKM Nasional sebesar 0.6087 dan
letdapal2T 5 Kabupaten/Kota memiliki IPKM di bawah rata-rata IPKM Nasional. Sebagian
besar Kabupaten/Kota tersebut di wilayah lndonesia Timur. Pemeringkatan IPKM provinsi
dan Kabupalen/Kota dapat dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan program
pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota, sebagai bahan advokasi untuk
memperbaiki peringkat dengan melakukan prioritas program kesehalan beserta sumber
dayanya dan juga sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan dari pusat
ke Daerah atau dari Provinsi ke Kabupalen/Kota.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kesenjangan antara lain dengan
meningkatkan pembiayaan kesehatan. Berbagai sumber kesehatan kesehalan terus
ditingkatkan. Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan terus meningkal, pada tahun
2014 sebesar Rp 2,95 Triliun, dan pada tahun 2017 menjadi Rp 23,22 Tiliun. Di samping
DAK Bidang kesehatan, daerah juga dapat memanfaatkan lainnya untuk kesehatan
seperti; Anggaran Dana Desa, cukai rokok, dana otonomi khusus, dana kapilasi JKN, dan
sebagainya.
Dengan semakin meningkatnya pembiayaan kesehatan, dipandang perlu
dilakukan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota yang mempunyai IPKM rendah melalui peningkatan kualitas SDM
kesehatan terutama kemampuan pengelolaan pembangunan kesehatan. perencanaan
yang disusun dengan baik dan benar bisa disamakan dengan 70% pekerjaan telah
terselesaikan. Sebaliknya jika perencanaan disusun dengan tidak tepat maka
sesungguhnya sedang merencanakan kegagalan.

Hat 12
Memperhatikan hal di atas, maka perlu dilakukan pendampingan pada daerah
yang bermasalah yaitu dengan IPKM di bawah rata-rata nasional. Melalui pendampingan
ini diharapkan kualitas perencanaan Kabupaten/Kota menjadi lebih baik dan disusun
berdasarkan evidence based, hol,btb, komprehensif, dan terintegratif yang akan
membawa dampak positif terhadap pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Selain
itu, diharapkan kapasitas dinas kesehatan dalam hal perencanaan, penganggaran, dan
manajemen pelayanan kesehatan meningkat, sehingga mengurangi kesenjangan status
kesehatan antar kabupaten.

ll. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Maksud diadakan kegiatan pendampingan adalah untuk memandu daerah agar
mempunyai kompetensi yang baik dalam menyusun Rencana Kerja Perangkat Daerah
(Renja PD).
2. Tujuan
Tujuan diadakan kegiatan pendampingan adalah meningkatnya mutu pengelolaan
pembangunan kesehatan daerah yang ditunjukkan dengan dokumen Renja PD disusun
secara komprehensif, terintegrasi dan evdence oased. Melalui kegiatan pendampoingan
diharapkan daerah mampu:
a. mengenali masalah kesehatan,
b. menentukan prioritas kesehalan,
c. menentukan kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi (prioritas) melalui
penyusunan model "logical ftamework' ,

d. menentukan peranan atau keterlibatan yang diharapkan dari lintas program, lintas
sektor, swasta, perguran tinggi dan masyarakat, dan
e. menyusun kerangka acuan kegiatan dan rencana anggaran yang terintegrasi.

lll. Metode Pendampingan


Pendampingan dilakukan oleh tenaga ahli dari perguruan tinggi dalam bentuk tim yang
selanjutnya disebut pendamping. Dalam pelaksanaannya, pendamping akan dibantu atau
difasilitasi oleh 5 orang Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim ini
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, berdasarkan usulan dari Kepala Dinas Kesehatian
Kabupaten/Kota.

Kriteria Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupa{en/Kota adalah:


1. Ketua tim/koordinator: Pejabat eselon lV atau staf yang bertanggung jawab pada
perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (1 orang).

Hal l3
2. Anggota 'nm sebanyak 4 orang dari staf perencanaan pada masing-masing
bidang/program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kola (@ 1 orang).
3. Staf yang dimaksud pada poin 1 berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
4. PejabaUStaf yang selama ini berperan aktif dalam penyusunan perencanaan.
5. Memiliki pengalaman bekerja di bidang perencanaan pembangunan kesehatan.
6. Sanggup bertugas diluar jam kerja untuk bekerja sama dengan konsulran pendamping
dan memfasilitasi konsuhan pendamping selama pelaksanaan pendampingan.

lV. Sasaran
Sasaran pendampingan ditujukan pada:
1. Kepala Dinas Kesehalan Kabupaten/Kota.
2. Kepala Bidang/Kepala Bagian/PejabaUstaf berlanggung jawab pada perencanaan/
program.
3. Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

V. Peran Pendamping
Peran pendamping dari perguruan tinggi adalah sebagai:
1 . Fasilitator
Pendamping sebagai fasilitator memiliki fungsi untuk memberikan kesadaran,
pengenalan, perumusan, serta mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh daerah.
2. Motivator
Pendamping sebagai motivator memiliki fungsi untuk mendorong, mengajak dan
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan berbagai upaya dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pendamping memberikan motivasi kepada dinas
kesehatan bahwa walaupun daerahnya mempunyai banyak masalah namun
pembangunan kesehatan tetap dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada serta
dapat menyampaikan usulan kepada pemerintah pusat atau melibatkan swasta.
Pendamping memotivasi dinas kesehatan untuk bergerak melakukan advokasi bidang
kesehatan di semua sektor di daerahnya.
3. lnovator
Pendamping sebagai inovator memiliki tugas bersama dinas kesehatan untuk
melahirkan gagasan baru yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi masalahnya.
4. Katalisalor
Pendamping sebagai katalisator memiliki fungsi menghubungkan dinas kesehalan
dengan pihak lain yang terkail dalam pembangunan kesehatan.

Hal l4
5. Mediator
Pendamping sebagai medialor memiliki peran dan fungsi menengahi dan
mempertemukan antara dinas kesehatan dengan pihak lain dalam melakukan negosiasi
sehingga usulan perencanaan yang disampaikan dapat diterima oleh pihak lain. peran
pendamping sebagai mediator dapat diukur dari indikator frekuensi pemberian informasi,
kejelasan dalam penyampaian informasi dan menghubungkan sumber informasi dengan
pejabat daerah.

Vl. Kualifikasi Pendamping


1. Pendidikan minimal s2 dengan salah salu (s1/S2) di bidang Kesehatan dari perguruan
tinggi negeri atau swasta terakreditasi minimal B.
2. Memahami jenis data kesehatan dan kemampuan melakukan analisis data.
3. Memahami penelapan prioritas masalah.
4. Memahami penelapan indikator dan target.
5. Memahami penyusunan kerangka logis kegiatan.
6. Memahami penetapan prioritas kegiatan.
7. Memahami peraluran perundangan-undangan terkait dengan perencanaan dan
penganggaran.
8. Memahami teknik negosiasi dan pengembangan jejaring (net workship).
9. Memahami teknik monitoring dan evaluasi.
10. Memahami analisis kebijakan publik
11 . Mampu memolivasi pada orang atau kelompok.
12. Mampu bekerjasama.
13. Memiliki inisiasi dan inovasi.
14. Memahami penyusunan kerangka acuan kegiatan.
15. Memahami penyusunan rencana anggaran kegiatan.
16. Memahami membuat laporan kegiatan,
17. Dapat memfasilitasi pada orang atau kelompok.
18. Menguasai lT.

Vll. Lingkup Pekerjaan Pendamping

Lingkup pekerjaan meliputi:


1. Menyusun rencana kerja atau proposal teknis terkait pelaksanaan pendampingan tata
kelola program kesehatan.
2. Melakukan reviu atau analisis terhadap dokumen Renja pD yang telah disusun tahun
sebelumnya. Reviu atau analisis dilakukan untuk mengetahui apakah dokumen
perencanaan yang lelah disusun sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan daerah.

Hal l5
3. Berperan aktif dan memberikan bantuan subtantif dan teknis yang dibutuhkan terkait
dengan proses perencanaan yang saal ini sedang berjalan.
4. Memberikan rekomendasi terhadap perencanaan kesehatan tahun selanjutnya kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang didampingi.
5. Melakukan transfer of knowledge kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga
mampu menyusun dokumen Renja PD secara komprehensif dan terintegrasi.
6. Melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Kementerian Kesehatan.

Vlll. Tahapan pelaksanaan kegiatan


'1. Mengumpulkan data.
2. Melakukan analisis situasi.
3. Menetapkan prioritas masalah dan melakukan advokasi kepada pemegang kebijakan.
Pada tahap ini juga diletapkan indikator dan target.
4. Melakukan identifikasi kegiatan dan menetapkan kegiatan priorilas untuk mengatasi
permasalahan termasuk identmkasi sumber daya.
5. Menyusun kerangka acuan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan.
6. Melakukan advokasi, negosiasi dan pengembangan jejaring dalam pelaksanaan
kegiatan prioritas.
7 . Menyusun monitoring dan evaluasi.

lX. Jangka Waktu Pelaksanaan Kegialan


Pendampingan di daerah dilakukan selama 8 (delapan) bulan dari bulan Maret sampai
dengan Oktober 2022.

X. Lokasi
Daerah yang perlu didampingi adalah kabupaten dengan IPKM di bawah rata-rata nasional
Untuk pendampingan TA 2022 akan dilakukan di 26 lokasi, yaitu:

No Dinas Kesehatan Kab/Kota Kerjasama Universitas


1 Subulussalam, Aceh
2 Padang Lawas Utara, Sumatera Utara
FKM Universitas Sumatera Utara
3 lndragiri Hilir, Riau
4 Kuantan Singgigi, Riau
5 Anambas, Kepulauan Riau
6 Lima Puluh Kota, Sumatera Barat FKM Universitas Andalas
7 Sijunjung, Sumatera Barat
8 Musi Ban u Asin, Sumatera Selatan
I Bangka Selatan, Ban gka Belitung FKM Universitas Sriwijaya
10 Tanjung Jabung Barat, Jambi

Hal l6
11 Seluma, Bengkulu
12 Lampung Barat, Lampu ng
FK Universitas Padjadjaran
13 Pandeglang, Banten
14 Cianjur, Jawa Barat
15 Pamekasan, Jawa Timur
't6 Dompu, Nusa Tenggara Barat FKM Universitas Airlangga
17 Gunung Mas, Kalimantan Tengah
18 Banjarnegara, Jawa Tengah FKM Universitas Diponegoro
19 Melawi, Kalimantan Barat
FKKMK Universitas Gajah Mada
20 Kutai Barat, Kalimantan Timur
2',\ Ende, Nusa Tenggara Timur FKM Universitas Nusa Cendana
22 Mamuju Tengah, Sulawesi Barat
23 Polewali Mandar, Sulawesi Barat
FKM Universitas Hasanuddin
24 Pinrang, Sulawesi Selatan
25 Buru, Maluku
26 Fak Fak, Papua Barat FKM Universitas Sam Ratulangi

Xl. Pelaporan
1. Laporan antara: Berupa Reviu Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun
202112022 dan Draf Rencana Kerja Dinas Kesehalan Kabupaten/Kota Tahun 2023, dan
dipaparkan di Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan di Jakarta.
2. Laporan Akhir: Berupa Laporan Final Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tahun 2023, dan dipaparkan di Blro perencanaan dan Anggaran Kementerian
Kesehatan di Jakarta.

Xll. Sumber Pendanaan


Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) seperti tercantum dalam DIPA Biro perencanaan dan Anggaran Kementerian
Kesehatan lahun 2022.

Substansi APBN ll
n dan Anggaran,

SEKR AR IA
E RAL

yu M, SKM, M.Kes
199503 2 003

Hal l7

Anda mungkin juga menyukai