penduduk Indonesia tidak aktif dalam melakukan aktivitas fisik di mana persentase
perempuan yang tidak aktif (73%) lebih tinggi dari pada laki-laki (63%), baik di setiap kelompok
umur ataupun di perkotaan,menunjukkan 73% dengan tingat kebugaran jasmani yang kurang dan
kurang sekali. Selain itu pada Susenas 2003, dilaporkan bahwa 74% penduduk usia 10 tahun ke
atas kurang gerak dalam perjalanan, 81% kurang gerak dalam waktu senggang dan 14% kurang
gerak dalam pekerjaan. Hasil penelitian Dede Kusmana Tahun 2002 memperlihatkan bahwa orang
yang mempunyai gaya hidup seperti tidak merokok, berolah raga secara teratur dan melakukan
kerja fisik, ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhindar dari penyakit jantung dan stroke
dari pada yang bergaya hidup sebaliknya.
Upaya kesehatan olah raga adalah salah satu upaya kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktivitas fisik dan atau olah raga.
Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2020, program kesehatan olah
raga merupakan salah satu program dari pokok program perilaku hidup sehat dan pemberdayaan
masyarakat. Kesehatan olah raga telah ditetapkan sebagai salah satu indikator keberhasilan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Aktivitas fisik dan atau olah raga dapat memberikan
dampak positif bila dilakukan secara baik, benar, terukur dan teratur. Sebaliknya bila dilakukan
tidak sesuai dengan kaidah tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau cedera yang
mungkin akan berakibat fatal.Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas
tersebut, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat serta merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembuatan Dokumen Program
1. Menyediakan dokumen program sebagai dasar penyusunan renja
2. Dokumen program yang menjadi dasar implementasi kegiatan dengan menggunakan
logical framework health system dan equity in health approaches
B. Tujuan Program Kesehatan Olahraga
1. Pendekatan promotif diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan daya tahan
tubuh terhadap penyakit.
2. Pendekatan preventif diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit atau penyulit akibat
kurang gerak serta memperlambat proses penuaan.
3. Pendekatan kuratif diharapkan dapat memberikan alternatif untuk upaya penyembuhan
penyakit (exercise is medicine).
4. Pendekatan rehabilitatif diharapkan dapat memulihkan gangguan fungsi tubuh akibat
penyakit dan kecacatan
III. Manfaat
Manfaat Pembuatan Dokumen Program
1. Perencanaan berbasis bukti memberikan dukungan kepada pimpinan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kutai Barat agar mampu menyusun perencanaan dan
penganggaran yang berbasis bukti. Utamanya dalam kegiatan membuat program,
bukti terintegrasi dalam membuat dokumen program
2. Membuat dokumen program yang memuat data spesifik wilayah Puskesmas sebagai
dasar untuk menyusun rencana strategis program kesehatan khususnya program
prioritas, besaran 'jumlah dana yang efisien' untuk bernegosiasi dengan legislatif,
dan advokasi anggaran agar dapat dialokasikan untuk strategi yang tepat sasaran dan
berdampak tinggi
3. Terbentuknya perencanaan kesehatan yang lebih terintegrasi dengan lintas sektor di
daerah yang cukup untuk meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat di
Kabupaten Kutai Barat.
IV. Sasaran
Sasaran dokumen program yaitu :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat
2. Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat
3. Kepala Bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat
4. Sub Koordinator Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Barat
5. Kepala UPT Puskesmas Dempar
Dokumen ini adalah perencanaan melalui perbaikan program Pelayanan
kesehatan ibu hamil Sesuai standar pelayanan antenatal dari tahun 2021 yang
meliputi ; Pernyataan Standar: Setiap neonatus, dan bayi balita mendapatkan
pelayanan sesuai standar di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kab. Kutai Barat
dengan permasalahan spesifik dari masing-masing Puskesmas selaku Unit
Pelaksana Teknis kegiatan
Siapa yang menjadi target utama klien?
Usia Produktif dan Lansia (16 – 60 Tahun ) /Target Program 100%
1. Strategi
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan non kesehatan di
bidang kesehatan olah raga.
b. Advokasi dan sosialisasi pada pembuat kebijakan dan pemegang program terkait.
c. Menyebarluaskan informasi tentang kesehatan olah raga.
d. Memberikan pelayanan kesehatan olah raga sesuai standar pelayanan yang berlaku.
e. Memanfaatkan forum koordinasi yang ada sebagai wadah pembinaan upaya kesehatan
olah raga.
f. Menghimpun potensi / sumber daya masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan
olah raga.
g. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan olah raga
Penetapan sasaran neonatus di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun menggunakan data
proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar, dengan mempertimbangkan estimasi
dari hasil survei/ riset yang terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah. Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan neonatus dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan neonatus sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Nominator yang dihitung
adalah neonatus yang telah melewati usia 0-28 hari di akhir tahun berjalan, Neonatus
yang belum selesai melewati usia 0-28 hari pada akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan denominator pada tahun
berikutnya.
(Target Program 100% terdiri dari :
1. 10 kelompok Olahraga x 3 Kali Pelaksanaan Kegiatan proyeksi dinkes) (Data
Capaian Program per januari sampai oktober 2022 sebanyak (100%)
2. 12 Sekolah dasar x 1 Kali Pelaksnaan Kegiatan proyeksi dinkes) (Data Capaian
Program per januari sampai oktober 2022 sebanyak (0%)
1. Terkendala dengan letak geografis ( jauh dari faskes ) dan alam ( cuaca )
2. Daerah yang sangat terpecil dengan telekomunikasi yang susah (jaringan
Komunikasi)
3. Terkendala dengan Masa Pandemi
4. Kurangnya pengetahuan Klien tentang pentingnya melakukan aktifitas Fisik dan Latihan
Fisik
5. Kebiasaan Hidup tidak Berorientasi pada kesehatan
Pendekatan Plan, Do, Check, Adjust (PDCA) adalah pola kerja dalam pemecahan
masalah dalam setting organisasi. Setiap pekerja wajib memiliki cara pandang PDCA.
Mereka selalu sadar jika dalam pekerjaan ada kekurangan dan
karena itu mereka mencari tahu apa yang masih bisa diperbaiki dan strategi
memperbaikinya. Mereka karena itu bisa memperbaiki kerja mereka dari satu waktu ke
waktu yang lain.
Siklus PDCA tidak selalu dimulai dari membuat kebijakan. Justru kebijakan dibuat
karena ada masukan dari penyimpangan kegiatan sebelumnya. Setelah menemukan
penyimpangan dalam pelaksanaan maka dilakukan perbaikan yang kemudian ditetapkan
dalam dokumen yang sah (P). Berdasarkan dokumen ketetapan, dilakukan kegiatan-
kegiatan persiapan agar pelaksanaan dapat lancar. Artinya kebijakan adalah produk dari
siklus PDCA.
Langkah yang perlu dilakukan pengelola program dimulai dengan:
1. DO (D) — Program yang dilaksanakan untuk intervensi misal Bayi dan Balita
atau Kesehatan Ibu Hamil
2. Check (C): apakah pelaksanaannya telah membaik, misalnya, apa yang berfungsi dan
apa yang salah? Apakah ada alternatif atau solusi?
3. Act/Adjust (A): Jika didapatkan penyimpangan atau tidak sesuai dengan harapan,
maka dicari strategi yang lebih baik dari yang sudah ada
4. Plan (P): Top manajemen mensahkan strategi baru sebagai ketetapan resmi
PDCA
Paket layanan 1. Aktifitas Fisik Senam pada 1. Masih kurangnya 1. Memberikan Edukasi 1. Meningkatkan pengetahuan
Kelompok Komorbid; Petugas (2 Pengetahuan tentang tentang Pola hidup dan edukasi pada target
orang x 10 Kampung x Biaya manfaat melakukan sehat sasaran dan peningkatan
Transport x 3 kali dalam satu tahun) aktifitas Fisik SDM petugas kesehatan dan
2. Edukasi minimalisir kader kesehatan yang ada
2. Pemeriksaan Kebugaran pada 2. Tidak ada keinginan untuk factor resiko baik berupa kegiatan
kelompok sekolah, Kegiatan melakukan aktifitas fisik penyebab Penyakakit pembinaan, pertemuan,
Pemeriksaan Kebugaran : Petugas (4 secara rutin tidak menular orientasi, dll
Orang x 12 Sekolah Dasar x Biaya
Transport x 1 Kali dalam Satu tahun) 3. Pola Hidum Masyarakat 3. Menggalakkan 2. Peningkatan
yang tidak sehat kampanye aktifitas pemberdayaan
Fisik masyarakat melalui
4. Angka Penderita penyakit
UKBM
tidak menular tinggi 4. Melakukan
pembinaan Aktifitas 3. Pertemuan koordinasi
5. Kasus kematian karna Fisik bagi usia jejaring dengan lintas
penyakit tidak menular Produktif sektor
menjadi yang terbesar dari
sekian banyak penyebab 5. Mendorong 4. Pertemuan koordinasi
kematian stakeholder untuk teknis terintegrasi lintas
besama-sama program/lintas sektor
6. Faktor resiko Penderita menciptakan bina kabupaten/ kota dan
Penyakit menular seperti
PDCA
Tenaga Pembina Kesehatan Olahraga, Dokter Tenaga kesehatan yang Peningkatan Peningkatan Kapasitas
kesehatan/ belum/tida Berkompeten kapasitas Tenaga Tenaga Kesehatan,
petugas garis terkait legalitas kerja yang kesehatan dalam Pengelola Program, dan
depan dilengkapi dengan Pelayanan kesehatan Lintas Sektor melalui
dokumen STR/ SIP/ SIPP/ olahraga Bimtek, pelatihan,
SIMO, dll workshop, dll
Logistik dan alat 1.Sound System 1. KIT Kebugaran Hanya ada 1. Melakukan 1. Pengusulan pengadaan KIT
2.KIT Kebugaran di Dinkes Kabupaten peminjaman KIT kebugaran bagi setiap
2. Tidak Semua Lokasi kebugaran dengan Puskesmas
PDCA
Mempunya Kondisi
geografis yang dinas Kesehatan 2. berkoordinasi dengan lintas
mendukung untuk kabupaten sector untuk melakukan
dilakukan test kebugaran ( pengondisian lokasi
2. Bekerja sama dengan
Lapangan Bola, atau
lintas sector untuk
jalanan yg Rata dan
melakukan
aman )
pengondisian lokasi
Pengawasan 1. Tingkat Dinkes : Kepala Bidang Dinkes/Puskesmas Penyeliaan Pelaksanaan penyeliaan fasilitatif
Kesehatan masyarakat ATAU sub mempunyai keterbatasan pelaksanaan program KIA bagi Puskesmas dan praktik
KoordinatorKesehatan Keluarga dan (anggaran/SDM/dll) untuk kesehatan, mandiri bidan (PMB) yang
Gizi Masyarakat. (Lihat Tupoksi pelaksanaan survei baik untuk pelaksanaan meliputi 6 M
Sesuai Jabatan yang di emban) ESS. Honor Kegiatan, Biaya Penyeliaan fasilitatif
III/IV Perjalanan Dinas, Pengadaan Faskes milik
Formulir Penyeliaan, pemerintah maupun
Tingkat UPT PKM: PJ UKP dan atau PJ Keterbatasan SDM jejaring, pelaksanaan
UKM (Lihat Tupoksi Sesuai Jabatan Penyeliaan, dll Penyeliaan
yang di emban) Monitoring dan
Evaluasi anggaran
yang meliputi 6 M
Manajer 1. Tingkat Dinkes : Kepala Dinas Dinkes/Puskesmas Penyeliaan Pelaksanaan penyeliaan fasilitatif
(manajemen) Kesehatan (Lihat Tupoksi Sesuai mempunyai keterbatasan pelaksanaan program KIA bagi Puskesmas dan praktik
Jabatan yang di emban) ESS.II (anggaran/SDM/dll) untuk kesehatan, mandiri bidan (PMB) yang
PDCA
Tingkat UPT PKM: Kepala Puskesmas pelaksanaan survei baik untuk pelaksanaan meliputi 6 M
(Lihat Tupoksi Sesuai Jabatan yang di Honor Kegiatan, Biaya Penyeliaan fasilitatif
emban) Perjalanan Dinas, Pengadaan Faskes milik
Formulir Penyeliaan, pemerintah maupun
Keterbatasan SDM jejaring, pelaksanaan
Penyeliaan, dll Penyeliaan
Monitoring dan
Evaluasi anggaran
yang meliputi 6 M
ANALISA TERHADAP PROGRAM KESEHATAN ANAK
YANG BERJALAN YANG MELIPUTI 6 M
Kesehatan Olahraga (KESORGA) merupakan program pembinaan aktifitas fisik bagi usia
Produktif, Kelompok Komorbid, Hingga Lansia, Kesehatan Olahraga bukan lagi menjadi bagian
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan, namun kini sudah menjadi Upaya Kesehatan
Masyarakat.
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. Penyelenggaraan upaya
kesehatan kerja dan olahraga dilaksanakan secara berjenjang oleh pemerintah pusat sampai
pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, sampai pada pelaksanaan di
tempat kerja, dengan melibatkan peran lintas program, lintas sektor, swasta (dunia usaha) serta
peran aktif seluruh masyarakat melalui pemberdayaan.
Penduduk Indonesia berjumlah 265 juta yang diantaranya lebih dari 133 juta diantaranya
merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi penduduk Indonesia saat ini menuju pada
komposisi bonus Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
1 demografi, puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan akan didapat pada tahun 2035 yang
dapat menjadi peluang sekaligus tantangan, dengan mayoritas penduduk usia produktif, kualitas
kelompok ini akan menentukan masa depan Indonesia, oleh karena itu upaya kesehatan dengan
fokus sasaran usia kerja menjadi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus
demografi dapat dimanfaatkan.
Struktur Organisasi Pelaksanaan Program
Gambar berikut merupakan Struktur Organisasi Pelaksanaan Program dari Mintzberg
merupakan kerangka yang telah dikembangkan oleh Henry Mintzberg untuk para manajer dalam
mengelola program.
Manajer program:
Pj.Prog.Kesorga
Sistem pendukung:
Pengawas mutu :
Pj. UKP dan PJ.UKM
Layanan:
Target penduduk : Pembinaan Aktifitas Fisik
Kelompok Usia Produktif Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran
Kelompok Usia Sekolah
Kelompok Komorbid
Kelompok Lansia
BULAN
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mengumpulkan Menanyakan
Klien/ sasaran Memberi Salam Keadaan Klien
Bagan Alir
Petugas Melakukan
Senam yang Diikuti
Oleh Klieh /
Sasaran
Unit Terkait
Kementrian Kesehatan RI, Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan
Referensi
Olahraga tahun 2020-2025.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2020