Anda di halaman 1dari 36

RENCANA AKSI KEGIATAN 2020 – 2024

DIREKTORAT TATA KELOLA KESEHATAN MASYARAKAT

DITJEN KESMAS
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, ridha, dan karuniaNya, Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan 20220 - 2024
pada Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat , Ditjen Kesmas telah selesai
di susun.

Tujuan penyusunan rencana aksi kegiatan tahun 2022 -2024 adalah untuk
memberikan informasi mengenai dasar hukum pelaksanaan kegiatan, strategi ,
sasaran kegiatan, target kinerja, anggaran serta kegiatan yang di sesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan rencana aksi kegiatan 2022 - 2024. Harapan
kami semoga rencana aksi kegiatan ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai target kinerja yang telah di tetapkan.

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan rencana aksi kegiatan ini ada
ketidak sesuaian kalimat dan kesalahan dalam penulisan.

Jakarta, Mei 2022


Direktur Tata Kelola Kesmas

dr. Mayang Sari,MARS


KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Kondisi Umum
C. Potensi dan Permasalahan

BAB II VISI MISI , TUJUAN DAN SASARAN


A. Visi Misi
B. Tujuan
C. Sasaran

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI


DAN KELEMBAGAAN
A. Arah Kebijakan
B. Strategi
C. Regulasi

BAB IV TARGET KINERJA , KEGIATAN DAN PENDANAAN


A. Target kinerja
B. Kegiatan
C. Pendanaan

BAB V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa tiap-tiap
Kementerian/Lembaga perlu menyusun Rencana Strategis dalam hal ini
termasuk Kementerian Kesehatan.
Setelah di publishnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022
tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-
2024. maka unit eselon 1 menyusun Rencana Aksi Program (RAP), setelah
selesai penyusunan RAP di lanjutkan dengan penyusunan Rencana Aksi
Kegiatan (RAK) oleh unit eselon 2.
Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat
diharapkan dapat menggambarkan kapasitas dan bentuk respons Kementerian
Kesehatan dalam menjawab pilar transformasi kesehatan yang juga merupakan
bentuk penerjemahan reformasi sistem kesehatan nasional, yaitu: Transformasi
Layanan Primer, yang mencakup upaya promotif dan preventif yang
komprehensif, perluasan jenis antigen, imunisasi, penguatan kapasitas dan
perluasan skrining di layanan primer dan peningkatan akses, SDM, obat dan
kualitas layanan serta penguatan layanan laboratorium untuk deteksi penyakit
atau faktor risiko yang berdampak pada masyarakat.
Keluhan masyarakat terkait pelayanan Puskesmas meliputi Keterbatasan akses
dan jarak, kurangnya sarana prasarana, obat, Sistem rujukan yang sulit, Dokter
jaga tidak ada, Jam layanan tidak tepat waktu, dan Waktu tunggu yang lama.
Keluhan Petugas meliputi Keterbatasan SDM (luar pulau jawa dan kota besar),
Kurangnya kemampuan/pemahaman manajemen, Keuangan tidak fleksibel,
Sarpras dan obat sering kurang, Pengurangan/Distribusi Beban UKP untuk
Puskesmas perkotaan ke FKTP lain namun untuk Puskes didesa sulit Faskes
swasta sedikit, dan Digitalisasi penting tapi kemampuan SDM dan Biaya untuk
semua kegiatan perlu diperhitungkan.
Sedangkan untuk Keluhan Pemegang Program (wawancara pemegang
program unit utama) meliputi Adanya ego program sehingga pelaksanaan
kurang optimal di lapangan, Rendahnya kemampuan manajerial, analisis data,
dan koordinasi lintas program pada SDM kesehatan, dan Anggaran yang kaku.

B. Kondisi Umum
Hasil survei cepat Kemenkes-UNICEF pada tahun 2020, menunjukkan
penurunan layanan esensial kesehatan di awal pandemi COVID-19. Lebih dari
75% posyandu tidak melakukan pelayanan dan lebih dari 41% kunjungan rumah
terhenti. Sedangkan kebanyakan puskesmas melaporkan kurang dari 10%
pelayanan yang terganggu kelangsungannya.
Situasi saat ini dimana +270 juta penduduk Indonesia mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Primer berkualitas, membutuhkan +300 ribu unit penyedia Layanan
Kesehatan Primer dengan fasilitas dan SDM terstandardisasi dan 100% wilayah
dan kondisi kesehatan penduduk termonitor secara berkala. Sedangkan kondisi
saat ini:

Duplikasi fungsi kelembagaan dengan standar yang berbeda-beda, dimana


terdapat a) duplikasi Lembaga termasuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) yang memberikan Layanan Kesehatan Primer dengan standar
yang berbeda-beda, b) pengaturan berbagai lembaga penyedia Layanan
Kesehatan Primer yang terfragmentasi.

Cakupan dan sebaran Layanan Kesehatan Primer masih belum merata,


ditunjukan dengan a) layanan primer di Indonesia secara holistic dan formal
hanya sampai level kecamatan vs negara lain yang sampai level dusun, b)
terdapat 171 kecamatan di Indonesia yang belum memiliki Puskesmas.
Layanan primer saat ini masih berfokus pada tindakan kuratif yang dilakukan
dalam fasilitas Kesehatan vs. layanan preventif di dalam dan luar gedung (mis.,
tes / screening kesehatan).

C. Potensi dan Permasalahan


1. Masih banyak permasalahan kesehatan yang persisten. seperti masih
tingginya angka kematian ibu dan anak, gangguan gizi, prevalensi penyakit
menular yang persisten, dan prevalensi penyakit tidak menular yang
berbiaya tinggi.
2. pelayanan kesehatan primer sering menjadi mata rantai terlemah dalam
sistem kesehatan suatu negara-negara sedang berkembang, seperti juga
di Indonesia, terutama setelah desentralisasi di awal 2000an.
3. Keterbatasan layanan laboratorium kesehatan masyarakat yang memenuhi
standar dalam upaya promotif dan preventif.
4. Kinerja upaya kesehatan masyarakat (UKM) cenderung menurun. Kinerja
UKM yang menurun pada masa pandemi diindikasikan karena sumber
daya yang ada difokuskan pada penanganan pandemi dan vaksinasi,
selain itu pada masa awal pandemi terjadi PSBB dan penerapan PPKM
sehingga mengurangi mobilisasi petugas untuk melaksanakan UKM di
Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Jumlah tenaga terlatih manajemen puskesmas yang belum mendapatkan
pelatihan Manajemen Puskesmas, tetapi puskesmasnya sudah masuk
dalam skema pengajuan BLUD sejumlah 2.683 orang dari 10 provinsi.
(seperti tabel berikut).
Permasalahan:
1. masih tingginya angka kematian ibu dan anak, gangguan gizi, prevalensi
penyakit menular yang persisten, dan prevalensi penyakit tidak menular
yang berbiaya tinggi.
2. Kinerja UKM yang rendah.
3. Kegiatan kuratif masih mendominasi dibandingkan kegiatan promotif dan
preventif.
4. Lemahnya monitoring masalah kesehatan di wilayah
5. Kemandirian puskesmas dalam pengelolaan sumberdaya.

Output nya Terwujudnya peningkatan Kesehatan masyarakat melalui


pendekatan promotif dan preventif pada setiap siklus kehidupan yang didukung
oleh peningkatan tata kelola kesehatan masyarakat
BAB II
VISI MISI , TUJUAN DAN SASARAN

A. Visi Misi

Visi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah "Terwujudnya


Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berdasarkan
Gotong Royong

Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia


1. Peningkatan Kualitas Manusian Indonesia;
2. Struktur Ekonomi yang Produktif, Merata dan Berdaya Saing;
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat dan
Terpercaya;
7. Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan emberikan Rasa Aman pada
Seluruh Warga;
8. Pengelolaan Pemerintah yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.

Untuk melaksanakan visi Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian


Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan, yaitu “Menciptakan
Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”. Guna mendukung
peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur ekonomi
yang produktif, mandiri dan berdaya saing (khususnya di bidang farmasi dan
alat kesehatan), Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden
Tahun 2020-2024, sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4. Pembudayaan GERMAS.
5. Memperkuat Sistem Kesehatan

B. Tujuan
Program dan kegiatan Direktorat Tata kelola kesehatan masyarakat bertujuan
untuk Meningkatnya tata kelola kesehatan yang baik melalui meningkatnya
jumlah puskesmas yang menerapkan BLUD, jumlah puskesmas yang melakukan
lokakarya mini dan puskesmas yang melakukan pemantauan di wilayan
setempat

C. Sasaran Kegiatan
Meningkatkan tata kelola kesehatan masyarakat (renstra dan aplikasi renja
2022)
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan
1. Penguatan tata kelola kesehatan masyarakat yang difokuskan pada
Pengembangan kebijakan untuk penguatan kapasitas pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota pada kegiatan tata kelola kesehatan masyarakat;
2. Pendampingan perbaikan tata kelola pada daerah yang memiliki masalah
kesehatan untuk pencapaian target nasional dan mendorong pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, khususnya
pendekatan integrasi layanan primer dan fungsi laboratorium kesehatan
masyarakat di Puskesmas. ;
3. Penguatan evaluasi data rutin untuk monitoring tata kelola kesehatan
masyarakat
4. Inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk edukasi dan peningkatan
kapasitas terkait manajemen puskesmas, puskesmas BLUD dan edukasi
integrasi layanan primer serta laboratorium puskesmas;
5. Peningkatan kapasitas dan kemandirian pembiayaan
fasilitas kesehatan milik pemerintah;

Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat menginduk pada organisasi besar


Kementerian Kesehatan dalam upaya transformasi SDM untuk mendukung smart
aparatur sipil negara (ASN) dan world class government pada 2024, melakukan
internalisasi revolusi mental, peningkatan profesionalisme melalui restrukturisasi
organisasi tata kerja dan penyederhanaan struktur jabatan. Smart ASN bercirikan
berintegritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai
informasi dan teknologi, bahasa asing, hospitality, networking, dan
enterpreneuship, sedangkan world class government mengimplementasikan
budaya organisasi dan budaya kerja berAKHLAK seperti yang diamanatkan
Presiden Jokowi pada tanggal 27 Juli 2021. BerAKHLAK menekankan pada tujuh
nilai yang berlaku pada ASN yaitu (i) berorientasi pada layanan; (ii) akuntabel; (iii)
kompeten; (iv) harmonis; (v) loyal; (vi) adaptif; dan (vii) kolaboratif.

B. Analisis Situasi Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat


Strenght-Kekuatan Weaknes - Kelemahan

● SDM aktif, kompeten, mau belajar hal- ● Banyak program


hal baru, ramah, mudah beradaptasi, kerja/kegiatan/kebijakan dan
banyak personil milenial, semangat Strategi yang baru dan belum
kerja dan rasa ingin tahu yang tinggi jelas
● ADUM yang respon cepat ● Pengalaman SDM yang masih
● Suasana dan kondisi kantor yang minim terkait program yang belum
nyaman jelas
● Dukungan Kebijakan Transformasi ● Kurangnya SDM di setiap Tim
Kesehatan Layanan Primer Kerja
● Memiliki berbagai jabfung yang dapat ● Penggunaan anggaran yang
dimanfaatkan dengan baik terlambat
● Sistem kerja yang baru ● Beberapa program/kegiatan
● Tersedianya regulasi terkait Direktorat belum memiliki Petunjuk Teknis
Tata Kelola Kesehatan Masyarakat ● Masih ada program/kegiatan yang
● Tersedianya anggaran operasional rancu dengan Satuan Kerja
● Latar belakang pendidikan pegawai sebelumnya/over lapping dengan
bervariasi, berasal dari lintas program program lain
memperkaya kompetensi dan informasi ● Jejaring kemitraan pusat/daerah
● Tersedianya Griya Sehat masih lemah
● Adanya dukungan Organisasi Profesi ● Bidang Tata Kelola Kesmas di
terkait level Dinkes Provinsi dan Dinkes
● Adanya dukungan dan komitmen RS Kab/Kota belum jelas
dan PKM untuk menjadikan ● Belum optimalnya sosialisasi dan
Yankestrad sebagai salah satu advokasi seluruh program dan
program unggulan struktur organisasi Direktorat Tata
Kelola Kesehatan Masyarakat
pada daerah
● Integrasi sistem informasi baik
pencatatan dan pelaporan belum
optimal
● Belum meratanya penugasan dan
beban kerja dan motivasi kerja
seluruh personil
● Capaian program dan SPM belum
optimal
● Pembinaan belum optimal
● Belum terakomodirnya program
Yankestrad dalam JKN
● Belum adanya pendidikan
terstruktur di bidang Kestrad
dalam jenjang profesi
● Meja dan kursi tidak ergonomis
yang akan berisiko nyeri tulang
dan otoT

Oportunity - Peluang Treatment - Hambatan

● Sumber daya keuangan yang memadai ● Harus respon dengan cepat


● SDM berasal dari berbagai lintas dengan segala perubahan kondisi
program yang rata rata programnya yang ada
ada dilaksanakan di puskesmas ● Capaian indikator program tidak
● Unit Satuan Kerja baru dengan tercapai karena anggaran
anggota Tim Kerja baru dari berbagai kegiatan yang terlambat turun
latar belakang pengalaman program ● Koordinasi yang belum berjalan
● Substansi kerja yang baru membuka baik
wawasan baru ● SDM yang tidak sebanding
● Tim kerja baru membuka ide-ide kreatif dengan jumlah kegiatan sehingga
dari anggota Tim Kerja mempengaruhi output
● Dapat membuat berbagai perubahan ● Koordinasi dengan lintas program
kebijakan yang disesuaikan dengan dan sektor belum baik (ego
kebutuhan Unit Satuan Kerja baru program)
● Banyak program/kegiatan baru yang ● Pola pelayanan kesehatan dan
mendapat dukungan dari Pimpinan pembiayaan masih pada segi
● Jejaring kemitraan yang luas kuratif daripada preventif dan
● Dukungan Pemerintah Daerah promotif
terhadap pengembangan layanan ● Tenaga kesehatan pada
primer cukup baik fasyankes primer belum merata
● Adanya Transformasi Kesehatan dan baik kualitas maupun
Integrasi Layanan Kesehatan Primer kuantitasnya
● Adanya teknologi komunikasi secara ● Beban penyakit akibat perilaku
virtual (online) memudahkan dan lingkungan masin tinggi
komunikasi dan koordinasi dengan ● Perilaku dan kesadaran
semua stakeholders, baik di Pusat dan masyarakat tentang kesehatan
daerah masih rendah
● Peningkatan kapasitas sesuai tugas ● Anggaran kesehatan masih
dan fungsi belum memadai
● Griya sehat untuk kebugaran pegawai ● Direktorat baru dan belum banyak
● SDM yang beragam dan pimpinan diperhitungkan
yang berpengalaman, Direktorat Tata ● Kemampuan daerah dalam tata
Kelola Kesehatan Masyarakat mampu kelola kesmas belum jelas
menjadi Direktorat baru yang sukses ● Tingkat stress akibat kerja (Work-
dalam membawa seluruh program life balance → occupational
Direktorat health)
● Terdapat Puskesmas, Fasyankestrad ● Penyelesaian seluruh kegiatan di
yang mendukung program Direktorat TA 2022 mungkin tidak tercapai
Tata Kelola Kesehatan Masyarakat ● Beban kerja tambahan dalam
● Adanya Fasyankes yang waktu bersamaan dengan
menyelenggarakan integrasi deadline singkat sehingga tugas
Yankestrad sebagai salah satu dan fungsi utama sedikit
program pilot project Direktorat Tata terlambat
Kelola Kesehatan Masyarakat ● Perbedaan persepsi terkait tugas
● Meningkatnya trend gaya hidup dan fungsi
kembali ke alam (back to nature) ● Pergantian pengelola program
● Minat masyarakat indonesia utk yang cepat di daerah
melakukan kegiatan Promotif dan ● Keterbatasan SDMK
Preventif yang sejalan dengan ● Kurangnya Fasyankes di daerah
kegiatan Direktorat Tata Kelola sebagai wahana integrasi
Kesehatan Masyarakat program Direktorat Tata Kelola
● Strategi WHO (2014-2023) tentang Kesehatan Masyarakat
traditional medicine ● Tingginya minat WNI berobat ke
luar negeri

C. Strategi
Dalam rangka menjalankan kebijakan di atas, maka strategi Kementerian
Kesehatan hingga 2024 dirumuskan sebagai berikut : Peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan primer yang komprehensif melalui penguatan tata kelola
manajemen pelayanan dan kolaborasi publik-swasta, yang mencakup:
1. Penguatan tata kelola manajemen puskesmas;
2. Penguatan pelayanan esensial sesuai standar, termasuk untuk daerah
terpencil dan sangat terpencil;
3. Penguatan tata laksana rujukan.
D. Kerangka Regulasi
Regulasi yang di gunakan dan melaksanakan kegiatan pada direktorat tata
kelola yaitu :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 04/MENKES/SK/I/2002 tentang


Laboratorium Kesehatan Swasta
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 298/Menkes/SK/III/2008
tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 605/MENKES/SK/VII/2008
tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Besar Laboratorium
Kesehatan
8. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Adat;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan

Selain itu regulasi di atas, terdapat pula Peraturan terkait kesehatan yang
masuk dalam prioritas legislasi pada Direktorat Tata Kelola Kesehatan
Masyarakat yaitu

No Arah Urgensi Pembentukan Unit/Instansi Target


Kerangka Berdasarkan Evaluasi Terkait Penyelesaian
Regulasi Regulasi Eksisting,
an/atau Kajian dan Penelitian
Kebutuhan
Regulasi

1 Rancangan Rancangan Permenkes Kemendagri, 2022


Peraturan disusun untuk KemenPAN
Menteri menyesuaikan dengan dan RB
Kesehatan kebijakan pelayanan
tentang kesehatan tradisional
Sentra sebagaimana diatur
Penapisan dalam UU Nomor 36
dan Tahun 2009 tentang
Pengembang Kesehatan dan PP
an Nomor 103 Tahun 2014
Penyehatan tentang Pelayanan
Tradisional Kesehatan Tradisional,
meningkatkan upaya
penapisan kesehatan
tradisional untuk
menjamin manfaat dan
keamanannya serta
tidak bertentangan
dengan norma agama
dan kebudayaan
masyarakat, serta
menggali kesehatan
tradisional yang
merupakan kearifan
lokal pada setiap
daerah.
No Arah Urgensi Pembentukan Unit/Instansi Target
Kerangka Berdasarkan Evaluasi Terkait Penyelesaian
Regulasi Regulasi Eksisting,
an/atau Kajian dan Penelitian
Kebutuhan
Regulasi

2 Rancangan Rancangan Permenkes Kementerian 2022


Peraturan disusun untuk Dalam Negeri
Menteri memberikan panduan
Kesehatan dalam melaksanakan
tentang pelayanan keperawatan
Pedoman masyarakat di
Penyelenggar puskesmas sebagai
aan bagian dari kegiatan di
Keperawatan puskesmas dan untuk
Masyarakat di mengintegrasikan
Puskesmas pelayanan puskesmas
dengan Program
Indonesia Sehat
dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK)

3 Regulasi regulasi ditujukan untuk Kementerian 2022-2024


yang peningkatan akses dan Dalam
mendukung mutu pelayanan Negeri,
peningkatan kesehatan, baik pada Kementerian
akses dan fasilitas kesehatan Komunikasi
mutu tingkat pertama maupun dan
pelayanan fasilitas kesehatan Informatika,
kesehatan tingkat lanjutan, Kementerian
Pembentukan sehingga terjadi Desa, PDT
keadilan dalam dan
pemanfaatan pelayanan Transmigrasi,
kesehatan, baik antar Kemendikbud
wilayah, antar kelas ristek
sosial ekonomi, dan
antara penduduk desa
dan kota

4 Regulasi regulasi ditujukan untuk Direktorat


yang peningkatan akses dan Jenderal
mendukung mutu pelayanan Pelayanan
peningkatan kesehatan, baik pada Kesehatan
akses dan fasilitas kesehatan Kementerian
mutu tingkat pertama maupun Dalam
pelayanan fasilitas kesehatan Negeri,
kesehatan tingkat lanjutan, Kementerian
Pembentukan sehingga terjadi Komunikasi
keadilan dalam dan
pemanfaatan pelayanan Informatika,
kesehatan, baik antar Kementerian
wilayah, antar kelas Desa, PDT
No Arah Urgensi Pembentukan Unit/Instansi Target
Kerangka Berdasarkan Evaluasi Terkait Penyelesaian
Regulasi Regulasi Eksisting,
an/atau Kajian dan Penelitian
Kebutuhan
Regulasi

sosial ekonomi, dan dan


antara penduduk desa Transmigrasi,
dan kota Kemendikbud
ristek

E. Kerangka Kelembagaan
Pada peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 5 tahun 2022
tentang organisasi dan tata kerja kementerian kesehatan terdapat
Susunan organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
Direktorat
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;
3. Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia;
4. Direktorat Kesehatan Jiwa; dan
5. Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat

Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di
bidang tata kelola kesehatan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, Direktorat


Tata Kelola Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan dan
peningkatan upaya kesehatan masyarakat termasuk pada pusat
kesehatan masyarakat dan kesehatan tradisional;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan dan peningkatan
upaya kesehatan masyarakat termasuk pada pusat kesehatan
masyarakat dan kesehatan tradisional;
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengelolaan dan peningkatan upaya kesehatan
masyarakat termasuk pada pusat kesehatan masyarakat dan
kesehatan tradisional;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan
dan peningkatan upaya kesehatan masyarakat termasuk pada
pusat kesehatan masyarakat dan kesehatan tradisional;
5. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
6. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.

Susunan organisasi Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat terdiri


atas:
a. Subbagian Administrasi Umum; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional.

Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melakukanpenyiapan


dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaksanaan
anggaran, pembukuan dan inventarisasi barang milik negara, urusan
sumber daya manusia, pengelolaan data dan sistem informasi,
pemantauan, evaluasi, laporan, kearsipan, persuratan, dan
kerumahtanggaan Direktorat.
BAB IV
TARGET KINERJA , KEGIATAN DAN PENDANAAN

A. Target kinerja

Pada Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat terdapat indikator 2 (dua)


indicator RPJM dan 3 (tiga) indikator Renstra, untuk target masing-masing
indikator dapat di lihat pada table di bawah :

Tabel Indikator RPJM 2020-2024


No Indikator 2022 2023 2024
.
Target Target Target

1 Jumlah kabupaten/kota yang telah 300 400 514


melaksanakan PIS-PK dengan 100%
intervensi keluarga

2 Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak 84 117 150


(PKB) yang dilakukan di daerah terpencil
dan sangat terpencil sesuai standar

1. Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100%


intervensi keluarga
Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan
intervensi 100% keluarga di wilayahnya pada akhir tahun berjalan.
Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan
intervensi terhadap seluruh sasaran keluarga di wilayahnya.
Pelaksanaan Kegiatan
 Tenaga kesehatan puskesmas didampingi oleh kader melakukan
kunjungan rumah pada seluruh sasaran keluarga untuk memperoleh
informasi terkait kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga.
 Anggota keluarga dengan masalah kesehatan akan mendapatkan
intervensi dan/atau rujukan sesuai permasalahannya.
Tempat Pelaksanaan : Rumah sasaran keluarga dan Puskesmas
Waktu Pelaksanaan :Pendataan melalui kunjungan rumah dilakukan secara
berkala dan terjadwal dan Pemantauan setiap bulan
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan kunjungan keluarga menggunakan formulir pendataan keluarga
kemudian dilaporkan secara elektronik melalui aplikasi Keluarga Sehat.
Target sasaran keluarga diperoleh secara terintegrasi dengan aplikasi monev
STBM.
Sumber Data : Aplikasi keluarga sehat
Waktu Pelaporan : Pelaporan setiap bulan (ketersediaan data real time)
Pedoman yang dipakai
 Pedoman Umum PIS PK, 2016
 Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Dengan
Pendekatan Keluarga Tahun 2017
 Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program PIS PK Tahun
2017
 Petunjuk Teknis Aplikasi Keluarga Sehat Tahun 2019

2. Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan di daerah


terpencil dan sangat terpencil sesuai standar
Definisi Operasional
Pelayanan kesehatan bergerak yang dilakukan di daerah terpencil dan sangat
terpencil oleh Dinkes Provinsi dan atau Dinkes kabupaten di lokasi yang
membutuhkan PKB dengan pelayanan minimal sebanyak 4 kali dalam periode
1 tahun.
Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) adalah jumlah lokus yang telah
ditetapkan setiap tahunnya yang memberikan pelayanan minimal 4 kali dalam
setahun.
Pelaksanaan Kegiatan
Dinkes provinsi dan Dinkes kabupaten pada daerah terpencil dan sangat
terpencil mengusulkan lokus PKB
Identifikasi proposal usulan lokus PKB
Menentukan lokus yang membutuhkan PKB setiap tahunnya
Pelaksanaan pelayanan pada lokus minimal 4 kali setahun
Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan PKB oleh Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak (TPKB)
dilaksanakan di desa, tetapi apabila dibutuhkan pelayanan spesifik dan/atau
lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas dan jaringannya ataupun di Rumah
Sakit sesuai dengan hasil analisis situasi dan jenis pelayanan yang diberikan
Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilakukan secara berkala dan terjadwal
Pemantauan setiap triwulan
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan setiap kali selesai pelayanan dan dilaporkan setiap
triwulan secara berjenjang ke Dinkes Kabupaten dan Dinkes Provinsi.
Sumber Data : Laporan rutin
Waktu Pelaporan : Setiap triwulan
Pedoman yang dipakai
Permenkes Nomor 90 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan Terpencil dan Sangat
Terpencil.
Panduan Pelayanan Kesehatan Bergerak, Tahun 2020
Tabel Indikator IKP 2022-2024
No Indikator 2022 2023 2024
1 Puskesmas dengan tata kelola kesehatan 50 60 70
masyarakat yang baik

Persentase Puskesmas dengan Tata Kelola Kesehatan Masyarakat yang Baik


Definisi Operasional
Adalah Puskesmas yang menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan evaluasi secara rutin oleh tenaga Puskesmas dan jaringannya.
Perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan evaluasi diukur melalui Penilaian
Kinerja Puskesmas yang mencakup unsur pelayanan kesehatan dan hasil
manajemen.
Perhitungan Target Triwulan
Target 2022 2023 2024
Triwulan I 40% 45% 50%
Triwulan II 42% 55% 65%
Triwulan III 45% 58% 68%
Triwulan IV 50% 60% 70%
Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah Puskesmas dengan tata kelola kesehatan masyarakat yang baik dibagi jumlah
sasaran Puskesmas dikali 100%
Variabel Data yang Dibutuhkan Beserta Sumber data
Variabel data Sumber Data
1) Jumlah puskesmas dengan tata kelola kesehatanLaporan rutin
masyarakat yang baik
2) Jumlah puskesmas Pusdatin
Contoh Kasus
Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan tata kelola kesehatan masyarakat
dengan kategori baik setiap bulan sebanyak 6.708, kategori cukup sebanyak 2.575,
dan kategori kurang sebanyak 1.009. Jumlah seluruh Puskesmas adalah 10.292.
Persentase Puskesmas dengan Tata Kelola = 6.708 X 100%
Kesehatan Masyarakat yang Baik 10.292
= 65,17%
Persentase Puskesmas dengan Tata Kelola = 2.575 X 100%
Kesehatan Masyarakat yang Cukup 10.292
= 25,02%
Persentase Puskesmas dengan Tata Kelola = 1.009 X 100%
Kesehatan Masyarakat yang Kurang 10.292
= 9,80%

Pelaksana Kegiatan adalah Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Penanggung jawab


program di Dinkes Kabupaten/Kota
Tempat Pelaksanaan di Puskesmas
Waktu Pelaksanaan : Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun
Pencatatan dan pelaporan
Penilaian Puskesmas dengan Tata Kelola Kesehatan Masyarakat yang Baik
menggunakan instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) meliputi cakupan
pelayanan kesehatan dan cakupan hasil manajemen yang terbagi menjadi kategori
baik, cukup dan kurang.

Tabel acuan penilaian Puskesmas dalam melaksanakan Tata Kelola Kesehatan


Cakupan Hasil Manajemen
Kategori Baik (≥ 8,5) Cukup (5,5- Kurang (<
8,4) 5,5)
Cakupan Baik (≥ 91%) Baik Cukup Kurang
Pelayanan Cukup (81 – Cukup Cukup Kurang
Kesehatan 90%)
Kurang (≤ 80%) Kurang Kurang Kurang

Waktu Pelaporan dilaksanakan setiap tahun.


Sumber Data dari Laporan rutin
Pedoman yang dipakai
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas

Tabel Indikator IKK Renstra

No Indikator 2022 2023 2024


Persentase puskesmas yang
1 menerapkan BLUD 40% 60% 90%
Persentase puskesmas yang melakukan
2 perencanaan tingkat puskesmas melalui 70% 80% 90%
lokakarya mini
Persentase Puskesmas yang
3 melaksanakan pemantauan wilayah 50% 60% 70%
kerja
Persentase Puskesmas yang menerapkan BLUD
Definisi Operasional
Persentase Puskesmas yang memenuhi persyaratan penetapan BLUD yaitu yang
memenuhi kriteria substantif, kriteria teknis, dan kriteria administratif.
Kepala Dinas Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi disertai persyaratan
administratif untuk puskesmas yang akan menerapkan BLUD. Pemenuhan
persyaratan substantif dan teknis pada institusi puskesmas tidak perlu dilakukan
perhitungan, sebab puskesmas merupakan penyedia jasa layanan umum yang
mengelola dana khusus layanan kepada masyarakat dan memiliki spesifikasi teknis
kesehatan (sesuai Permendagri Nomor 79 Tahun 2018).
Persyaratan administratif: membuat dan menyampaikan dokumen yaitu:
(1) Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja;
(2) Pola tata Kelola;
(3) Renstra;
(4) Standar Pelayanan Minimal;
(5) Laporan keuangan atau prognosis/proyeksi keuangan; dan
(6) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa
eksternal pemerintah
Perhitungan Target Triwulan
Target 2022 2023 2024
Triwulan I 31.5% 45% 68%
Triwulan II 35% 50% 75%
Triwulan III 38% 55% 83%
Triwulan IV 40% 60% 90%

Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah Puskesmas yang menerapkan BLUD dibagi total Puskesmas yang menjadi
target BLUD di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan sebanyak 7.387 dikali 100%.
Variabel Data yang dibutuhkan beserta sumber data
Variabel data Sumber Data

Puskesmas BLUD Laporan rutin


Jumlah Puskesmas Perkotaan dan Puskesmas teregistrasi di Pusdatin
Perdesaan*
Ket:* khusus untuk DKI Jakarta digunakan Puskesmas Kecamatan
Contoh Kasus
Di Provinsi A terdapat 337 jumlah Puskesmas yang tersebar di 8 kabupaten/kota.
Sebanyak 44 Puskesmas sudah berstatus BLUD dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah Puskesmas J Jumlah Puskemas


N Nama Kabupaten Persentase
target BLUD BLUD
A 40 3 7.5
B 45 7 15.6
C 35 4 11.4
D 40 9 22.5
E 53 6 11.3
F 68 5 7.4
G 56 10 17.9
H 40 3 7.5
Provinsi X 337 44 13.1

Persentase Puskesmas yang = 44 x 100%


menerapkan BLUD Prov X 337
= 13,1
%
Pelaksana Kegiatan
Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Penanggung jawab program di Dinkes
Kabupaten/Kota
Tempat Pelaksanaan di Puskesmas
Waktu Pelaksanaan satu tahun
Pencatatan dan pelaporan
Data dasar puskesmas menerapkan BLUD diambil dari laporan rutin dan data
puskesmas teregistrasi di Pusdatin Kemenkes, yang dilakukan validasi secara
berjenjang dari pusat dan provinsi terhadap data yang diperoleh.
Waktu Pelaporan : Dilaporkan per bulan
Sumber Data : Laporan rutin
Pedoman yang dipakai : Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 79 tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah.
Puskesmas yang Melakukan Perencanaan Tingkat Puskesmas melalui Lokakarya
Mini
Definisi Operasional
Puskesmas yang melakukan perencanaan tingkat Puskesmas melalui lokakarya mini
sehingga menghasilkan RUK (Rencana Usulan Kegiatan) dan RPK (Rencana
Pelaksanaan Kegiatan).
Perhitungan Target Triwulan
Target Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Triwulan I 63% 73% 83%
Triwulan II 65% 75% 85%
Triwulan III 68% 78% 88%
Triwulan IV 70% 80% 90%

Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah Puskesmas yang melakukan perencanaan puskesmas melalui lokakarya mini
dibagi total puskesmas dikali 100%.
Variabel Data yang Dibutuhkan Beserta Sumber data
Variabel data Sumber Data
Jumlah Puskesmas yang melakukan perencanaan Laporan rutin
Puskesmas melalui lokakarya mini
Total Puskesmas Pusdatin

Contoh Kasus
Dari 1029 Puskesmas yang ada di Prov A, Jumlah Puskesmas yang melakukan
lokakarya mini dan memiliki dokumen perencanaan tingkat puskesmas Provinsi A
sebanyak 985 Puskesmas.
Maka persentasi Puskesmas yang melakukan perencanaan Puskesmas melalui
Lokakarya mini di Provinsi A adalah:
Persentasi Puskesmas yang melakukan = 985 x 100%
perencanaan Puskesmas melalui Lokakarya mini 1029
= 95,7%
Pelaksana Kegiatan : Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Tempat Pelaksanaan : Dilaksanakan di Puskesmas
Waktu Pelaksanaan : Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dalam lokakarya mini berupa dokumen perencanaan tingkat
puskesmas yaitu draf Rencana Lima Tahunan (menyesuaikan siklus 5 tahunan), draft
RUK tahun selanjutnya, RKA/RBA, RPK tahunan, serta RPK bulanan. Lokakarya mini
terdiri atas lokakarya mini bulanan yang melibatkan pengelola program puskesmas dan
lokakarya mini tribulanan yang melibatkan lintas program dan lintas sektor. Hasil
lokakarya mini disampaikan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Waktu Pelaporan : Dilaporkan setiap bulan
Sumber Data : Laporan rutin
Pedoman yang dipakai
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pemantauan wilayah kerja


Definisi Operasional
Puskesmas yang melakukan pelaporan indikator Puskesmas setiap bulan.
Pemantauan wilayah kerja diukur melalui indikator:
1) Persentase ibu bersalin di faskes (PF)
2) Persentase ibu hamil KEK
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif
4) Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
5) Persentase lansia yang mendapatkan pelayanan Kesehatan
6) Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining
7) Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC
8) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
9) Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan
10) Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas
Perhitungan Target Triwulan
Target 2022 2023 2024
Triwulan I 43% 53% 63%
Triwulan II 45% 55% 65%
Triwulan III 48% 58% 68%
Triwulan IV 50% 60% 70%

Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pemantauan wilayah kerja dibagi jumlah
seluruh Puskesmas dikali 100%
Variabel Data yang dibutuhkan beserta Sumber data
Variabel data Sumber Data
Jumlah Puskesmas yang melakukan pemantauan wilayah Laporan rutin
kerja
Jumlah Puskesmas Pusdatin

Contoh Kasus
Di Kabupaten A terdapat 30 puskesmas, 20 puskesmas melakukan pelaporan indikator
puskesmas secara lengkap dan teratur yang mendukung Renstra.
Persentase Puskesmas yang melaksanakan = 20 X 100%
pemantauan wilayah kerja Kab A 30
= 66,6%

Pelaksana Kegiatan : Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Tempat Pelaksanaan : Dilaksanakan di Puskesmas
Waktu Pelaksanaan : Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun
Pencatatan dan pelaporan
Puskesmas yang melakukan pelaporan indikator mendukung Renstra secara teratur
setiap bulan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Waktu Pelaporan : Dilaporkan setiap bulan
Sumber Data : Laporan rutin
Pedoman yang dipakai
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas

B. Kegiatan

NO KEGIATAN 2022 JUMLAH

koordinasi lp/ls dalam peningkatan dan penguatan


1 1.119.000.000
tata kelola kesehatan masyarakat

2 Sosialisasi dan Advokasi Manajemen Puskesmas 55.976.000

3 Sosialisasi dan Advokasi BLUD Puskesmas 217.175.000


4 Penyusunan Juknis Manajemen Puskesmas 91.850.000
Review Kurikulum dan Modul Pelatihan Manajemen
5 197.800.000
Puskesmas

6 Penyusunan Buku Saku BLUD Puskesmas 107.888.000

Rapat Persiapan dan Penyusunan Draft Pedoman


7 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gugus 347.420.000
Pulau
Pelaksanaan Orientasi/Workshop PIS-PK dan
8 805.200.000
Aplikasi Keluarga Sehat
Evaluasi Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan
9 Orientasi/Workshop PIS-PK dan Aplikasi Keluarga 11.250.000
Sehat
10 Monitoring dan Evaluasi Manajemen Puskesmas 84.825.000

11 Monitoring dan Evaluasi BLUD Puskesmas 558.859.000

12 Pendampingan Manajemen dan BLUD Puskesmas 418.500.000


Pembinaan dan Pendampingan Pelayanan
13 Kesehatan diKawasan Terpencil dan Sangat 4.028.790.000
Terpencil
Sharing Session Pelaksanaan Pembinaan Terpadu
14 197.800.000
Puskesmas melalui Tim Pembina Cluster Binaan
15 penyusunan pedoman integrasi layanan primer 95.371.000
monitoring dan evaluasi piloting integrasi layanan
16 300.285.000
primer

  TOTAL 8.637.989.000

NO KEGIATAN 2022 ANGGARAN

sosialisasi penguatan tenaga kesehatan tradisional


1 dalam mendukung pelayanan wellness tourism 43.400.000
(hybrid) 50 or fd 1 h

pengembangan e-module/e-learning peningkatan


2 kapasitas nakes bidan dalam pelayanan pijat baduta 326.900.000
untuk tumbuh kembang anak di fasyankes

pengembangan e-module/e-learning asuhan mandiri


3 455.114.000
pemanfaatan toga dan akupresur

penyusunan juknis pengembangan wellness tourism


4 187.372.000
kesehatan tradisional

tot peningkatan kapasitas bidan dalam pelayanan


5 pijat baduta untuk tumbuh kembang anak di 286.040.000
fasyankes

monitoring dan evaluasi penyelenggaraan


6 411.050.000
pelayanan kesehatan tradisional integrasi

bimbingan teknis penguatan puskesmas dan jejaring


7 439.137.000
dalam pelayanan wellness tourism

8 pembinaan upt kesehatan tradisional 144.586.000

9 penyusunan pedoman jejaring layanan swasta 488.890.000

penyusunan pedoman peningkatan jejaring upaya


10 kesmas dengan private sector (public private 188.880.000
partnership)

validasi pelayanan kesmas pada jejaring layanan


11 185.500.000
swasta

  TOTAL 3.156.869.000
NO KEGIATAN 2022 ANGGARAN

1 Rapat Koordinasi Kegiatan Piloting (Daring) 61.596.000

Penyusunan Pedoman dan Sosialisasi Posyandu


2 124.950.000
Prima

Simulasi dan Uji Baca Panduan Kegiatan Piloting


3 11.580.000
(Luring)

4 Orientasi Fasilitator (Hybrid) 130.145.000

5 Orientasi Tenaga Kesehatan dan Kader (Luring) 1.522.105.000

6 Pengembangan Fitur Layanan Primer 187.500.000

Pelaksanaan Pendampingan - Analisis Kebijakan


7 Implementasi Integrasi Pelayanan Puskesmas dan 5.122.896.000
Posyandu Prima Tahun 2022

8 Koordinasi/ Pendampingan Nakes dan Kader 6.300.000

9 Operasional Pelaksanaan Pilot di Posyandu 1.144.000.000

10 Dukungan Peralatan Posyandu Prima 171.000.000

11 Operasional Pelaksanaan Pilot Posyandu Prima 151.652.000

Dukungan Pilot Integrasi layanan primer untuk


12 2.151.580.000
puskesmas

Monitoring Evaluasi Pelayanan di Desa Bersama


13 711.600.000
Pokja setiap Minggu

Pertemuan Diseminasi PIloting kepada LP / LS


14 854.895.000
Luring dan Daring di Bekasi (2 Tahap)

15 Penggandaan Media KIE 93.145.000

  TOTAL 12.444.944.000
NO KEGIATAN ANGGARAN

Penyusunan Pedoman dan Kebijakan


1 Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan 1.225.598.000
Masyarakat

Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan SDM


2 326.600.000
dan Penjaminan Mutu Labkesmas

Penyusunan Petunjuk Teknis Pelayanan


3 326.600.000
Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Data dan


4 318.800.000
Sampel Biorepositori Labkesmas

Penyusunan Petunjuk Teknis Jejaring, Kerjasama


5 319.800.000
dan Komunitas Labkesmas

Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan


6 Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan 316.320.000
Masyarakat

Pelatihan bagi Pelatih Penyelenggaraan


7 1.218.882.000
Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Pelatihan Penyelenggaraan Laboratorium


8 1.374.240.000
Kesehatan Masyarakat

9 Koordinasi, Pendampingan dan Bimtek Labkesmas 1.404.380.000

  TOTAL 6.831.220.000
NO KEGIATAN 2023 ANGGARAN

Koordinasi dalam Penguatan Manajemen


1 93.000.000
Puskesmas

Koordinasi dalam Penguatan Laboratorium


2 1.045.800.000
Kesehatan Masyarakat

Koordinasi dalam Peningkatan Upaya Kesmas dan


3 1.181.080.000
Pemantauan Wilayah Setempat

Koordinasi dalam Peningkatan Pelayanan


4 Kesehatan Masyarakat di DTPK dan Kawasan 781.000.000
Khusus termasuk PKB

Koordinasi Peningkatan Pelayanan Kesehatan


5 270.357.000
Tradisional

6 Sosialisasi dan Diseminasi Manajemen Puskesmas 1.278.850.000

7 Sosialisasi dan Diseminasi BLUD Puskesmas 217.225.000

Sosialisasi dan Diseminasi Laboratorium Kesehatan


8 52.680.000
Masyarakat

Sosialisasi dan Diseminasi Peningkatan Upaya


9 1.580.000.000
Kesmas dan Pemantauan Wilayah Setempat

Sosialisasi dan Diseminasi Peningkatan Pelayanan


10 Kesehatan Masyarakat pada DTPK dan Kawasan 485.770.000
Khusus

Penyusunan NSPK Manajemen Puskesmas dan


11 259.900.000
BLUD

12 Penyusunan NSPK Integrasi Layanan Primer 237.820.000

Penyusunan NSPK Pelayanan Kesehatan


13 371.570.000
Masayarakat di DTPK dan Kawasan Khusus

Penyusunan NSPK Pelayanan Kesehatan


14 498.248.000
Tradisional
Tenaga Kesehatan yang diorientasi terkait Integrasi
15 2.779.844.000
Layanan Primer

Tenaga Kesehatan yang dilatih terkait Manajemen


16 1.498.326.000
Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Pemantauan dan Monev Manajemen Puskesmas


17 635.800.000
dan BLUD

Pemantauan dan Monev Pelaksanaan Integrasi


18 3.533.656.000
Layanan Primer

Pemantauan dan Monev Penyelenggaraan


19 1.725.300.000
Manajemen Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Pemantauan dan Monev Upaya Pelayanan


20 Kesehatan Masyarakat dan Pemantauan Wilayah 2.126.882.000
Setempat

Pemantauan dan Monev Pelayanan Kesehatan


21 535.600.000
Masyarakat di DTPK dan Kawasan Khusus

Pemantauan dan Monev Pelayanan Kesehatan


22 483.900.000
Tradisional

Pembinaan, Pendampingan dan Bimbingan Teknis


23 403.341.000
Pelaksanaan Manajemen Puskesmas dan BLUD

Pembinaan, Pendampingan dan Bimbingan Teknis


24 Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan 1.673.118.000
Pemantauan Wilayah Setempat

Pembinaan, Pendampingan dan Bimbingan Teknis


25 2.804.060.000
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bergerak

Pembinaan, Pendampingan dan Bimbingan Teknis


26 2.366.749.000
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Tradisional

  total 28.919.876.000
C. Pendanaan

ANGGARAN 2022 2023 2024

RENSTRA 55.204.000.000 56.860.000.000 58.566.000.000

RKA-KL 11.794.858.000 28.919.876.000  

DEKON 4,904,748,000 40.311.844.000  

DAFAT 19.276.164.000    

ANGGARAN 2022 2023 2024

TIKER PUSKEMAS 8.637.989.000 14.427.196.000  

TIKER ILP 12.444.944.000 6.551.320.000  

TIKER
6.831.220.000 4.322.106.000  
LABKESMAS
TIKER JEJARING
SWASTA DAN 3.156.869.000 3.619.254.000  
KESTRAD
BAB V
PENUTUP

Demikian RAK Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Tahun 2022-2024, yang
disusun berpedoman pada RPJMN Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020- 2024.
Sebagai dokumen yang memberikan arah peta jalan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian penyelenggaraan program dan kegiatan Direktorat Tata Kelola Kesehatan
Masyarakat Tahun 2020-2024. Dimana Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat
sebagai salah satu unit organisasi eselon II dibawah Sesditjen Kesmas, bertanggung jawab
melaksanakan dan pencapaian kinerja kegiatan dari program Sesditjen Kesmas .

Semoga jajaran Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat dapat melaksanakan


Program/Kegiatan yang direncanakan dalam rangka memberikan layanan tata kelola
kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan, secara optimal dan tepat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai