PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Hal ini sesuai dengan penelitian Junnu (2009) yang menyatakan bahwa
penetapan tarif tergantung pada tujuan pemerintah daerah setempat, apakah untuk
meningkatkan akses pelayanan sehingga ditetapkan tarif yang rendah atau untuk
pemulihan biaya karena subsidi pemerintah berkurang, serta untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan petugas. Penetapan tarif kadang sulit
dilakukan karena berbagai kepentingan, belum lagi karena tidak tersedianya
informasi besaran biaya satuan suatu jenis pelayanan.
Realisasi
Sumber %
(Rp)
Retribusi Pelayanan Kesehatan 59.279.400 23,2
Klaim/Kapitasi Jamkesmas 57.444.688 22,5
Kapitasi Jamkesda 29.394.145 11,5
Kapitasi Askes PNS 101.209.930 39,7
Klaim Jampersal 7.920.000 3,1
Jumlah 255.248.163 100
Sumber : Data Sub Bagian Keuangan Dinkes Kab Lima Puluh Kota
mengandung tiga kaidah manajemen keuangan negara, yaitu orientasi pada hasil
(mutu layanan), profesionalitas serta akuntabilitas dan transparansi. Salah satu
bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara melalui paket peraturan
perundang-undangan tersebut adalah pembentukan Badan Layanan Umum (BLU).
BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Pengelolaan keuangan BLU menjadi satu penekanan tersendiri di dalam
undang-undang ini yang menandakan betapa pentingnya hal tersebut dalam
penyelenggaraan kegiatan layanan umum suatu BLU. Pemerintah kemudian
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) adalah pola pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Sebagai penjabaran dari PP Nomor 23 Tahun 2005 pemerintah
mengeluarkan Permendagri No 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang secara
eksplisit menyebutkan bahwa ada persyaratan substantif, teknis dan administratif
bagi BLUD, dalam hal ini termasuk RS, Bapelkes, Puskesmas dan organisasi
pelayanan kesehatan lainnya. Selain tersebut di atas, ada beberapa prasyarat lain
yang harus dipersiapkan segera untuk mendukung pola pengelolaan keuangan
BLU antara lain (1) Pola tarif berbasis unit cost dan mutu layanan; (2) Rencana
Bisnis Anggaran (RBA) berbasis akuntansi biaya; (3) Remunerasi; (4) Sistem
Akuntansi dan Keuangan.
5
anggaran dan subsidi, alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan
dapat pula dijadikan acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan Puskesmas yang
baru dan terjangkau masyarakat.
Puskesmas Dangung-Dangung merupakan Puskesmas dengan jumlah
kunjungan terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Puskesmas Dangung-
Dangung juga salah satu dari enam Puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota
yang dipersiapkan untuk menjadi BLUD pada tahun 2016. Salah satu syarat yang
harus dipersiapkan segera untuk mendukung pola pengelolaan keuangan BLUD di
suatu satuan kerja adalah pola tarif berbasis unit cost dan mutu layanan. Selain
sebagai persyaratan administratif, unit cost juga bermanfaat dalam penyusunan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).
Jumlah Puskesmas yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu 22
buah terdiri dari 4 Puskesmas dengan rawat inap dan 18 Puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Dangung-Dangung merupakan salah satu Puskesmas dengan rawat
inap yang terletak di Kecamatan Guguk dengan luas wilayah kerjanya mencakup
85,2 km2 .
Puskesmas Dangung-Dangung mempunyai wilayah kerja yang
meliputi 4 nagari dengan total jumlah penduduk sebanyak 25.705 jiwa yang
tersebar di 22 jorong.
Jumlah Realisasi
No Kegiatan
Anggaran Rp %
Jumlah
Jumlah Jumlah Pasien
Tahun Kunjungan Jumlah
Penduduk Rawat Inap
Rawat Jalan
2011 25.138 13.414 726 14.130
2012 25.420 12.351 684 13.035
2013 25.705 10.463 237 10.700
Sumber: Data Seksi Informasi Kesehatan Dinkes Kab. Lima Puluh Kota.
informasi akan biaya yang benar-benar terjadi, terutama untuk alokasi biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Gani (2006), alternatif untuk
melakukan pembenahan pembiayaan adalah agar daerah melakukan analisis
biaya setiap jenis pelayanan kesehatan (perorangan), baik di Puskesmas maupun
di RS.
Melihat gambaran kondisi di atas menjadi pendorong bagi penulis untuk
melakukan penelitian perhitungan unit cost pada Puskesmas khususnya pada
pelayanan rawat jalan dan laboratorium (studi kasus pada Puskesmas Dangung-
Dangung Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013). Hasil perhitungan unit cost ini
diharapkan dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah daerah sebagai dasar
dalam menetapkan tarif Puskesmas maupun dalam mempersiapkan Puskesmas
sebagai BLUD di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini sebagai berikut : berapakah besaran biaya satuan (unit cost) di
Puskesmas Dangung-Dangung pada tahun 2013 serta bagaimanakah perbandingan
hasil perhitungan unit cost tersebut dengan tarif Perda yang berlaku saat ini?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Mengetahui gambaran total biaya di masing-masing unit pelayanan dan unit cost
pelayanan rawat jalan di Puskesmas Dangung-Dangung pada tahun 2013 sebagai
bahan informasi dalam merumuskan kebijakan tarif pelayanan kesehatan di
Puskesmas maupun dalam mempersiapkan Puskesmas sebagai BLUD dengan
menggunakan metode distribusi biaya step down.
Tujuan khusus:
1. Mengidentifikasi total biaya yang terjadi di masing-masing unit pelayanan
selama tahun 2013 dengan menggunakan metode distribusi biaya step- down.
9
2. Mengidentifikasi besaran unit cost per pelayanan di unit rawat jalan dan
laboratorium Puskesmas Dangung-Dangung pada tahun 2013.
3. Mengidentifikasi perbandingan besaran unit cost dengan tarif Perda yang
berlaku.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat praktis:
1. Bagi Puskesmas, sebagai bahan perencanaan pengembangan sistem akuntansi
biaya di Puskesmas.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota, sebagai bahan masukan
dalam menyusun alokasi anggaran pelayanan kesehatan Puskesmas. .
3. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi dalam merumuskan kebijakan tarif pelayanan kesehatan di
Puskesmas maupun dalam mempersiapkan Puskesmas sebagai BLUD di
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Manfaat teoritis:
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga
bagi peneliti dalam bidang pembiayaan kesehatan khususnya perhitungan unit
cost Puskesmas.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan topik yang hampir
sama antara lain:
1. Fidiyawati (2013), Usulan Anggaran Berbasis Unit Cost di Puskesmas Jetis
Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan penelitiannya
mengidentifikasi besaran usulan anggaran berbasis unit cost dan persepsi
stakeholder terhadap hasil perhitungan usulan di Puskesmas Jetis. Variabel yang
diteliti meliputi usulan anggaran, biaya satuan (unit cost) dan persepsi
stakeholder. Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus,
menggunakan metode double distribution. rata-rata Unit cost rawat jalan
10
Rp13.961, dan rawat inap Rp93.052. Kebutuhan anggaran operasional tahun 2012
sebesar Rp931.284.510, tahun 2013 sebesar Rp.994.336.191, tahun 2014 sebesar
Rp1.058.041.337, dan tahun 2015 sebesar Rp1.135.083.584. Stakeholder
mendukung usulan anggaran berbasis unit cost. Persamaannya pada dan jenis
penelitian dan variabel unit cost yang diteliti sedangkan perbedaannya pada lokasi
penelitian, waktu dan metoda perhitungan unit cost menggunakan metode step-
down.
2. Junnu (2009), Analisis biaya satuan rawat jalan Puskesmas Salam Kebupaten
Magelang. Tujuan penelitiannya menghitung unit cost, mengukur ATP/WTP
masyarakat dan membandingkan tarif pesaing. Jenis penelitiannya deskriptif
dengan rancangan studi kasus, menggunakan metode double distribution.
Variabel yang diteliti meliputi unit cost, ATP/WTP, jasa pelayanan, tarif pesaing
dan usulan tarif rawat jalan Puskesmas. Hasil penelitian tersebut adalah biaya
satuan pemeriksaan umum Rp6.032. ATP/WTP masyarakat 21,3% bersedia
membayar di atas Rp7.392, dan 78,8% mempunyai kemauan membayar dibawah
Rp7.392/kunjungan. Persamaannya pada jenis penelitian dan variabel unit cost
yang diteliti sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian, waktu dan
metoda perhitungan unit cost menggunakan metode step-down.
3. Tanggung (2008), Analisis Biaya Persatuan Pelayanan di Puskesmas
Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitiannya
mengetahui besaran unit cost dan subsidi di poli umum, poli gigi dan poli KIA-
KB serta persepsi stakeholder terhadap pembiayaan operasional di Puskesmas.
Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus. Pengolahan data
menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) dengan unit analisis
Puskesmas Aertembaga pada poli umum, poli gigi, dan poli KIA-KB. Hasil
penelitiannya adalah biaya per satuan pelayanan poli umum Rp10.257, poli
gigi Rp9.510 dan pelayanan ibu hamil di poli KIA-KB Rp14.103, besaran
subsidi sebesar Rp183.778.651, Rp38.805.680 dan Rp23.418.018.
Persamaannya pada jenis penelitian dan variabel unit cost yang diteliti
sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian, waktu dan metoda
perhitungan unit cost menggunakan metode step-down.
11
4. Akbar (2008), Usulan Penetapan Tarif Rawat Jalan Puskesmas Unit Swadana
Berbasis Biaya Satuan dan Kemampuan Membayar Masyarakat di Puskesmas
Tanjung Ampalu Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Tujuan penelitiannya untuk
mengetahui besaran satuan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di
Puskesmas Tanjung Ampalu, kemampuan bayar masyarakat (Ability To Pay),
usulan tarif dan besaran subsidi pemerintah. Jenis penelitiannya studi kasus
dengan rancangan deskriptif menggunakan metode double distribution, variabel
penelitian meliputi usulan tarif, unit cost, Ability to Pay (ATP), dan tarif pesaing.
Hasil penelitiannya adalah biaya satuan dengan insentif tanpa investasi dan gaji
di poli umum Rp20.027 polilinik KIA-KB rata-rata Rp10.316 dan labor Rp6.327.
Tarif rawat jalan yang diusulkan Rp5.743 dan tarif rata-rata Rp10.535 serta
subsidi pemerintah Rp401.290.017. Persamaannya pada jenis penelitian dan
variabel unit cost yang diteliti sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian,
waktu dan metoda perhitungan unit cost menggunakan metode step-down.
5. Hartono (2006), Analisis Usulan Tarif Puskesmas Rawat Inap Berbasis Unit
Cost di Puskesmas Lintau Buo II Kabupaten Tanah Datar. Tujuan penelitiannya
mengetahui besarnya unit cost rawat jalan dan rawat inap, usulan tarif dan
persepsi stakeholder. Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus
menggunakan metode double distribution, variabel penelitian meliputi usulan
tarif, unit cost, Ability to Pay (ATP), tarif pesaing dan persepsi stakeholder. Hasil
penelitiannya adalah unit cost untuk rawat jalan BP dengan pendekatan direct
cost sebesar Rp3.804 dan dengan pendekatan full cost sebesar Rp14.609. ATP/
Willingnes to Pay (WTP) masyarakat Rp6.155, tarif yang diusulkan sebesar
Rp3.500. Persamaannya pada jenis penelitian dan variabel unit cost yang
diteliti sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian dan metoda
perhitungan unit cost menggunakan metode step-down.