PENDAHULUAN
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa
Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan baik dan berkesinambungan
dalam mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan untuk periode 5
(lima) tahunan yang selanjutnya akan dirinci lagi ke dalam rencana tahunan Puskesmas sesuai
siklus perencanaan anggaran daerah. Semua rencana kegiatan baik 5 (lima) tahunan maupun
rencana tahunan, selain mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan kabupaten/kota harus
juga disusun berdasarkan pada hasil analisis situasi saat itu (evidence based) dan prediksi
kedepan yang mungkin terjadi. Proses selanjutnya adalah penggerakan dan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan/program yang disusun, kemudian melakukan
pengawasan dan pengendalian diikuti dengan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan
(Corrective Action) dan diakhiri dengan pelaksanaan penilaian hasil kegiatan melalui penilaian
kinerja Puskesmas.
Kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga yang berbasis siklus kehidupan, Sustainable Development Goals (SDG’s), dan
dinamika permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat, maka pedoman manajemen
Puskesmas perlu disesuaikan dengan Peraturan Meanteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016.
Melalui pola penerapan manajemen Puskesmas yang baik dan benar , maka tujuan akhir
pembangunan jangka panjang bidang kesehatan yaitu masyarakat yang sehat mandiri secara
berkeadilan, dipastikan akan dapat diwujudkan. Pedoman Manajemen Puskesmas diharapkan
dapat memberikan pemahaman kepada kepala, penanggungjawab upaya kesehatan dan staf
Puskesmas di dalam pengelolaan sumber daya dan upaya Puskesmas agar dapat terlaksana
secara maksimal. Pedoman Manajemen Puskesmas ini juga dapat dimanfaatkan oleh dinas
kesehatan kabupaten, dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen
kepada Puskesmas secara berjenjangyang ditemukan di masyarakat setempat serta disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas.
Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun
upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar
Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam penyusunan
erencanaan di Puskesmas.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya Puskesmas.
b. Tujuan Khusus
1) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk tahun berikutnya
dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat.
2) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya alokasi sumber
daya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai sumber.
JOGJOGAN
BATULAYANG
TUGU UTARA
TUGU SELATAN
CIBEUREUM
(terlampir)
3.2.1. VISI
“Terwujudkan Kecamatan Cisarua Sehat melalui Puskesmas yang PRIMA”
3.2.2. MISI
1. Misi Pertama:
“Menggerakkan pembangunan kecamatan Cisarua berwawasan kesehatan”
Misi ini mengandung makna bahwa setiap pembangunan yang dilaksanakan di
Kecamatan Cisarua harus berwawasan kesehatan
2. Misi Kedua
“Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat”
Misi ini mengandung makna melalui promosi dan pembinaan yang berjenjang
dan rutin, masyarakat kecamatan Cisarua masyarakat dan keluarga dapat mandiri
untuk perencanaan kebutuhan kesehatan
3. Misi Ketiga
“Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau”.
Misi ini mengandung makna memaksimalkan pelayanan kesehatan dengan
sumber daya yang ada, sehingga pelayanan yang diberikan bermutu dan
terjangkau.
3.3. Strategi
3. Menguatkan kerja sama lintas sektoral dan lintas pogram serta menggerakan
pemberdayaan masyarakat secara optimal dalam meningkatkan program
pembangunan dibidang kesehatan
Fokus Kebijakan
1. Peningkatan Akses Masyarakat Dalam
Memperoleh Pelayanan Kesehatan
2. Peningkatan Status Gizi Masyarakat
3. Peningkatan Kualitas Ibu, Anak, Remaja
dan Lansia
4. Peningkatan Kemandirian Masyarakat
Dalam Pembangunan Kesehatan
5. Peningkatan Kualitas Sumberdaya
Kesehatan
Motto
“PRIMA Melayani”
3.6. Program
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat terdepan yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana
Fungsional (UPF) Dinas Kesehatan di tingkat kecamatan, kelurahan/desa berupa gabungan
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama, dengan fokus
pada pelayanan promosi dan prevensi, dalam upaya mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Fungsi Puskesmas adalah :
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
c. Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama yang meliputi Pelayanan Kesehatan
Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dalam pelaksanaan ketiga fungsi diatas , Puskesmas memiliki beberapa program, dimana
program tersebut dikelompokkan menjadi
Jumlah
No Pendidikan
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
5 Sanitasi 0
6 Asisten Apoteker 0
7 Perawat 2
8 Bidan
Bidan desa 5
Bidan Puskesmas 4
9 Tenaga Gizi 1
10 Perawat Gigi 1
11 Analis 1
12 Radiologi 0
13 Tenaga Administrasi 2
14 Penjaga / Sopir 0
15 Cleaning Service 1
16 Satpam/penjaga 1
Jumlah 22
No Target Realisasi %
1 170.866.500 159.186.000 93,16%
Secara umum Puskesmas sudah memberikan kinerja keuangan yang cukup memadai
sebagai Unit Pelaksana Teknis bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, hanya penyerapan
anggaran JKN masih terkendala karena memerlukan pihak ketiga
Pendapatan tunai di puskesmas Cisarua sebagian besar berasal dari kunjungan poli
umum, tindakan gigi dan pemeriksaan penunjang.
Sesuai dengan sarana prasarana dan ketenagaan yang tersedia di masing-masing
puskesmas, maka dapat dilihat bahwa Puskesmas sudah berupaya memanfaatkan seluruh
sumber daya yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian
pemanfaatan potensi pendapatan belum maksimal dengan masih rendahnya pendapatan dari
tindakan medis.
Kinerja Puskesmas Cisarua pada tahun 2015 berdasarkan self assessment melalui
Penilaian Kinerja Puskesmas berada pada kategori kinerja Sedang (84,80) dengan rincian
cakupan pelayanan 71,17, manajemen 93,01 dan mutu layanan 90,22.
CAKUPAN KINERJA
PENCA
No. JENIS KEGIATAN SASARAN (4/3 X TARGET (5/6 X
PAIAN
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7,0
I. UPAYA KESEHATAN WAJIB
PELAYANAN IMUNISASI
DASAR
1 Cakupan BCG 1. 91,07 98,0 92,
210 1.102 0 93
2 Cakupan DPTHB 1 1. 91,32 98,0 93,
210 1.105 0 19
3 Cakupan DPTHB 3 1. 91,57 90,0 101,
210 1.108 0 74
4 Cakupan Polio 4 1. 90,41 90,0 100,
210 1.094 0 46
5 Cakupan Campak 1. 90,25 90,0 100,
210 1.092 0 28
PELAYANAN IMUNISASI
LANJUTAN
Pada grafik diatas tahun 2015, ISPA menjadi masalah kesehatan utama di Puskesmas
Cisarua. Kemungkinan terbesar faktor yang mempengaruhi adalah perilaku merokok
4.2.6.Pelayanan Laboratorium
Pada tahun 2015 pencapaian kunjungan mencapai 7305 kunjungan dengan 9869
(2015: 12.293) jenis pemeriksaan. Jenis sediaan terdiri dari darah, urin, sputum dan
faeces. Persebaran pemeriksaan dapat dilihat pada grafik. Berikut
4.3.2. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit menular endemis dan musiman yang erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat. Pada tahun 2015 terjadi 650 kasus, kasus
diare meliputi seluruh tingkatan diare mulai ringan, sedang hingga berat.
Sebaran kasus diare merata di seluruh desa di kecamatan Cisarua (5 desa).
Jumlah perkiraan penderita diare di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun (Perkiraan penderita ( 411 / 1000 x jumlah penduduk) x 10% (tiap
kabupaten/ Kota berbeda).2
Gambar 4.2.
Analisa berdasar waktu, terjadi kecenderungan peningkatan yang menetap pada bulan
Juni, Oktober dan Desember.
Gambar 4.3.
Dari grafik diatas dapat dilihat kasus diare mulai meningkat pada bulan Mei
sampai November dengan puncaknya terjadi pada bulan September. Dengan
4.3.5. Kusta
Tidak diketemukan penderita kusta
Ancaman (Threats)
Adalah faktor eksternal yang memungkinkan UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua
mengalami kegagalan dalamusahanya mencapai tujuan yang ditetapkan. Ancaman yang
mempengaruhi UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua adalah:
a) Regulasi profesi. Belum seluruh tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya
memiliki registrasi profesi dan registrasi pemerintah.
b) Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi karena termasuk daerah penyangga Ibukota
Negara dan mobilitas penduduk yang tinggi, karena termasuk daerah wisata
c) Kompetisi dalam hal pertumbuhan klinik swasta dan rumah sakit dengan kualitas
layanan penunjang lebih memadai baik peralatan maupun tenaga.
d) Tuntutan masyarakat. Sejalan dengan pertumbuhan yang cepat dan komplek menuntut
pelayanan yang lebih baik.
Kelemahan (Weaknesses)
Adalah kelemahan-kelemahan internal dan kondisi internal lainnya yang dimiliki oleh UPT
Puskesmas Kecamatan Cisaruadan memungkinkan UPT Puskesmas Kecamatan
Cisaruatersebut mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kelemahan yang dimiliki UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua:
a. Etos kerja sebagaian besar staf UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua masih rendah;
b. Jumlah dan kualifikasi SDM masih kurang;
c. Utilisasi peralatan medis dan penunjang medis di UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua
belum maksimal;
d. Pemanfaatan dan ketersediaan SIMPUS UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua belum
optimal
4.5.3. Analisis
Analisa yang umum digunakan adalah Analisa SWOT, dimana Analisa SWOT
membandingkan antara faktor Ekternal (Opertunities) dan Ancaman (Threats) dengan
factor Internal kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weakneasees). Analisa ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan dan Ancaman.
Grafik. 14
Alternatif Stratregi UPT Puskesmas Cisarua dari Hasil Skoring Analisa SWOT
4.5.4. Asumsi
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat
berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil
dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini adalah analisis
4.5.6. Strategi
Strategi bisnis merupakan upaya-upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai
sasaran strategis yang ditetapkan. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan menyusun
program-program kerja yang direncanakan dengan memperhatikan kekuatan sumber dana
yang dimiliki. Program kerja yang diarahkan pada pencapaian sasaran strategis.
Strategi yang dilakukan UPT Puskesmas Kecamatan Cisarua untuk meningkatkan
pelayanan adalah :
1. Meningkatkan produk / jasa pelayanan yang ditawarkan, yaitu:
a. Upaya Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari upaya wajib dan
pengembangan yaitu Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Gizi dan
Pengembangan.
b. Upaya ini tidak merupakan unit bisnis yang bisa menghasilkan income
tetapi merupakan unit pengeluaran yang pembiayaan dan segala
sesuatunya ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.
No Indikator Cisarua
1 Cak. Pelayanan 71,17
2 Manajemen 93,01
3 Mutu Pelayanan 90.22
Hasil akhir 84,80
KUALITAS Kel I (Sedang)
Table 5.2.
Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (self assesment) Puskesmas Cisarua Tahun 2015
CAKUPAN KINERJA
PENCA
No. JENIS KEGIATAN SASARAN (4/3 X TARGET (5/6 X
PAIAN
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
I. UPAYA KESEHATAN WAJIB
PELAYANAN IMUNISASI
DASAR
1 Cakupan BCG 1. 91,07 98,0 92,
210 1.102 0 93
2 Cakupan DPTHB 1 1. 91,32 98,0 93,
210 1.105 0 19
3 Cakupan DPTHB 3 1. 91,57 90,0 101,
210 1.108 0 74
4 Cakupan Polio 4 1. 90,41 90,0 100,
sumber: pkp.pkm.jgl/2015
Dari beberapa kegiatan upaya pelayanan kesehatan wajib dan pengembangan serta mutu
layanan puskesmas, didapatkan beberapa upaya/program belum mencapai target. Maka
berdasarkan data empiris dan kemampuan analisis yang ada disampaikan beberapa masalah,
harapan, kenyataan beserta rencana tindak lanjutnya sebagai berikut :
Cak. Pembinaan UKBM dilihat 65% UKBM (Posyandu Baru 28,36% UKBM pembinaan Posyandu 2017 dgn
melalui prosentase (%) Posyandu purnama & Mandiri) (Posyandu purnama & harpan 65% Posyandu menjadi
purnama & mandiri Mandiri) purnama & mandiri
2 UPAYA KES. LINGKUNGAN
Cakupan pengawasan Rumah Sehat Kondisi Rumah sehat & Jamban Kondisi rumah dan jamban Integrasi dan kolaborasi
Cakupan pengawasan SAB sehat 75% dari jumlah rumah & sehat < 75% dari jumlah pembinaan dan pengawasan dgn
Cakupan pengawasan Jamban jamban rumah & jamban lintas program dan lintas sektor
Cakupan pengawasan SPAL Kondisi SAB & JSPAL sehat Kondisi SAB dan SAPL sehat
4 GIZI MASYARAKAT
Cak. Keluarga Sadar Gizi Cak. Keluarga Sadar Gizi Cakupan keluarga sadar gizi Integrasi dan kolaborasi
meningkat masih rendah pembinaan dgn lintas program
Cak. Kapsul Vit. A ibu nifas Seluruh ibu nifas mendapat Baru 61,55% ibu nifas yang dan lintas sektor
Vit. A mendapat Vit. A
Cak. ASI Eksklusif Cakupan ASI eksklusif Cakupan ASI eksklusif
meningkat sangat rendah
5 UPAYA PENCEGAHAN & P2M
PELAYANAN IMUNISASI
DASAR PELAYANAN
IMUNISASI LANJUTAN
Cakupan BCG, DPTHB1 & TT2+ Cak. Pelayanan BCG , Cak. Pelayanan BCG, Integrasi dan kolaborasi
DPTHB1 & TT2+ sesuai DPTHB1 & TT2+ masih pembinaan lintas program dan
target dibawah target lintas sektor
PENEMUAN & PENANGANAN
PENDERITA PENYAKIT
Cak. Penderita Pneumonia, TB Cak. Penemuan Pendert. Sosialisasi diagnosis,
BTA + dan diare Balita Cak. Penemuan Penderita Diare, TB BTA+ & penjaringan kasus dan
diare, TB BTA+ dan Pneumonia Balita masih penanganan pneumonia, TB
Pneumonia Balita sesuai kurang BTA+ dan diare dipelayanan
target
UPAYA KESEHATAN
PENGEMBANGAN
6 UPAYA PERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Cakupan pembinaan terhadap Cakupan Upaya Perawatan Cakupan Upaya Perawatan Optimalisasi kinerja perkesmas
keluarga rawan kesehatan Kesehatan Masyarakat sesuai Kesehatan Masyarakat melalui pendekatan lintas
target sangat kurang program
7 UPAYA KES. GIGI & MULUT
Cakupan pembinaan dan Cakupan pembinaan dan Cakupan pembinaan Optimalisasi kinerja perkesmas
pemeriksaan kesehatan gigi dan pemeriksaan kesehatan gigi kesehatan gigi dan mulut di melalui pendekatan lintas
mulut di TK dan mulut di TK sesuai target TK masih rendah program
Cak. Penanganan siswa SD yang Seluruh siswa SD yg Baru 72,14% siswa SD yg Koordinasi lintas sektor dengan
membutuhkan per. kes Gigi membutuhkandapat per kes membutuhkan mendapat per membuat surat rujukan ke
gigi kes gigi Puskesmas
9 UPAYA KES. JIWA
Cak penanganan pasien terdeteksi Seluruh pasien jiwa yg Baru 85% pasien jiwa yg Koordinasi lintas program &
gg jiwa terdeteksi mendapat penangan terdeteksi mendapat lintas sektor
penangan
9 MUTU PELAYANAN UPT
PUSKESMAS CISARUA
a. Cakupan SPAL Cakupan pengawasan SPAL Cakupan pengawasan SPAL Optimalisasi pembinaan kesling
sesuai target belum sesuai target berkolaborasi dgn forum desa
siaga
b. Drop out pelayanan ANC (K1– Tidak Terdapat Drop Out Drop Out Pelayanan ANC Optimalisasi pembinaan kelas
K4) Pelayanan ANC masih cukup tinggi ibu
c. Persalinan oleh Tenaga Cakupan persalinan sesuai target Cakupan persalinan belum Optimalisasi pembinaan ibu
Kesehatan sesuai target hamil pada K4
Pemeriksaan K4 sesuai standar
d. Pemeriksaan Antenatal sesuai Pemeriksaan K4 belum sesuai Sosialisasi dan pembinaan SOP
Standar (K4) Pelayanan bayi baru lahir sesuai standar K4 pada bidan
no Kebutuhan Dan Harapan masyarakat Sumber Keselarasan dengan Rencana tindak lanjut
upaya/program
1 Puskesmas meningkatkan pertolongan pada SMD Meningkatkan Cakupan Meningkatkan kemitraan
ibu bersalin pertolongan persalinan Nakes dengan dukun paraji
2 Puskesmas meningkatkan pelayanan imunisasi SMD Meningkatkan cakupan Optimalisasi lintas program
terutama HB-O imunisasi HB-O & lintas sektor
3 Puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan SMD Meningkatkan partisipasi masy Promosi kesehatan dan
pada remaja melalui pemberdayaan pembinaan pada kelompok
kelompok remaja remaja
4 Puskesmas meningkatkan kesehatan SMD Meningkatkan cakupan rumah optimalisasi kerjasama lintas
lingkungan, terutama masalah sampah sehat dan TTU sektor
Dalam penyusunan perencanaan puskesmas, juga mempertimbangkan kebutuhan dan harapan
masyarakat yang diperoleh baik melalui survey maupun dari kegiatan komunikasi yang lain,
sebagai berikut :
Dari beberapa kesenjangan yang terjadi maka dibuat urutan 10 prioritas masalah sehingga
penangan dapat berjalan sesuai perencanaan, memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat dan dapat menyelesaikan masalah secara berkesinambungan
Dengan menggunakan metode USG maka dibuat urutan prioritas masalah berdasarkan
pertimbangan Urgency, Seriuosness, dan Growth. Metode USG merupakan salah satu cara
menetapkan urutan prioritas masalah dengan teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan :
Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.
Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah
KIA/KB :
P2P :
PERKESMAS
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil)
Atas dasar skoring tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Rendahnya cakupan
dan mutu program KIA
Man (Tenaga Kerja) : hal ini berkaitan dengan kekurangan pengetahuan dan
keterampilan dari sumber daya manusia
Metode : segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan
Dana : hal yang berkaitan dengan segala pembiayaan
Sarana : ketiadaan spesifikasi kualitas bahan baku yang digunakan
Tempat&Lingkungan Kerja : tidak memerhatikan kebersihan, lingkungan kerja
tidak kondusif, kurangnya lampu penerangan, ventilasi yang buruk, bising, dan lain
sebagainya
Sarana :
Manusia :
Penyebab Masalah
Metode : Alat & sarana Dana : Lingkungan :
Belum - Pencatatan - Masyarakat msh
utk penyuluhan - Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
optimalnya
laporan belum msh kurang. banyak yg blm - Faktor budaya / kebiasaan yang kurang baik masih
kinerja bidan
desa yang maksimal. . mempunyai mendominasi di masyarakat.
bertugas. - Belum optimalnya jaminan - Belum adanya MOU dengan sarkes swasta
. pelaksanaan SOP kesehatan. - Masih banyaknya dukun paraji
kegiatan KIA - Tarif kurang - Masih kurangnya peran kader MKIA
terjangkau. - Masih belum maksimalnya pelaksanaan Posyandu
Tertib RR
Kelas Ibu yang - Pembinaan yang berkesinambungan pada dukun
Alternatif Pemecahan
- Pembinaan & Pengadaan - Kerjasama lintas
berkesinambungan sarana sektor untuk paraji.
Evaluasi Kunjungan rumah
kepada bidan penyuluhaan kepersertaan - Meluruskan mitos - mitos & kebudayaan yg
dalam rangka ANC &
Masalah
desa secara melalui JKN BPJS. kurang baik di masyarakat secara bertahap.
PNC - Diadakannya - Pembinaan atau refresing kepada kader aktif
berkesinambu Sosialisasi P4K dan
ngan. tabulin. Posyandu.
tabulin - Pertemuan dengan linsek.
- Pelatihan Pendataan Sasaran
Program KIA - Pembinaan Posyandu menuju Purnama/Mandiri
- Membuat MOU dengan sarkes swasta
- Peningkatan frekwensi penyuluhan kepada masy
umum
Untuk menentukan prioritas penyebab masalah dilakukan voting kepada semua
petugas . Dari beberapa penyebab masalah tersebut kemudian ditetapkan bahwa penyebab
utama masalah KIA rendahnya mutu pelayanan KIA bersinergi dengan ASI Eksklusif
adalah kurangnya pembinaan Posyandu dan kurangnya komitmen serta kemampuan
analisis hasil kegiatan/program oleh petugas.
5.5. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah selanjutnya merumuskan alternatif pemecahan masalah dari penyebab masalah yang
telah diprioritaskan dengan melakukan brainstorming kembali kepada petugas. Hasil dari
brainstorming selanjutnya adalah sebagai berikut :
Optimalisasi posyandu melalui peningkatan kapasitas kader posyandu/tokoh masyarakat
dan kinerja bidan desa, menuju Posyandu purnama atau mandiri, sehingga fungsi sebagai
posyandu multifungsi, kelas ibu, pembinaan kader, kelas penanganan penyakit berbasis
lingkungan dan surveilans
Peningkatan kinerja promkes bersinergi dengan semua upaya/program terutama dalam
penyuluhan kesehatan.
Meningkatkan peran serta masyarakat melalui optimalisasi Desa Siaga dengan
meningkatkan strata Posyandu, berperan aktif dalam penyuluhan terutama penyuluhan
dalam hal mitos yang tidak baik, serta pembinaan Paraji, membuat tabulin, juga membuat
MOU dengan sarana kesehatan swasta.
Meningkatkan peran lintas sektor dalam penggerakan, pelaksanaan dan monitoring
evaluasi semua upaya/program dan mendaftarkan masyarakat miskin untuk jadi peserta
BPJS yang ditanggung pemerintah daerah, serta pembinaan paraji.
Optimalisasi kompetensi bidan desa melalui pembinaan dan pelatihan program, serta
melakukan evaluasi kegiatan secara rutin melalui RR.
Mengingat tidak semua alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan secara terpisah, maka dibuat
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah menggunakan matriks dengan unsur penilaian
sebagai berikut :
C = Capability (Ketersediaan sumber daya spt : dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility (Kemudahaan didasarkan pada ketersediaan metode, cara, teknologi
serta penunjang pelaksanaan)
R = Readiness (Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi
L = Leverage (Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas)
Masing – masing unsur tersebut diberi rentang skor antara 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai
berikut :
Nilai Kriteria
1 Tidak Sesuai
2 Kurang Sesuai
3 Cukup
4 Sesuai
5 Sangat Sesuai
7.2. KESIMPULAN
7.3. SARAN.
7.3.1. Kepada Dinas Kesehatan kab bogor
Sebagai regulator kebijakan dan pemasok sarana prasarana, diharapkan dapat berfungsi
secara maksimal. Dalam hal integrasi dan pola koordinasi antar bagian dan pengelola
upaya di tingkat Dinas Kesehatan dalam menjamin keberlanjutan pengadaan/penyediaan
sarana prasarana, optimalisasi tenaga kesehatan dan alih teknologi informasi, sehingga
RUK dan RPK yang telah disusun puskesmas sebagai jejaring pemberi layanan dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan standart, peraturan perundangan, harapan dan
kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan status kesehatan dan mengembangkan fungsi
prefentif promotif puskesmas .
7.3.2. Kepada Lintas Sektor
Seluruh RPK program kesehatan dan pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas tidak
sepenuhnya merupakan tanggungjawab Puskesmas saja. Sudah Terjalin keterlibatan
stakeholder terkait dalam memaksimalkan fungsi layanan, memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang kebijakan bidang kesehatan dan kepedulian seluruh elemen
masyarakat tentang pentingnya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat untuk
menjamin kemandirian mayarakat untuk hidup sehat . Semakin penting meningkatkan
koordinasi dan kerjasama dengan seluruh lintas sector sebagai motor penggerak dalam
memaksimalkan upaya-upaya kesehatan di masyarakat.