Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan
Visi Kementerian Kesehatan “Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif,
Mandiri dan Berkeadilan untuk Menuju Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Guna
mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, Kemenkes menetapkan
misi sebagai berikut “1). Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan
menjangkau seluruh penduduk Indonesia; 2). Memberdayakan masyarakat
dan mengarusutamakan pembangunan kesehatan; 3). Meningkatkan
ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya kesehatan; 4). Memantapkan
tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif.
Dalam perjalanannya, indikator kesehatan tersebut bersifat dinamis
mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Beberapa indikator mengalami
perubahan, baik indikatornya itu sendiri maupun definisinya.
Perjalananan sosialisasi dan advokasi yang mendorong pelaksanaan
pengarusutamaan gender dalam pembangunan yang diterjemahkan dalam
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sangat dinamis. Mulai dari
upaya pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam dokumen perencanaan
sampai gender budget statement (Pernyataan Anggaran Responsif Gender).
Upaya-upaya tersebut utamanya dalam rangka mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 1


Pengaruh keutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi
pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui
pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan
perempuan dan laki-laki harus dimasukan ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program,
proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Data
terpilah menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender sangat
penting artinya dalam setiap penyusunan perencanaan kebijakan/program/
kegiatan pembangunan. Data ini dapat disebut sebagai dasar utama dalam
mengidentifikasi isu-isu gender yang masih terjadi di masyarakat.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem


Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 999);

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1335);

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 2


Puskesmas Kota Barat sebagai salah satu ujung tombak dalam upaya
pembangunan kesehatan tersebut khususnya di wilayah Kecamatan Kota
Barat, dalam mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan melalui
beberapa program yang dilaksanakan akan menggunakan beberapa indikator
mengacu kepada penggabungan Indikator Indonesia Sehat 2020 dan indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal yang terdiri dari 47 indikator kinerja.
Untuk mengukur keberhasilan dari program tersebut akan menggunakan
indikator sebagai berikut :
1. Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir, yang meliputi indikator
mortalitas, morbiditas dan status gizi.
2. Indikator Hasil Antara, yang meliputi indikator untuk keadaan lingkungan,
perilaku hidup, akses dan mutu pelayanan kesehatan.
3. Indikator Proses dan Masukan yang meliputi, indikator pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi
sektor terkait.

Masyarakat dan unsur lainnya harus diajak serta dalam bentuk pemberdayaan
dan kemitraan mengelola kehidupan lingkungan yang layak sehingga konsep
sehat secara paripurna dapat tercapai. Pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan masih menempatkan masyarakat sebagai obyek, bukan sebagai
subyek pembangunan kesehatan. Bila masyarakat berperan aktif, seharusnya
berbagai masalah kesehatan yang timbul dewasa ini tidak perlu terjadi.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan bagi penduduk rentan
yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut, dan keluarga miskin yang dilaksanakan
melalui peningkatan upaya pokok pembangunan kesehatan.

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat jelas tidak mungkin hanya


dilakukan oleh sektor kesehatan saja, karena masalah kesehatan ditimbulkan
oleh berbagai determinan antara lain perilaku, ekonomi, sosial budaya, dan
politik. Kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor internal (perilaku dan
keturunan) maupun eksternal (lingkungan fisik dan non fisik).

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 3


Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat ini merupakan salah satu sarana
untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di
Kecamatan Kota Barat dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi
hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah tersebut
berdasarkan indikator-indikator yang tercantum di atas.

C. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penyusunan Profil Puskesmas Kota Barat adalah untuk


memberikan gambaran masyarakat di wilayah Puskesmas Kota Barat melalui
hasil pencapaian program dan indikator kesehatan yang dilaksanakan,
sehingga nantinya dapat menjadi tolak ukur atau dasar pelaksanaan kegiatan
pada tahun berikutnya di Puskesmas Kota Barat.

D. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat tahun
2020 adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud
dan tujuan, serta sistematika penyajiannya.
Bab II : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan gambaran umum Kota
Gorontalo seperti letak geografis, administratif dan informasi
umum lainnya seperti kependudukan dan pendidikan.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang
indikator derajat kesehatan yang mencakup tentang angka
kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya
kesehatan yang merupakan pelaksanaan program
pembangunan di bidang kesehatan. Upaya kesehatan yang
diuaraikan pada Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat
Tahun 2020 mencakup program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian
penyakit, kefarmasian dan Jaminan Kesehatan Nasional.
Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 4


juga mengakomodir indikator kinerja berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan
tentang sumber daya kesehatan sampai tahun 2020.
Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang
keadaan sarana/fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan.
Bab VI : Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal
penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari
profil kesehatan Kota Barat tahun 2020. Selain keberhasilan-
keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan
hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran : Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian di
Puskesmas Kota Barat serta tabel data kesehatan dan data
terkait kesehatan yang responsif gender.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 5


BAB II
GAMBARAN UMUM

Bab ini akan menguraikan gambaran umum wilayah Puskesmas Kota


Barat yang meliputi : luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah penduduk menurut
jenis kelamin dan kelompok umur, jumlah rumah tangga/kepala keluarga,
kepadatan penduduk, rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin, penduduk
berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf, serta penduduk laki-laki dan
perempuan berusia 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan.

A. Luas Wilayah
Berdasarkan data Kecamatan Kota Barat tahun 2020, Puskesmas Kota
Barat memiliki luas sebesar 5.96 km2 , dengan rincian :
- Kelurahan Buladu : 1.93 km2
- Kelurahan Molosipat-W : 1.09 km2
- Kelurahan Buliide : 1.23 km2
- Kelurahan Tenilo : 1.71 km2
Gambar. 1 Peta Wilayah Puskesmas kota Barat

Sumber ber: Kantor Camat Kota Barat

Secara administratif wilayah Puskesmas Kota Barat terdiri dari 4 kelurahan


dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 6


- Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Dungigi Kota
Gorontalo.
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Kota Selatan
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pilolodaa Kecamatan
Kota Barat

B. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan


Puskesmas Kota Barat mempunyai 4 Kelurahan yang ada di
Kecamatan Kota Barat, yaitu :

- Kelurahan Buladu
- Kelurahan Molosipat – W
- Kelurahan Buliide
- Kelurahan Tenilo

C. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas Kota Barat tahun
2020 adalah 15183 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 7.400 jiwa,
perempuan 7.783 Jiwa.
Data penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
merupakan faktor penting dalam demografi, dengan adanya data ini
maka penduduk dapat digolongkan menjadi penduduk usia muda, usia
produktif dan usia lanjut.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 7


Grafik 1. Grafik Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas berdasarkan
kelompok umur.
800 741 754
718 716
670 674
700 654
613
579 596
561
588
584 570 572
566 570
600 526
525

500 435
357 365
400 768
266 271
300 223
189
200 136 127 114
84 71
100

0
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75

Laki-laki Perempuan

Grafik 1 menunjukkan bahwa komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur


di Puskesmas Kota Barat tahun 2020 sebagian besar termasuk dalam usia
produktif, yaitu sebanyak 8872 jiwa atau sebesar 58,4 % yang terdiri dari 4384
jiwa laki-laki dan 4488 jiwa perempuan. Tingginya penduduk dengan kelompok
usia produktif memberikan implikasi bahwa potensi penduduk ini perlu mendapat
perhatian, khususnya dalam bidang kesehatan. Perlu adanya kebijakan melalui
upaya promotif dan preventif, agar penduduk usia tersebut dapat tetap produktif
dan sehat saat memasuki usia non produktif.
D. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga dan Jumlah Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga yang ada di wilayah Puskesmas Kota Barat
sebesar 3.320 KK , dan jumlah jiwa 15.183 dengan rincian per Kelurahan
adalah :
- Kelurahan Buladu : 980 KK, 4749 Jiwa
- Kelurahan Molosipat-W : 891 KK, 3770 jiwa
- Kelurahan Buliide : 714 KK, 3251 jiwa
- Kelurahan Tenilo : 735 KK, 3413 jiwa

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 8


Gambaran jumlah rumah tangga dan rata-rata jiwa per rumah tangga
di Puskesmas Kota Barat pada tahun 2020 dapat terlihat pada grafik 2. Jumlah
penduduk 15183 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3.220 rumah
tangga, maka secara umum setiap rumah tangga terdiri dari 2,30 jiwa.
Kelurahan dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga tertinggi adalah
Kelurahan Buladu (2,63 jiwa) dan Kelurahan terendah adalah Kelurahan
Molosipat-W dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga (2,02 jiwa).

2.63
2.02
2.22
2.31
Buladu
Molosipat-W
Buliide
Tenilo

Grafilk 2. Gambaran jumlah rumah tangga dan rata-rata jiwa per rumah tangga
di Puskesmas Kota Barat pada tahun 2020.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 9


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak


hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan serta ketersediaan
sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi,
pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.
Indikator-indikator yang biasa digunakan dalam menilai derajat kesehatan
masyarakat adalah angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan
prevalensi status gizi. Pada bab ini akan diuraikan gambaran situasi derajat
kesehatan di Puskesmas Kota Barat tahun 2020 yang meliputi Angka Kematian/
Mortalitas (Angka Kematian Neonatal/AKN, Angka Kematian Bayi/AKB),
Angka Kematian Balita/AKABA dan Angka Kematian Ibu/AKI), angka
kesakitan/Morbiditas dan status gizi (Persentase BBLR, prevalensi gizi kurang
dan gizi lebih, prevalensi balita pendek, prevalensi balita kurus dan balita gemuk
serta persentase ibu hamil KEK).
A. Angka Kematian (Mortalitas)
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit
maupun sebab lainnya dan digunakan sebagai indikator untuk mengukur
frekuensi kematian pada populasi spesifik dalam interval waktu dan tempat
tertentu. Pada bagian ini akan disajikan Angka Kematian Neonatal, Angka
Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, dan Angka Kematian Ibu.
1. Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang
meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Di Puskesmas Kota Barat tahun 2020 terdapat 1 kasus kematian
neonatus di Kelurahan Buliide , dengan penyebab kematian adalah Sepsis.
2. Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) yaitu
jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 10


dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama dan
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan.
Angka Kematian Bayi di Puskesmas Kota Barat tahun 2020
sebanyak 1 kasus di Kelurahan Tenilo, dengan penyebab kematian adalah
Sepsis.
3. Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak


umur 0-4 tahun per 1.000 KH. AKABA mempresentasikan peluang
terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum anak berumur
5 tahun. Selain itu AKABA menggambarkan keberhasilan program KIA,
disamping faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan
balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Secara
menyeluruh selain kematian bayi, kematian balita juga merupakan
indikator dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial penduduk.
Angka Kematian Balita di Puskesmas Kota Barat tahun 2020
sebanyak 0 kasus ( tidak ada kematian balita).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian balita antara lain adalah


pelayanan kesehatan balita yang belum terpadu serta dukungan lintas
program dan lintas sektor yang belum optimal.
4. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
di Indonesia. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya, tidak termasuk penyebab karena kecelakaan atau
insidentil.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu pada masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan.
Pada tahun 2020 tidak terjadi Kematian Ibu di wilayah Puskesmas
Kota Barat.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 11


B. Angka Kesakitan (Morbiditas)
Morbiditas atau angka kesakitan baik insiden maupun prevalensi dari
suatu penyakit. Angka kesakitan menggambarkan kejadian penyakit pada
populasi dalam kurun waktu tertentu. Angka kesakitan juga berpengaruh pada
penilaian derajat kesehatan masyarakat.
1. CNR Kasus Baru TB BTA Positif
Kasus Baru TB BTA Positif adalah pasien yang belum pernah
diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan
(4 minggu). TB BTA Positif yaitu penemuan pasien TB melalui
pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan
mikroskopis : (a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA Positif, (b) Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengn hasil
BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis, (c)
Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru TB BTA Positif adalah
jumlah kasus Baru TB BTA positif per 100.000 penduduk. Suspek TB
adalah orang yang memilki gejala utama yaitu batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk
bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan.
Persentase BTA positif terhadap suspek adalah jumlah TB Paru BTA
positif yang ditemukan dan diobati di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu dibagi jumlah suspek TB di wilayah dan pada kurun waktu yang
sama dikali 100 %.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 12


Grafik 3. Persentase Kasus Baru TB BTA Positif
menurut Jenis Kelamin per Kelurahan di Wilayah
Puskesmas Kota Barat Tahun 2020

100.0

100.0
87.5

100.0

79.9
78.1
77.8

90.0

75.0

75.0
66.7
80.0
70.0
60.0 50.0
50.0
40.0
30.0
20.0
Buladu Molosipat-W Buliide Tenilo Total

Laki-Laki Perempuan

Dari jumlah penduduk yang ada di Puskesmas Kota Barat tahun


2020 terdapat 41 kasus baru penderita TB BTA Positif. Kasus baru
Penderita TB BTA Positif yang lebih dominan terdapat pada jenis kelamin
perempuan dengan persentase 79,9 % dan Laki-laki 78,1 %. Menurut
Kelurahan, persentase kasus baru penderita TB BTA positif dicapai oleh
Kelurahan Buladu 14 kasus.

2. CNR Seluruh Kasus TB


CNR seluruh kasus TB adalah jumlah seluruh kasus TB lama
ditambahkan dengan jumlah seluruh kasus baru TB BTA positif.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 13


CNR seluruh kasus TB di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo
pada tahun 2020 sejumlah 41 kasus dimana 32 orang adalah jumlah
kasus baru TB BTA positif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kasus TB dari tahun sebelumnya hanya 52 kasus. Keadaan sanitasi
lingkungan yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi peningkatan kasus.
3. Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun
Proporsi Kasus TB anak 0-14 tahun adalah jumlah kasus TB yang
ditemukan pada anak usia 0-14 tahun. Pada tahun 2020 ditemukan 12
kasus TB anak.
4. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA Positif
Kesembuhan adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-up)
dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada suatu pemeriksaan
sebelumnya.
Angka kesembuhan (cure rate) TB Paru BTA positif di Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 78 % dan target 85 %.
Angka kesembuhan pada laki-laki lebih tinggi (78,9 %) dibanding pada
perempuan (77,3 %).
Keberhasilan Pengobatan (complete rate) adalah jumlah pasien yang
sudah sembuh dan pengobatan lengkap. Angka Keberhasilan Pengobatan
(success rate/SR) kasus TB Paru BTA + di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo pada tahun 2020 sudah mencapai 78 %.
5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Penemuan Penderita Pneumonia balita adalah balita dengan
pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di
sarana kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun.
Pneumonia pada balita ditangani yakni penemuan dan tata laksana
penderita pneumonia yang mendapat antibiotic sesuai standar atau
pneumonia berat dirujuk ke RS di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Perkiraan pneumonia pada balita adalah jumlah perkiraan penderita
pneumonia balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 14


Jumlah perkiraan penderita pneumoia balita yaitu 10 % dari jumlah balita
pada wilayah dan kurun waktu yang sama.
Jumlah balita pada tahun 2020 di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo sebanyak 1.324 anak yang terdiri dari laki-laki sebanyak 670
anak dan perempuan sebanyak 654 anak. Dengan demikian maka jumlah
perkiraan penderita Pneumonia sebanyak 84 anak.
Persentase penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di
Puskesmas Kota Barat pada tahun 2020 sebanyak 1 kasus ( 1,2 %) .

6. Jumlah Kasus HIV


HIV adalah Human Immunodeficiency Virus seseorang yang hasil
pemeriksaan-nya HIV positif dengan pemeriksaan 3 test.
Jumlah kasus HIV yang ada di Puskesmas kota barat Kota
Gorontalo sampai dengan tahun 2020 sebanyak 0 kasus.
Upaya penanggulangan kasus HIV/AIDS dan yang ditangani
disamping ditujukan untuk penanganan penderita HIV/AIDS yang
ditemukan, juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan
penderita secara dini yang dilanjutkan dengan konseling.
7. Jumlah Kasus AIDS
AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome dewasa bila
terdapat 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab
immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau
etiologi lainnya. Kasus pada anak bila terdapat paling sedikit 2 gejala
mayor dan minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang
diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya.
Tidak ditemukan kasus AIDS di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo pada tahun 2020. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui
skrining HIV/AIDS terhadap donor darah, pemantauan pada kelompok
berisiko penderita penyakit menular seksual (PMS) seperti PSK, pengguna
jarum suntik dan penghuni lembaga pemasyarakatan.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 15


Pencegahan terhadap HIV dan AIDS merupakan faktor yang sangat
penting dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS. Upaya pencegahan
tersebut tidak dapat dilaksanakan hanya oleh sektor kesehatan, melainkan
harus bersama komponen masyarakat lainnya baik dari instansi
pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM).
8. Jumlah Kasus Syphilis
Jumlah Kasus Syphilis adalah kasus IMS (Infeksi Menular Seksual)
yang hasil pemeriksaan Laboratoriumnya VDRL (Veneral Disease
Research Laboratorium) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemmag-
glutination) positif.
Tidak ditemukan kasus syphilis yang ditemukan di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo tahun 2020.
9. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani
Penderita diare yang di tangani adalah jumlah penderita yang datang
dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam
waktu satu tahun. Jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebanyak
99 kasus (23,1 %), balita 70 kasus (70,7 %) dan semua umur 29 kasus
(29,3 %)
10. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk
Jumlah kasus baru kusta yang ditemukan di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo selama tahun 2020 sebanyak 1 kasus (laki-laki). Dari 1
kasus tersebut merupakan kasus kusta tipe Pausi Basiler.
Masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta
maupun mantan penderita kusta, menyebabkan masyarakat masih enggan
untuk memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan data
ini maka diharapkan  lintas sektor terkait, organisasi profesi kesehatan,
LSM dan seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengatasi
berbagai hambatan dan tantangan pengendalian kusta.

11. Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 16


Cacat tingkat 2 adalah cacat dimana ditemukan adanya kelainan
anatomis pada tangan dan kaki dan atau pada mata berupa lagoptalmus
dan gangguan visus. Pada tahun 2020 tidak terdapat kasus di Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo dengan cacat tingkat 2.
12. Angka Prevalensi Kusta Per 10.000 Penduduk
Sementara itu angka prevalensi kusta di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebesar 0,7 per 10.000 penduduk. Angka prevalensi
di dapat pada jenis kelamin laki-laki.
13. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Release From Treatment (RFT) PB adalah jumlah kasus baru PB
dari periode kohort satu tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan
tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan). Sedangkan RFT MB adalah jumlah
kasus baru MB dari periode kohort satu tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan).
Pada tahun 2020, penderita kusta belum menyelesaikan pengobatan
di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo.
14. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acut
Flaccid Paralysis” (AFP) per 100.000 Penduduk < 15 Tahun
Angka penemuan kasus AFP adalah jumlah kasus AFP Non Polio
yang ditemukan diantara 100.000 Penduduk  15 tahun pertahun di satu
wilayah kerja tertentu.
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan
kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layu) terjadi secara akut (mendadak)
dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.
Kasus AFP Non Polio adalah Kasus AFP yang pada pemeriksaan
spesimennya tidak ditemukannya virus polio liar atau kasus AFP yang
ditetapkan oleh Tim Ahli sebagai Kasus AFP Non Polio dengan kriteria
tertentu.
Tidak ada penemuan kasus AFP di wilayah Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo selama tahun 2011-2020 .

15. Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 17


Imunisasi (PD3I)
Imunisasi tidak hanya menciptakan kekebalan tubuh tetapi juga bisa
memutus mata rantai penularan penyakit pada anak maupun orang dewasa.
Karenanya, imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian
Kesehatan untuk mengurangi angka kematian anak. Imunisasi merupakan
salah satu bentuk kegiatan promotif preventif serta bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDG’s),
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak dan ibu.
Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
adalah penyakit yang diharapkan dapat diberantas dengan pelaksanaan
program imunisasi. PD3I mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk
Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.
Penyakit Difteri adalah yang disebabkan bakteri Corynebacterium
diphteriae ditandai dengan pembentukan membran di tenggorokan dan
aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernafas.
Penyakit Pertusis adalah penyakit membran mukosa pernapasan
dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk kering.
Penyakit Tetanus adalah penyakit infeksi akut dan sering fatal yang
mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi bakteri dari luka terbuka.
Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiper-refleksi, yang
mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot
umum, opistotonus, spasme respiratoris, serangan kejang dan paralisis.
Penyakit Campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbili
Virus ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), terjadi pertama kali
saat anak-anak.
Penyakit Polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.
Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia
kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita
tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya. Penyakit Hepatitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 18


Kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) tidak ditemukan di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun
2020.
16. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Per 100.000
Penduduk
Penderita Demam Berdarah adalah demam tinggi mendadak
berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain uji
torniquet positiv, petekie, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
dan/atau melena, dan sebagainya) ditambah trombositopenia (trombosit
≤ 100.000/mm³) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20 %).
Jumlah kasus DBD di Puskesmas Kota Barat pada tahun 2020
sebanyak 12 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki sebanyak 5 kasus
dan pada perempuan sebanyak 7 kasus.
Grafik 4. Jumlah Kasus Demam Berdarah menurut Kelurahan di Puskesmas Kota Barat Tahun 2018

7
5

2 2 2 2 2
1 1
0

Buladu Molosipat-W Buliide Tenilo Total

Dari grafik 4 menunjukkan bahwa Kelurahan Buladu dan Buliide


merupakan Kelurahan yang tinggi angka kesakitan Demam Berdarah,
sebanyak 4 kasus. Penyebabnya adalah jentik nyamuk Aides Aigypti
banyak ditemukan di ban bekas, penampungan air di dispenser, pot bunga
dan saluran yang tersumbat. Penanganannya perlu ditingkatkan sosialisasi
gerakan 3 M Plus agar dapat terhindar dari penyakit Demam Berdarah.
17. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Case Fatality Rate DBD adalah Jumlah kematian yang disebabkan
DBD di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tahun tertentu di bagi

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 19


Jumlah penderita penyakit DBD yang ditemukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu yang sama dikali 100%.
Untuk Puskesmas Kota Barat terdapat kasus kematian Demam
Berdarah Dengue yaitu 1 kasus di Kelurahan Buladu.
18. Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk
Angka Kesakitan (API) adalah disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk beresiko pada wilayah
kurun waktu yang sama di kali 1000.
Suspek malaria adalah kasus dengan gejala klinis malaria (demam
tinggi disertai menggigil) tanpa pemeriksaan sediaan darah. Malaria positif
adalah kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai
menggigil) dengan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium.
Tidak ditemukan Jumlah kasus dengan suspek malaria di
Puskesmas Kota Barat pada tahun 2020.
19. Angka Kematian Malaria
Case Fatality Rate (CFR) Malaria adalah jumlah kasus meninggal
karena malaria di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
dengan jumlah kasus positif malaria pada wilayah dan kurun waktu yang
sama dikali 100 %. Pada tahun 2020 tidak ditemukan adanya kasus positif
malaria ditemukan.
20. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di
daerah iklim tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau
penyakit kaki gajah lebih besar dari pada di daerah yang beriklim sedang
maupun dingin. Filariasis merupakan penyakit jenis reemerging desease,
yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang
muncul kembali.
Filariasis yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies
nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah
diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 20


Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, tangan dan organ kelamin.
Angka kesakitan Filiriasis adalah jumlah kasus filariasis (baru dan
lama) di wilayah dan pada periode tertentu dibagi jumlah penduduk pada
periode waktu yang sama kali 100.000 penduduk. Kasus penyakit
Filariasis tidak ditemukan lagi di Puskesmas Kota Barat sejak tahun 2007.
21. Kasus Penyakit COVID 19
Penyakit Corona Virus ( COVID 19) adalah penyakit menular yang
di sebabkan oleh virus corona yang ditemukan pada akhir tahun 2019.
Sebagian besar orang yang tertular COVID 19 akan mengalami gejala
ringan hingga berat dan akan pulih jika di tangani secara khusus.
COVID 19 adalah jenis penyakit baru, kasus yang pertama penyakit
ini terjadi di kota Wuhan Cina pada akhir Desember 2019 dan secara cepat
menyebar ke puluhan negara termasuk Indonesia hanya dalam beberapa
bulan. Penyakit ini menular antar manusia Adapun gejala penyakit ini
secara umum adalah :
- Demam (suhu diatas 38°C)
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Nyeri otot
- Pilek atau hidung tersumbat
- Hilangnya kemampuan penciuman (anosmia).
Kasus COVID 19 di Puskesmas Kota Barat termasuk tinggi, yaitu 150
kasus dengan jumlah kasus laki laki 69 kasus ( 46 %) dan kasus
perempuan 81 kasus (54 %) dan terdapat kasus kematian 5 kasus
(Kelurahan Buladu 4 kasus dan Kelurahan Tenilo 1 kasus )

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 21


Grafik 5. Jumlah Kasus COVID 19 menurut Kelurahan di Puskesmas Kota Barat Tahun 2020

26 34 17 22 11 8 15 17 69 81

Buladu Molosipat-W Buliide Tenilo Total

22. Cakupan Kelurahan Terkena KLB yang ditangani < 24 jam


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada kelurahan dalam waktu tertentu. Kelurahan mengalami KLB bila
terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB,
penyakit karantina atau keracunan makanan.
Tidak ada Jumlah kelurahan terkena KLB di Puskesmas Kota Barat
tahun 2020.
C. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB
Penduduk yang tinggal di daerah (kelurahan) yang terkena kejadian
luar biasa disebut sebagai penduduk terancam. Attack Rate adalah angka
pengukuran yang dipakai untuk menghitung insidens kasus baru selama
kejadian wabah. Case Fatality Rate (CFR) adalah persentase penderita
yang meninggal karena suatu penyakit terhadap seluruh kasus penyakit
yang sama. Tidak ada Jumlah penderita dari kasus Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Puskesmas Kota Barat tahun 2020.
D. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh adanya keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas dan produktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain-
lain. Status gizi masyarakat selain sebagai indikator kesejahteraan rakyat juga
merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 22


masyarakat. Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status
gizi bayi, balita dan ibu hamil.
Status gizi balita buruk berdasarkan indeks bb/u, tb/u, dan bb/tb di
Puskesmas Kota Barat tahun 2020 di puskesmas kota barat adalah berdasarkan
indeks berat badan menurut umur (BB/U) 11 kasus, tinggi badan menurut umur
(TB/U) 2 kasus , dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 11 kasus.

Grafik 6. Status gizi buruk berdasarkan indek BB/U, TB/U, BB/TB menurut Kelurahan di
Puskesmas Kota Barat Tahun 2020

6 6 11 11

2 2 2 2 2
1 1 1 1
0 0

Buladu Molosipat-W Buliide Tenilo Total

Berdasarkan tabel di atas Kelurahan Buladu merupakan kelurahan


tertinggi kasus gizi buruk dengan 6 kasus dan yang terendah adalah kelurahan
Tenilo ( 1 Kasus).

4. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)


Ibu hamil Kurang Energi Kronis (Bumil KEK) adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm. Ibu hamil KEK
merupakan faktor resiko terjadinya BBLR.
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan dengan menggunakan pita
LILA. Parameter yang digunakan adalah jumlah ibu hamil KEK dan
prevalensi ibu hamil KEK. Jumlah ibu hamil KEK dihitung setiap bulan
untuk intervensi, sedangkan prevalensi dihitung setiap tahun. Ibu hamil
KEK dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya ≥
10 %

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 23


Grafik 7. Jumlah Ibu Hamil KEK Mendapat PMT menurut Puskesmas
Kota Gorontalo Tahun 2020

Bumil KEK
38

13 13

7
5

Buladu Mol-W Buliide Tenilo Kota Barat

Jumlah ibu hamil KEK mendapat PMT di Puskesmas Kota Barat


Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 38 kasus . Kelurahan dengan jumlah
ibu hamil KEK mendapat PMT tertinggi dicapai oleh Kelurahan Buladu
dan Buliide 13 kasus.

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Salah satu strategi Utama dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi
Kementerian Kesehatan adalah “Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas”, maka pada tahun 2020 ini Puskesmas

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 24


Kota Barat Kota Gorontalo telah melakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat.
A. Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter
umum, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi) kepada ibu hamil
selama masa kehamilannya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari
cakupan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Grafik 8. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Menurut


Kelurahan Wilayah Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2018

110.0
100.0
91.7 98.5
88.2
90.0
80.0
89.2
78.3
70.0
60.0
50.0
Buladu
Mol-W
Buliide
Tenilo
PKM

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 25


Cakupan K1 tahun 2020, cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan
Buliide (98,5 %) dan terendah Kelurahan Tenilo (78,3 %).
2. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar atau paling sedikit empat
kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah
minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua
dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan.

Grafik 9. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Menurut Kelurahan di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo Tahun 2020

84.2

71.9

72.6
Buladu
Mol-W
Buliide
Tenilo
PKM

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 26


Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan
dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini seluruh Kelurahan
yang ada telah melaksanakan dan mengembangkan Kelas Ibu Hamil di
wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan meningkatkan Demand Creation
di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010
dan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga
semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan cakupan K4.
Cakupan K4 tahun 2020, cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan
Molosipat-w mencapai 84,2 %. 3 Kelurahan yang belum capai target
yang di tentukan (72,1%).

3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi
besar terhadap angka kematian ibu. Kematian saat bersalin dan 1 minggu
pertama diperkirakan 60 % dari seluruh kematian ibu. sedangkan dalam
target MDG’s salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan menjadi 90 % pada tahun 2020. Pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa persalinan. Salah satu penyebabnya adalah
pertolongan persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 27


Grafik 10. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Menurut Kelurahan di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo Tahun 2020

44.0
38.4 40.3 40.1
36.4

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

Upaya peningkatan cakupan persalinan dilakukan melalui


pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu yakni kemitraan bidan dan
dukun, dan peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui
Jaminan Persalinan (JAMPERSAL).

4. Cakupan Pelayanan Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu nifas 6 (enam) jam pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan/
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 (tiga) kali dengan ketentuan waktu : kunjungan nifas

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 28


pertama pada 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari setelah persalinan;
kunjungan nifas kedua dalam waktu 2 (dua) minggu setelah persalinan
(8-14 hari); kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 (enam) minggu setelah
persalinan (36-42 hari).
Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu, pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri),
pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 (enam) bulan, pemberian kapsul
vitamin A sebanyak dua kali dan pelayanan KB pasca bersalin.
Cakupan pelayanan ibu nifas di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebesar 75,7 %. Kelurahan dengan cakupan
tertinggi dicapai oleh Kelurahan Buliide (87,1 %) dan cakupan terendah
dicapai oleh Kelurahan Tenilo (71,2 %).
Grafik 11. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF) menurut Kelurahan Wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo Tahun 2020

87.1

75.7
73.6 72.6 71.2

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

5. Cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas


Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan
kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI), sehingga bayi yang di
susui lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih
cepat pulih. Hasil pertemuan Internasional Vitamin A Consultative
Groups (IVACG) pada tahun 2003 di Maroko merekomendasikan
pemberian 2 kapsul Vitamin A 2 kali @ 200.000 SI untuk ibu nifas perlu
diterapkan dalam program.
Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 75,7 %.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 29


Cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan Buliide (87,1 %) dan cakupan
terendah dicapai Kelurahan Tenilo (71,2 %).

Grafik 12. Vit. A Bufas

87.1

73.6
72.6
71.2 75.7

Buladu
Mol-W
Buliide
Tenilo
PKM

6. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS


Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Berdasarkan analisa uji coba WHO (2005-2006) tetanus masih
merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan
neonatal.
Tetanus disebabkan oleh toksin yang di produksi oleh bakteri yang
disebut clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang bayi baru lahir
(tetanus neonatorium) saat persalinan maupun saat perawatan tali pusat.
Cakupan imunisasi TT2 + pada ibu hamil di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 74,2 %. Puskesmas
dengan cakupan TT2 + tertinggi dicapai oleh Kelurahan Buliide (104,6
%) dan cakupan terendah dicapai oleh Kelurahan Tenilo (52,2 %).

Grafik 13. Cakupan Imunisasi TT2+ ibu hamil menurut


Kelurahan Wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo Tahun 2020

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 30


104.6
94.7

74.2

53.1

52.2
Buladu
Mol-W
Buliide
Tenilo
PKM

Rendahnya cakupan imunisasi TT2 + disebabkan oleh petugas


hanya melaporkan hasil cakupan TT ibu hamil, sedangkan TT2 + (TT
Bumil + TT WUS) tidak dilaporkan.
7. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Pelayanan pemberian tablet Fe (tablet besi) dimaksudkan untuk
mengatasi kasus anemia dan meminimalisir dampak buruk akibat
kekurangan zat besi khususnya ibu hamil.
Kelurahan dengan cakupan Fe-1 tertinggi pada tahun 2020 dicapai
oleh Kelurahan Buliide (98,5 %) dan cakupan terendah dicapai oleh
Kelurahan Tenilo (81,2 %). Sedangkan cakupan Fe-3 tertinggi dicapai
oleh Kelurahan Molosipat-W (88,2 %) dan cakupan terendah dicapai
oleh Kelurahan Tenilo ( 69,6%)

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 31


Grafik 14. Cakupan Pemberian Tablet Fe-1 dan Fe-3
pada Ibu Hamil menurut Kelurahan di
Wilayah Puskesmas Kota Barat Tahun 2020

120

98.5
91.7

89.2
100

88.2
85.5

83.1

81.2

79.4
77.1

69.6
80

60

40
Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

Fe-1 Fe-3

Rendahnya cakupan pemberian tablet Fe disebabkan oleh dimasa


pandemi COVID 19 kegiatan pelayanan luar gedung di batasi.
8. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani.
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin
dan nifas dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin,
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit PONEK). Diperkirakan sekitar
15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.

Grafik 15. Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani


menurut Kelurahan di Wilayah Puskesmas
Kota Bara Kota Gorontalo Tahun 2020

50

23.1 21.7

15.6 16.3

6.6

0
Bu M Bul Te PKM

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 32


Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 10 kasus dari
perkiraan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 61 orang.
Walaupun sebagian komplikasi kebidanan tidak dapat dicegah dan
diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak
dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas
berisiko mengalami komplikasi, maka mereka perlu mempunyai akses
terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal/obstetrik.
Untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal,
ada tiga jenis area intervensi yang dapat dilakukan, yaitu : 1) peningkatan
pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko
tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan
emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif
(PONEK) yang dapat dijangkau.
Upaya terobosan yang dilakukan dalam rangka penurunan AKI dan
AKB adalah melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan pada totalitas monitoring yang
menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan
pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di
Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah
satu unsur dari Kelurahan Siaga. Melalui pengelolaan pelayanan PONED
dan PONEK, Puskesmas dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi
institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi
dengan cepat dan tepat.
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP)
yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan
mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan
kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai
di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 33


penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi
baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.
8. Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang di tangani
Komplikasi neonatal adalah neonatal dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermi, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma
lahir, BBLR/Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gr), sindroma gangguan
pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi
kuning pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM).
Penanganan komplikasi neonatal ialah neonatal sakit dan atau
neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah, sarana
pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM,
manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan
lainnya.
Diperkirakan sekitar 15 % bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal disebabkan bayi baru lahir banyak mengalami
perubahan dalam menyesuaikan diri dari kehidupan dalam rahim kepada
kehidupan luar rahim dan sangat mudah mengalami masalah kesehatan.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah persalinan dan dapat
menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Timbulnya masalah
kesehatan merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang buruk,
perawatan selama kehamilan, penanganan selama persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 34


ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya
menjadi semakin kecil.
Grafik 16. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal menurut
Kelurahan di Wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo Tahun 2020

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

87.0
74.1
57.8

41

Neo Komp

Cakupan penanganan komplikasi neonatal di Puskesmas Kota


Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 63,3 %.
Kelurahan dengan cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan Tenilo (87
%) dan cakupan terendah dicapai oleh Kelurahan Molosipat-W (37 %).
Cakupan penanganan komplikasi neonatal yang rendah dapat
disebabkan oleh beberapa permasalahan diantaranya sistem pencatatan
dan pelaporan yang belum mengakomodir semua laporan fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan swasta. Disamping itu masih
terdapat tenaga kesehatan yang belum memahami definisi operasional
dari terminologi penanganan neonatal dengan komplikasi.
10. Persentase Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan
kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS).
Peserta KB aktif merupakan salah satu indikator keberhasilan dari
program KB. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara
pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi sesuai dengan standar
di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu dengan jumlah
pasangan usia subur di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama, dan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 35


dinyatakan dalam bentuk. Cakupan peserta KB aktif merupakan indikator
untuk melihat mutu pelayanan KB dan partisipasi masyarakat.
Grafik 17. Cakupan peserta KB Aktif menurut kelurahan di wilayah
Puskesmas Kota Barat tahun 2020

40
33.5

31.0
22.2
22.2 27.0
20

Buladu
Mol-W
Buliide
Tenilo
PKM

Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo


tahun 2020 secara umum sebesar 27 %. Kelurahan dengan cakupan
peserta aktif tertinggi dicapai oleh Kelurahan Molosipat-W (33,5 %) dan
cakupan terendah dicapai oleh Kelurahan Buladu dan Buliide (22,2%).

11. Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasespsi.


Pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah pelayanan kontrasepsi
sesuai dengan standar kepada pasangan usia subur di satu wilayah kerja
tertentu oleh tenaga kesehatan terlatih pada kurun waktu tertentu. Cakupan
peserta KB baru terhadap pasangan usia subur merupakan salah satu
indikator keberhasilan dari program KB. Indikator ini memperlihatkan
berapa banyak pasangan usia subur yang baru pertama kali mencari
perlindungan dari kehamilan yang tidak direncanakan.
Peserta KB baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan salah satu cara/alat dan/atau pasangan usia subur yang
menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka
berakhir masa kehamilannya.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 36


Grafik 18. Cakupan Peserta KB Baru menurut jenis Kontrasepsi di Wilayah Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun
2020

26.2 24.5 26.4


25.0

20.0

15.0 10.1
7.0
10.0
3.9
5.0 1.0

0.0
Kondom Suntik PIL AKDR MOP MOW Implan

Persentase jenis kontrasepsi tertinggi dicapai oleh jenis IMPLAN


26,4 %) dan terendah jenis MOP (1,0%).
12. Bayi dengan Berat Lahir Rendah
Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir
sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Kejadian BBLR ini erat
kaitannya dengan gizi kurang sebelum dan selama masa kehamilan.
Dampak dari tingginya angka BBLR ini akan berpengaruh pada tinggi
rendahnya angka kematian bayi.
Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
seperti tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini
dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit
dan pemberian imunisasi; pemberian vitamin K; Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi atau masalah pada
BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku
KIA.
Jumlah kasus BBLR dihitung setiap bulan untuk keperluan
intervensi, sedangkan prevalensinya dihitung setiap tahun. BBLR sebagai
masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensinya ≥ 5 %.
Jumlah bayi lahir hidup di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo
tahun 2020 sebanyak 219 bayi yang terdiri dari laki-laki 91 anak,
perempuan 128 anak. Bayi baru lahir yang di timbang sebanyak 218 bayi
(97 %). Dari hasil penimbangan tersebut ditemukan sebanyak 12 bayi

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 37


dengan berat lahir rendah (BBLR) atau sebesar 5,5 % yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 5 bayi dan perempuan sebanyak 7 bayi.
Faktor penyebab kasus BBLR di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo pada umumnya adalah masih tingginya kasus ibu hamil kurang
energi kronis (KEK). Tingginya kasus bumil KEK antara lain disebabkan
oleh adanya anggapan masyarakat bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi
terlalu banyak makanan akan menyebabkan bayi menjadi besar sehingga
sulit melahirkan secara normal. Disamping itu adanya mitos tentang
pantangan jenis makanan tertentu bagi ibu hamil. Faktor penyebab lainnya
adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil.
13. Cakupan Kunjungan Neonatal
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali dengan distribusi
satu kali pada umur 6-48 jam (KN1), 3-7 hari (KN2) dan satu kali lagi
pada umur 8-28 hari (KN3).
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada neonatus petugas
kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan bayi dan konseling
perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan
kesehatan neonatal dasar (resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian
ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; MTBM; dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Grafik 19. Persentase Kunjungan Neonatus menurut Kelurahan Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2020

100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 38


Persentase kunjungan neonatus pertama kali (KN1) di Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 100 %. Ini
berarti semua jumlah kelahiran hidup mendapat kunjungan dari petugas
kesehatan.
14. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman. Bayi
yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja
sejak lahir sampai 5 bulan 29 hari (sebelum mencapai usia 6 bulan) di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif antara lain
banyaknya ibu yang bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI, ASI
tidak keluar atau sedikit, kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif, pengaruh iklan formula bayi dan pemberian susu formula tanpa
indikasi.

Grafik 20. Persentase Asi Eksklusif menurut Kelurahan Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2020

68.4

52.9 56.2
52.1 51.5

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 39


Grafik 20 menunjukkan bahwa cakupan Asi Eksklusif di Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 56,2 %.
Pencapaian menurut Kelurahan, cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan
Molosipat-W (68,4 %).

14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Bayi adalah anak berumur 29 hari - 11 bulan. Kunjungan bayi
adalah kunjungan bayi umur 29 hari - 11 bulan di sarana pelayanan
kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit)
maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan
sebagainya melalui kunjungan petugas.
Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu
satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu
kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan
kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/HB 1-3, Polio 1-4, Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan
bayi yang meliputi konseling ASI eksklusif, pemberian makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi
sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian kapsul
vitamin A pada usia 6-11 bulan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 89,6 %.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 40


Grafik 21. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi menurut Kelurahan Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2020

125.8

89.6
77.1
63.6

105.0

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

15. Cakupan Kelurahan ”Universal Child Immunization” (UCI)


Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya
merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada
sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya
tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pemerintah menargetkan
pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa atau kelurahan.
Suatu kelurahan telah mencapai target UCI apabila ≥ 80 % bayi yang
ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT,
4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak.
Kelurahan UCI yang ada di wilayah Puskesmas Kota Barat hanya
1 Kelurahan (Kelurahan Molosipat-W). Hal ini di sebabkan pada masa

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 41


pandemi COVID 19 kegiatan pelayanan luar gedung termasuk pelayanan
imunisasi di batasi.
16. Cakupan Imunisasi Bayi
Pelayanan imunisasi pada bayi adalah suatu kegiatan pemberian
imunisasi pada bayi yang bertujuan untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan bayi secara aktif terhadap suatu penyakit.
Cakupan imunisasi DPT 1 memberikan gambaran jangkauan
program imunisasi bayi karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen
kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi.
Sedangkan target perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan
cakupan imunisasi campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak
terakhir dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi.
Cakupan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi usia 0-7 hari di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar
53,9 %. Cakupan imunisasi BCG secara umum sebesar 79,0 %.
Cakupan imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 secara umum sebesar 65,4
%.
Cakupan imunisasi Polio 4 secara umum sebesar 68,2 %. Cakupan
imunisasi Campak secara umum sebesar 68,9 %. Cakupan tingkat
perlindungan imunisasi lengkap bayi di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 68,9 %.

15. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita


Masalah kurang vitamin A, Indonesia dinyatakan bebas dari
xeropthalmia pada tahun 1992. Walaupun bebas dari xeropthalmia, data
Kementerian Kesehatan tahun 1992 menunjukkan hampir 10 juta balita
menderita KVA Sub Klinis (Serum Retinol > 20 mcg/dl). Tingginya
proporsi balita dengan serum retinol > 20 mcg/dl ini menyebabkan anak
balita di Indonesia beresiko tinggi untuk terjadinya xeropthalmia dan
menjadi sangat tergantung dengan kapsul vitamin A dosis tinggi. Selain itu
penyuluhan untuk mengkonsumsi sayur dan buah berwarna menjadi sangat
penting untuk mempertahankan Indonesia tetap bebas dari xeropthalmia.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 42


Ada kemungkinan penyuluhan kurang berhasil, maka cakupan
kapsul vitamin A yang kurang dari 80 % akan membuka kemungkinan
munculnya kasus xeropthalmia. Selain itu pada beberapa wilayah provinsi
ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada anak penderita gizi
buruk, sehingga KVA masih merupakan masalah gizi hingga saat ini.
Pada bayi yang berumur 6 – 11 bulan diberikan 1 (satu) kapsul
Vitamin A 100.000 SI warna biru pada bulan Februari atau Agustus.
Anak balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin
A adalah anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A warna
merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan pada bulan Februari dan
Agustus
Grafik 22. Persentase Vitamin A Balita menurut
Kelurahan Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2020

70.9 73.4 69.5


67.6 66.2

Buladu Mol-W Buliide Tenilo PKM

Grafik 22 menunjukkan bahwa cakupan vitamin A balita di Puskesmas


Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum sebesar 69,52 %.
Pencapaian menurut Kelurahan, cakupan tertinggi dicapai oleh Kelurahan
Tenilo ( 73,35 %).
19. Jumlah Baduta Ditimbang
Yang dimaksud dengan baduta adalah anak usia 0-23 bulan yang
berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Baduta ditimbang adalah baduta yang ditimbang
berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan
tempat penimbangan lainnya. Cakupan baduta yang ditimbang adalah
jumlah baduta yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah baduta yang ada
diseluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama dikali seratus persen.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 43


Baduta BGM adalah baduta yang hasil penimbangan berat badannya
berada di bawah garis merah pada kartu menuju sehat (KMS). Cakupan
baduta BGM adalah jumlah baduta dengan hasil penimbangan berat badan
BGM di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah
baduta yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama dikali seratus persen.
Estimasi jumlah baduta di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo
tahun 2020 sebanyak 550 anak yang terdiri dari 272 anak laki-laki dan
278 anak perempuan. Cakupan baduta yang ditimbang di Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 31,9 % atau sebanyak 175
anak.
Sementara itu persentase baduta dengan BGM di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 0.67 % atau sebanyak 3 anak
yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan.
20. Cakupan Pelayanan Anak Balita
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak umur
12-59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali per
tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan
Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK
dilaksanakan oleh Bidan, Ahli Gizi, penyuluh kesehatan dan petugas
sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan
deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.
Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12-59 bulan)
yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Secara umum cakupan pelayanan kesehatan anak balita di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 4,7 % atau
sebanyak 49 anak balita dari 1044 anak balita.
21. Cakupan Balita Ditimbang
Kegiatan bulanan di posyandu merupakan kegiatan rutin yang
bertujuan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 44


serta pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan
pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Di dalam
KMS, berat badan balita hasil penimbangan bulanan diisikan dengan titik
dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis/kurva
pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai
apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut naik
(N) atau tidak naik (T).
Jumlah balita usia 0-59 bulan yang ada (S) di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 1.324 anak yang terdiri dari 670
anak laki-laki dan 654 anak perempuan. Dari jumlah tersebut, rata-rata
yang datang dan ditimbang sebanyak 423 anak atau sebesar 31,9 %.
Jumlah balita dengan berat badan berada di Bawah Garis Merah
(BGM) baru yang ditemukan di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo
selama tahun 2020 sebanyak 11 anak atau 0,8 % dari rata-rata 423
balita yang ditimbang.
22. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan
Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahun sampai dengan
4 tahun 11 bulan) yang ada di wilayah kerja. Kasus gizi buruk adalah
status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan
Z-score < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor,
dan marasmus-kwashiorkor.
Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi dan
hipotermi; pengukuran antropometri menggunakan parameter berat badan
dan tinggi badan; pemberian larutan elektrolit dan multi-mikronutrien serta
memberikan makanan dalam bentuk, jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan, mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi; diberikan
pengobatan sesuai penyakit penyerta; ditimbang setiap minggu untuk
memantau peningkatan berat badan sampai mencapai Z-score -1 SD;
konseling gizi kepada orang tua tentang cara memberi makan anak.
Jumlah kasus balita gizi buruk (kategori sangat kurus berdasarkan
indeks BB/TB) yang ditemukan di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 45


selama tahun 2020 sebanyak 11 anak yang semuanya adalah anak
perempuan dan seluruhnya mendapat perawatan.
23. Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD dan Setingkat
Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan
kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat
melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan
awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga
kesehatan) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas
program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di
sekolah.
Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat di wilayah Puskesmas
Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 tidak dilaksanakan, hal ini di
sebabkan dimasa pandemi COVID 19 kegiatan sekolah di hentikan.
24. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan gigi dan mulut merupakan bentuk upaya promotif,
preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan
dan penambalan sementara, yang dilakukan baik di sekolah maupun
dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun.
Rasio tumpatan/pencabutan gigi di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebesar 0 % . Hal ini disebabkan Puskesmas Kota
Barat belum melayani tumpatan gigi karena perlatan medis yang belum
lengkap. Dan kasus pencabutan gigi tetap sebanyak 8 kasus .
25. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada anak SD dan Setingkat
Jumlah SD/MI yang ada di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo
sampai dengan tahun 2020 sebanyak 12 unit yang seluruhnya tidak
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal, hal ini disebabkan masa pandemi
COVID 19 kegiatan sekolah di hentikan.
26. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 46


Prausia lanjut (pra usila) adalah seseorang yang berusia antara
45–59 tahun dan usia lanjut (usila) adalah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih. Pelayanan kesehatan usia lanjut adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang ada pada pedoman usia lanjut (60 tahun ke atas), di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Estimasi jumlah penduduk yang berusia lanjut (60 tahun ke atas) di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 1611 jiwa
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 669 jiwa dan perempuan sebanyak
942 jiwa. Jumlah usila yang mendapat pelayanan di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo adalah 985 jiwa ( 61,1 %). Penduduk usia lanjut
selain di layani di puskesmas juga di setiap kelurahan terdapat posyandu
usila.

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk
Jaminan pemeliharaan kesehatan adalah upaya pembiayaan
kesehatan baik keanggotaannya secara sukarela maupun wajib yang
iurannya dibayarkan oleh pemerintah dan diselenggarakan dengan kendali
biaya dan kendali mutu.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan yang bersifat nasional agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN adalah peserta JKN yang
dibiayai dari APBN dan pengelolanya oleh BPJS Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD adalah program Jaminan
Kesehatan yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah dengan maksud
membantu masyarakat miskin yang digunakan berobat ke fasilitas
kesehatan pemerintah tanpa dipungut biaya.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 47


Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah peserta JKN yang dibiayai
oleh pemerintah pusat dan peserta itu sendiri. PPU terdiri dari PNS,
TNI/POLRI, Eks JPK Jamsostek dan badan usaha baru.
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri adalah peserta JKN
yang iurannya dibiayai oleh peserta itu sendiri, pesertanya terdiri dari
masyarakat yang mampu membayar.
Bukan Pekerja (BP) adalah peserta JKN yang dibiayai oleh
pemerintah dan pemberi kerja, pesertanya terdiri dari penerima pensiun
pemerintah, veteran, penerima pensiun pejabat negara, perintis
kemerdekaan, penerima pensiun swasta dan bukan pekerja lainnya.
Jamkesda adalah upaya pembiayaan kesehatan oleh pemerintah
daerah yang tidak terbiayai melalui PBI APBN dan pengelolanya masih
dikelola sendiri yang keanggotaannya secara wajib yang iurannya
dibayarkan oleh pemerintah daerah dan diselenggarakan dengan kendali
biaya dan kendali mutu.
Asuransi Swasta adalah upaya pembiayaan kesehatan yang
keanggotaannya secara sukarela yang iurannya dibayarkan oleh
masyarakat itu sendiri.
Asuransi Perusahaan adalah upaya pembiayaan kesehatan yang
keanggotaannya secara sukarela dan iurannya dibayarkan oleh masyarakat
itu sendiri dan perusahaan tempat dia bekerja.
Jumlah penduduk Kota Gorontalo yang sudah mendapat jaminan
pemeliharaan kesehatan pada tahun 2020 sebanyak 10.068 jiwa atau
71,19% dari total penduduk di wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo.
2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan. di Sarana Pelayanan
Kesehatan
Rawat jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan
yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilatasi medik tanpa
tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan
adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana kesehatan
pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 48


Kunjungan pasien baru adalah kunjungan pertama seseorang di sarana
kesehatan pada kurun waktu tertentu.
Jumlah kunjungan rawat jalan baru ke sarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun 2020 sebanyak 6.892
kunjungan atau sebesar 45,39 % dari jumlah penduduk. Dari jumlah
kunjungan rawat jalan baru tersebut, kunjungan laki-laki sebanyak 2712
kunjungan (39,3 %) dan perempuan sebanyak 4180 kunjungan (60,65 %).
3. Cakupan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan
Kesehatan
Kunjungan gangguan jiwa adalah kunjungan pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir
dan perilaku, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa ke sarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 101
kunjungan yang terdiri dari laki-laki sebanyak 57 kunjungan (56,4 %) dan
perempuan sebanyak 44 kunjungan (43,6 %).

C. Perilaku Hidup Masyarakat


1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang seluruh
anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator,
yaitu : persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI
eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 49


dalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang
pernah melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian
rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator.
Hasil survei PHBS di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun
2020 menunjukkan bahwa terdapat 2493 KK yang sudah ber-PHBS atau
sebesar 75,09 % dari 3320 KK yang disurvei .
D. Keadaan Lingkungan
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah rumah yang
memenuhi kriteria : kostruksi bangunan rumah yang memiliki lantai,
ventilasi udara (Cross Ventilation), pencahayaan yangcukup, kepadatan
hunian rumah berdasarkan luas rumah,dan sarana sanitasi berupa adanya
akses air minum, akses jamban sehat, memiliki Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL), memiliki tempat penampungan sampah. Rumah yang
dibina adalah rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yang dibina
untuk menjadi rumah sehat melalui pemantauan dan evaluasi.
Pada tahun 2020, rumah yang memenuhi syarat kesehatan (rumah
sehat) di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo sebesar 90,92 % atau
sebanyak 2.492 rumah dari 2.741 rumah yang ada. Rumah yang dibina
untuk menjadi rumah sehat sebesar 420 rumah atau 100 % dari rumah
yang belum memenuhi syarat kesehatan.

2. Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum


Berkualitas (Layak)
Air minum yang berkualitas (layak) adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan yang terlindung dilihat secara fisik yaitu tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna dan jika dikosumsi atau diminum melaui proses
pengolahan terlebih dahulu. Air minum yang berkualitas (layak) meliputi
air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air,
penampungan air hujan (PAH), mata air dan sumur terlindung, sumur bor
atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 50


kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk
air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tangki, air
sumur dan mata air tidak terlindung.
Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas (layak) adalah jumlah penduduk yang akses terhadap air
minum berkualitas seperti air minum yang terlindung meliputi air ledeng
(keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan
(PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa,
yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan
limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari
penjual keliling, air yang dijual melalui tangki, air sumur dan mata air
tidak terlindung.
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang
layak di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 secara umum
sebesar 96,8 % atau 13.166 jiwa.
3. Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang
Memenuhi Syarat Kesehatan
Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah keluarga
yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum yang meliputi air dalam
kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang
berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
Jumlah penyelenggara air minum yang ada di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 80 unit yang memenuhi syarat 22
unit (27,5%).
4. Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak
(Jamban Sehat)
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi
inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik
merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi
berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif
di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 51


masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkat-
nya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit berbasis lingkungan
lainnya.
Secara umum persentase penduduk dengan akses sanitasi layak
(jamban sehat) di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020
sebesar 90,92 %.
5. Kelurahan yang Melaksanakan STBM
Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti
dengan perilaku yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui
pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM sebagai
pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan
metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Pelaksanaan
STBM mencakup 5 (lima) pilar, yaitu : Stop Buang Air Besar
Sembarangan (STOP BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
Pengelolaan Air Minum dan Makanan yang Aman di Rumah Tangga
(PAM RT) Pengelolaan Sampah dengan Benar, dan Pengelolaan Limbah
Cair Rumah Tangga dengan Aman.
Suatu kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM didasarkan
pada kondisi : (1) minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah
satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (2) adanya masyarakat yang
bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu
atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi intervensi STBM;
dan (3) masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka
mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang
telah disepakati bersama. Pelaksanaan STBM dilakukan secara bertahap
dengan prioritas pada pilar ke-1 yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS) dan adopsi perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dan
secara bertahap mengembangkan pilar-pilar lain dari STBM.
Dari 4 kelurahan yang ada di wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo semua kelurahan yang sudah STBM . Dan Kelurahan yang
Stop BABS belum ada.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 52


6. Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat-tempat umum (TTU) adalah Tempat atau sarana yang
diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk
kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah sakit,
puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel
(bintang dan non bintang). TTU sehat adalah TTU yang memenuhi standar
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Jumlah tempat-tempat umum yang ada di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 50 unit yang terdiri dari sarana
pendidikan sebanyak 19 yang memenuhi syarat 100 %, sarana kesehatan
5 unit (100%) dan tempat ibadah 26 unit.

7. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) menurut Status Higiene


Sanitasi, Dibina,dan DiujiPetik
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan
makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan
restoran, Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU),kantin dan makanan
jajanan. Jumlah TPM adalah TPM yang terdaftar/tercatat diwilayah kerja
puskesmas atau kantor kesehatan pelabuhan dan didukung dengan aspek
legal hukum baik yang memenuhi persyaratan maupun yang tidak
memenuhi persyaratan higiene sanitasi.
Jumlah tempat pengelolaan makanan (TPM) yang ada di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 90 unit .
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat 53 unit
(58,9 %) yang terdiri dari PIRT 4 unit (7,5 %) , rumah makan/restoran 5
(9,4%), depot air minum 9 (16,9%), makanan jajanan/kantin/sentra
makanan 35 (66%).
8. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
Kebutuhan obat adalah jumlah kebutuhan item obat yang didapat
dengan menghitung jumlah pemakaian rata-rata per bulan jenis obat
tertentu pada tahun sebelumnya dikali 18. Total penggunaan obat adalah
total penggunaan obat dan vaksin yang didapat dengan jumlah penggunaan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 53


kumulatif setiap periode pelaporan total stok obat dan vaksin yang
dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan. Sisa stok adalah total stok
obat dan vaksin yang dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan.
Tingkat ketersediaan obat menurut jenis obat di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo tahun 2020 sebesar 100 %. Akan tetapi masih ada
beberapa jenis obat yang belum tersedia, karena pemakaian obat-obatan
tersebut tergantung dari pola penyakit yang ada. Dari 144 jenis obat dan
vaksin yang harus tersedia, hanya 75 jenis yang tersedia dengan persentase
ketersediaan berkisar 8,0 % - 700,0 %.

BAB V
SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
1. Jumlah Sarana Kesehatan menurut Kepemilikan
Jenis sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebanyak 4 Jenis, yang terdiri dari 1 jenis
rumah sakit , 3 jenis puskesmas pembantu dan 9 Posyandu balita, 4
posyandu usila . 4 kelas ibu hamil.
2. Posyandu menurut Strata
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 54


kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi
dan balita.
Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, ditandai
oleh kegiatan posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan
jumlah kader kurang dari 5 orang.
Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader yang
bertugas 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah, yaitu kurang dari 50 %.
Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader yang
bertugas 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari
50 %, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang kepesertaannya masih kurang dari 50 % KK di wilayah
kerja posyandu.
Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader yang
bertugas 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari
50 %, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang kepesertaannya masih lebih dari 50 % KK di wilayah
kerja posyandu.
Jumlah posyandu yang ada di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebanyak 9 unit yang seluruhnya merupakan
posyandu purnama. Dengan demikian seluruh posyandu yang ada di
Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo sudah termasuk posyandu aktif.
3. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar,
buka setiap hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 55


wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang Bidan, minimal 2 orang
Kader dan 1 orang tokoh masyarakat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat yang menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB di desa.
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara integrasi oleh kelompok aktif masyarakat dalam
upaya preventif dan promotif (monitoring dan peningkatan pengetahuan
pencegahan dan pengendalian faktor resiko) penyakit tidak menular.
Jumlah Poskesdes di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun
2020 sebanyak 1 unit yaitu di Kelurahan Buliide. Tetapi Poskesdes
tersebut tidak bisa ditempati oleh bidan karena kondisi jalannya tidak bias
dilalui oleh ibu hamil karena berada di lereng gunung. Sehingga
pelayanannya di pindahkan di pustu Buliide. Jumlah Polindes sebanyak 1
unit berada di Kelurahan Tenilo. Sedangkan Posbindu sudah dibentuk di
seluruh kelurahan yang ada di wilayah puskesmas.

B. Jumlah Kelurahan Siaga Aktif


Kelurahan siaga aktif adalah kelurahan yang penduduknya dapat
mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Kelurahan siaga aktif pratama adalah kelurahan siaga yang telah
memiliki forum kelurahan tetapi belum berjalan, memiliki 2 orang Kader
Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses
pelayanan kesehatan dasar, memiliki posyandu yang aktif, memiliki
dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah kelurahan, ada
peran aktif masyarakat, dan melakukan pembinaan PHBS kurang dari
20 % rumah tangga yang ada.
Kelurahan siaga aktif Madya adalah kelurahan siaga yang telah
memiliki forum kelurahan tetapi belum rutin setiap triwulan, memiliki 3-5

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 56


orang Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki
kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki posyandu dan 2
UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan
kesehatan dari pemerintah kelurahan dan masyarakat/dunia usaha, ada
peran aktif masyarakat dan peran minimal 1 ormas, memiliki Peraturan
Kepala Kelurahan tentang Kelurahan Siaga Aktif meskipun belum
direalisasikan serta melakukan pembinaan PHBS kurang dari 20 % rumah
tangga yang ada.
Kelurahan siaga aktif Purnama adalah kelurahan siaga yang telah
memiliki forum kelurahan berjalan setiap triwulan, memiliki 6-8 orang
Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses
pelayanan kesehatan dasar, memiliki posyandu dan 3 UKBM lain yang
aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah
kelurahan, masyarakat dan dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan
peran minimal 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala Kelurahan tentang
Kelurahan Siaga Aktif dan sudah direalisasikan, serta melakukan
pembinaan PHBS kurang dari 40 % rumah tangga yang ada.
Kelurahan siaga aktif Mandiri adalah kelurahan siaga yang telah
memiliki forum kelurahan berjalan setiap bulan, memiliki 8 orang atau
lebih Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan
akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki posyandu dan 4 UKBM lain
yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari
pemerintah kelurahan, masyarakat dan dunia usaha, ada peran aktif
masyarakat dan peran lebih dari 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala
Kelurahan tentang Kelurahan Siaga Aktif dan sudah direalisasikan, serta
melakukan pembinaan PHBS kurang dari 70 % rumah tangga yang ada.
Seluruh kelurahan yang ada di wilayah Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo sampai dengan tahun 2020 sudah menjadi kelurahan siaga aktif,
dengan status strata pratama. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
strata kelurahan siaga aktif melalui peningkatan peran serta masyarakat
dan forum kelurahan siaga aktif (survei mawas diri, musyawarah
masyarakat desa/kelurahan).

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 57


C. Tenaga Kesehatan

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, dokter gigi)


Tenaga Medis di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo terdiri dari
dokter umum 2 orang dan dokter gigi 1 orang
2. Jumlah dan Rasio Tenaga Bidan, Perawat dan Perawat Gigi
Tenaga keperawatan terdiri dari bidan, perawat dan perawat gigi.
Jumlah tenaga keperawatan pada tahun 2020 sebanyak 27 orang yang
terdiri dari tenaga bidan sebanyak 9 orang, tenaga perawat 16 orang dan
tenaga perawat gigi 2 orang.
Tenaga Bidan terdiri dari lulusan DIV kebidanan dan DIII
kebidanan. Perawat adalah lulusan S1 Keperawatan, lulusan D III
Keperawatan dan lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).
Rasio bidan pada tahun 2020 sebesar 174,8 per 100.000 penduduk
meningkat dari 140,7 pada tahun 2014, rasio perawat 199,3 per 100.000
penduduk meningkat dari 117 pada tahun 2014 dan rasio perawat gigi
sebesar 6,3 per 100.000 penduduk menurun dari 10,4 pada 2020.

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan


Tenaga kefarmasian meliputi tenaga teknis kefarmasian (Analis
Farmasi, Asisten Apoteker dan Sarjana Farmasi) dan Apoteker. Secara
umum jumlah tenaga kefarmasian di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo pada tahun 2020 sebanyak 2 orang.
Rasio tenaga teknis kefarmasian pada tahun 2020 sebesar 22,4 per
100.000 penduduk dari 14,8 pada tahun 2014 dan rasio Apoteker sebesar
9,7 per 100.000 penduduk dari 8,9 pada tahun 2014. Tampak bahwa
tenaga teknis kefarmasian pada tahun 2020 meningkat dari tahun 2014.
4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan
Lingkungan di Fasilitas Kesehatan
Lulusan S1 dan S2 Kesehatan Masyarakat merupakan tenaga
kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan lingkungan adalah tenaga

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 58


kesehatan yang bertugas di bidang kesehatan lingkungan di suatu wilayah
dengan pendidikan D I sampai dengan D III.
Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kota Barat
Kota Gorontalo tahun 2020 sebanyak 4 orang.
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Kota
Barat Kota Gorontalo pada tahun 2020 sebanyak 4 orang.
Rasio tenaga Kesehatan Masyarakat pada tahun 2020 sebesar 24,9
per 100.000 penduduk dan rasio tenaga Kesehatan lingkungan sebesar 20,5
per 100.000 penduduk.
5. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan
Tenaga gizi terdiri dari tenaga Nutrisionis dan Dietisien yang
bertugas di bidang gizi di puskesmas.
Tenaga Nutrisionis yang ada di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sebanyak 6 orang.
5. Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tenaga non kesehatan terdiri dari pejabat struktural dan staf
penunjang administrasi.

D. Pembiayaan Kesehatan
Penyedia pelayanan kesehatan di tingkat pertama adalah
puskesmas. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kecamatan. Pembangunan puskesmas memiliki peran yang
sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Apabila berfungsi
dengan baik, maka akan mampu memberikan pelayanan yang bermutu bagi
masyarakat yang membutuhkan.
Biaya sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu organisasi. Demikian
pula halnya dengan puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Dalam menjalankan organisasi,
sumber pembiayaan puskesmas kota barat berasal dari dana :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Puskesmas
b. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 59


c. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana ini berasal dari tarif pelayanan rawat jalan pasien yang tidak
terdaftar sebagai peserta BPJS di puskesmas Kota Barat. Juga berasal dari
tarif lain seperti Surat Keterangan Sehat. Dana yang diperoleh kemudian
disetorkan ke kas daerah dan kemudian puskesmas melalui Dinas
Kesehatan dan menerima kembali dana tersebut untuk Bahan Habis Pakai
dan jasa pelayanan.

2. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) berasal dari dana APBN yang
digunakanan untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan capaian MDG’S. Sehingga dalam
pelaksanaannya 60% anggaran digunakan untuk peningkatan program
tersebut. Sedangkan 40 % digunakan untuk kegiatan penunjang dan
manajemen puskesmas. Anggaran Dana BOK untuk Puskesmas Kota
Barat tahun 2020 adalah Rp. 530.000.000

3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Dana Kapitasi JKN yang diterima berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar di Puskesmas Kota Barat. Dana tersebut berbeda setiap bulannya
karena perbedaan jumlah peserta.

No Bulan Penerimaan Realisasi


1 Saldo tahun lalu 55.549.927 0
2 Januari 0 0
3 Februari 88.128.000 43.496.452
4 Maret 38.865.750 6.482.172
5 April 50.014.600 95.017.988
6 Mei 44.376.350 39.606.490
7 Juni 44.865.600 56.928.666
8 Juli 54.622.100 40.921.990
9 Agustus 54.660.100 40.884.055
10 September 55.087.600 13.138.818
11 Oktober 55.468.900 78.748.800

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 60


12 Nopember 52.507.600 11.894.364
13 Desember 58.391.200 175.791.533
TOTAL 652.537.727 602.911.328

BAB VI
KESIMPULAN

Dari uraian hasil pencapaian pembangunan kesehatan di Puskesmas Kota


Barat Kota Gorontalo tahun 2020 tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
derajat kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo tahun
2020 mengalami penurunun. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, antara lain
rendahnya Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita (AKABA) serta Angka Kematian Ibu (AKI) dibanding
dengan target MDGs. Demikian pula dengan status gizi balita, dimana angka
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang berada di bawah target MDGs. Sementara
itu beberapa jenis penyakit telah berhasil dikendalikan yang dapat dilihat dari
rendahnya angka prevalensi penyakit-penyakit tersebut.
COVID 19 adalah jenis penyakit baru, kasus yang pertama penyakit ini
terjadi di kota Wuhan Cina pada akhir Desember 2019 dan secara cepat menyebar
ke puluhan negara termasuk Indonesia hanya dalam beberapa bulan. Dimasa
pandemi Covid 19 semua kegiatan di batasi baik kegiatan sekolah maupun
kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung sehingga mengakibatkan penurunan

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 61


pencapaian derajat kesehatan di masyarakat yang ada di wilayah Puskesmas Kota
Barat.
Situasi upaya kesehatan perlu mendapat apresiasi karena beberapa
cakupan dari indikator pelayanan kesehatan mengalami peningkatan dalam 5
(lima) tahun terakhir. Demikian pula halnya dengan indikator dari akses dan mutu
pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat dan keadaan lingkungan yang
cakupannya secara umum mengalami peningkatan. Namun, ada beberapa
indikator yang cakupannya mengalami penurunan atau rendah dibanding dengan
target yang telah ditetapkan termasuk ketersediaan dari beberapa jenis obat.
Menurunnya beberapa indikator dari upaya kesehatan tidak terlepas dari
dukungan sumberdaya kesehatan antara lain sarana dan prasarana, tenaga serta
pembiayaan kesehatan. Dari gambaran situasi sumberdaya kesehatan terlihat
bahwa jumlah sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Kota Barat Kota
Gorontalo tahun 2020 sudah mencukupi. Rasio puskesmas sudah mencapai 1,5
per 30.000 penduduk, rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas sebesar 1 :
3. Akan tetapi rasio posyandu terhadap balita baru mencapai 0,64 atau 1 (satu)
posyandu rata-rata melayani 157 balita.
Khusus untuk pembiayaan kesehatan, persentase anggaran kesehatan
terhadap APBD Kota Gorontalo mengalami penurunan pada tahun 2020 menjadi
5,2 % dibanding tahun 2019 sebesar 7,0 %. Demikian pula dengan jumlah
anggarannya yang mengalami penurunan tahun ini.
Kerja sama serta koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait,
keterlibatan pihak swasta serta pemberdayaan terhadap masyarakat masih perlu
ditingkatkan untuk mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal di masa-masa yang akan datang.

Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 62


Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 63
Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 64
Profil Kesehatan Puskesmas Kota Barat 2020 65

Anda mungkin juga menyukai