Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2020-2021

MATA KULIAH : DESENTRALISASI KESEHATAN


HARI/TANGGAL : April 20201
WAKTU : 60 MENIT
PROGRAM STUDI : KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN : M. Djakfar Sadik R, Dr.dr.Aila Karius, MKes.

NAMA MAHASISWA : ASY SYIFA ZALSABILA


NPM : 185130026

I. Jawab Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

1. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah


Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. Konsep ini telah
berlangsung lama yaitu sejak 1999. Dalam pelaksanaannya mengalami
berbagai penyempurnaan. Apakah menurut Saudara pelaksanaan
desentralisasi selama ini sudah memberikan dampak atau pengaruh positif
terhadap keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di daerah ?

2. Dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut pemerintah juga melakukan


bagi hasil keuangan. Penyerahan kepada daerah dituangkan terutama dalam
bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Selain DAU pemerintah mengalokasikan dalam bentuk DAK, mengapa dan
dengan tujuan apa pemerintah mengeluarkan DAK ke pemerintah daerah ?

3. Apa yang Saudara ketahui tentang Desentralisasi Kesehatan ? tidak semua


upaya-upaya kesehatan diserahkan oleh pemerintah Pusat kepada pemerintah
daerah. Apa saja urusan-urusan kesehatan yang masih menjadi kewenangan
pemerintah pusat ? kenapa hal tersebut dilakukan ?

4. Apa saja keuntungan dan kelemahan dari pelaksanaan desentralisasi


kesehatan? Apa saja permasalahan dan hambatan atau kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaannya ? jelaskan masing-masing.

SELAMAT BEKERJA
1. Menurut saya pelaksanaan desentrasilasi selama ini sudah dapat dikatakan memberi
pengaruh positif dalam pelaksanaannya.
Karna dengan penyerahan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Pemda lebih
memiliki peluang yang besar terlebih lagi pasti pemerintah daerah lebih mengetahui
kondisi kesehatan di daerah nya. Dengan begitu diharapkan program pembangunan
kesehatan lebih efektif dan efisien untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat.
Mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan serta mengoptimalkan potensi
daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia
Sehat.

2. Dana alokasi khusus di bidang kesehatan adalah dana yg bersumberdari APBN yang di
alokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. DAK sendiri
terdiri dari banguan oprasional kesehatan, jaminan persalinan, dan akreditasi fasilitas
pelyankes. Hal ini dikutip menurut permenkes no.3 tahun 2019 tentang juknis
penggunakan dana alokasi khusus (DAK) di bidang kesehatan.

Dengan adanya desentralisasi berdasarkan asas otonomi daerah, pemerintah


kabupaten/kota memberikan kewenangan untuk menggelola pemerintahan dan sumber
-sumber penerimaannya sendiri dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam yang
dimilikinya. Sehingga dari aspek pendapatan daerah dirasakan cukup untuk membiayaai
atau semua pengeluaran atau belanja daerah nya sendiri.

Dengan demikian tujuan DAK yang di keluarkan pemerintah pusat ke pemerintah daerah
bidang kesehatan yaitu agar dapat dialokasikan untuk meningkatkan jangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten/Kota terutama kelompok
Kabupaten/Kota dengan derajat kesehatan masyarakat yang belum optimal.

3. Yang saya ketahui tentang desentralisasi kesehatan adalah pemindakan wewenang yang
menyangkut urusan kesehatan dari pemerintah pusat ke pada pemerintah daerah khusus
nya pada pemda terkait yang bertujuan memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

Ada beberapa urusan-urusan kesehatan yang masih menjadi kewenangan pemerintah


pusat. Contoynya seperti kondisi saat ini mengenai wabah virus covid-19 yang sedang
terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Untuk pengambilan keputusan mengenai
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penanggulangan covid-19 tidak di
serahkan kepada pemerintah daerah namun harus pada pemerintah pusat. Kebijakan yang
di keluarkan pemerintah pusat juga beragam misalnya larangan mudik untuk mencegah
penyebaran virus covid-19, pembelajaran yang dilakukan secara daring, serta kebijakan
tentang pemberian vaksin covid yang sedang di laksanakan secara bertahap.

Tidak semua upaya-upaya kesehatan diserahkan oleh pemerintah Pusat kepada


pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan karena permasalahan ini merupakan
permasalahan tingkat nasional bahkan bisa di kategorikan sebagai tinggat global.

4. Kelebihan Desentralisasi di Bidang Kesehatan


1. Dalam bidang kesehatan memberikan peluang yang lebih besar kepada daerah untuk
menentukan sendiri program-program kegiatan yang akan dilakukan dan alokasi dana
pembangunan kesehatan didaerahnya. Dengan penerapan sistem desentralisasi
diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan efisien disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat didaerah tersebut untuk mencapai sasaran kesehatan.

2. keuntungannya untuk masyarakat di daerah terutama yang kurang mampu yang


sebelumnya tidak dicover oleh anggaran pemerintah pusat saat ini bisa dicover oleh
anggaran pemerintah daerah, memiliki kewenangan sendiri terkait kesehatan sesuai
kebutuhan dimasing-masing daerah.

3. Memacu sikap insiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya
mengacu pada petunjuk atasan dapat menumbuhkembangkan pola kemandirian
pelayanan kesehatan termasuk pembiayaan kesehatan, optimalisasi potensi
pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap.
Kekurangan Desetralisasi di Bidang Kesehatan
1. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum memberikan perhatian besar terhadap
sektor kesehatan, kecuali pengobatan geratis. Conothnya dalam pemilihan kepala
daerah langsung merubah pelayanan kesehatan menjadi komoditi politik, komoditi
yang paling menarik adalah pelayanan kesehatan gratis. Dengan biaya yang tinggi
dalam pemilihan kepala daerah menyebabkan banyaknya korupsi dan tidak perhatian
kepada kesehatan yang bersifat promotif dan preventif dan membuat pembiayaan
untuk kerjasama lintas sektoral di daerah untuk kegiatan preventif dan promotif
kesehatan belum maksimal.

2. Pemerintah pusat belum maksimal dalam mengelola kesehatan secara desetralisasi.


APBN kesehatan secara absolut meningkat tinggi namun ada hambatan dalam
penyaluran ke daera melalui mekanisme DAU,DAK,TP dan dana dekonsentrasi.
Pencegahan dan promosi kesehatan banyak ditopang oleh dana asing yang
mempunyai berbagai kendala penyaluran dan fungsi penyebaran SDM belum
maksimal.

3. Kekurangan penerapan desentralisasi kesehatan yaitu anggaran daerah di bidang


kesehatan menjadi lebih kecil untuk kegiatan upaya kesehatan masyarakat (UKM) hal
ini terjadi dikarenakan sebagian besar belanja kesehatan daerah digunakan untuk
belanja pelayanan kuratif (UKP), belanja barang modal dan belanja pegawai, sehingga
hal tersebut menjadi pertimbangan Kementerian Kesehatan untuk menyalurkan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) langsung ke Puskesmas.

4. Berkaitan dengan permasalahan yang paling menonjol yaitu mengenai kekosongan


atau kekurangan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dibandingkan dengan
standar SDM yang harus dimiliki Puskesmas bahwa seharusnya penerapan
desentralisasi kesehatan disesuaikan dengan peningkatan kualitas SDM kesehatan
serta perkembangan sistem pelayanan kesehatan disetiap daerah termasuk
infrastruktur pelayanan kesehatan. Agar terlaksananya penerapan sistem desentralisasi
kesehatan yang banyak menghasilkan sisi positifnya harus didukung oleh regulasi dari
pemerintah yang mencangkup persoalan dibidang kesehatan yang berkaitan dengan
penerapan desentralisasi kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan permasalahan, tantangan dan pengalaman masa lalu diidentifikasi beberapa isu
strategik sebagai berikut:

A. Komitmen dari semua pihak terkait


Dalam upaya menerapkan desentralisasi dibutuhkan komitmen dari semua pihak
terkait (stakeholders), baik dari lingkungan jajaran Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Lembaga Legislatif, masyarakat luas serta
mitra Internasional.

B. Kelangsungan dan keselarasan pembangunan kesehatan


Dalam tatanan Otonomi Daerah, keberhasilan Pembangunan Nasional di bidang
kesehatan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan di Daerah.
Kemandirian masing-masing Daerah dalam pengambilan keputusan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemerataan derajat kesehatan antar Daerah
2. Penanggulangan masalah kesehatan lintas batas Kabupaten/Kota, lintas
Provinsi dan lintas Negara.

3. Meningkatkan sinergi antar Daerah untuk meningkatkan daya saing di arena


internasional.
4. Mencegah terjadinya deviasi pasar industri kesehatan.

C. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas


Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) yang berkualitas
dan profesional sangat menentukan keberhasilan penerapan desentralisasi. Pada saat
ini jumlah, kualifikasi dan penyebaran SDM Kesehatan yang tersedia, baik
manajerial maupun teknis, masih belum memadai, khususnya tenaga kesehatan
strategis. Walaupun dalam tatanan Otonomi Daerah masing-masing Daerah
memiliki kewenangan untuk menentukan sendiri kebutuhan, melakukan rekruitmen
dan mempertahankan sumber daya manusia, Pemerintah perlu memperhatikan agar
terjamin keseimbangan distribusi SDM Kesehatan antar-Daerah, melalui :

1. Pengembangan Kesehatan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan


SDM
2. Pengembangan Kesehatan model-model alternatif pendayagunaan
SDM

D. Kecukupan pembiayaan kesehatan


Kecukupan alokasi pembiayaan kesehatan dalam anggaran pemerintah baik Pusat
maupun Daerah merupakan faktor penting keberhasilan desentralisasi dalam bidang
kesehatan. Pemerintah Pusat dan Daerah perlu memberikan perhatian khusus untuk
mengalokasikan anggaran yang mencukupi bagi pembangunan kesehatan dengan
mempertimbangkan kemampuan Pemerintah Daerah dan masalah kesehatan yang
dihadapi. Hal ini menjadi makin kritis karena alokasi dana Pusat diberikan dalam
bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), sedangkan pembangunan kesehatan belum
tentu menjadi prioritas. Pemerintah Pusat seharusnya menjamin Pemerintah Daerah
mempunyai dana yang cukup untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal
Kewenangan Daerah dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU), Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan penerimaan lainnya
yang sah. Pemerintah juga harus dapat menjamin tersedianya pembiayaan bagi
kelompok rentan dan miskin serta pelayanan yang bersifat public goods, kejadian
luar biasa dan bencana.

E. Kejelasan pembagian kewenangan dan pengaturan kelembagaan


Desentralisasi bidang kesehatan mengharuskan perubahan peran dan kewenangan
pemerintah di segala tingkat, dari Pusat sampai ke Daerah.
Oleh karenanya kejelasan peran dan kewenangan di masing-masing tingkat
administratif menjadi sangat penting agar penerapan desentralisasi tidak gagal.
Peraturan Pemerintah yang telah diterbitkan masih memerlukan kejelasan
operasional dan penghayatan dari para pelaksana di semua tingkat.

F. Kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan


Desentralisasi yang berupa penyerahan wewenang pemerintahan kepada Pemerintah
Daerah diikuti pula dengan pengalihan sarana dan prasarana kesehatan.
Kelengkapan sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang ikut menentukan
dalam keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pengalihan sarana dan
prasarana hendaknya diikuti penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan yang
memadai sehingga dapat menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.

G. Kemampuan manajemen kesehatan dalam penerapan desentralisasi


Kemampuan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan pengorganisasian,
pemantauan dan evaluasi di masing-masing Daerah untuk mengelola bidang
kesehatan yang terdesentralisasi menuju Indonesia Sehat 2010 masih perlu
ditingkatkan. Sistem informasi yang merupakan komponen dari manajemen
kesehatan yang terdesentralisasi masih harus terus dikembangkan. Selain itu,
perubahan yang fundamental dalam penerapan desentralisasi membutuhkan
kemampuan dalam pengelolaan proses transisi dari sistem yang sentralistik ke
sistem yang desentralistik.

Anda mungkin juga menyukai