Anda di halaman 1dari 5

Nama

NIM

: Desak Ketut Dewi Satiawati K


: 1592161009

UTS MK Manajemen Kesehatan Semester 1 MIKM Universitas Udayana


1. A. Reformasi sistem kesehatan yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir di
Indonesia disebabkan beberapa dasar, antara lain:
1) Dasar Hukum
a) Resolusi WHA (World Health Assembly) ke 58 Thn 2005 di Jenewa
menyatakan Setiap negara perlu mengembangkan Universal Health
Coverage

melalui

mekanisme

asuransi

kesehatan

sosial

untuk

menjamin pembiayaan kesehatan yg berkelanjutan.


b) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Keadaan Negara saat Era Reformasi
Krisis ekonomi yang terjadi saat era reformasi menyebabkan kenaikan
harga berbagai komponen barang menyebabkan pemerintah mengambil
kebijakan untuk mengurangi dampak tersebut. Dalam bidang kesehatan,
kebijakan yang diambil adalah program kompensasi pengurangan subsidi
bahan bakar minyak dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan
gratis bagi masyarakat tidak mampu disemua fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah.
3) Sistem Desentralisasi mulai dijalankan termasuk dalam bidang kesehatan
Adanya perubahan sistem kewenangan dari sistem sentralisasi menjadi
sistem desentralisasi di tahun 2002 menyebabkan dilimpahkannya
kewenangan penyelenggaraan kesehatan kepada pemerintah daerah
masing-masing.

Bidang

penyelenggaraannya
setidaknya

kesehatan

diserahkan

menimbulkan

pada

berbagi

termasuk
pemerintah

masalah

urusan
daerah,

seperti

yang
hal

ini

ketimpangan

pembangunan antara daerah yang kaya dengan daerah yang miskin.


Selain itu desentralisasi menyebabkan fenomena korporatisasi RS yaitu
munculnya kelas-kelas pelayanan di RS Publik yang merupakan sumber
pendapatan Pemerintah Daerah langsung dibawah Bupati/Walikota. Hal
ini menyebabkan kesenjangan pendapatan antar provinsi di Indonesia
(provinsi yang kaya dan miskin). Kesenjangan tersebut akan berimbas
pada distribusi tenaga spesialis yang akan menumpuk pada daerah yang
kaya saja, dan membuat daerah miskin semakin tertinggal dan sulit
menjangkau pelayanan kesehatan
4) Transisi Demografi dan Epidemiologi

Kinerja Sistem Kesehatan Nasional dihadapkan pada masalah perubahan


lingkungan yaitu transisi epidemiologi (perubahan pola penyakit, dulu
dominasi penyakit menular tetapi kini ditambah penyakit tidak menular,
kecelakaan, emerging dissease menjadi epidemi seperti HIV/AIDS, Avian
Influenza (H5N1) dan Flu Babi (H1N1) serta transisi demografi (umur
harapan hidup meningkat dan didominasi oleh jumlah kelahiran tinggi
dan populasi usia lanjut) yang berjalan terus. Hal ini akan mengakibatkan
peningkatkan keaneka-ragaman permintaan dan pembiayaan yang cukup
besar

dalam

pelayanan

kesehatan.

Permintaan

akan

pelayanan

kesehatan tersebut akan menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan


sumber daya tenaga kesehatan.
5) Pengeluaran Masyarakat dan Negara untuk Kesehatan
Pengeluaran masyarakat untuk kesehatan sebagai proporsi Pendapatan
Daerah Bruto (PDB) tetap dalam kondisi stagnan dalam beberapa tahun
terakhir, disertai dengan Pengeluaran Out Of Pocket (biaya sendiri) dalam
pelayanan

kesehatan

yang

semakin

meningkat.

Sebelum

adanya

reformasi kesehatan, Indonesia telah mencoba mengurangi catasthropic


expenditure dengan mengadakan asuransi bagi masyarakat miskin dan
hampir

miskin

yaitu

Jamkesmas

yang

didanai

melalui

anggaran

pemerintah pusat, namun hingga saat ini cakupan pelayanan Jamkesmas


bagi target sasaran masih belum baik. Sebelum desentralisasi, Indonesia
pun mengalokasikan dana yang sangat sedikit yaitu hanya sebanyak
10% dari dana APBD untuk sektor kesehatan. Rendahnya kesadaran
pemerintah untuk meletakkan sektor kesehatan sebagai salah satu
sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan minimnya anggaran dalam APBN
yang dialokasikan untuk sektor kesehatan.

Hal ini mengakibatkan

pembiayaan kesehatan diambil alih oleh sektor privat (swasta), sehingga


hanya kalangan menengah ke atas yang dapat mengakses pelayanan
kesehatan (Barber, dkk. 2007).
6) Pelayanan Kesehatan di Indonesia hingga saat ini
Meskipun tersedia pelayanan primer dalam jumlah cukup namun jumlah
pelayanan tingkat lanjut seperti tempat tidur di Rumah Sakit dan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan untuk mengatasi meningkatnya jumlah
permintaan akan pelayanan kesehatan masih belum memadai baik
secara jumlah maupun distribusinya. Permintaan akan obat-obatan masih
tergolong wajar, namun dari produksi nilai obat yang beredar digunakan
oleh penduduk perkotaan dengan kelas menengah keatas menggunakan

biaya

sendiri.

Sisanya

dipergunakan

oleh

masyarakat

menengah

kebawah dan di daerah pedesaan (mereka bergantung pada obat


pemerintah khususnya generik dari anggaran negara).

B. Contoh kebijakan yang telah dilakukan pemerintah sejak era reformasi dimulai
sampai sekarang.
1. Tingkat kontrol regulasi : Kebijakan Indonesia Sehat 2010, Reformasi
Pembangunan Kesehatan
2. Tingkat kontrol pembiayaan : Program kompensasi pengurangan subsidi
bahan bakar minyak - jaring pengaman sosial bidang kesehatan (PKPS
BBM JPS BK), Jamkesda/Jamkesmas kini dikenal dengan Jaminan
Kesehatan Nasional,UU SJSN .
3. Tingkat kontrol pemberi layanan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai kebutuhan dan
kondisi

daerah

masing-masing

dan

menetapkan

Sistem

Informasi

Kesehatan, menetapkan kebijakan tentang sertifikasi, registrasi, dan


lisensi tenaga kesehatan, serta praktik kedokteran guna menghindari
terjadinya malapraktek.
C. Berikut penjabaran reformasi kesehatan berdasarkan dengan level kebijakan
dan main objective :
N
o.
1.

Policy Level
Systemic

Contoh

Main Objective
- Meningkatkan derajat
kesehatan (level dan
equity)
- Memperluas cakupan
- Peningkatan kualitas

strategi/program/kegiatan
Health System Reform
Sistem
Jaminan
Sosial

Nasional (SJSN)
Program JKN

Desa Siaga

pelayanan
- Perlindungan sosial dan

2.

Programmatic

finansial
- Meningkatkan efisiensi
- Responsivitas
- Efisiensi alokasi
sumber daya yang

pemberdayaan sumber

tersedia

daya lebih efektif dengan


mengupayakan
pemberdayaan

masyarakat, dana untuk


pendidikan kader
diharapkan dihasilkan
swadaya desa (cost-

effectiveness)
Program Biaya Operasional
Kesehatan
Mengalokasikan
skala

sesuai

prioritasupaya

penigkatan

capaian

program puskesmas oleh


Kemenkes

melalui

kabupaten

dinas
dengan

pembiayaan

kegiatan

program-program
puskesmas

utamanya

upaya-upaya

kesehatan

secara

terstruktur

ditetukan
3.

Organizational

Instrumental

skala

kualitas pelayanan

prioritas.
Akreditasi Rumah Sakit
Standar Pelayanan Minimal
RUU tenaga kesehatan
Standar
Prosedur

kesehatan
Pengembangan

Operasional (SPO)
Kebijakan Pengadaan alat

Peningkatan
produktivitas dan

4.

dengan

yang

penggunaan

kesehatan di RS sistem

teknologi
Pengembangan

lelang, siapa (pihak


skill

dan kapasitas SDM

ketiga/perusahaan
penyedia alat kesehatan)
yang memenuhi kriteria
kerjasama pengadaan
(ditentukan pihak kedua,
biasanya perpanjangan
tangan
pemkot/pemkab/badan
pengawas), itu yang
ditunjuk

Standar kualifikasi dan


Pendidikan staf RS
adanya veriikasi dari
lembaga pendidikan
tekahir, harus melalui
periode orientasi dan
melalui proses
kredensialing, hak
menempuh pendidikan
lanjutan sesuai kebbutuhan
RS

2. Reformasi sektor kesehatan di Indonesia dapat dikategorikan dalam Big R


karena jika ditinjau dari Hsiaos Knobs telah terjadi minimal perubahaan 2
knobs, maka dapat dikatakan sebagai Big R. Perubahan tersebut terjadi
dari aspek regulasi, organisasi, pembiayaan dan, cara pembayaran. Contoh
nyata yaitu saat ini diberlakukan UU SJSN (perubahan regulasi dan sistem
pembiayaan kesehatan) guna meningkatkan cakupan semesta, dengan
melebur asuransi-asuransi pemerintah yang terbentuk sebelumnya menjadi
satu

yaitu

bergabung

menjadi

BPJS

(perubahan

organisasi).

Dengan

diberlakukannya SJSN, maka cara pembayaran sektor kesehatan yang


sebelumnya didominasi Out Of Pocket berubah menjadi sistem kapitasi/INA
CBGs (perubahan cara pembayaran).

Anda mungkin juga menyukai