PROPOSAL
TESIS
Oleh
ALFI SYAHRI
19.15.002/IKM
Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara
pasal 28H perubahan kedua UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin serta berhak atas jaminan sosial, dan ini diatur dalam
Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UUSJSN).
Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa model jaminan sosial yang dianut di
dengan adanya asuransi kesehatan, maka setiap penduduk Indonesia mendapat akses
terhadap pelayanan kesehatan yang dikenal dengan istilah cakupan semesta (universal
coverage).
yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Secara operasional,
antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan
JKN ini diselenggarakan dengan adanya kerjasama antara BPJS sebagai badan
rawat jalan dan rawat inap, yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
merupakan PPK yang melakukan kontak pertama dengan individu, keluarga dan
ganda sebagai gate keeper yaitu sebagai tempat upaya kesehatan perorangan dan
komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu,
peran puskesmas dalam mendukung JKN dan akhirnya meningkatkan derajat
upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik
yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap
di ruang perawatan khusus, yang dilakukan oleh dan fasilitas kesehatan rujukan yaitu
klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
JKN merupakan suatu kebijakan publik bidang kesehatan yang dibuat oleh
pemerintah untuk mendukung universal coverage, dan suatu kebijakan publik harus
yang ingin dilakukan (Widodo, 2001). Implementasi kebijakan publik sebagai salah
satu aktivitas dalam proses kebijakan publik, sering bertentangan dengan yang
diharapkan, bahkan menjadikan produk kebijakan itu sebagai batu sandungan bagi
oleh Witter dan Garsong tahun 2009 menunjukkan bahwa Program JKN Ghana
pajak yaitu 70-75% dari pendapatan. Pemegang kartu meningkat dari 7% dari
populasi pada tahun 2005 menjadi 45% pada tahun 2008. Namun hanya sekitar
keberlanjutan (sustainability). Selain itu NHIS menawarkan paket manfaat luas tanpa
pra bayar, dan juga menghadapi kenaikan biaya yang terkait dengan sistem
fasilitas yang luar biasa pada tahun 2008 (Witter dan Garsong, 2009).
dimana hanya 1,5% dari populasi yang tidak memiliki asuransi kesehatan dan ini
terkait, meliputi perawatan jangka panjang, perawatan untuk mental dan cacat fisik
dan rawat inap selama lebih dari satu tahun. Namun pada akhir tahun 1960-an
tujuan akses universal terhadap pelayanan dasar. Kedua, pemerintah takut biaya
perawatan kesehatan meningkat yang akan mengakibatkan biaya tenaga kerja lebih
yang cukup besar terhadap honor dokter spesialis. Hal ini mengakibatkan pembagian
biaya selalu menjadi kontroversi sehingga pemerintah Belanda mulai tahun 2000
masalah seperti hasil riset yang dilakukan oleh Adiputra, Haselman dan Hamsinah di
pelayanan yang ada, disamping itu kurangnya sarana dan prasarana pendukung
Hal senada diungkapkan oleh Purwitayana lewat riset yang dilakukan tentang
kesalahan aparat dalam penyampaian diagnosa dan syarat administrasi pasien yang
belum lengkap untuk klaim program JKBM dan juga fasilitas yang tidak mencukupi
seperti kurangnya fasilitas kamar tidur di ruang perawatan pasien dan kurang
Kabupaten Bone, yang diteliti oleh Suparman, Haselman dan Hamsinah, ditemukan
didapatkan bahwa 1) Input dan proses upaya kesehatan di Puskesmas antara lain
fasilitas, Sumber Daya Manusia (SDM), alat kesehatan, organisasi dan manajemen,
pelayanan kesehatan yang berjalan, fungsi serta Indikator Mutu Esensial puskesmas
tahun 2010 ditemukan masih banyak berada dibawah standar yang telah ditentukan
dalam Buku Pedoman puskesmas dan kebijakan Kementerian Kesehatan lainnya; 2)
Dilihat dari input dan proses yang menunjang tiga fungsi puskesmas, maka input dan
berwawasan kesehatan masih jauh dari harapan; 3) Dari sudut program wajib upaya
kesehatan puskesmas, maka input dan proses program wajib kesehatan ibu dan anak,
jauh dibandingkan standar minimal yang harus dipenuhi; dan 4) Terdapat disparitas
input dan proses upaya kesehatan puskesmas yang cukup tajam berdasarkan geografi,
penyelenggaraan JKN, namun hingga saat ini belum ada regulasi seperti Peraturan
JKN tersebut.
Jika dilihat dari kunjungan rawat jalan puskesmas yang ada di Kabupaten Deli
Serdang, terjadi peningkatan dari tahun 2017 yaitu 423.667 jiwa, tahun 2018 menjadi
554.824 jiwa dan tahun 2019 meningkat lagi menjadi 753.597 jiwa.Demikian juga
dengan data pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin yang cukup banyak yaitu
pada tahun 2017 sebanyak 246.425 jiwa, tahun 2018 sejumlah 213.788 jiwa dan
tahun 2019 sebanyak 235.389 jiwa (Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2017 sampai 2019). Hal ini menunjukkan minat masyarakat yang cukup tinggi untuk
menggunakan fasilitas puskesmas. Jika dikaitkan dengan penyelenggaraann JKN,
bahwa kunjungan masyarakat terhadap puskesmas bisa jadi semakin meningkat. Oleh
Kabupaten Deli Serdang, terlihat kondisi yang ada saat ini terkait dalam
belum optimal untuk mendukung pelayanan terhadap 114 jenis penyakit yang
ditangani oleh puskesmas sebagai PPK-1, demikian juga dengan dental unit dengan
kondisi rusak ringan bahkan ada yang rusak berat. Ditambah lagi, dari beberapa
yang memadai.
Serdang.
1.2. Permasalahan
1.4.1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan
perbaikan penyelenggaraannya
kebijakan kesehatan
Edwards dengan 4 faktor yang memengaruhi proses implementasi teori ini lebih
struktur birokrasi dengan pertimbangan teori ini lebih mudah untuk diterapkan dalam
penelitian ini.
Untuk melihat keberhasian implementasi dari perspektif kelompok sasaran
(out put) maka peneliti melengkapi dengan pertanyaan yang terdiri dari pengadaan
Gambaran:
Pengadaan
1. Komunikasi layanan
2. Sumber daya Kesehatan
3. Disposisi Program JKN
4. Struktur Birokrasi
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi dalam penyiapan penyelenggaran JKN
1.7. Hipotesa
mengkaji data dan gambaran yang lebih lengkap mengenai kesiapan Dinas Kesehatan
Serdang.
Jaminan Kesehatan (BPJS) dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam hal ini
Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Bidang yang mengurus
kesehatan di Puskesmas.
2.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini antara lain observasi
yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan atau objek yang diteliti atas kodisi riil
yang terjadi dan wawancara langsung kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang
dalam hal ini Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Bidang yang
mengurus tentang JKN yaitu Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Kepala Puskesmas
dan atau penanggung jawab JKN Puskesmas dan masyarakat dengan menggunakan
Data sekunder diperoleh dari Buku Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
tahun 2019 sampai tahun 2020, draf profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun
tahun 2020.
matriks ini kemudian dicari kata kunci. Selanjutnya dilakukan validasi data dengan
dengan informan lain dengan melibatkan teman sejawat yang tidak ikut dalam
Spradley. Data dianalisa pertama kali dengan analisis domain, kemudian analisis
melakukan triangulasi sumber yaitu crosscheck dengan sumber lain. Selain itu