Anda di halaman 1dari 24

STEP 7

1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan kesehatan?

 Kebijakan

Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta

 Kebijakan Kesehatan?
Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh terhadap
perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp, 2002).
Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap pengguna pelayanan kesehatan termasuk
manajer dan pekerja kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, yang pada prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan masyarakat (Green & Thorogood, 1998).

Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan produk
pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu
kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik
(Buse, May & Walt, 2005). Jelasnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung
jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan kesehatan dalam
satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000).
Roy G.A. Massie. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis, dan Penelitian. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan-Vol 12 No. 4

 Pembuat kebijakan?
Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan produk
pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu
kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik
(Buse, May & Walt, 2005). Jelasnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung
jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan kesehatan dalam
satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000).

Roy G.A. Massie. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis, dan Penelitian. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan-Vol 12 No. 4

2. Apa saja indikator masalah kesehatan masyarakat?


Monica Pertiwi, Herbasuki Nurcahyanto. EFEKTIVITAS PROGRAM BPJS KESEHATAN DI KOTA SEMARANG (Studi
Kasus pada Pasien Pengguna Jasa BPJS Kesehatan di Puskesmas Srondol)

3. Apakah saja strategi kebijakan kesehatan di indonesia? Contoh program dan apakah program tersebut
efektif dalam menangani masalah di skenario? PROGRAM UNTUK MASALAH JKN DI SKENARIO
 Strategi
Renstra Kemenkes 2020-2024
 Program

Rachmat. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. UGM


Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
 Efektif?
Jika dikaitkan dengan teori Korten model kesesuaian pelaksanaan program ditemukan ketidak sesuaian
antara tiga unsur pelaksanaan program. Unsur pertama dalam teori Korten menjelaskan kesesuaian antara
program dengan pemanfaat yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang
dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat), dalam hal ini peserta BPJS Kesehatan bisa mendapatkan
pemberian jaminan kesehatan dengan layak dan juga dimudahkan dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
namun masih ada keluhan responden mengenai pemberian jaminan kesehatan dan juga pelayanan kesehatan
yang belum maksimal.
Berdasarkan unsur kedua yang menjelaskan kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana
yaitu keseuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana yang
berarti kesesuaian antara tugas yang diisyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Dalam
hal ini kesesuaian antara tugas yang diisyaratkan program dengan kemampuan organisasi (puskesmas) dapat
dikatakan belum sesuai, karena organisasi (puskesmas) belum sepenuhnya memberikan kepuasan pada pasien
peserta BPJS Kesehatan, dilihat dari masih adanya keluhan responden terhadapan pelayanan yang diberikan
organisasi.
Berdasarkan unsur ketiga yang menjelaskan kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi
pelaksana yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi dapat memperoleh output program dengan
apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program. Dalam hal ini salah satu sasaran program yaitu peserta
puas dengan layanan yang diberikan belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh pasien peserta BPJS Kesehatan.
Peserta merasa bahwa kurang puas dengan layanan yang diberikan seperti pelayanannya yang lama, antrian yang
lama dan sistem administrasi yang ribet. Dengan demikian belum kesesuaian antara syarat yang diputuskan oleh
organisasi.
Ketidaksesuaian antara tiga unsur pelaksanaan program belum berjalan dengan baik dan output yang
belum sesuai dengan harapan menjadi salah satu faktor yang penghambat dalam pelaksanaan program BPJS
Kesehatan.
Sosialisasi program merupakan salah satu langkah untuk memberikan informasi yang jelas kepada
masyarakat khususnya bagi peserta BPJS Kesehatan. Masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak-pihak
terkait. Sehingga tidak jarang masih ada pengguna BPJS Kesehatan yang belum mengerti sepenuhnya mengenai
program BPJS Kesehatan. Begitu juga dengan masih adanya masyarakat yang belum memiliki BPJS Kesehatan atau
menjadi peserta BPJS Kesehatan. Oleh sebab itu diharapkan BPJS Kesehatan, pemerintah dan pihak-pihak yang
terkait mampu memberikan dan mengoptimalkan sosialisasi kepada seluruh masyarakat, agar informasi
mengenai program BPJS Kesehatan dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.
Pelayanan merupakan permasalahan yang masih sering dikeluhkan oleh pasien peserta BPJS Kesehatan.
Pasien BPJS Kesehatan sering kali tidak mendapat pelayanan maksimal seperti penolakan pada pasien BPJS
Kesehatan, waktu pelayanan yang lama serta layanan untuk obat yang terkadang tidak sesuai dibandingkan
dengan pasien yang bayar langsung. BPJS Kesehatan dilaksanakan agar masyarakat bisa terlayani dengan baik
termasuk di puskesmas. Sebab masyarakat lebih mudah untuk menjangkau puskesmas. Waktu pelayanan yang
lama, antrian yang lama serta ruang tunggu yang tidak terlalu besar dengan jumlah pasien yang cukup banyak
membuat kurang kondusif dan membuat pasien kurang nyaman. Diharapkan dapat diberikan kemudahan dan
juga kenyamanan saat pengobatan baik di puskesmas, rumah sakit, maupun dokter praktik.
Perubahan tarif iuran dan juga sistem pembayaran BPJS Kesehatan untuk peserta mandiri dari
pembayaran menggunakan nomor peserta pribadi yang sekarang menggunakan sistem vitual akun (VA) keluarga,
menurut peserta BPJS Kesehatan perubahan ini memberatkan terutama bagi peserta yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang banyak dengan keadaan ekonomi menengah. Hal ini dirasakan sangat memberatkan
sehingga kadang-kadang menunggak dalam pembayaran iuran. Seharusnya dengan adanya BPJS Kesehatan ini
memberikan kemudahan pada masyarakat mendapatkan jaminan kesehatan bukan untuk memberatkan
masyarakat dengan iuran yang ditetapkan. Dirharapkan pemerintah memberikan kemudahan dan memberikan
keringan kepada peserta BPJS Kesehatan yang mengalami kondisi seperti ini.
Monica Pertiwi, Herbasuki Nurcahyanto. EFEKTIVITAS PROGRAM BPJS KESEHATAN DI KOTA SEMARANG (Studi
Kasus pada Pasien Pengguna Jasa BPJS Kesehatan di Puskesmas Srondol)

4. Apa tujuan, manfaat, fungsinya dari kebijakan kesehatan di indonesia?


 Tujuan

Kebijakan kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat
dilakukan perubahan terhadap determinandeterminan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001), termasuk kebijakan
kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra 2007).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan, pelayanan yang terfokus
pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999).
Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter,
Ogden and Pronyk, 1999). Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat. Untuk kebanyakan
orang kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja. Contohnya, pembiayaan kesehatan dari pemerintah
dan swasta atau kebijakan dalam hal pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Walt, 1994).
Roy G.A. Massie. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis, dan Penelitian. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan-Vol 12 No. 4
 Tujuan menurun restra kemenkes 2020-2024

Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta
 Manfaat
Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta
 Fungsi
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan, dan
lain-lain.
Mencapai kesehatan masyarakat yang optimal.
Mempermudah akses kesehatan.
Sebagai dasar atau landasan mengatasi masalah sehingga dapat menentukan indicator masalah
Roy G.A. Massie. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis, dan Penelitian. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan-Vol 12 No. 4
 Sasaran
Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta

5. Bagaimana langkah-langkah dalam menetapkan kebijakan kesehatan?

Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebijakan kesehatan?

Buse K. 2009. Chapter 1 : Kerangka Kebijakan Kesehatan : Konteks, Proses, dan Pelaku. Making Health Policy
: Understanding Public Health

 Faktor situasional
Merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan (contoh:
perang, kekeringan). Hal-hal tersebut sering dikenal sebagai focusing event. Event ini bersifat satu kejadian saja,
seperti: terjadinya gempa yang menyebabkan perubahan dalam aturan bangunan rumah sakit, atau terlalu lama
perhatian publik akan suatu masalah baru. Contoh: terjadinya wabah HIV/AIDS (yang menyita waktu lama untuk
diakui sebagai wabah internasional) memicu ditemukannya pengobatan baru dan kebijakan pengawasan pada TBC
karena adanya kaitan diantara kedua penyakit tersebut U orang-orang pengidap HIV positif lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, dan TBC dapat dipicu oleh HIV.
 Faktor struktural
Merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah. Faktor ini meliputi sistem politik, mencakup
pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan
dan keputusan kebijakan; faktor struktural meliputi pula jenis ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja. Contoh, pada
saat gaji perawat rendah, atau terlalu sedikit pekerjaan yang tersedia untuk tenaga yang sudah terlatih, negara
tersebut dapat mengalami perpindahan tenaga professional ini ke sektor di masyarakat yang masih kekurangan.
Faktor struktural lain yang akan mempengaruhi kebijakan kesehatan suatu masyarakat adalah kondisi demografi
atau kemajuan teknologi. Contoh, negara dengan populasi lansia yang tinggi memiliki lebih banyak rumah sakit
dan obat-obatan bagi para lansianya, karena kebutuhan mereka akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Perubahan teknologi menambah jumlah wanita melahirkan dengan sesar dibanyak negara. Diantara alasan-alasan
tersebut terdapat peningkatan ketergantungan profesi kepada teknologi maju yang menyebabkan keengganan para
dokter dan bidan untuk mengambil resiko dan ketakutan akan adanya tuntutan. Dan tentu saja, kekayaan nasional
suatu negara akan berpengaruh kuat tehadap jenis layanan kesehatan yang dapat diupayakan.
 Faktor budaya,
Dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Dalam masyarakat dimana hirarki menduduki tempat penting,
akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang pejabat tinggi atau pejabat senior. Kedudukan sebagai minoritas
atau perbedaan bahasa dapat menyebabkan kelompok tertentu memiliki informasi yang tidak memadai tentang
hak-hak mereka, atau menerima layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Di beberapa negara
dimana para wanita tidak dapat dengan mudah mengunjungi fasilitas kesehatan (karena harus ditemani oleh
suami) atau dimana terdapat stigma tentang suatu penyakit (missal: TBC atau HIV), pihak yang berwenang harus
mengembangkan sistem kunjungan rumah atau kunjungan pintu ke pintu.
 Faktor agama
Dapat pula sangat mempengaruhi kebijakan, seperti yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistennya President
George W. Bush pada awal tahun 2000-an dalam hal aturan sexual dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi
atau akses ke pengguguran kandungan. Hal tersebut mempengaruhi kebijakan di Amerika dan negara lain, dimana
LSM layanan kesehatan reproduksi sangat dibatasi atau dana dari pemerintah Amerika dikurangi apabila mereka
gagal melaksanakan keyakinan tradisi budaya President Bush.
 Faktor internasional atau exogenous
Yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan mempengaruhi kemandirian dan
kerjasama internasional dalam kesehatan. Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintahan
nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat nasional, regional atau multilateral.
Contoh, pemberantasan polio telah dilaksanakan hampir di seluruh dunia melalui gerakan nasional atau regional,
kadang dengan bantuan badan internasional seperti WHO. Namun, meskipun satu daerah telah berhasil
mengimunisasi polio seluruh balitanya dan tetap mempertahankan cakupannya, virus polio tetap bisa masuk ke
daerah tersebut dibawa oleh orang-orang yang tidak diimunisasi yang masuk lewat perbatasan.
Kent Buse, Nicholas Mays & Gill Walt. Making Health Policy : Understanding Public Health
Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta
FAKTOR YANG MEMPERSULIT SAAT MEMBUAT KEBIJAKAN
Rahmat Alyakin Dachi. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Penerbit Deepublish : Yogyakarta

7. Apa saja hal yang diperhatikan dalam mengambil kebijakan kesehatan?

Buku Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Sudarwan Danim, Bumi Aksara

Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Azrul Azwar

8. Apakah visi misi dari kebijakan kesehatan?


 Visi
VISI RPJMN 2020-2024
Presiden terpilih sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan Visi Presiden 2020-2024:
“TERWUJUDNYA INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN,
BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”.
RPJMN 2020-2024
VISI RENSTRA KEMENKES 2020-2024
Untuk melaksanakan visi Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian Kesehatan menjabarkan visi Presiden di
bidang kesehatan guna menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.
RENSTRA KEMENKES 2020-2024
 Misi
MISI RPJMN 2020-2024
RPJMN 2020-2024
MISI RENSTRA KEMENKES 2020-2024
RENSTRA KEMENKES 2020-2024

9. Apa saja unsur-unsur dalam SWOT serta fungsi dan manfaatnya?


 Unsur
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. 2020. Teknik Analisis SWOT : Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan
Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman. Penerbit Anak Hebat Indonesia : Yogyakarta
(Halaman 13-19)
 Fungsi

Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. 2020. Teknik Analisis SWOT : Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan
Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman. Penerbit Anak Hebat Indonesia : Yogyakarta
(Halaman 9-11)
 Manfaat
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. 2020. Teknik Analisis SWOT : Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan
Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman. Penerbit Anak Hebat Indonesia : Yogyakarta
(Halaman 12-13)
 Hubungan
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. 2020. Teknik Analisis SWOT : Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan
Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman. Penerbit Anak Hebat Indonesia : Yogyakarta (Halaman
13-19)

10. Apa saja cara melakukan analisis SWOT?


Secara lengkap kerangka analisis SWOT disusun sebagai berikut :
1. Indentifikasi faktor-faktor keberhasilan misi
2. Penilaian Faktor-faktor keberhasilan
3. Faktor kunci keberhasilan & peta posisi kekuatan
4. Merumuskan dan menentukan tujuan
5. Menentukan sasaran dan kinerja
6. Menyusun strategi dan kegiatan
7. Rencana kerja kegiatan
8. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Menurut Sianipar dan Entang (2003: 27), kerangka analisis SWOT dapat digambarkan sebagai berikut :

Yuliana Ria Uli Sitanggang. Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Strategik (RENSTRA)

11. Apa saja jenis-jenis pendekatan atau model dari SWOT?


 Jenis SWOT
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. 2020. Teknik Analisis SWOT : Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan
Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman. Penerbit Anak Hebat Indonesia : Yogyakarta
(Halaman 13-19)

 Metode pendekatan lain


a) Analisis CSF (Critical Success Factor)

b) Analisis TOWS (Threats, Opportunities, Weakness and Strengths)

Retnowati, Analisis CSF, SWOT dan TOWS, Studi Kasus: PT Intan Pariwara Klaten

12. Apakah dengan analisa SWOT bisa mengatasi permasalahan dalam BPJS tersebut?

Anda mungkin juga menyukai