Dosen Pengampu:
Dr. Isniati, SKM., MPH.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dayyan Shiddiq 1911212051
Dwi Fachraeni 1911212033
Meysha Farashanda 2221212007
Liza Safitri 2221212008
Yolanda Febria 2221212003
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1 : PENDAHULUAN
4
suatu rasa persamaan yang mendiami suatu wilayah tertentu. Warga negara
mempunyai hak untuk sehat, termasuk untuk mendapatkan perlindungan dan
pemenuhan haknya dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat berbentuk
pelayanan individu yang dilakukan oleh dokter praktik maupun pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Semua jenis pelayanan kesehatan tersebut
pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan maupun
masyarakat.
Menurut Syafrudin (2015), agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, maka syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik yaitu tersedia
dan berkesinambungan, dapat diterima wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu. Pelayanan kesehatan itu juga memiliki standar layanan kesahatan, yang
mana standar layanan kesehatan merupakn bagian dari layanan kesehatan itu sendiri
dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu layanan
kesehatan. Banyak sekali permaslahan kesehatan yang sering dikeluhkan oleh
masyarakat diindonesia itu sendiri salah satunya yaitu pelayanan dalm proses
menunggu untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan, menunggu atau kita sebut
sebgai antrian. Dimana antrian tidak akan terlepas dari kehidupan manusia, dalam
menunggu antrian ini tersendiri mempunya permasalahan yang sering sekali
dikeluhkan masyarakat karna pelyanan yang diharapkan itu tidak melayani dengan
cepat. Masalah pelayanan yang lamban serta mekanisme yang cukup panjang hal
itulah yang harus direvitalisasi terkait pelayanan yang cepat, serta efisien dan
berkualitas. Dengan adanya pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
dalam pelayanan kesehatan merupakan sebuah inovasi yang dikembangkan oleh
pemerintah untuk menciptakan pelayanan yang efisien dan efektif. Penggunaan
teknologi ini tentunya tidak akan mudah dengan melihat jumlah penduduk Indonesia
yang mencapai 240 juta jiwa dan pemerintah harus memperhatikan pelayanan yang
telah diberikan.
5
E-Health merupakan salah satu inovasi aplikasi untuk mempercepat
pelayanan kesehatan untuk masyarakat. aplikasi ini diciptakan untuk pengguna
layanan kesehatan agar tidak perlu mengantri untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang ada di puskesmas-puskesmas serta rumah sakit. Selain meningkatkan
kinerja penyelenggara kesehatan melalui peningkatan kualitas prasarana layanan
kesehatan, pemenuhan kelengkapan sarana kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga
medis dan tenaga paramedis, peningkatan kualitas prasarana layanan kesehatan,
pemenuhan kelengkapan sarana kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga medis dan
tenaga paramedis, penggunaan e-health tentunya akan memudahkan masyarakat
untuk mengakses layanan kesehatan dengan cepat dan tepat. Begitu juga pelayanan
puskesmas yang diselenggarakan saat ini, di mana pelayanan kesehatannya juga
dikembangkan dengan menggunakan e-health.
Program e-health merupakan salah satu bentuk pengembangan dalam e-
goverment yang mana telah di tetapkan oleh pemerintah memalui intruksi presiden
No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan startegi nasional yang merupakan upaya
pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efesien.
Pemanfaatan e-health telah terjadi isu global dan merupakan salah satu rencana aksi
WSIS (word summit on the information society) dimana untuk menghubungkan pusat
kesehatan dan rumah sakit menggunakan teknologi informasi komunikasi. Program
ini tentunya akan memberikan banyak tantangan kepada Indonesia. Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai Sistem
Pelayanan Kesehatan.
6
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah tersebut adalah untuk mengetahui sistem pelayanan
kesehatan
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah tersebut adalah dapat menambah wawasan mengenai
system pelayanan kesehatan
7
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
8
3. Memiliki tujuan yang dicapai. Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk
yang beragam yang pada tujuan pokoknya adalah peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
4. Lingkup program. Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan
pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit,
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau gabungan dari
keseluruhan.
5. Sasaran pelayanan. Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang
berbeda, tergantung dari program yang akan dilakukan, bisa untuk
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara umum.
9
• tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan
kesehatan
• sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
• Pengorgansasian : sendiri dan bersama-sama
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services)
• Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan
kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersamasama dalam satu
organisasi
• tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit
• sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
• Pengorganisaian : bersama-sama dalam orang
Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat
dilihat dari rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan
pada tabel berikut (Leavel &Clark, 1953):
10
Penghasilan diperoleh dari imbal jasa Penghasilan merupakan gaji dari
pemerintah
Bertanggung jawab hanya pada Bertanggungjawan kepada seluruh
penderita masyarakat
Tidak dapat memonopoli upaya Dapat memonopoli upaya kesehatan
kesehatan dan bahkan mendapat saingan
Masalah administrasi sangat sederhana Menghadapi berbagai persoalan
kepemimpinan
11
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat
penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja,
dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik.
4. Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud
disini terutama dari sudut biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini
harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan kesehatan yang mahal dank arena itu
hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu
(quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di tetapkan.
12
pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakitbserta pemulihan
kesehatan (Azwar, 2000).
Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis pelayanan ini diselenggarakan
bersamaan. Kedua, pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang
menyeluruh (holistic approach). Jadi, tidak hanya memperhatikan keluhan penderita
saja, tetapi juga berbagai latar belakang sosial ekonomi, social budaya, sosial
psikologi, dan lain sebagainya. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila pendekatan yang dipergunakan
memperhatikan berbagai aspek kehidupan dari para pemakai jasa pelayanan
kesehatan. Tergantung dari filosofi serta perkembangan pelayanan kesehatan yang
dimiliki oleh suatu Negara, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pelayana
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ini agak berbeda. Secara umum upaya
pendekatan yang dimaksud dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu (Azwar, 2000):
1. Pendekatan Institusi
Jika pelayanan kesehatan masih bersifat sederhana maka kehendak untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dilakukan melalui
pendekatan institusi (institutional approach). Dalam arti penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dilakukan dalam satu atap. Disini setiap bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dikelolah dalam satu instuisi kesehatan saja.
2. Pendekatan Sistem
Tentu mudah untuk dipahami bahwa Negara yang pelayanan kesehatannya telah
berkembang dengan pesat, pendekatan institusi telah tidak mungkin di terapkan lagi.
Akibat makin kompleknya pelayanan kesehatan adalah mustahil untuk menyediakan
semua bentuk dan jenis pelayanan dalam suatu institusi. Bukan saja akan menjadi
terlalu mahal, tetapi yang terpenting lagi akan tidak efektif dan efisien. Disamping
memang dalam kehidupan masyarakat moderen kini, telah terdapa apa yang disebut
dengan spesialisasi, yang apabila dapat diatur dan dimanfaatkan dengan baik, akan
dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan. Dalam keadaan seperti ini,
13
keinginan untuk mewujudkan pelayanan keserhatan yang menyeluruh dan terpadu
di lakukan melalui pendekatan system (system approach) pengertian pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang dsiterapkan saat ini, adalah dalam arti
system. Disini pelayanan kesehatan di bagi atas beberapa strata,untuk kemudian
antara satu strata dengan strata lainnya, di ikat dalam satu mekanisme hubungan
kerja, sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang terpadu
(Azwar, 2000).
2.6 Stratafikasi Pelayanan Kesehatan
Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun
secara umum berbagai strata ini dapat di kelompokkan menjadi tiga macam yakni
(Azwar, 1988):
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primery health services) adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat
pelayanan rawat jalan.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut,
telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan
tersediannya tenaga-tenaga spesialis.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih
compleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis.
14
4. Pembatasan kecacatan / disability limitation
5. Rehabilitasi
15
Kota Surabaya merupakan salah satu kota dengan prediket Kota dengan
iplementasi e-government terbaik. Surabaya juga membuktikan dirinya dengan
menghadirkan inovasi-inovasi egovernment di berbagai bidang pelayanan kesehatan
adalah electronic health atau e-health yang merupakan sebuah sistem informasi
kesehatan terintegrasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Pemerintah Kota
Surabaya atas gagasan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hal tersebut tentunya
menuntut pemerintah untuk bisa beradaptasi dan menjawab tantangan dari lingkungan
yang berkembang cepat dikarenakan dampak dari adanya kemajuan dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi
sangat penting sebab terbukti bahwa dengan menggunakan teknologi informasi,
efektivitas dan efisiensi dalam melakukan sebuah proses lebih cepat dapat dicapai
(Kristianto, 2013)
Permasalahan utama yang mendasari munculnya e-health menurut (Marshela,
2016) adalah pertama, volume antrean di puskesmas maupun rumah sakit selalu padat
setiap hari kerja, jumlah pasien puskesmas ratarata per hari 100 s.d. 300 pasien dan
jumlah pasien rumah sakit rata-rata per hari 500 s.d. 1000 pasien. Kedua, untuk sekali
pendaftaran di loket puskesmas dan rumah sakit, pasien memerlukan waktu rata-rata
1,5 menit, sementara untuk sekali tindakan di puskesmas dan rumah sakit waktu yang
dibutuhkan adalah sekitar 5 s.d. 30 menit tergantung tindakan yang dibutuhkan.
Ketiga, pelayanan rujukan pasien kurang maksimal dari segi waktu karena masalah
administrasi seperti data pasien, dan validasi data. Kelompok yang terpengaruh
umumnya adalah orang miskin, buta huruf, penyandang cacat, dan manula yang
membutuhkan pelayanan kesehatan murah.
Dalam inovasi pemerintah Kota Surabaya yang bertujuan untuk memperbaiki
sistem agar menjadi lebih baik dan terwujudnya good governance. E-health ialah
berupa aplikasi yang didalamnya terdapat program yang dapat digunakan untuk
mengambil nomor antrian untuk puskesmas dan rumah sakit. Didalam aplikasi e-
health terdapat tiga pilihan bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa dan Bahasa
Inggris yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memilih bahasa sesuai
16
yang diinginkan. Adapun e-health juga dapat diakses melalui eKios, e-kios ini adalah
sebuah mesin yang berisi program pelayanan pemerintah secara online. Salah satu
ayanan yang ditawarkan adalah program pendaftaran pada RS dan Puskesmas.
(Ghafar & Sudiarno, 2018)Namun, pada kenyataan dilapangan layanan e-health di
Puskesmas Kalirungkut Kota Surabaya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
masyarakat selalu meminta bantuan kepada petugas loket untuk mengakses layanan
e-health salah satunya di dalamya program antrian online, masyarakat masih tidak
mau belajar, maju dan melek teknologi agar mereka dapat melakukan sendiri untuk
mendapatkan antrian dengan memanfaatkan aplikasi e-health yang didalamnya
terdapat program antrian online. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini
berfokus pada implementasi layanan e-health di Puskesmas Kalirungkut Kota
Surabaya. Dalam era digital saat ini pemerintah memberikan pelayanan publik secara
online. Pelayanan e-health secara online ini diharapkan dapat mempermudah
masyarakat dan memutus antrian panjang di puskesmas. Berdasarkan uraian di atas
maka penelitian ini berfokus pada implementasi layanan e-health di Puskesmas
Kalirungkut Kota Surabaya.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitaitif. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan literature review yang diperoleh dari
jurnal terdahulu dan sumber artikel lain yang dapat mendukung penelitian ini.
Wawancara dilakukan kepada masyarakat pengguna e-health di Puskesmas
Kalirungkut Kota Surabaya.
Hasil dan Pembahasan:
E-health merupakan program yang digagas oleh Walikota Surabaya Ibu Tri
Risma Harini, kemudian selaku leading sector yang utama yaitu Dinas Kesehatan
Surabaya. Kemudia diterapkan di Puskesmas dan Rumah Sakit di Surabaya. E-Health
ini dapat diakses menggunakan aplikasi/web atau dapat secara langsung saat di
puskesmas/rumah sakit yaitu mesin ekios. Analisis implementasi e-health di
17
Puskesmas Kalirungkut Kota Surabaya menggunakan model teori implementasi
kebijakan van meter dan van horn, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi yaitu :
a. Ukuran dan tujuan kebijakan
Kebijakan program e-health ini memiliki tujuan dan standard yang jelas yaitu :
1. Menciptakan akses efisiensi dan efektifitas dari proses pelayanan kesehatan,
masyarakat dari memperoleh pelayanan yang berkualitas dari puskesmas
dengan menggunakan kecanggihan teknologi atau dapat mengakses melalui
website yang telah disediakan untuk mendapat nomor antrian secara online.
2. Memotong antrian panjang yang ada dirumah sakit. Keuntungan
menggunakan ehealth ini pasien dapat memperkirakan waktu kedatangan di
puskesman. Sehingga masyarakat tidak perlu mengantri panjang yang sering
terjadi di puskesmas atau rumah sakit.
b. Sumber Daya
Keberhasilam implementasi ehealth di Puskesmas Kalirungkut ini bergantung kepada
aspek memanfaatkan sumber daya manusia. Selain sumber daya manusia, terdapat
pula sumber daya finansial/anggaran dan fasilitasyang menjadi perhitungan penting
dalam implementasi e-health di Puskesmas Kalirungkut. Sumber daya manusia atau
petugas Puskesmas diketuai oleh Kepala Puskesmas Kalirungkut dan petugas untuk
mengopersikan IT. Penyelenggaraan e-health di Puskesmas Kalirungkut didukung
oleh pemerintah Kota Surabaya yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya untuk penyediaan fasilitas penunjang ehealth
seperti e-kios dan web ehealth yang sudah disedikan pemerintah Kota Surabaya
bersama Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Adapun sumber daya fasilitas salah satunya
mesin e-kios yaitu computer berupa layar touchscreen dilengkapi dengan printer.
c. Karateristik
Organisaisi Pelaksana Pelibatan beberapa puskesmas di Kota Surabaya menunjukkan
luasnya cakupan kebijakan implementasi e-health di Kota Surabaya. Puskesmas
merupakan puskesmas yang paling juga turut andil dalam pelaksanaan e-health.
Kemudian terdapat petugas yang bertanggung jawab pada loket pendaftaran,
18
penanggung jawab loket akan memantu jika terjadi permasalahan pada pasien yang
akan menggunakan. Pada Puskesmas Kalirungkut sudah menunkukkan komitmen
untuk menciptakan keberhasilan e-health di Puskesmas Kalirungkut.Akan tetapi pada
masyarakat yang sudah tua tidak tau penggunaan mesin ekios dan harus dibantu oleh
petugas puskesmas dan masyarakat pada umumnya juga tidak mau belajar, maju dan
melek teknologi agar mereka dapat melakukan sendiri untuk mendapatkan antrian
dengan memanfaatkan aplikasi e-health yang didalamnya terdapat program antrian
online.
d. Sikap Pelaksana
Sikap yang ditunjukkan oleh pelaksana dari kebijakan ehealth di Kota Surabaya
dalam hal ini adalah Puskesmas Kalirungkut menerima dengan tangan terbuka dan
menyambut baik gagasan yang dicetuskan oleh ibu walikota Surabaya yaitu Tri
Rismaharini. Bahkan, Kepala puskesmas Kalirungkut sangat antusias dan
bersemangat dalam implementasi e-health ini. Antusiasme itu ditunjukkan melalui
kesiapan sumber daya manusia dan manajemen maupun tata kelola acara yang teratur
dan rapi. Selain itu kesiapan juga ditunjukkan dengan sosialisasi penggunaan ehealth
melalui e-kios dan web/aplikasi e-health.
e. Komunikasi antar Organisasi Pelaksana
Komunikasi yang terjalin dalam penyelenggaraan e-health berupa koordinasi,
sinkronisasi dan rapat antar puskesmas, dinas Kesehatan Kota Surabaya. Komunikasi
yang terjalin selama penyelenggaraan e-helath dilakukan secara berkala dengan
pengawasan dari Dinas Kesehatan. Dinas kesehatan Kota Surabaya sebagai
stakeholders tertinggi dalam proses penerapana kebijakan e-health di Puskesmas
Kalirungkut. Selain itu juga Puskesmas Kalirungkut menciptakan komunikasi yang
baik dengan para pasien pengguna e-health.
19
kualitas kesehatan masyarakat sangat didukung peran pemerintah dalam menyediakan
pelayanan kesehatan. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah puskesmas yang
bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Kemudian e-health sebagai layanan publik
kepada masyarakat pada implementasinya di Puskesmas Kalirungkut dapat terlaksana
dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala tetapi dapat diatasi sehingga
pelayanan kesehatan menggunakan ehealth dapat dilakukan secara berkualitas
20
BAB 3: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan dalam bidang
kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat, Pelayanan kesehatan
terbagi atas 2 yaitu pelayanan kesehatan kedokteran dimana berfokus untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasarannya perseorangan
dan keluarga dan pelayanan kesehatan masyarakat dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit serta sasarannya terutama untuk
kelompok dan masyarakat, Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang menerapkan pendekatan yang
menyeluruh (holistic approach).
3.2 Saran
Diharapakan tenaga pelaksana pada pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan
masyarakat mampu menerapkan pelayanan kesehatan yang baik yaitu pelayanan
kesehatan yang bermutu (quality) yang dapat memuaskan masyarakat dan
diselenggarakan sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di tetapkan sehingga
terpenuhi hak masyarakat untuk sehat, termasuk untuk mendapatkan perlindungan
dan pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan kesehatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
13. Prabowo, S. A., Rizky, M., & Mashuri, M. A. (2020). Implementasi E-Health
Sebagai Alternatif Antrian Online di Puskesmas Kalirungkut Kota
Surabaya. Jurnal Syntax Transformation, 1(2), 66-73.
23