Anda di halaman 1dari 17

BAB III PELAYANAN KESEHATAN

A. Pendahuluan Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
baik secara langsung maupun melalui kerja sama dengan pihak masyarakat atau swasta. Pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan yang penting untuk disediakan atau dimotori oleh pemerintah, karena
pelayanan kesehatan merupakan pelayanan dasar bagi masyarakat dengan sifatnya yang unik. Perbaikan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu senantiasa harus dilakukan perbaikan-
perbaikan demi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah dan
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita oleh perseorangan, keluarga, atau masyarakat.
Melalui berbagai perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini diharapkan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan menjadi meningkat, sehingga berdampak positif terhadap derajat peningkatan
kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan itu, pada sisi lain pemerintah juga mengembangkan dan
mereformasi sistem jaminan kesehatan masyarakat, agar masyarakat mudah dan memiliki akses untuk
berobat ke tempat pelayanan kesehatan seperti: rumah sakit, puskesmas dan tempat pelayanan fasilitas
kesehatan lainnya. Pada era sekarang, rumah sakit telah meningkatkan kinerja penyelenggaraan
kesehatan melalui: peningkatan kualitas prasarana layanan kesehatan, pemenuhan kelengkapan sarana
kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga medis dan tenaga paramedis, peningkatan sistem layanan
bebasis teknologi informasi sehingga masyarakat mudah untuk mengakses layanan kesehatan dengan
cepat dan tepat. Begitu juga pelayanan puskesmas yang diselenggarakan saat ini, di mana pelayanan
kesehatannya juga dikembangkan seiring dengan pelayanan kesehatan yang sinergis dengan pelayanan
di rumah sakit. Dengan kata lain bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas menjadi bagian penting
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat 54 Administrasi Pelayanan Kesehatan
terutama masyarakat yang menderita sakit dalam kategori ringan dan mendorong masyarakat untuk
hidup sehat. Dengan demikian tugas utama yang penting untuk dikembangkan pada pelayanan
kesehatan di puskesmas adalah untuk mengajari masyarakat berpola hidup sehat. Pelayanan klinik
kesehatan juga memberikan pelayanan dalam kategori ringan sebagaimana pelayanan kesehatan di
puskesmas, tetapi perbedaannya adalah pelayanan klinik kesehatan tidak menjalankan tugas untuk
promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan lainnya adalah pelayanan kesehatan tradisional, juga menjadi
bagian penting untuk penyelenggaraan layanan kesehatan bagi masyarakat terutama untuk penyakit
tertentu dan pelayanan di tempat tertentu yang masih sulit menjangkau pelayanan di puskesmas atau di
rumah sakit. Kesemua pelayanan kesehatan tersebut di atas adalah pelayanan yang penting untuk
diselenggarakan agar masyarakat dapat menjaga dan meningkatkan derajat kesehatannya.

B. Tujuan Pembelajaran Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Memahami dan menjelaskan pengertian pelayanan kesehatan.

2. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3. Memahami dan menjelaskan jaminan pelayanan kesehatan.

4. Memahami dan menjelaskan manajemen pelayanan kesehatan.

5. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan rumah sakit.


6. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan puskesmas.

7. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan klinik.

8. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan tradisional.

C. Penyajian Materi

1. Pelayanan Kesehatan Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang
berlaku umum dan berkaitan dengan berbagai hal, seperti berikut:

a. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya, bukan
hanya sumber daya kesehatan, Administrasi Pelayanan Kesehatan 55 seperti dokter, perawat, klinik,
obat, melainkan juga sumber daya sosial, ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan
makanan.

b. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa
sumber daya kesehatan dan sumber daya sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih
memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya.

c. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang
mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi dan lingkungan.
d. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih banyak dari
penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam pengambilan tindakan demi kegiatan
mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai bentuk pelayanan yang diselenggarakan secara sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2000).

Menurut Evan yang dikutip oleh Astaqauliyah (2008), bahwa pelayanan kesehatan merupakan
pelayanan yang unik bila dibandingkan dengan pelayanan lain dalam pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Hal ini dikarenakan bahwa pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri yaitu: unicertainty,
asymetri of information and externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan
sangat unik dibandingkan dengan produk atau jasa lainnya.

a. Uncertainty berarti bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan untuk menolong seseorang yang
menghadapi suatu resiko akan sakit dan resiko untuk mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit
tersebut yang tidak ada jaminan akan keberhasilan dan kesembuhan. 56 Administrasi Pelayanan
Kesehatan Pelayanan kesehatan tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa yang akan menimpa
seseorang dimasa yang akan datang, oleh karena itu kita tidak mungkin mengetahui secara pasti
pelayanan kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Dengan demikian
Uncertainty/ketidakpastia, dalam hal ini menunjuk pada kebutuhan pelayanan tidak dapat dipastikan,
baik waktu, tempat dan besar biaya pengobatannya. Sifat inilah yang kemudian membutuhkan kerja
sama dengan asuransi.
b. Asymmetry of information, yaitu menunjuk pada penerima pelayanan berposisi lemah dan dokter
serta penyelenggara pelayanan merasa bahwa pelayanan yang dilakukan berkualitas dan layak untuk
dijualnya. Akibatya, penerima pelayanan atau pasien rawan untuk menjadi sasaran bagi dokter dan
provider. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian dan pemantauan dari pemerintah.

c. Externality, yaitu pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi penerima pelayanan tetapi juga
orang lain yang terkait dengan pelayanan kesehatan, kerena pelayanan kesehatan harus diadakan.
Akibat dari kondisi ini bahwa pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai pihak,
terutama dalam penggalian pembiayaan. Oleh karena itu pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja
menjadi tanggung jawab diri sendiri tetapi menjadi tanggungan bersama. Pelayanan kesehatan
merupakan pelayanan jasa yang termasuk dalam kategori public good dalam arti bahwa pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia di bidang
kesehatan, dan penyediaannya dilakukan oleh pemerintah dengan pertimbangan bahwa pelayanan
tersebut tersebut dibutuhkan oleh orang banyak. Di antara pelayanan kesehatan tersebut adalah:
Rumah Sakit, Puskesmas, WC umum dan lain sebagainya. Pelayanan kesehatan merupakan produk
pelayanan dalam bentuk jasa yang merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
satu pihak lain, dan pada dasarnya bersifat intangiable (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Administrasi Pelayanan Kesehatan 57 Pada era sekarang pelayanan kesehatan di
Indonesia telah berkembang dan dibantu oleh pelayaan yang dibantu oleh teknologi informasi. Namun
demikian menurut Luthfi Mardiansyah masih terdapat 5 kendala yang dihadapinya, yakni: 1)
Konektivitas. Konektivitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (e-Health) di Indonesia
tidak berkembang, terutama masyarakat di daerah-daerah terpencil karena akses terhadap kesehatan
belum terpenuhi atau tidak sama dengan masyarakat kota. Jangkauan konektifitas jaringan internet
masih belum menjangkau di seluruh pulau di Indonesia. Oleh karena itu, pelayanan semacam ini perlu
untuk diperhatikan oleh pemerintah, sehingga masyarakat bisa mendapat akses layanan kesehatan yang
baik dengan biaya yang jauh lebih murah. 2) Kejelasan Regulasi. Regulasi tentang kesehatan belum
sepenuhnya mengatur pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi. Realitasnya banyak
masyarakat yang masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan berbasis teknologi
informasi. Ketidakpuasaan ini terjadi karena: a. Pasien mengkhawatirkan keamanan data yang diinput ke
dalam layanan kesehatan berbasis teknologi informasi. b. Belum jelas yang meyimpan riwayat
kesehatan, saat pasien berobat melalui aplikasi. c. Keamanan data, masih menjadi masalah dalam
layanan berbasis teknologi informasi. d. Komunikasi antara dokter dengan pasien belum baik, bila dokter
tidak memeriksa penyakit secara langsung. Apalagi secara pengalaman, banyak dokter yang tidak
terbiasa memeriksa penyakit hanya melalui telepon. Dokter tidak bisa melihat ekspresi pasien tentang
apa yang dirasakan hanya melalui ponsel. Dokter juga tak berpengalaman memeriksa pasien melalui
aplikasi, meski saat ini pelan-pelan banyak yang sudah terbiasa. 58 Administrasi Pelayanan Kesehatan 3)
Negara Kepulauan. Penyebaran distribusi kesehatan dari negara kepulauan menjadi kendala tersendiri.
Beberapa pelaku bisnis kesehatan enggan untuk mendirikan rumah sakit swasta di tempat terpencil.
Investor hanya berkeinginan menanamkan investasinya di daerah-daerah yang punya impact banyak,
sehingga terjadinya disparitas. 4) Pelayanan kesehatan masih rendah. Tingkat pelayanan kesehatan
rumah sakit, termasuk di puskesmas di Indonesia relatif rendah. Hal ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Proses pelayanan rumah
sakit di beberapa daerah terpencil masih rendah, terlihat lamanya menunggu pengobatan, antrian dan
lainnya. Teknologi informasi belum dimanfaatkan dengan baik. Teknologi informasi masih banyak untuk
lain-lain, bukan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Beberapa tempat pelayanan kesehatan masih
menggunakan pelayanan manual, sementara masyarakat pengguma internet juga belum dapat
memanfaatkan layanan kesehatan, padahal di Indonesia termasuk pengguna internet paling tinggi
ketimbang negara lain. 2. Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas Pelayanan kesehatan yang berkualitas
atau sering dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk memahami pelayanan yang
berkualitas atau bermutu, dapat dipahami dari beberapa definisi berikut: a. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas adalah proses pelayanan kesehatan yang penyelenggaraanya sesuai dengan standar
pelayanan dan kode etik profesi penyelenggara pelayanan untuk dapat memberikan kepuasan kepada
penerima pelayanan kesehatan yang nilainya berada di atas rata-rata penduduk (Aswar dikutip
Satrianegara, 2009:106) Administrasi Pelayanan Kesehatan 59 b. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan dengan melebihi kebutuhan dan harapan penerima
pelayanan secara berkelanjutan melalui pelayanan dokter dan karyawan (Zimmerman dikutip
Satrianegara 2009:106). Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan pelayanan kesehatan yang
telah memiliki derajat kesempurnaan pelayanan yang merujuk pada standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggerakkan semua potensi sumber daya yang tersedia di tempat pelayanan secara
wajar, efesien, dan efektif. Pemberian pelayanan kesehatan kepada penerima pelayanan harus sesuai
dengan berbagai aturan, seprti: norma, etika, hukum, dan sosial budaya yang berada di wilayah
pelayanan. Dengan merujuk pada pengertian tersebut di atas, maka kriteria yang ada dalam pelayanan
yang berkualitas apabila: a. Pasien atau penerima pelayanan memiliki rasa empati, menghargai,
terhadap penyelenggara pelayanan; b. Petugas pelayanan kesehatan melaksanakan tugas secara
profesional yang didukung dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang memenuhi
standar; dan c. Administrator pelayanan mampu untuk mengatur sumber daya pelayanan, sarana dan
prasarana secara baik, benar, dan profesional. Perbedaan pelayanan yang berkualitas atau mutu
pelayanan sering kali disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi manajemen tentang pelayanan yang
disiapkan dan yang menjadi harapan penerima pelayanan. Oleh karena itu seharusnya penyelenggara
pelayanan menetapkan standar dasar pelayanan kesehatan. Standar dasar pelayanan kesehatan adalah
berbagai macam kebutuhan dan tuntutan pemakai pelayanan kesehatan yang dituangkan pada proses
pelayanan. 60 Administrasi Pelayanan Kesehatan Pada umumnya terdapat dua fokus pelayanan
kesehatan yang berkualitas, yaitu: a. Proses penyelenggaran pelayanan yang sesuai dengan harapan
penerima pelayanan dan pelayanan dikelola dengan cara efektif. Kinerja yang dilakukan penyelenggara
pelayanan harus sesuai dengan proses yang benar. b. Perbaikan penyelenggaraan pelayanan dilakukan
secara berkesinambungan dan terus menerus. Perbaikan terus menerus merupakan pekerjaan berat
dari penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas. Perbaikan menuju pelayanan yang berkualitas
memang sulit, tetapi wajib dilakukan perbaikan terus menerus. Bebarapa pendekatan untuk mencapai
pelayanan yang berkualitas melalui peningkatan mutu pelayanan,: a. Harapan penerima pelayanan.
Harapan penerima pelayanan mendorong upaya untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas. Oleh
karena itu, harapan penerima pelayanan harus diidentifikasi dan diprioritaskan serta diimplementasikan
dalam kinerja pelayanan. b. Perbaikan kinerja. Bila harapan penerima pelayanan telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah kinerja staf dan dokter harus diarahkan kepada harapan tersebut, dan
penyelenggara pelayanan harus memberikan pengakuan dan pemberian reward. c. Proses perbaikan.
Seringkali kinerja pelayanan disalahkan akibat masalah pelayanan dan ketidakpuasan penerima
pelayanan pada saat proses pelayanan kurang mendukung. Untuk itu, perlu melibatkan staf dalam
proses pelayanan, agar staf dapat mengidentifikasi masalah pada proses pelayanan dan dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Administrasi Pelayanan Kesehatan 61 d. Budaya kerja. Untuk
mencapai pelayanan yang berkualitas diperlukan perbaikan secara kontinyu dan didukung oleh budaya.
Oleh karena itu, budaya kerja baik secara individu, kelompok, dan organisasi sangat penting untuk
mendukung pelayanan yang berkualitas. 3. Jaminan Pelayanan Kesehatan Pemerintah Indonesia
berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin
atau tidak mampu. Oleh karena itu, pemerintah telah memberikan jaminan kesehatan bagi masyarkat
miskin atau tidak mampu dalam rangka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang telah dan
sedang dilaksanakan antara lain: a. Jaminan Kesehatan Masyarakat Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) merupakan program pemenuhan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah kepada warga
masyarakat miskin atau masyarakat yang tidak mampu. Tujuan program kesehatan ini adalah untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang terbaik dan dapat diakses oleh seluruh peserta atau masyarakat
miskin secara merata di seluruh Indonesia. Masyarakat yang dijamin oleh program Jamkesmas adalah
masyarakat miskin atau tidak mampu seperti: gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar serta
masyarakat miskin yang tidak punya identitas yang kepesertaannya ditetapkan melalui keputusan
Bupati/Walikota. Menurut ketentuan Departemen Kesehatan tahun 2009, bahwa program ini juga
menjamin para anggota Keluarga Harapan yang belum memiliki kartu Jamkesmas, Ibu hamil dan bayi
yang ketika dilahirkan belum mempunyai jaminan kesehatan serta masyarakat yang menderita penyakit
Thalasemia. b. Jaminan Kesehatan Daerah Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) merupakan program
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota untuk menjamin masyarakat miskin untuk
mendapatkan 62 Administrasi Pelayanan Kesehatan pelayanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat
tidak mampu yang tidak mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan dari program Jamkesmas. Tujuan
program ini adalah untuk menambah dan melengkapi cakupan pelayanan kesehatan bagai masyarakat
miskin secara merata. Sasaran program Jamkesda adalah seluruh masyarakat miskin yang
kepesertaannya belum terdaftar oleh program Jamkesmas dan ditetapkan melalui keputusan
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/ kota. Jaminan kesehatan dari program Jamkesda
meliputi: pelayanan kesehatan dasar, pelayanan rawat inap di puskesmas, pelayanan kesehatan pada
klinik dan rumah sakit, termasuk pelayanan kesehatan pada rumah sakit jiwa. c. Pelayanan Kesehatan
Dasar Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat disediakan oleh pemerintah di Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan suatu organisasi kesehatan fungsional sekaligus
sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Selain itu, puskesmas bertugas untuk membina
peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut ketentuan Departemen
Kesehatan tahun 2004, bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan
pemerintah kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat terbagai menjadi
berbagai bentuk pelayanan yang meliputi: pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Berbagai bentuk pelayanan
puskesmas sebagaimana dimaksud, ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan:
jenis kelamin dan golongan umur. Dengan demikian, pelayanan kesehatan pada Administrasi Pelayanan
Kesehatan 63 Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang disiapkan oleh pemerintah untuk
menjamin, mendidik, mengembangkan pola hidup sehat bagi masyarakat. d. Jaminan Kesehatan
sebelum Era BPJS Kesehatan Jumlah Jaminan kesehatan sebelum era berlakunya Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, terdapat beberapa badan penyelenggara. Masing-masing badan
penyelenggara memiliki karakteristik berbeda-beda, diantaranya adalah terdapat pelayanan yang tidak
dijamin (exclusion of benefit), pembatasan pelayanan (limitation benefit), dan keharusan membayar
selisih tagihan (cost sharing). Selain itu, terdapat perbedaan akses klaim pada masing-masing badan
penyelenggara, karena terdapat segmentasi kepersertaan. Beberapa badan penyelenggara jaminan
kesehatan diantaranya adalah: jaminan kesehatan bagi pekerja umum diselenggarakan oleh PT.
Jamsostek, dan jeminan kesehatan bagi pegawai negeri diselenggarakan oleh peserta PT Askes
(Persero), dan bagi masyarakat umum serta pegawai swasta tertentu bisa menggunakan badan
penyeleggara lain yang sangat variasi badan penyelenggaranya. Jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggara tersebut, kepesertaannya tidak sama, sehingga
tiap-tiap badan penyelenggara jaminan kesehatan akan memberikan manfaat yang tidak sama. e.
Jaminan Kesehatan Era BPJS Kesehatan Adanya ketidaksamaan penerima manfaat bagi masyarakat yang
mengikuti jaminan kesehatan dari penyelenggara kesehatan seperti tersebut di atas, nampaknya
direspon oleh pemerintah sebagai bentuk kelemahannya. Oleh kerena itu diperlukan penyelenggaraan
jaminan kesehatan secara nasional, yang kemudian dibentuk BPJS kesehatan. Tugas dari BPJS Kesehatan
adalah menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan prinsip
kegotong royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, 64 Administrasi Pelayanan
Kesehatan portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana tersebut,
seluruhnya digunakan untuk pengembangan program yang digunakan untuk kepentingan peserta
sebagai bentuk jaminan sosial. Jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang diberikan kepada
masyarakat termasuk anggota-anggotanya dari resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan
tujuan untuk menghindari berbagai macam peristiwa yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya
sebagian penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap
konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa yang dimaksud, termasuk jaminan untuk tunjangan
keluarga dan anak. Dengan demikian bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan sosial yang
menjamin seluruh rakyat agar mendapatkan kebutuhan dasar yang layak. Program BPJS kesehatan
membagi jaminan sosial ke dalam 5 jenis kegiatan jaminan sosial dan penyelenggaraannya terangkum
dalam 2 program, yaitu: 1) Program diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah
Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014. 2) Program diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015. BPJS Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS
merupakan peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara PT Taspen, PT Jamsostek, PT Asabri, dan PT
Askes, menjadi satu badan hukum. Untuk menjadi peserta BPJS, di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk
mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu, dengan penjelasan sebagai
berikut: Administrasi Pelayanan Kesehatan 65 1) PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan,
adalah peserta jaminan kesehatan yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang SJSN, yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh
pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. 2) Bukan PBI jaminan kesehatan. Biaya Iuran
Peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran (PBI) dibayar oleh pemerintah sebesar Rp19.225/
orang/bulan, biaya iuran bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI) a. PNS 5% (gaji) , 2% dari pekerja, 3%
dari pemerintah b. Pegawai Perusahaan 4,5% (gaji) , 0,5% dari pekerja, 4% dari perusahaan c. Mandiri
kelas 1 = Rp 59.500/ orang/bulan, kelas 2 = Rp 42.500/orang/bulan, kelas 3 = Rp.25.500/orang/bulan.
Berbagai manfaat program BPJS, baik bagik pasien dan penyelenggara pelayanan kesehatan adalah: 1)
Manfaat bagi Pasien Jaminan kesehatan ini menunjukkan adanya kepastian pelayanan kesehatan
dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan. Adanya batasan pada lama rawat (length
of stay), diharapkan bahwa pasien akan mendapatkan perhatian lebih terhadap tindakan medis dari
para petugas rumah sakit, dan berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan.
Dengan demikian diharapkan bahwa pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik,
dan mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga
mengurangi resiko yang dihadapi pasien (Linda, 2015). 66 Administrasi Pelayanan Kesehatan 2) Manfaat
bagi rumah sakit Melalui jaminan kesehatan ini, maka manfaat bagi rumah sakit adalah: a) Mendapat
pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya. b) Jaminan ini akan dapat meningkatkan
mutu dan efisiensi peayanan rumah sakit. c) Dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang
tepat untuk pelayanan yang lebih baik berdasarkan derajat keparahan, d) Meningkatkan komunikasi
antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat
memonitor dengan cara yang lebih objektif. e) Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja
yang lebih akurat. f) Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing
klinisi (Linda, 2015). 4. Manajemen Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan kepada masyarakat
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dilaksanakan dan terus dikembangkan oleh organisasi
kesehatan di Indonesia seperti: kantor Dinas Kesehatan di Pemerintah Provinsi dan di Pemerintah
Kabupaten/Kota, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Kesehatan dan organisasi kesehatan lainnya yang
dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan di beberapa organisasi
penyelenggara pelayanan kesehatan merupakan salah satu sub-sistem dari pelayanan kesehatan
nasional. Untuk mengorganisasi seluruh penyelengara pelayanan kesehatan dibutuhkan manajemen
kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan dapat diukur dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sub-sistem dari manajeman kesehatan dari organisasi penyelenggara kesehatan merupakan
tatanan Administrasi Pelayanan Kesehatan 67 yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan
yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuan sub-sistem manajemen
kesehatan adalah terselenggaranya fungsifungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan
berdayaguna, didukung oleh sistem informasi dan hukum kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang baik dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk
menjelasakan lebih detail tentang manajemen kesehatan, terlebih dahulu dijelaskan tentang berbagai
fungsi dan prinsip-prinsip manajemen. Hal ini menjadi penting karena untuk menjalankan suatu
organisasi kesehatan manajer kesehatan harus memahami prinsip-prinsip dan fungsi manajemen, agar
mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Manajemen kesehatan dapat berjalan dengan baik,
bilamana unsur-unsur dan fungsifungsi dari manajemen tersebut dapat bergerak sesuai dengan alur
yang ditetapkan. pada pembahasan ini, terdapat 5 (lima) fungsi manajemen penting untuk
didiskripsikan, yakni: planning, organizing, staffing, actuating, dan controling. a. Perencanaan (Planning)
Berbagai pengertian tentang perencanaan, seperti yang dikumpulkan Azwar (1988) sebagai berikut: 1)
Perencanaan adalah suatu proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan
umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki,
menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian
selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam 68 Administrasi Pelayanan
Kesehatan suatu sistem pengawasan yang terus menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal
antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut (Levey dan Loomba). 2) Perencanaan adalah
suatu proses kerja yang terus-menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan
penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematis, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
menggunakan segala pengetahuan tentang masa depan, mengorganisasi secara sistematis segala upaya
yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap
target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun
secara teratur dan baik (Drucker). 3) Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan dan
menetapkan berbagai hambatan yang diperkirakan ada dalam menjalankan suatu program guna dipakai
sebagai pedoman dalam suatu organisasi (Ansoff dan Brendenburg). 4) Perencanaan adalah pekerjaan
yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Breton). 5) Perencanaan adalah upaya
menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan
dilaksananakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Maloch dan Deacon).
6) Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dan berbagai kemungkinan yang
tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Administrasi Pelayanan Kesehatan 69
b. Pengorganisasian (Organizing) Setelah manajer organisasi menetapkan dan menyusun perencanaan
program dan kegiatan, maka selanjutnya perlu merancang dan mengorganisasikan sumber daya untuk
melaksanakan berbagai program dan kegiatan. Istilah pengorganisasian menurut Terry (1986) berasal
dari kata organism yang berarti sebuah entitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan.
Pengorganisasian dalam fungsi manajemen ini dapat dikatakan sebagai langkah untuk menetapkan,
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugastugas dan
wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan pelaksana dalam rangka tujuan organisasi.
Dengan demikian, sesungguhnya pengorganisasian merupakan cara untuk melakukan sinkronisasi
berbagai sumber daya seperti: personel, material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah disepakati bersama. 1) Ruang lingkup pengorganisasian adalah sebagai berikut: a) Penentuan
desain organisasi dan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, perancangan, dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
mengarahkan hal-hal tersebut kepada tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu, pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini
menciptakan struktur formal yakni pekerjan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan. 70 Administrasi
Pelayanan Kesehatan b) Penyusunan personalia (staffing) yaitu penarikan dan pengembangan, serta
penempatan dan pemberian orientasi para sumber daya manusia dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen menentukan persyaratan-
persyaratan mental, fisik, dan emosional untuk menduduki posisi jabatan yang ada melalui analisis
jabatan, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan dan kemudian menarik sumber daya manusia yang
diperlukan dengan karakteristik pengalaman. Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan
untuk promosi, transfer, atau bahkan demosi dan pemecatan; serta latihan dan pengembangan sumber
daya manusia. 2) Manfaat Pengorganisasian Manfaat yang didapatkan dari pengorganisasian untuk
seorang manajer adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: a) Pembagian tugas untuk staf
perorangan atau kelompok. Tugas pokok staf dan prosedur kerja merupakan dokumen fungsi
pengorganisasian, dan panduan kinerja staf. b) Hubungan organisatoris antar manusia dalam organisasi.
Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi. c) Pendelegasian wewenang. Manajer atau
pimpinan organisasi akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas-tugas pokok yang
diberikan kepada mereka. d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Tugas staf dan
pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk membantu staf baik
secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Administrasi Pelayanan Kesehatan
71 c. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating) Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan
disusun personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan sumber daya manusia untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan program dan kegiatan yang ditetapkan. Seiring dengan pelaksanaan
program kegiatan, maka diperlukan pengarahan dari seorang pimpinan, agar para sumber daya manusia
yang melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan apa yang diinginkan, dan apa yang harus
mereka lakukan. Kualitas dan keberhasilan dari pengarahan ditentukan kualitas dan gaya pemimpin
seperti: komunikasi, motivasi, dan disiplin. d. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling) Pengawasan
dan pengendalian merupakan aktivitas fungsi manajemen yang keempat, pada saat dan setelah program
dan kegiatan dilaksanakan. Tujuan pengawasan adalah untuk menjaga dan menerapkan prinsip efisiensi
dalam penggunaan sumber daya dan menjamin efektivitas terlaksananya program dan kegiatan.
Manfaat dari pengawasan diantaranya adalah untuk: meningkatkan efisiensi, mengetahui
penyimpangan, mengetahui kebenaran penggunaan waktu dan sumber daya lainya, mengetahui sebab-
sebab terjadinya penyimpangan. 5. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Pelayanan kesehatan rumah sakit
ditunjukkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada: pasien/penderita dan keluarganya, orang
sehat, masyarakat luas. Pelayanan kesehatan rumah sakit terbagai menjadi: pelayanan dasar, pelayanan
spesialistik dan sub spesialistik dan pelayanan penunjang. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan seperti
ini, variasinya ditentukan oleh tipe rumah sakit. a. Pelayanan Dasar Rumah Sakit Pelayanan dasar rumah
sakit, meliputi: pelayanan rawat jalan (politeknik/ambulatory), pelayanan rawat inap (inpatient care),
dan pelayanan rawat darurat (emergency care). 72 Administrasi Pelayanan Kesehatan 1) Rawat jalan
merupakan pelayanan kesehatan kepada pasien tetapi setelah pasien mendapat pelayanan kesehatan,
pasien langsung pulang ke rumah. 2) Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan kepada pasien yang
disertai untuk menginap di rumah sakit, karena pasien memerlukan perawatan terus-menerus sampai
sembuh. 3) Rawat darurat merupakan pelayanan kesehatan untuk memberikan pertolongan kepada
pasien yang dilaksanakan dengan segera. Pelayanan rawat darurat dilakukan dengan prinsip-prinsip:
revive, review dan repair. Setiap pasien masuk rawat darurat di rumah sakit kemungkinan dapat melalui
3 bagian sebelum masuk ke ruang pelayanan rawat inap, atau pulang ke rumah. Bagian-bagian yang
dimaksud adalah: ruang triage, ruang tindakan dan ruang observasi. b. Pelayanan kesehatan spesialistik
dan sub spesialistik adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter spesialis, meliputi: 1)
Spesialis bedah, terdiri dari 8 spesialis yakni: bedah syaraf, bedah tumor, bedah urologi, bedah umum
dan digestive, bedah orthopedic, bedah anak, bedah plastic dan rekonstruksi, bedah torax dan
kardiovaskuler. 2) Spesialis penyakit dalam terdiri dari 8 (delapan) sub spesialis yakni: gastro enterologi,
metabolisme/endokrin, cardiology, tropical medicine, rheumatologi, pulmonologi, ginjal dan
hematology. 3) Spesialis kebidanan dan penyakit kandungan terdiri dari 7 (tujuh) sub spesialis yakni:
obstetric dan gynocologi umum, perinatologi, endokrinologi, onkologi, obstetric dan gynocolgi social,
reproduksi dan rekonstruksi. 4) Spesialis kesehatan anak terdiri dari 14 (empat belas) sub spesialis yakni
hematologyk pulmonologi, gastroenterologyk alergi immunologi, gizi, penyakit infeksi, pencitraan,
Administrasi Pelayanan Kesehatan 73 nephrology, neonatology, endokrinologi, cardiologi, tumbuh
kembang, dan pediatric gawat darurat. 5) Spesialis telinga, hidung dan tenggorokan terdiri dari 6 (enam)
sub spesialis, yakni: otology, audiologi-vestibular, faring-laringologi, rhinologi, onkologi THT dan
bronkhoesofagologi. 6) Spesial mata, terdiri dari 5 sub spesialis, yakni: glaucoma, external eye disease,
retina/uvea, tumor dan trauma rekonstruksi. 7) Spesialis neurology, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis,
yakni: neuro muscular, neuro fisiologi, neurologi anak, neuro opthalmologi, neuro radiologi dan neuro
restorasi. 8) Spesialis kulit dan kelamin, terdiri dari 7 (tujuh) sub spesialis, yakni: allergi immunologi,
kosmetik, mikologi, dermatologi, penyakit hubungan seksual, umum dan MH (Morbus Hansen). 9)
Spesialis anaesthesi, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis, yakni: thorax & cardiovascular anaesthesia,
neuro anaesthesia, regional analgesia, obstetric anaesthesia and labor painless, pain clinic and palliative
care, dan intensive cara unit. 10) Spesialis rehabilitasi medik. 11) Spesialis gizi klinik. c. Pelayanan
kesehatan untuk bedah (operasi) yang dilakukan di instalasi sentral bedah. Instalasi sentral bedah
merupakan pusat seluruh kegiatan pembedahan pasien di rumah sakit. Beberapa prinsip-prinsip yang
harus dipatuhi di dalam tempat pelayanan antara lain: cukup nyaman bagi tim, mencegah infeksi dan
kontaminasi, dan membuat barrier antara hal-hal yang sifatnya bersih dengan yang kotor. 74
Administrasi Pelayanan Kesehatan d. Pelayanan kesehatan penunjang, seperti: penunjang diagnostic
(radiology dan laboratorium), penunjang terapi (farmasi, gizi, rehabilitasi media dan kamar bedah).
Pelayanan kesehatan penunjang spesialistik, terdiri dari: 1) Pelayanan spesialis radiology, yang terbagi
atas: sub spesialis radiology anak, sub spesialis C. Tomografi, sub spesialis radiology, dan sub spesialis
angiografi. 2) Pelayanan spesialis patologi klinik. 3) Pelayanan spesialis parasitologi klinik. 4) Pelayanan
spesialis mikrobiologi klinik. 5) Pelayanan spesialis patologi anatomi. 6. Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya dilaksanakan oleh Puskesmas. Puskesmas
merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang menjadi pusat pelayanan kesehatan
masyarakat dan membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Dengan kata lain puskesmas
mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Pertimbangan dan penentuan wilayah kerja puskesmas, memperhatikan kepadatan penduduk, luas
daerah, keadaan geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya. Penduduk yang dilayani puskesmas rata-
rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, maka
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar yang jumlah penduduknya satu
juta lebih, wilayah kerja puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “puskesmas pembina” yang berfungsi
sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai koordinasi. Administrasi
Pelayanan Kesehatan 75 Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan menjadi
penanggungjawab penyelenggara pelayanan kesehatan jenjang pertama di wilayah kerja masing-masing.
Puskesmas sesuai dengan fungsinya (sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pusat pelayanan kesehatan dasar) berkewajiban
mengupayakan, menyediakan, dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan
kesehatan menyeluruh meliputi pelayanan: a. Kuratif (pengobatan) b. Preventif (upaya pencegahan) c.
Promotif (peningkatan kesehatan) d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) a. Tata Kerja 1) Berkoordinasi
dengan kantor kecamatan 2) Bertanggungjawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota 3) Bermitra
dengan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya 4) Menjalin kerja sama yang erat dengan
fasilitas rujukan 5) Berkoordinasi dengan lintas sektor 6) Bermitra dengan organisasi yang menghimpun
tokoh masyarakat yang peduli kesehatan masyarakat. b. Kedudukan Puskesmas 1) Sistem kesehatan
nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan (perorangan dan masyarakat) strata pertama. 2) Sistem
kesehatan kabupaten/kota sebagai unit pelaksana teknis dinas yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota. 76 Administrasi Pelayanan
Kesehatan 3) Sistem Pemerintah Daerah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota. c. Struktur Organisasi Struktur
organisasi puskesmas yang diterapkan ditentukan dari visi, misi, tujuan, fungsi, serta kegiatan dan
program masing-masing puskesmas. Struktur organisasi puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Umumnya struktur organisasi
terdiri atas, sebagai berikut: 1) Kepala Puskesmas 2) Unit Tata Usaha 3) Unit Pelaksana Teknik Fungsional
4) Jaringan Pelayanan. a) Puskesmas Pembantu b) Puskesmas Keliling c) Bidan di desa/komunitas. d.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pelayanan kesehatan di puskesmas terbagi menjadi 4
kegiatan penting, yang meliputi: 1) Pelayanan Kesehatan Wajib Pelayanan kesehatan yang wajib
dilakukan puskesmas merupakan pelayanan yang berdasarkan komitmen rasional, regional, dan global
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan wajib meliputi program basic six yang harus diselenggrakan oleh setiap puskesmas yang ada
di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yaitu: a) Promosi kesehatan meliputi: (1) Promosi
kesehatan di dalam gedung puskesmas dan (2) Promosi kesehatan di luar gedung puskesmas
Administrasi Pelayanan Kesehatan 77 b) Kesehatan lingkungan meliputi: (1) Penyehatan air (2)
Penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah (3) Penyehatan lingkungan pemukiman dan
jamban keluarga (4) Pengawasan sanitasi dan tempat-tempat umum (5) Pengamanan tempat
pengelolaan pestisida (6) Pengendalian vektor c) KIA termasuk keluarga berencana meliputi: (1)
Kesehatan ibu (2) Kesehatan bayi (3) Upaya kesehatan balita dan anak prasekolah (4) Upaya kesehatan
anak usia sekolah dan remaja (5) Pelayanan keluarga berencana d) Upaya perbaikan gizi masyarakat e)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (1) TB paru (2) Pelayanan imunisasi (3) Diare
(4) ISPA f) Upaya pengobatan meliputi: (1) Pengobatan dan (2) Pemeriksaan laboraturim. 2) Pelayanan
Kesehatan Pengembangan Pelayanan kesehatan pengembangan puskesmas adalah pelayanan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas. Saat ini pemerintah kabupaten/kota dapat mengembangkan jenis
program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penetapan pengembangan layanan
kesehatan 78 Administrasi Pelayanan Kesehatan puskesmas tentunya harus diukur dengan kemampuan
sumber daya termasuk ketersediaan dan kompetensi tenaga pelaksananya, dengan tetap
memperhatikan arahan dan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, yang dilandasi oleh
Kepentingan Daerah dan Nasional termasuk kesepakatan dunia (antara lain penanggulangan penyakit
polio, TBC, malaria, diare, kusta, dan lain-lain). Pelayanan kesehatan pengembangan puskesmas
meliputi: a) Puskesmas dengan rawat inap b) Pelayanan kesehatan usia lanjut c) Pelayanan kesehatan
mata/pencegahan buta d) Pelayanan kesehatan telinga/pencegahan gangguan pendengaran e)
Kesehatan jiwa f) Kesehatan olahraga g) Pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi h) Perawatan
kesehatan masyarakat i) Bina kesehatan tradisional j) Bina kesehatan kerja 3) Pelayanan Penggerakan
dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Melalui Program Desa Siaga Desa siaga adalah suatu
kondisi masyarakat desa/ kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri (Kepmenkes RI No.564/ Menkes/SK/ VIII/2006). Program desa siaga
merupakan upaya merekontruksi atau membangun kembali berbagai pelayanan kesehatan bersumber
daya masyarakat dan pelayanan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa sebagai
pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan. Administrasi
Pelayanan Kesehatan 79 Desa siaga menggunakan konsep back to basic artinya pelayanan kesehatan
dasar (primary health care) ditata ulang, dengan memulai dari desa, karena kesehatan yang terkait
dengan tingkat pendidikan dan strata sosial ekonomi masyarakat pedesaan lebih membutuhkan layanan
kesehatan promotif dan preventif melalui penyuluhan/ promosi kesehatan. Program desa siaga
merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat menjadi mandiri untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya
dengan tidak menggantungkan kehidupannya dengan pihak luar. 4) Pelayanan Kesehatan Inovasi Dinas
Kesehatan di Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menetapkan puskesmas untuk mengembangkan suatu
kegiatan upaya kesehatan inovatif yang belum dilaksanakan secara menyeluruh disemua puskesmas.
Seperti program inovasi upaya kesehatan dasar, pendanaan kesehatan bersumber daya masyarakat dan
pola pelayanan kesehatan berbasis dokter keluarga. e. Sumber Pembiayaan Puskesmas Untuk
terselenggaranya berbagai pelayanan kesehatan puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya
pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas: 1) Pemerintah
Sesuai dengan asas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah terutama adalah
Pemerintah Kabupaten/Kota. Di samping itu puskesmas masih menerima dana yang berasal dari
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. 2) Pendapatan Puskesmas Sesuai dengan kebijakan
pemerintah, masyarakat 80 Administrasi Pelayanan Kesehatan dikenakan kewajiban membiayai upaya
kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarannya ditentukan oleh peraturan daerah
masing-masing. Ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
retribusi puskesmas yaitu: a) Seluruhnya disetor ke kas daerah b) Sebagian dimanfaatkan secara
langusung oleh puskesmas c) Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas 3) Sumber Lain
Sumber lain dalam hal ini adalah pendanaan pelayanan diberikan seseorang atau organisasi untuk
membantu masyarakat miskin yang disalurkan secara langsung ke puskesmas dan pengelolaannya
mengacu pada pedoman yang berlaku. f. Fasilitas Penunjang 1) Puskesmas Pembantu Puskesmas
pembantu yang lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban, adalah unit pelayanan kesehatan
sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. 2) Puskesmas keliling Puskesmas keliling
merupakan unit pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara berkeliling di masyarakat yang
dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, dan tenaga
kesehatan dari puskesmas. Puskesmas keliling ini berfungsi untuk menunjang dan membantu berbagai
macam program dan kegiatan puskesmas di wilayah kerjanya yang belum atau sulit terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Administrasi Pelayanan Kesehatan 81 Kegiatan puskesmas keliling diantaranya
adalah: a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah yang
sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan dari puskesmas atau puskesmas pembantu. Frekuensi kerja
dari puskesmas keliling ini dilakukan sebanyak empat kali dalam seminggu, atau disesuaikan dengan
kondisi geografis pelayanan yang akan dijangkau. b) Melakukan penyelidikan, bila terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB). c) Membantu masyarakat untuk mengangkut masyarakat yang menderita penyakit tertentu
untuk mendapat pelayanan kesehatan akibat kasus darurat. d) Melakukan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat dengan menggunakan alat audiovisual. 3) Bidan Desa Pada setiap desa yang belum
disiapkan oleh pemerintah tentang fasilitas pelayanan kesehatan, pemerintah menempatkan bidan desa
yang bertempat tinggal di desa. Tugas dan tanggung jawab bidan desa adalah memberi pelayanan
kesehatan kepada masyarakat desa, dan kinerjanya dipertanggungjawabkan secara langsung kepada
kepala puskesmas. Sasaran pelayanan kesehatan bidan desa adalah semua masyarakat satu desa yang
menjadi wilayah kerjanya yang jumlah penduduknya rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama bidan desa
dalam pelayanan kesehatan adalah membina masyarakat desa dan menggerakkan peran serta
masyarakat desa untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa melalui posyandu dan kelompok
Dasawisma. Selain itu, tugas penting dari bidan desa adalah memberikan pelayanan dan pertolongan
persalinan di rumah penduduk. 82 Administrasi Pelayanan Kesehatan g. Program Pokok Puskesmas
Program pokok puskesmas antara satu puskesmas dengan puskesmas lain berbeda-beda, karena
disesuaikan dengan kemampuan tenaga medis dan non medis, serta fasilitas yang ada. Namun
demikian, kegiatan pokok puskesmas pada umumnya yang lazim untuk dilaksanakan adalah: Program
Pokok Puskesmas 1 Kesejahteraan ibu dan anak (KAI) 10 Perawatan kesehatan masyarakat 2 Keluarga
Berencana (KB) 11 Usaha kesehatan kerja 3 Peningkatan gizi 12 Usaha kesehatan gigi dan mulut 4
Kesehatan lingkungan 13 Usaha kesehatan jiwaa 5 Pemberantasan penyakit menular 14 Kesehatan mata
6 Pengobatan dan pelayanan darurat kecelakaan 15 Laboraturium (diupayakan tidak lagi sederhana) 7
Penyuluhan kesehatan masyarakat 16 Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan 8 Usaha
kesehatan sekolah 17 Kesehatan usia lanjut 9 Kesehatan olahraga 18 Pembinaan pengobatan tradisional
7. Pelayanan Kesehatan Klinik Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
028/ Menkes/Per/I/2011, tentang Klinik, dijelaskan bahwa klinik merupakan fasilitas yang
diselenggarakan perorangan untuk menyediakan pelayanan kesehatan medis dasar dan/atau
spesialistik, yang pelaksana kesehatannya dilakukan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis yang dimaksud adalah dokter umum dan dokter
spesialis. Berdasarkan jenis pelayanan kesehatan, bahwa jenis klinik dibagi menjadi dua, yakni: a. Klinik
Pratama, yaitu klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar. Administrasi Pelayanan Kesehatan
83 b. Klinik Utama, yaitu klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan oleh dokter spesialis dan
pelayanan kesehatan dasar. Klinik pratama atau klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara khusus, yakni pelayanan kesehatan khusus berdasarkan: disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis penyakit tertentu. Untuk menentukan jenis Klinik Pratama atau Klinik Utama kriterianya
telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan. Saat ini pelayanan kesehatan oleh Klinik dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Klinik saat ini dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Bentuk pelayanan kesehatan klinik ini diantaranya adalah: rawat jalan, one day care, rawat inap
dan/atau home care. Sementara untuk klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua
puluh empat) jam diwajibkan untuk menyediakan dokter dan tenaga kesehatan pendukung yang
disesuaikan dengan kebutuhan klasifikasi pelayanan yang diselenggarakan. 8. Pelayanan Kesehatan
Tradisional. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pelayanan kesehatan, yang cara pengobatan atau
perawatannya mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun dan pelayanan
kesehatannya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
setempat. Cara pengobatan pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi dua, yakni: a. Pelayanan
kesehatan tradisional yang pengobatannya dengan menggunakan keterampilan b. Pelayanan kesehatan
tradisional yang pengobatannya dengan menggunakan keahliannya Setiap orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional yang pengobatannya menggunakan alat dan teknologi harus mendapat
izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Dengan demikian, penggunaan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud harus dapat dipertanggungjawabkan tentang manfaat dan keamanannya serta
keberadaan alat tersebut tidak bertentangan dengan 84 Administrasi Pelayanan Kesehatan norma
agama dan kebudayaan masyarakat setempat. Oleh karena itu, masyarakat diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk melaksanakan, mengembangkan, dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional sepanjang pelaksanaan pelayanannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya. Pemerintah dalam hal ini telah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan
tradisional dengan didasarkan pada beberapa aspek seperti: keamanan, kepentingan, dan perlindungan
masyarakat. 9. Sistem Rujukan Sistem rujukan sebagaimana ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan
Nomor 23 Tahun 1972, bahwa sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit
yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Kemudian, sistem rujukan ini pada prakteknya dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pelayanan kesehatan yang merata baik secara maternal dan neonatal yang
paripurna serta komprehensif bagi masyarakat. Sistem rujukan ini diutamakan untuk pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan melalui penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
dilakukan secara rasional. Administrasi Pelayanan Kesehatan 85 a. Jenis Rujukan Rujukan secara
konseptual terdiri atas: 1) Rujukan medik yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik
perorangan yang antara lain meliputi: a) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan,
tindakan operasi dan lain-lain. b) Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang
lengkap. c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi
dalam meningkatkan kualitas pelayanan. 2) Rujukan kesehatan masyarakat rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi: a)
Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan. b) Rujukan
tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penularan
penyakit serta penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan kamtibmas. c) Rujukan
operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan
specimen jika terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk. b. Jalur Rujukan Kesehatan 1)
Rujukan Pelayanan Medis a) Antara masyarakat dengan puskesmas b) Antara Puskesmas
Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas c) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
86 Administrasi Pelayanan Kesehatan d) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau
fasilitas pelayanan lainnya. 2) Rujukan Pelayanan Kesehatan a) Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota b) Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun
lintas sektoral. c) Jika rujukan di kabupaten/kota masih belum mampu menanggulangi, dapat diteruskan
ke provinsi/pusat. c. Tujuan Sistem Rujukan Secara umum tujuan sistem rujukan adalah untuk
menghasilkan pemerataan pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil. Akan tetapi secara khusus,
sistem rujukan adalah: 1) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna 2) Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang
bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. d. Upaya kesehatan Rujukan
Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan: 1) Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam
menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat 2) Mengadakan
”Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan
penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis 3) Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit
pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan
kesehatan 4) Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4
atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi Administrasi Pelayanan Kesehatan 87 5)
Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik
maupun rujukan kesehatan 6) Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan
rujukan D. Rangkuman Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang penting untuk disediakan atau
dimotori oleh pemerintah baik diselenggarakan sendiri maupun melalui kerja sama dengan pihak swasta
maupun dengan masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan dasar bagai masyarakat
dengan sifatnya yang unik, yakni unicertainty, asymetri of information and externality. Perbaikan kinerja
penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus dilakukan agar sesuai dengan harapan masyarakat,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah dan menyembuhkan berbagai macam
penyakit yang diderita oleh perseorangan, keluarga, atau masyarakat. Dengan demikian perbaikan
pelayanan kesehatan ini diharapkan mampu untuk: meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
berdampak positif terhadap derajat peningkatan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan itu, pada
sisi lain pemerintah juga mereformasi sistem jaminan kesehatan masyarakat, dalam bentuk Jamkesnas,
Jamkesda, Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan
kesehatan semua penyelenggara perlu menentukan manajemen pelayanan kesehatan melalui
penentuan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan
prinsipprinsip manajemen ini peningkatan kualitas pelaksanaan pelayanan dapat diukur. Prinsip
manajemen seperti ini digunakan untuk: penyediaan prasarana layanan kesehatan, pemenuhan
kelengkapan sarana kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga medis dan tenaga paramedis,
peningkatan sistem layanan bebasis teknologi informasi. Pelayanan kesehatan masyarakat lainnya juga
harus menggunakan prinsip-prinsip manajemen seperti: pelayanan puskesmas, pelayanan 88
Administrasi Pelayanan Kesehatan klinik kesehatan. Pelayanan kesehatan di puskesmas dan pelayanan
klinik juga menjadi bagian penting untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
terutama masyarakat yang menderita sakit dalam kategori ringan. Namun perbedaan pelayanan
puskesmas juga memberikan pelayanan untuk mendorong masyarakat untuk hidup sehat, sementara
pelayanan klinik tidak. Pelayanan kesehatan tradisional, juga menjadi bagian penting untuk
penyelenggaraan layanan kesehatan bagi masyarakat terutama untuk penyakit tertentu dan pelayanan
di tempat tertentu yang masih sulit menjangkau pelayanan di puskesmas atau di rumah sakit, yang
kinerjanya merujuk pada peraturan perundangan. E. Soal Latihan 1. Jelaskan pengertian pelayanan
kesehatan! 2. Jelaskan definisi pelayanan kesehatan yang berkualitas dan kriteria pelayanan kesehatan
yang berkualitas! 3. Jelaskan mengapa pemerintah menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi
masyarakat! 4. Jelaskan apa manfaat jaminan kesehatan bagi masyarakat sampai saat ini. berikan
analisis manfaat jaminan kesehatan bagi masyarakat!, apa kelebihan dan kekuarangannya? 5. Berikan
penjelasan pentingnya manajemen kesehatan bagi organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan! 6.
Ambil salah satu contoh rumah sakit, kemudian berikan analisis tentang kualitas pelayanan kesehatan
yang dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, kemudian apa rekomendasi saudara! 7. Ambil salah
satu contoh rumah sakit, kemudian berikan analisis tentang kualitas pelayanan kesehatan yang
dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, kemudian apa rekomendasi saudara! 8. Ambil salah satu
contoh puskesmas, kemudian berikan analisis tentang kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan, apa
kelebihan dan kekurangannya, kemudian apa rekomendasi saudara! 9. Ambil salah satu contoh klinik
kesehatan, kemudian berikan Administrasi Pelayanan Kesehatan 89 analisis tentang kualitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, kemudian apa rekomendasi saudara! 10.
Ambil salah satu contoh layanan kesehatan tradisional, kemudian berikan analisis tentang kualitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, kemudian apa rekomendasi
saudara! F. Referensi Albercht, K. dan L.J. Bradford., (1990), The Service Advantage: How to Identify and
Fulfill Customer Needs. New York: Dow Jones-Irwin. Astaqauliyah.com/pelayanan /kesehatan. Azwar,
Azrul, (1988), Pengantar Administrasi Kesehatan., edisi kedua., PT. Bina Rupa Aksara Departemen
Kesehatan RI., (1999), ARRIF Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarkat. Jakarta. Linda (2015),
Pelayanan Kesehatan di Era BPJS Kesehatan. http:// hukum. komposiana.com. Lisdiana (2015), Tanya
Jawab BPJS Kesehatan. http://www.antaranews. com.. Muninjaya, A.A.G. (2004), Manajemen
Kesehatan. Jakarta: EGC. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 90 Administrasi Pelayanan Kesehatan 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan Kesehatan Nasional Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Klinik Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional; Permenkes No 4 Th 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien mencabut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien. Satrianegara MF, S.S., (2009), Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta
Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Terry, George R. Winardi. (1986). Asas-asas Manajemen. Alumni,
Bandung Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai