Anda di halaman 1dari 22

PAPER ADMINISTRASI KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

PRINSIP KEADILAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI


INDONESIA BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN
BERPENGHASILAN RENDAH

Dosen Pengampu : Safari Hasan, S.IP., MMRS

Disusun oleh :

Della Anfa Saputri 10821005

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
ISTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Administrasi
Kebijakan Rumah Sakit berupa Paper yang berjudul “Prinsip Keadilan Dalam
Pelayanan Kesehatan di Indonesia Bagi Masyarakat Miskin dan Berpenghasilan
Rendah”. Tak lupa sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya.

Dalam penyelesaian pembuatan tugas ini penulis mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Safari Hasan, S.IP., MMRS. selaku dosen pengampu mata kuliah
Administrasi Kebijakan Rumah Sakit serta rekan-rekan dan pihak lain yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Semoga Allah SWT, memberikan
balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

Tugas yang dikerjakan oleh penulis ini bukanlah karya yang sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar penulis dapat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga tugas ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya.

Kediri, 10 Juli 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat dimana negara
harus mampu dan memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat secara
merata berupa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar akan menjadi
penekanan yang sangat penting dalam strategi mencapai tujuan kesehatan
untuk semua masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar tersebut adalah
bagaimana equity (keadilan) bisa didapatkan oleh seluruh rakyat Indonesia,
oleh karena keadilan dalam pelayanan kesehatan merupakan hal yang
fundamental dalam memenuhi cita-cita Bangsa Indonesia sekaligus sebagai
cita-cita organisasi Kesehatan dunia (WHO)(Braveman et al., 2001).
Bila suatu wilayah memiliki akses pelayanan kesehatan yang mudah di
jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik orang kaya, orang miskin, desa,
kota, di pulau besar maupun kecil maka wilayah tersebut telah memiliki
ekuitas yang adil dan merata. Distribusi pelayanan kesehatan , kuantitas dan
kualitas pelayanan, serta sebaran sumber daya manusia dan distribusi sarana
penunjangnya menjadi indikator keadilan dalam pelayanan kesehatan.
“Kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi masyarakat dimana negara
harus mampu untuk memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat secara
merata berupa pelayanan kesehatan. Diberbagai negara maju, kebijakan
tentang pelayanan kesehatan dan asuransi kesehatan telah menjamin hak
semua warga negara”(Ham, 1999:5). Paling tidak harus ada beberapa alasan
penjelasan jaminan pelayanan kesehatan harus menjamin kepada seluruh
negara. Kesehatan merupakan hak fundamental dimana “setiap orang berhak
atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya” (Deklarasi Universal ManusiaHak (UDHR) pasal 25). Kemudian
pada pasal 12 Kovenan Internasionalon Economic, Sosial and Cultural Right
(ICESCR) menjelaskan bahwa negara mengakui hak setiap orang untuk
menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tertinggi.
Untuk itu keadilan pelayanan kesehatan harus dipenuhi oleh negara
karena merupakan bagian dari hak asasi manusia supaya mampu mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk menaikkan derajat kesehatan bagi
masyarakat diperlukan kebijakan tentang jaminan kesehatan yang
bisamemberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara menyeluruh.
Kebijakan tentang jaminan kesehatan ini harus benar-benar memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik tanpa ada Tindakan diskriminatif, dapat
diakses dengan mudah oleh semua masyarakat, serta untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan kesehatan, dan yang terpenting negara mampu
menjamin kesehatan masyarakat baik secara pelayanan maupun secara biaya
(Gray , 2003: 63-65).
Berbagai masalah terkait dengan pelayanan kesehatan bagimasyarakat miskin
sering kali ditemui berupa diskriminasi dalam bentuk pelayanan. Belum lagi
masyarakat dan rendah yang belum memiliki jaminan untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang tersedia. Bahkan beberapa dari mereka keusahan untuk
mendapatkannya. Meskipun negara tetapi telah membuat kebijakan dibidang
kesehatan, akan beberapa halmasyarakat masih ada yang belum terpenuhi hak-
haknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan keadilan?
3. Apa yang dimaksud dengan keadilan dalam pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana cara mengatasi keadilan dalam pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin?

C. Tujuan
1. Mengetahui informasi mengenai pelayanan kesehatan.
2. Mengetahui informasi mengenai keadilan.
3. Mengetahui maksud dari keadilan dalam pelayanan kesehatan.
4. Mengetahui cara mengatasi keadilan dalam pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan Kesehatan


Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,Kesehatan
diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dansosial yang
mendukung setiap orang produktif secara sosialdan ekonomis (Azwar,
1994:11).
Definisi pelayanan Kesehatan menurut beberapa ahli :
 Menurut Moenir (2010:26) :
Pelayanan hakikat menurut Moenir adalah “ tentang kegiatan,
karena itu pelayanan merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan
berlangsung secara rutin dan kenikmatan ,termasuk seluruh kehidupan
dalam masyarakat”.
 Menurut Ivanecevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby (1997:448) :
Definisi pelayanan secara sederhana dikemukakan oleh
Ivanecevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby dalam Ratminto dan
Winarsih bahwa pelayanan adalah “produk-produk yang tidak terlihat
oleh mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia
dan menggunakan peralatan”.
 Menurut Gronroos (1990:27) :
Sedangkan definisi yang lebih rinci menurut Gronroos dalam
Ratminto dan Winarsih menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat
diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan
pemberi yang merupakan layanan untuk memecahkan masalah
konsumen/pelangan.
 Menurut Sampara dalam Sinambela (2014:5) :
Berikutnya Sampara dalam Sinambela juga berpendapat bahwa
pelayanan sudah ada suatu kegiatan yang terjadi dalam
interaksi/hubungan langsung antar seseorang dengan orang lain atau
mesin secara fisik, dan memberikan kepuasan pelanggan.
 Menurut Levey dan Loomba (1994:42) :
Pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba yang dikutip
oleh Azwar sudah ada “setiap upaya yang diselenggarakan secara
individu atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta tidak ditemukan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat”.
 Menurut Benyamin Lumenta (1989:11) :
Sedangkan menurut Benyamin Lumenta pelayanan Kesehatan
“adalah segala upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan
penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan
kesehatan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang ditujukan
kepada masyarakat”.
 Menurut Trisnantoro, 2010 :
“Pelayanan kesehatan merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berupa upaya promotif,
preventif, kuratif sampai dengan rehabili tatjika. Tantangan pemerintah
dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu pemerataan dan
keadilan, peningkatan biaya pelayanan kesehatan, efisiensi dan
efektifitas serta akuntabilitas dan kebersinambungan”(Trisnantoro,
2010).

Jadi kesimpulannya pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang


diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit juga penyakit kesehatan, keluarga, kelompok
dan/ataupun masyarakat. Dalam hal itu pelayanan kesehatan merupakan
usaha yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat dalam rangka
meningkatkan, memelihara, dan menemukan kesehatan masyarakat, yang
meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam arti
sempit, upaya itu dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memberikan
pengobatan kepada seseorang yang sakit, dalam hal ini contohnya rumah
sakit.

B. Definisi Keadilan
Keadilan berasal dari kata “adil” yang berarti tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak untuk yang benar, sepatutnya tidak sewenang-
wenang. Dari beberapa definisi dapat dikatakan bahwa keadilan adalah
semua hal yang menghargai dengan sikap dan tindakan dalam hubungan
antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan
sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibanya, perlakuan tersebut tidak
pandang bulu atau pilih kasih. semua orang melainkan diperlakukan sama
sesuai dengan hak dan kewajiban.

Definisi keadilan menurut beberapa para ahli :

 Menurut Aristoteles :
Keadilan menurut Aristoteles adalah “ tindakan yang terletak
diantara memberikan terlalu banyak dan sedikit yang bisa dibagikan
sesuatu untuk setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya”.
Sedangkan Menurut Frans Magnis Suseno pengertian keadilan adalah
“keadaan antar manusia yang dibutuhkan dengan sama sesuai dengan
hak dan kewajibannya masing-masing.
 Menurut Notonegoro :
Menurut Notonegoro keadilan adalah “suatu keadaan dikatakan
adil jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku”.
 Menurut Thomas Hubbes :
Menurut Thomas Hubbes pengertian keadilan adalah “ sesuatu
dikatakan adil jika didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati”.
 Menurut Plato :
Menurut Plato Pengertian keadilan adalah “diluar kemampuan
manusia biasa dimana keadilan hanya dapat ada di dalam hukum
peraturan-undangan yang dibuat oleh para ahli yang khusunya
memikirkan hal itu”.
 Menurut WJS Poerwadarminto (2003) :
Menurut WJS Poerwadarminto pengertian keadilan adalah “tidak
berat sebelah, sepatutnya tidak sewenang-wenang”.

Jadi kunci keadilan adalah sesuatu yang layak dan bersifat


universal, dalam konteks bernegara keadilan menjadi landasan filosofis
pembangunan. Pembangunan yang berkeadilan akan menciptakan
kesejahteraan sosial bagi seluruh warga negaranya. Negara berkewajiban
untuk memberikan perlindungan, memberikan keamanan kepada
warganegaranya untuk menjamin pengembangan dirinya.

Pada Teori Aristotelesada beberapa jenis keadilan yaitu :

1. Keadilan Komunikatif : keadilan komunikatif merupakan pengobatan


untuk seseorang tanpa dengan melihat jasa- jasanya/hal yang baik yang
pernah dilakukan. Keadilan komunikatif adalah seseorang yang
diberikan sanksi akibat bolong yang dibuatnya tanpa melihat jasa dan
kedudukannya.
2. Keadilan Distributif : keadilan distributif merupakan perlakuan kepada
seseorang sesuai dengan melihat atau mempertimbangkan jasa-jasa/hal
baik yang telah dia lakukan.Contoh keadilan distrubutif adalah seorang
pekerja bangunan yang diberi gaji sesuai atas hasil yang telah
dikerjakan.
3. Keadilan Kodrat Alam : keadilan kodrat alam merupakan pengobatan
untuk seseorang yang sama dengan hukum alam. Contoh keadilan
kodrat alam adalah seseorang akan membalas hal baik jika seseorang
tersebut melakukan hal yang baik pula kepadanya.
4. Keadilan Konvensional : keadilan konvensional merupakan keadilan
yang terjadi dimana seseorang telah patuh terhadap peraturan
perundang-undangan. Contoh keadilan konvensional adalah semua
warga negara wajib patuh atas segala peraturan yang berlaku di negara
tersebut.
5. Keadilan Perbaikan : keadilan perbaikan merupakan keadilan yang
terjadi dengan adanya pemulihan nama baik seseorang karena telah
dicemarkan oleh orang lain. Contohnya keadilan perbaikan adalah
seseorang ingin meminta maaf lewat media karena telah mencemarkan
nama baik seseorang.

Sedangkan menurut Plato jenis-jenis keadilan terdiri dari :

1. Keadilan Moral : Pengertian keadilan moral adalah keadilan yang


terjadi apabila mampu memberikan perlakuan yang seimbang antara
hak dan kewajiban.
2. Keadilan Prosedural : Pengertian keadilan prosedural adalah keadilan
yang terjadi apabila seseorang melaksanakan perbuatan sesuai dengan
tata cara yang diharapkan.

Ada beberapa jenis keadilan:

1. Keadilan Komutatif (Lustitia Commutativa)


Keadilan Komutatif adalah keadilan yang memberikan
untuk masing-masing orang apa yang menjadi bagianya, dimana
yang untuk adalah objek tertentu yang merupakan hak dari
seseorang. Keadilan komutatif terima kasih dengan hubungan antar
orang/antar individu. Disini dipastikan agar prestasi sama nilainya
dengan kontra prestasi.
2. Keadilan Distributif (Lustitia Distributavia)
Keadilan distributif merupakan keadilan yang memberikan
kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya, dimana
yang menjadi subjek hak adalah setiap individu, sedangkan
kewajiban adalah kewajiban masyarakat. Keadilan distributif
tentang hubungan antar individu dan masyarakat/Negara. Disini
yang ditekankan bukan kesamaan (prestasi sama dan kontra
prestasi). Sebelumnya, yang adalah asas proporsionalitas atau
kesebandingan berdasarkan selamat, jasa, maupun kebutuhan.
Keadilan seperti ini tentang benda-benda kemasyarakatan seperti
jabatan, barang, kehormatan, kebebasan, serta sebuah hak-hak.

C. Prinsip Keadilan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin


dan Berpenghasilan Rendah
John Rawls telah menyempurnakan prinsip-prinsip keadilannya
menjadi sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki klaim yang sama untuk memenuhi hak-hak
dan kemerdekaan-kemerdekaan dasarnya yang kompatibel dan
sama jenisnya untuk semua orang, serta kemerdekaan berpolitik
yang sama dijamin dengan nilai-nilai yang adil.
2. Ketidaksamaan sosial dan ekonomi dapat dipenuhi atas dasar dua
kondisi, yaitu:
a) melekat pada jabatan-jabatan serta posisi-posisi yang dibuka
bagi semua orang dibawah kondisi adanya persamaan
kesempatan yang adil.
b) kemanfaatan sebesar-besarnya bagi anggota-anggota
masyarakat yang paling tidak diuntungkan.

Hak atas kesehatan (hak atas kesehatan) adalah hak dasar manusia
dan sebab itu Negara wajib menjamin kemerataan Kesehatan baik bagi
yang kaya maupun yang miskin dan rendah. Pemerintah Indonesia sebagai
upaya untuk memenuhi hak atas kesehatan, membangun satu sistem yang
bernama jaminan kesehatan nasional. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
merupakan program Pemerintah yang mempunyai tujuan memberikan
jaminan kesehatan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat
hidup sejahtera, sehat serta produktif. Sistem ini dilandaskan pada asuransi
social yang mewajibkan semua peserta atau warga negara untuk membayar
premi. Dengan seperti ini, maka beban atau risiko disebarkan dan
ditanggung bersama-sama. Namun pada saat yang sama Negara, dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, memberikan
bantuan keuangan atau keringanan kewajiban membayar premi pada orang
miskin dan rendah.

Jika dilihat dari segi prinsip keadilan sesuai dengan tiga tujuan
pokok hukum, maka pengertian keadilan menurut Aristoteles menjelaskan
bahwa keadilan merupakan “keadilan distributif”, yaitu memperlakukan
yang sama dengan yang sama dan memperlakukan yang tidak sama
dengan yang tidak sama. Keadilan yang dimaksud disini adalah dengan
memperlakukan secara proporsional (keadilan komutatif) dan adanya
pemulihan jika digunakan di ganti kerugian (keadilan perbaikan).

Keadilan yang sesuai dengan prinsip dasar hukum dapat dikatakan


setara dengan keseimbangan (keseimbangan), kepatutan (ekuitas) dan
kewajaran (proporsionalitas). Jaminan Kesehatan Nasional merupakan
salah satu amanat konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang
berakar pada Hak Asasi Manusia. Program Jaminan Kesehatan Nasional
yang merupakan program BPJS merupakan program besar yang
mengeksplorasi dan melibatkan banyak komponen.Sejak tahun 2014
sampai dengan tahun 2018, fungsi JKN dalam menerapkan prinsip
“keadilan” bagi masyarakat sudah dirasakan, khususnya oleh peserta BPJS
(Penerima Bantuan Iuran) dan penderita penyakit katastropik, demikian
secara tidak langsung juga berdampak pada penurunan angka kemisikinan.
Akan tetapi kemanfaatan yang dirasakan sebenarnya tidak optimal bahkan
minimal. Anggaran yang ditetapkan, tidak memberikan kebebasan bagi
penyedia (pemberi pelayanan kesehatan). Hak dan kewajiban peserta pun
belum diatur dengan baik, bahkan dapat dikatakan tanggjawab peserta
masih sangat minim.

Rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta merupakan


salah satu provider BPJS. Akan tetapi jika merujuk pada prinsip keadilan
Aristoteles seperti yang telah diuraikan sebelumnya, masing-masing
pemberi tersebut memiliki kewajiban sama tetapi hak yang diterima tidak
sama. Rumah sakit pemerintah dalam operasionalnya disubsidi oleh
Pemerintah, sedangkan operasional rumah sakit swasta dikelola secara
mandiri tanpa subsidi pemerintah. Fasilitas dan tenaga kesehatan milik
pemerintah (cepat publik) maupun milik swasta (pribadi) merupakan
pelaku layanan kesehatan yang telah melaksanakan kewajibannya, akan
tetapi hak-hak sebagai pemberi BPJS tersandera oleh hak dan kebebasan
dalam bekerja. Ketidakseimbangan tersebut dapat diartikan sebagai
gudang keadilan dalam pelayanan BPJS bagi pihak penyedia.

Prinsip keadilan adalah memberikan setiap orang atau subjek


hukum apa yang menjadi haknya. Pemaksaan atas keinginan dasar
kebijakan awal, berakibat pada keputusan tak pasti, dan kemanfaatan yang
tidak proporsional karena tidak sesuai dengan standar profesi, kebebasan
dan nilai keekonomian, sehingga dapat disebut sebagai cidera hukum pada
pelaksanaan JKN-BPJS. Sistem Hukum JKN dapat dikatakan belum
berjalan dengan baik karena kaidah dan tujuan hukum belum bisa
diimplementasikan secara konkrit. Pembiayaan dan likuiditas yang terus
bermasalah memberikan ketidakpastian dalam pembayaran klaim rumah
sakdia sampai pada saat ini memberikan dampak negatif dengan
mengorbankan rumah sakit sebagai pemberi BPJS secara sepihak,
sehingga proses hukum harus ditegakkan. Hilangnya prinsip keadilan dan
kepastian hukum pada pelayanan BPJS menimbulkan kerugian dan
pembiayaan yang tidak jelas. Hal ini tentunya telah memenuhi unsur-unsur
dalam pasal 1365 KUH Perdata. Selain itu kualitas layanan rumah sakit
pun akhirnya dipertaruhkan dengan alasan kendali biaya.
Landasan hukum JKN terutama oleh BPJS belum dapat dinilai baik
jika dilihat dari perspektif “ prinsip keadilan”, padahal hakikat hukum
adalah terlaksananya prinsip keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi
para pihak. “Setiap orang memiliki hak kesehatan yaitu akses pelayanan
Kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau”(UU Kesehatan 36,2009).
Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional dan
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial merupakan pedoman pemerintah memberikan jaminan
sosial secara menyeluruh bagi semua masyarakat Indonesia termasuk
jaminan kesehatan. Pemerintahan setiap negara memberikan dan
menyediakan pelayanan kesehatan optimal yang dapat dimanfaatkan oleh
seluruh warga masyarakatnya.

Keadilan terhadap akses pelayanan kesehatan merupakan tantangan


besar yang banyak dihadapi berbagai negara. Dalam program peningkatan
pelayanan kesehatan harus mengarah pada peningkatan keadilan sumber
daya layanan kesehatan yang ada untuk menghindari adanya ketidakadilan
kesehatan di masyarakat yang sampai sekarang masih ada karena setiap
orang memiliki kesempatan yang berbeda dalam akses pelayanan
kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Keadilan dan pemerataan layanan
kesehatan adalah bagian dari keadilan kesehatan yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut WHO, “ekuitas kesehatan adalah setiap masyarakat
mendapatkan kesempatan yang adil akan kebutuhan kesehatannya jadi
upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan tidak ada yang dirugikan, apabila
faktor-faktor penghambat dapat dihindari”.

Menurut Margaret Whitehead equity dalam kesehatan yaitu:

1. Keadilan dalam status Kesehatan


2. Keadilan dalam penggunaan layanan kesehatsebuah
3. Keadilan dalam pembiayaan Kesehatan

Keadilan dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai berikut:


1. Akses yang sama ke pelayanan Kesehatan
Setiap masyarakat baik yang kaya maupun yang miskin memiliki
hak yang sama dalam mengakses layanan kesehatan. Adanya hambatan
yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengakses layanan
Kesehatan seperti budaya, letak geografis, sumber daya kesehatan
yang tidak merata, tingkat pekerjaan , tingkat pendidikan dan tidak
adanya asuransi kesehatan yang dimiliki masyarakat.
2. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang sama dalam memenuhi
kebutuhan yang sama.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat seperti keperluan masyarakat yang berbeda.
3. Kualitas pelayanan kesehatan yang sama
Pemberi Pelayanan Kesehatan memiliki komitmen yang sama
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
sesuai dengan standar yang diterapkan.

Dua dimensi keadilan dalam pelayanan Kesehatan yaitu:

1. Keadilan horizontal (horizontal equity) merupakan prinsip yang sama


terhadap kondisi yang sama yang terdiri dari: sumber daya,
penggunaan dan akses yang sama untuk kebutuhan yang sama serta
kesamaan tingkat kesehatan. Mooney dan van Doorslaer dkk..
memandangnya sebagai perlakuan yang sama terhadap kebutuhan yang
sama, Dikenal empat macam definisi operasional keadilan horiztotal :
1. Sumberdaya/input/pengeluaran yang sama untuk kebutuhan yang
sama
2. Penggunaan (pemanfaatan) atau penerimaan (resi) yang sama
untuk kebutuhan yang sama
3. Akses/kesempatan yang sama untuk kebutuhan yang sama
4. Kesamaan tingkat Kesehatan

Definisi operasional keadilan horisontal tersebut sesungguhnya


dapat dipahami sebagai tahap-tahap dalam produksi kesehatan: input,
proses (akses maupun penggunaan pelayanan kesehatan), dan output
(kesehatan). Meskipun tahap-tahap produksi kesehatan tersebut
merupakan satu kontinum, namun terdapat sejumlah faktor produksi
eksogen yang berperan terhadap terjadinya tahap-tahap tersebut.
Sebagai contoh, tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi juga biologi manusia / anugerah genetic,
gaya hidup, dan lingkungan. Akibatnya, keempat definisi keadilan
horisontal di atas dapat saja saling bertmenjerat. Kesamaan
penggunaan pelayanan Kesehatan misalnya,belum tentu saja
menghasilkan kesamaan tingkat kesehatan seperti yang diharapkan.
Untuk mencapai kesamaan status kesehatan, ada kemungkinan
dibutuhkan penggunaan pelayanan kesehatan yang lebih besar bagi
kelompok populasi tertentu dibandingkan kelompok populasi lainnya.
Demikian juga untuk memastikan akses yang sama, ada kemungkinan
dibutuhkan input sumber daya Kesehatan yang lebih besar untuk suatu
daerah (misalnya, terpencil) dari pada daerah lainnya (perkotaan).

2. Keadilan Vertikal pada prinsip-prinsip perlakuan untuk keadaan yang


berbeda, meliputi: perlakuan yang tidak sama untuk kebutuhan yang
berbeda dan pembiayaan kesehatan progresif berdasarkan kemampuan
membayar.
1. Perlakuan tidak sama untuk kebutuhan berbeda kriteria perlakuan
tidak sama untuk kebutuhan yang berbeda agaknya lebih mudah
dijangkau oleh banyak orang. Sebagai contoh, pasien datang ke
rumah sakit dengan gagal ginjal akut mendapat perlakuan yang
berbeda (misalnya, pelayanan yang lebih segera atau di dunia
kedokteran disebut "cito") daripada pasien dengan keluhan pilek
maka mudah dijangkau bahwa pelayanan dengan standar yang
berbeda agaknya lebih adil dari pelayanan yang sama bagi kedua
pasien. Demikian pula penderita stroke selayaknya diperlakukan
dengan berbeda penderita nyeri saraf trigeminus. Persoalannya
menjadi tidak mudah ketika ditanya lebih lanjut sejauh mana
perlakuan tersebut seharusnya berbeda. Apakah selayaknya satu
kondisi menikmati standar pelayanan lebih tinggi karena kondisi
tersebut dinilai lebih penting (misalnya, lebih parah)? Jika ya.
sejauh mana standar pelayanan tersebut selayaknya lebih tinggi
untuk dikatakan adil? Dalam menilai sistem pelayanan kesehatan
di tingkat populasi diperlukan analisis secara menyeluruh
mencakup segmentasi populasi dengan mempertimbangkan aspek
epidemiologi, demografi, sosioekonomi, dan kultural, dalam
mengukur kebutuhan populasi
2. Pembiayaan kesehatan progresif berdasarkan kemampuan
membayar (kemampuan membayar)
Kriteria kedua keadilan vertikal memberikan tekanan kepada
sistem pembiayaan pelayanan Kesehatan yang bersifat progresif
berdasarkan kemampuan membayar (kemampuan membayar). Ada
dua alasan dibalik kriteria Itu Pertama, peristiwa sakit sulit
diramalkan dan serba tak pasti, dan jika terjadi berimplikasi pada
biaya kesehatan yang sangat bermanfaat ekonomi rumah tangga,
khususnya bagi anggota masyarakat yang lebih miskin. Alasan
tersebut membenarkan upaya proteksi terhadap situasi yang
menyusahkan tersebut dengan cara mengatasi hambatan
ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan. Kedua,
konsumsi pelayanan kesehatan dianggap memberikan dampak
yang besar bagi kesehatan, sehingga hal yang menghambat
konsumsi pelayanan kesehatan sebagai suatu barang bermanfaat
(pantas baik), lagi-lagi sangat diharapkan.

Pembiayaan kesehatan yang adil memenuhi dua dimensi keadilan.


Pertama, pembiayaan berdasarkan kemampuan membayar. Sebagai
cotidak, apabila sistem pelayanan kesehatan dibiayai dengan pajak
pendapatan, maka warga yang berpendapatan tinggi membayar lebih besar
daripada warga berpendapatan rendah (keadilan vertikal). Kedua, didalam
satu kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan keuangan yang
sama (dan kebutuhan yang sama), perlu dipastikan pembayaran yang juga
sama (keadilan horisontal).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk menjaga serta
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit juga penyakit
kesehatan, keluarga, kelompok dan/ataupun masyarakat. Dalam hal itu pelayanan
kesehatan merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat
dalam rangka meningkatkan, memelihara, dan menemukan kesehatan
masyarakat, yang meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Dalam arti sempit, upaya itu dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
memberikan pengobatan kepada seseorang yang sakit, dalam hal ini contohnya
rumah sakit.
Sedangkan keadilan merupakan semua hal yang menghargai dengan sikap
dan tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan
agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibanya,
perlakuan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih. semua orang melainkan
diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajiban.
Dalam keadilan terdapat beberapa teori mengenai jenis-jenis keadilan
menurut beberapa ahli diantaranya yaitu menurut Aristoteles, beliau mengatakan
bahwa jenis keadilan ada 5 yaitu Keadilan Komunikatif, Keadilan Distributif,
Keadilan Kodrat Alam, Keadilan Konvensional, dan Keadilan Perbaikan.
Sedangkan jenis keadilan menurut Plato terdiri dari 2 macam yaitu Keadilan
Moral dan Keadilan Prosedural. Adapun beberapa jenis keadilan secara umum
yaitu terbagi menjadi 2, yang pertama Keadilan Komutatif (Lustitia
Commutativa) dan Keadilan Distributif (Lustitia Distributavia).
Adapun Prinsip Keadilan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Miskin dan Berpenghasilan Rendah diantaranya yaitu :
1. Setiap orang memiliki klaim yang sama untuk memenuhi hak-hak dan
kemerdekaan-kemerdekaan dasarnya yang kompatibel dan sama jenisnya
untuk semua orang, serta kemerdekaan berpolitik yang sama dijamin dengan
nilai-nilai yang adil.
2. Ketidaksamaan sosial dan ekonomi dapat dipenuhi atas dasar dua kondisi,
yaitu:
a) melekat pada jabatan-jabatan serta posisi-posisi yang dibuka bagi semua
orang dibawah kondisi adanya persamaan kesempatan yang adil.
b) kemanfaatan sebesar-besarnya bagi anggota-anggota masyarakat yang
paling tidak diuntungkan.

Adapula keadilan menurut Margaret yang berisikan Keadilan dalam status


Kesehatan, Keadilan dalam penggunaan layanan Kesehatan serta Keadilan dalam
pembiayaan Kesehatan. Keadilan dalam pelayanan Kesehatan dapat juga diartikan
sebagai :

1. Akses yang sama ke pelayanan Kesehatan


2. Pemanfaatan pelayanan Kesehatan yang sama dalam memenuhi kebutuhan
yang sama
3. Kualitas pelayanan Kesehatan yang sama

Ada pula dua dimensi keadilan dalam pelayanan Kesehatan yaitu :

1. Keadilan horizontal (horizontal equity) merupakan prinsip yang sama terhadap


kondisi yang sama yang terdiri dari: sumber daya, penggunaan dan akses yang
sama untuk kebutuhan yang sama serta kesamaan tingkat Kesehatan
2. Keadilan Vertikal pada prinsip-prinsip perlakuan untuk keadaan yang berbeda,
meliputi: perlakuan yang tidak sama untuk kebutuhan yang berbeda dan
pembiayaan kesehatan progresif berdasarkan kemampuan membayar.
Hak atas kesehatan (hak atas kesehatan) adalah hak dasar manusia dan sebab
itu Negara wajib menjamin kemerataan Kesehatan baik bagi yang kaya maupun
yang miskin dan rendah. Pemerintah Indonesia sebagai upaya untuk memenuhi
hak atas kesehatan, membangun satu sistem yang bernama jaminan kesehatan
nasional. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) merupakan program Pemerintah
yang mempunyai tujuan memberikan jaminan kesehatan yang merata bagi seluruh
rakyat Indonesia untuk dapat hidup sejahtera, sehat serta produktif. Sistem ini
dilandaskan pada asuransi social yang mewajibkan semua peserta atau warga
negara untuk membayar premi. Dengan seperti ini, maka beban atau risiko
disebarkan dan ditanggung bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA

Isriawaty, Fheriyal S. "Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas


Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945." Pendapat Hukum , vol. 3, tidak. 2,
2015.
rifqi Ihsan, F. MODEL PELAYANAN KESEHATAN MELALUI
PUSKEMAS PADA MASYARAKAT MISKIN DI WILAYAH PERI
URBAN.
Murti, B. (2001). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Keadilan
Horisontal, Keadilan Vertikal, dan Kebijakan Kesehatan .surakarta:
Universitas Sebelas Maret.4(3),126-129.
Indrayathi,AP, & Noviyani R. (2017). Bahan Ajar Eq uity Dalam Pelayanan
Kesehatan. Denpasar.
Mardiansyah,R. (2018) . Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak
Atas Kesehatan Indonesia.4(1),227.
Santoso, AM (2014). Hukum, Moral, & Keadilan sebuah Kajian Filsafat
hukum. Jakarta.
Fikri,S.(2018). Marjinalisasi masyarakat Miskin atas Hak Kesehatan di kota
Surabaya Surabaya: Universitas Airlangga.
Triyono,DKS,& Herdiyanto,KH(2017). Jurnal Psikologi Udayana. Konsep
sehat dan Sakit Pada individu Dengan Urolitiasis (Kencing Batu).Bali:
Universitas Udayana.4(2),263.
Faiz,MP (2009). Jurnal Konstitusi. Teori Keadilan John Rawls. 6(1),142-147.
Riyadi, R. (2015). Bersama pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional Di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat .
(Skripsi).Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

LAMPIRAN BUKTI PLAGIASI


Halaman 1-10

Halaman 11-20

Anda mungkin juga menyukai