Abstrak
Abstract
Legal protection is the right to acquire justice, regularity, provision, usefulness and
convenience to the rights of individuals or groups in the eyes of the law. This research
discusses the protection of the patient's law when receiving health care services in Dr. Slamet
Garut Hospital which is studied at the rules of consumer protection and health legislation
with the aim to know how the legal protection Patients and their implementation in healthcare
services and fulfilling the rights of patients by health and hospital personnel. Techniques used
quantitative descriptive, univariate analysis, sample number 97 respondents, data was taken
using a question sheet and the results showed that most of the respondents (66.0%) Patient's
legal protection is fulfilled and nearly half the respondent (34.0%) Patient legal protection is
not met. There should be a strategy or effort from the hospital to further improve the legal
protection aspect of the patient in order to obtain appropriate services to the patient, so that
the patient's legal protection can be fully fulfilled.
PENDAHULUAN
Usaha peningkatan kualitas psikis dan sosial masyarakat yang berjalan
kesehatan baik fisik dan non fisik baik serta bebas dari penyakit (WHO,
masyarakat diperlukan kerjasama antara 2010).
pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi Sebagai penyedia jasa layanan
dalam pembangunan dibidang kesehatan. kesehatan baik secara individu maupun
Kesehatan itu sendiri berarti kondisi fisik, organisasi, rumah sakit memberikan
97
layanan kegawatdaruratan, berobat jalan, Meningkatnya kesadaran hukum
opname dan perawatan serta pemulihan masyarakat tentang hak dan kewajiban
berikut segala penunjangnya yang bagi seorang pasien dapat dilihat
diperuntukan untuk untuk kepentingan berdasarakan dari laporan kejadian atau
masyarakat dalam meningkatkan kualitas berdasarkan kasus yang terjadi di
hidup. Usaha peningkatan kualitas masyarakat yang melibatkan pasien atau
kesehatan baik fisik dan non fisik keluarga pasien dengan rumah sakit
masyarakat diperlukan kerjasama antara sebagai provider kesehatan. Kesadaran itu
pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi muncul karena ketidakpuasan keluarga dan
dalam pembangunan dibidang kesehatan. pasien atau merasa dirugikan oleh
Kesehatan itu sendiri berarti kondisi fisik, pelayanan di rumah sakit, sehingga
psikis dan sosial masyarakat yang berjalan kepercayaan masyarakat terhadap dunia
baik serta bebas dari penyakit (WHO, medis menjadi berkurang dan pasien harus
2010). lebih berhati-hati, mengawasi dan bertanya
Sebagai penyedia jasa layanan ketika tenaga medis memberikan tindakan
kesehatan baik secara individu maupun atau pelayanan kesehatan sehingga tidak
organisasi, rumah sakit memberikan terjadi kesalahan dan kelalaian oleh tenaga
layanan kegawatdaruratan, berobat jalan, kesehatan (Nurdin, 2015).
opname dan perawatan serta pemulihan Bentuk proteksi diri sebagai
berikut segala penunjangnya yang seorang konsumen dibutuhkan sikap dan
diperuntukan untuk untuk kepentingan perilaku yang bertanggung jawab serta
masyarakat dalam meningkatkan kualitas meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
hidup. rasa peduli dan tidak bergantung pada
Tenaga kesehatan di era digital ini orang lain, sehingga meningkatkan derajat
perlu dibekali dengan pemahaman dan dan harga diri konsumen (Nasution, 2017).
kompetensi akan penggunaan alat-alat Sebagai penerima manfaat dari layanan
kesehatan yang modern, sehingga kesehatan Pasien wajib dilindungi hak-
teknologi tersebut dapat membantu haknya dan dijamin kesehatannya dalam
mempercepat dan mempermudah tenaga bentuk aturan dan perundangan yang
medis dalam memberikan layanan berlaku dimasyarakat. Dengan adanya
kesehatan serta mampu mengurangi resiko undang-undang atau aturan bukan
yang tidak diinginkan karena kesalahan merupakan jaminan bahwa di instansi
yang diakibatkan keselahan manusia pelayanan kesehatan tidak akan terjadi
(Pohan, 2015). kesalahan atau malparktik, akan tetapi
meminamalisir atau menghindari adanya
98
permasalahan yang merugikan pasien. Adapun faktor yang mempengaruhi
Adapun ketidakpuasan atau kerugian yang upaya penyelenggaraan kesehatan yaitu
di alami pasien dalam pelayanan adalah faktor lingkungan, kemasyarakatan dan
malpraktik yang di lakukan oleh tenaga tradisi, ekonomi, lingkungan fisik dan
kesehatan. Walaupun hak-hak pasien sudah bilogis yang bersifat berubah-ubah dan
di lindungi dengan undang-undang tetapi rumit. Untuk mendapatkan standar
tidak menjamin bahwa tidak akan ada kesehatan yang optimal pemerintah
permasalahan bahkan disetiap tahun berusaha meningkatkan sarana dan fasilitas
masalah yang merugikan pasien semakin pelayanan kesehatan yang komprehensif,
bertambah (Siringoringo, Hendrawati and sistematis, adil dan terjangkau masyarakat.
Suharto, 2017). Dalam mewujudkan indonesia
Setiap warga negara indonesia sehat sebagai bentuk dukungan masyarakat
memiliki harapan untuk hidup secara dalam pembangunan kesehatan yaitu
layak, damai, aman dilingkungan yang Profesionalisme tenaga kesehatan dalam
sehat (Indonesia, 2016). Upaya menjamin memberikan pelayanan kesehatan
pemenuhan hak-hak akan proteksi, jaminan sangatlah penting dalam menjaga kualitas
dan kepastian hukum dapat terlakasana pelayanan sehingga mempengaruhi
dapat dengan baik khususnya dalam kepuasan pasien di pusat pelayanan
pelayanan bidang kesehatan dijamin oleh kesehatan (Perceka, 2018). Kepuasan
negara (Presiden RI, 2009). pasien merupakan harapan yang diterima
Kesejahteraan merupakan salah pasien setelah menerima layanan kesehatan
satu harapan masyarakat dalam pemenuhan setelah kebutuhan pasien terpenuhi
kebutuhan akan kesehatan yang (Nuryaasiinta, 2019).
memerlukan suport hukum bagi Strategi pembangunan diranah
pengelolaan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut bertujuan dalam
kesehatan yang semula hanya berupa mengupayakan peningkatan mutu
kuratif dan rehabilitatif sekarang kesehatan, sehingga kualitas pelayanan
berkembang menjadi pembangunan kesehatan meningkat sehingga dibutuhkan
kesehatan yang utuh, sistematis, dan standar kualitas pelayanan yang
berkelanjutan untuk meningkatan, menyeluruh, terstruktur dan dapat di
mencegah dan menyembuhkan serta monitoring serta di evaluasi setiap bentuk
memulihkan dalam upaya peningkatan pelayanannya agar pelayanan kesehatan
kesehatan (Kep, Kep and Purdiyani Bagian menjadi baik.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rumah sakit dr. Slamet Garut
2015). merupakan instansi kesehatan milik
99
pemerintah kabupaten Garut terkareditasi Wewenang dan tanggungan orang
B. Sebagai pusat penanganan kesehatan sakit yaitu: menerima penjelasan aturan
yang lebih tinggi rumah sakit menerima yang ada di rumah sakit, menerima
pasien yang tidak bisa ditangani oleh keterangan akan hak dan kewajiban pasien,
puskesmas dan klinik di Kabupaten Garut. memperoleh kans jasa yang sama,
RSUD dr. Slamet Garut menetapkan menerima jasa kesehatan yang berkualitas
standar aturan-aturan mengenai kebijakan- sesuai dengan standar prosedur pelayanan,
kebijakan tata tertib yang meliputi, tata menerima layanan yang berdayaguna,
tertib bagi pengunjung, pintu masuk dan mengajukan komplain pengaduan atas
pintu keluar rumah sakit, alur dan waktu kualitas pelayanan yang diterima, ketujuh,
distribusi pada instalasi gizi, laundry, bebas memilih dokter dan ruang
sanitasi, CSSD dan kedokteran forensik. perawatan sesuai dengan kemampuan,
Serta penerapan hak-hak pasien dan menghendaki temu muka dengan dokter
proteksi yang diberikan kepada pasien lain tentang penyakit yang dialaminya
guna memberikan pelayanan terbaik (Undang-Undang Republik Indonesia
mereka kepada pasien. Nomor 44, 2009).
Pasien atau pesakit merupakan Keterikatan antara dokter dan
orang yang mendapatakan tindakan pasien adalah tolak ukur antara
perawatan. Pendapat lain pasien adalah keseimbangan wewenang dan tanggungjab
subyek yang mengalami penderitaan untuk mencapai suatu keadilan didalam
(suffering) dan ketidaknyamanan yang suatu tindakan, antara maka hak yang satu
berat yang mengancam keutuhan atau harus diimbangi oleh kewajiban pihak
integritas seseorang (Black and Black, yang lainnya, begitu juga dengan
2018). sebaliknya.
Karakteristik seseorang sangat Interaksi antara dokter dan pasien
mempengaruhi pola kehidupan sesorang, dalam ilmu kedokteran berupa interaksi
karakteristik bisa dilihat dari beberapa biomedis aktif dan pasif. Dokter sebagai
sudut pandang diantaranya umur, jenis tenaga profesional memberikan jasa sesuai
kelamin, tingkat ekonimi, pekerjaan, status dengan kompetensi, standar dan kode etik
perkawinan dan tingkat pendidikan profesi dan pasien mendapatkan jasa
seseorang. Kualitas hidup seseorang kesehatan tersebut (Muhamad Sadi, 2015).
dipengaruhi oleh keseriusan sesorang Daya upaya yang diusahakan
dalam menjaga kesehatannya. (Budiarto & perorangan atau kelompok dalam suatu
Anggraeni, 2002 dalam colina T.S 2013). organisasi untuk memajukan dan menjaga
kesehatan melalui pencegahan,
100
penyembuhan penyakit dan rehabilitasi mendapat perlakuan yang sama dalam
kesehatan adalah pelayanan kesehatan pelayanana, akan tetapi selalu ada kendala
(Muhamad Sadi, 2015). yang dikeluhkan oleh setiap pasien BPJS
Peran penting hukum dalam pelayanan kesehatan. Diantaranya
peningkatan pelayanan dalam memberikan mengeluhkan tentang prosedur perlayanan
jaminan keadilan dan proteksi bagi pasien di rumah sakit yang rumit, petugas yang
di instansi pelayanan kesehatan, maka kurang ramah dan lamban, sehingga pasien
semakin besar peran hukum dalam dan keluarga tidak puas akan pelayanan
menjalankan tanggungjawabnya. yang ada.
Bagian yang berinteraksi pada setiap Bersumber pada hasil pengamatan
kegiatan pelayanan kesehatan di instansi awal dengan dengan melakukan
pelayanana kesahatan, yaitu : dokter, wawancara diruang opname RSUD dr.
perawat, bidan, dan apoteker. Kaitan Slamet Garut, perawat dan mahasiswa
hukum ditimbulkan akibat hubungan praktik memaparkan sebelumnya pada
antara pasien dengan dokter dan tenaga tahun 2018 pernah terjadi kesalahan
kesehatan lain karena adanya pemberian obat terhadap pasien tapi tidak
ketidakpuasaan antara pasien dengan ada tindakan yang dilakukan melainkan
penyelenggara kesehatan atau dengan hanya menunggu apakah terjadi reaksi atau
tenaga kesehatan hubungan pelayanan tidak kepada pasien. Kemudian pasien
kesehatan (Muntaha, 2018). diantaranya menyatakan perawat
Tindak lanjut rumah sakit untuk melakukan kesalahaan saat melakukan
menjawab keluhan pasien diantaranya penyuntikan infus sampai beberapa kali
rumah sakit menyediakan kotak saran di penyuntikan sehingga menyebabkan
setiap ruangan serta layanan pengaduan pembengkakan. Dari permasalahan diatas
untuk menerima masukan dan komentar peneliti tertarik menelaah lebih lanjut
dari masyarakat. Respon terhadap tentang proteksi hukum bagi pasien di
ketidakpuasan masyarakat dilihat dari ruang opname RSUD dr Slamet Garut
kesesuaian antara prosedur layanan dengan dalam pelayanan kesehatan.
tindakan yang diberikan sehingga apabila Konsep Proteksi hukum dalam
jasa tidak sama dengan prosedur yang bahas Inggris disebut legal protection,
sudah ditetapkan, maka rumah sakit akan yaitu proteksi kepada seluruh warga
memperbaikinya. negara Indonesia dapat berupa proteksi
Rumah Sakit dr Slamet Garut secara dan mendapatkan perlakuan yang
menerima pasien BPJS dan pasien non sama di mata hukum. Proteksi wujud
BPJS, sehingga pasien yang datang merupakan proteksi yang wujud suatu
101
benda atau barang. Sedangkan proteksi RSUD dr. Slamet Garut dengan metode
hukum yaitu proteksi akan kewenangan non probability sampling secara quota
setiap warga Negara (Muntaha 2018). sampling. Data diambil pada bulan Maret
Media proteksi hukum ada dua 2019 di ruang opname RSUD dr Slamet
macam, yaitu media proteksi hukum Garut dengan membagikan kuesioner
melalui pencegahan dan media proteksi kepada pasien. Data yang terkumpul diolah
hukum melalui penyelesaian sengketa. dengan dilakukan pemeriksaan data,
Dasar proteksi hukum bagi orang yang pemberian kode, memasukan data, dan
sakit merupakan jaminan kepastian hukum pengecekan kembali data.
berupa proteksi kepada orang sakit dalam Sesuai dengan rumusan masalah
mendapatkan jasa kesehatan yang sesuai bahwa fokus penelitian ini adalah proteksi
standar pelayanan. Dua hal yang dapat hukum pasien dalam pelayanan kesehatan
menjadi penghambat atau pendukung diruang opname RSUD dr Slamet Garut.
pelaksanaan proteksi hukum pasien yaitu Fokus penelitian yaitu proteksi hukum
faktor dari dalam yang menjadi pendukung pasien saat menerima jasa kesehatan di
berupa komunikasi, data dan tenaga rumah sakit dr. Slamet Garut yang dikaji
kesehatan. faktor dari luar yang menjadi bersumber pada aturan Proteksi Konsumen
pendukung Motivasi pasien, dan kepatuhan dan perundang-undangan kesehatan
pasien. dengan tujuan untuk mengetahui
Adapun faktor penghambat proteksi bagaimanakah proteksi hukum pasien dan
pasien dari dalam yaitu Komunikasi yang implementasinya dalam pelayanan
kurang antara pasien dan tenaga kesehatan, kesehatan serta terpenuhinya hak-hak
sarana medis yang tidak representataive pasien oleh tenaga kesehatan dan rumah
dan suasana kerja yang kurang baik dan sakit.
faktor penghambat dari luar yaiitu sikap HASIL DAN PEMBAHASAN
pesimis pasien (Gde Muninjaya, 2014). 1. Hasil Penelitian
a. Karakteristik Pasien di Ruang Opname
RSUD dr. Slamet Garut
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan Tabel 1. Sebaran Data Karakteristik
Pasien di Ruang opname RSUD dr.
yaitu deskriptif kuantitatif dengan
Slamet Garut
menggunakan variabel tunggal yaitu
proteksi hukum pasien dalam pelayanan
kesehatan dengan sampel sebanyak 97
orang yaitu pasien yang sedang menerima
asuhan keperawatan di Ruang opname
102
Karakteristik F % Bersumber pada tabel 2 diketahui
Pasien bahwa (66.0%) responden terpenuhi dan
Jenis Kelamin (34.0%) responden tidak terpenuhi
Perempuan 50 51.5
Laki-laki 47 48.5
Usia 2. Pembahasan
12-16 Tahun 1 1 Hasil penelitian tingkat karakteristik,
17-25 Tahun 18 18.6
26-35 Tahun 21 21.6 diketahui bahwa hampir setengahnya
36-45 Tahun 31 32 responden (32.0%) Dewasa akhir, Dan
46-55 Tahun 14 14.4
56-65 Tahun 10 10.3 sebagian kecil dari responden (1.0%)
>65 Tahun 2 2.1 Remaja awal, dan diketahui lebih dari
Pendidikan
Pendidikan Dasar 1 1 setengahnya responden (51.5%)
Pendidikan 40 41.2 Perempuan, dan diketahui bahwa hampir
Menengah 14 14.4
Pendidikan Atas 33 34 setengahnya responden (41.2%) SD, dan
Vokasi 5 5.2 sebagian kecil dari responden (1.0%)
S1 5 5.2
Pekerjaan Tidak sekolah, dan diketahui bahwa
Tidak Bekerja 18 18.6 hampir setengahnya responden (34.0%)
Petani 16 16.5
IRT 33 34 IRT, dan PNS/TNI/POLRI (2.1%)
Wiraswasta 28 28.9 responden. Penelitian tingkat proteksi
PNS/TNI/POLRI 2 2.1
hukum pasien diketahui bahwa (66.0%)
responden proteksi hukum terpenuhi dan
Bersumber pada Tabel 1, diketahui
(34.0%) responden Tidak terpenuhi. Hasil
(51.5%) responden Perempuan, (32.0%)
penelitian di atas menunjukan bahwa
responden dewasa akhir, (1.0%) remaja
proteksi hukum terhadap pasien (66.0%)
awal, (41.2%) responden SD, (1.0%)
responden terpenuhi, sehingga pasien
responden Tidak sekolah, (34.0%)
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
responden IRT, dan (2.1%) responden
mendapatkan proteksi hukum sudah sesuai
PNS/TNI/POLRI.
dengan perundangan. Proteksi hukum
105