Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Pola Asuh dan Status Gizi Balita Dengan Angka Kejadian Diare di Ruang

Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet Garut

Wahyudin 1, Andhika Lungguh Perceka 2

Abstrak

Faktor-faktor yang mempengaruhi diare adalah faktor Infeksi bakteri, virus, dan parasit,
alabsorbsi, makanan, psikologis, kondisi lingkungan. Di negara yang sedang berkembang per
tahun rata-rata anak mengalami diare 3-4 kali kejadian. Faktor penjamu (host) yaitu keadaan
gizi, pola asuh ibu, perilaku hygiene. Asupan gizi tergantung pada proses sosial yang
dilakukan ibu. Interaksi keluarga terutama ibu dan anak disebut pola pengasuhan. Penelitian
ini bertujuan untuk mencari Hubungan Pola Asuh Dan Status Gizi Balita dengan Kejadian
Diare di Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet Garut. Metoda penelitian yang
digunakan Deskriptif korelasional, jumlah sampel 62 responden, pengambilan data dilakukan
dengan kuesioner. Hasil penelitian sebagian besar pola asuh ibu tidak efektif dan sebagian
besar status gizi pasien balita kategori kurus di Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet
Garut. Kesimpulan antara pola asuh ibu terdapat hubungan dengan angka kejadian diare dan
antara status gizi balita terdapat hubungan dengan angka kejadian diare di Ruang Nusa Indah
Bawah RSUD dr. Slamet Garut. Disarankan agar memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga pasien mengenai pola asuh dan dan penanganan gizi pada anak untuk menghindari
kejadian diare.

Kata kunci : Pola asuh, status gizi, diare

Abstract

The factors affecting diarrhea are factors of bacterial, viral, and parasitic infections,
Alabsorbsi, food, psychological, environmental conditions. In the developing country per year
the average child has diarrhea 3-4 times the incident. The host factor is a nutrient condition,
mother's foster pattern, hygiene behaviour. Nutritional intake depends on the social process
that mothers do. Family interactions especially mothers and children are called parenting
patterns. PEnelitianaims to find the relationship of foster care and nutritional Status of
toddlers with the incidence OF diarrhea in the room Nusa Indah under the Dr. Slamet Garut
hospital. Researchs methods used descriptive correlational, sample count of 62 respondents,
data retrieval carried out with questionnaires. The results of the study of most of the mother's
foster pattern is ineffective and most of the nutritional status of the toddler patient skinny
category in the space Nusa Indah under the Dr. Slamet Garut hospital. Conclusion between
the mother's foster pattern there is a connection with the incidence of diarrhea and among the
nutritional status of children there is a relationship with diarrhea incidence rate in Nusa
Indah AREA under the hospital Dr. Slamet Garut hospital. It is recommended to provide
health education to the patient family about the foster pattern and the nutrition treatment in
children to avoid diarrhea.

Keywords: Foster pattern, nutritional Status, diarrhea

PENDAHULUAN
Di Indonesia jumlah penyakit dan terbesar yang dilakukan oleh Subdit Diare,
angka kematian akibat diare masih tinggi. Kementrian Kesehatan pada tahun 2016
Berdasarakan laporan jumlah penyakit Insidensi Ratio (IR) penyakit diare

44
423/1000 penduduk dan tahun 2017 pola asuh dan kejadian penyakit infeksi
menjadi 412/1000 penduduk (Kemenkes, khususnya diare, sangat penting
2017). Data di Jawa Barat tahun 2017 lebih peranannya dalam pertumbuhan dan
dari 742.358 penderita, dan jumlah kasus perkembangan anak, khususnya untuk anak
diare pada anak lebih dari 269.765. dengan hambatan pertumbuhan dalam
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten rahim, karena akan berpengaruh langsung
Garut tahun 2017 dilaporkan proporsi pada pemenuhan kebutuhan gizi balita.
penderita rawat jalan diare di Puskesmas Faktor lingkungan biologis yang
untuk balita 2,97% yaitu lebih dari 24.203 berhubungan langsung dengan
penderita dari total 797.817 penderita pertumbuhan anak adalah penyakit infeksi.
penyakit lainnya (Dinkes Garut, 2017). Infeksi pada anak menyebabkan
Pertumbuhan anak dipengaruhi kehilangan persediaan zat gizi akibat
oleh Gen keturunan dan lingkungan respon metabolik, kehilangan melalui
sebelum dan sesudah kelahiran yaitu gizi saluran cerna, dan menurunkan
ibu waktu hamil. Gizi ibu yang tidak baik menurunkan nafsu makan, sehingga asupan
sebelum kehamilan maupun selama hamil, gizi anak menurun.
lebih beresiko melahirkan Bayi Berat Faktor lain yang mendukung
Lahir Rendah (BBLR) atau lahir mati. tumbuh kembang anak yaitu pola asuh
Faktor sesudah kelahiran memiliki peran anak. Pola asuh anak merupakan hubungan
penting dalam pertumbuhan anak adalah timbal balik orang tua dengan anaknya,
faktor lingkungan biologis seperti gizi, yang meliputi penyediaan waktu, perhatian
imunisasi, penyakit dan faktor psikososial, dan dukungan orang tua guna memenuhi
seperti kualitas hubungan antara balita dan kebutuhan fisik, mental dan
orang tua atau dikenal dengan pengasuhan bermasyarakat. Pemenuhan kebutuhan
(Soetjiningsih, 2009). fisik, kasih sayang, pola perilaku,
Pertumbuhan dan perkembangan bimbingan dan bantuan dalam mempelajari
juga tergantung pada proses sosial yang berbagai kecakapan anak diperoleh dari
dilakukan keluarga terutama ibu terhadap keluarga (Santoso, 2009). pada proses
anak yang dikenal dengan pengasuhan. sosial yang dilakukan keluarga terutama
Pola asuh anak merupakan interaksi orang ibu. Interaksi keluarga terutama ibu dan
tua dengan anaknya, berupa tindakan anak disebut pengasuhan. Pengasuhan anak
penyediaan waktu, perhatian dan dukungan mencakup pemeliharaan, pendidikan,
orang tua guna memenuhi kebutuhan fisik, pembinaan, perlindungan dan seluruh
mental dan sosial (Santoso, 2009). bentuk interaksi antara orang tua dan anak
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa
45
untuk pengembangan seluruh potensi anak diperoleh peneliti jumlah penderita diare
(fisik, mental, akal dan rohani). satu tahun terakhir pada balita di RSUD dr.
Gambaran tumbuh kembang bayi Slamet Garut mengalami peningkatan yaitu
dan anak dengan berat lahir rendah tahun 2016 sebanyak 263 kasus dan tahun
dipengaruhi oleh pola asuh anak dan 2017 naik menjadi sebanyak 284. peneliti
kejadian diare, khususnya bayi yang memilih diare untuk diteliti. Dari observasi
mengalami hambatan pertumbuhan akan awal peneliti melakukan wawancara
mempengaruhi asupan gizi bayi. Diare terhadap 10 orang tua balita, 6 orang
merupakan penyakit yang dapat dicegah mengatakan dalam 6 bulan terakhir balita
dan diobati namun diare yang berlangsung mengalami diare sebanyak 2 kali, hal ini
dalam durasi panjang dan terjadi dehidrasi dikarenakan balita sering jajan di luar dan
dapat menimbulkan kematian. Penyakit orang tua tidak mengawasi anak jajan di
diare pada anak lebih beresiko dibanding luar. Empat orang lainnya mengetahui
orang dewasa karena struktur tubuh balita mengenai cara pencegahan diare secara
lebih banyak mengandung air dibanding benar, namun terkadang tidak diketahui
dewasa. bila kebersihan makanan ketika sedang
Kasus diare pada anak sebagain diluar, semua anak-anak yang mengalami
besar akan sembuh dengan sendirinya, diare berusia di bawah 6 tahun.
tetapi diare yang berlangsung terus
menerus menyebabkan keadaan METODE PENELITIAN
dehidrasi. Peranan orang tua dalam Penelitian ini bertempat di Rumah
pencegahan dan perawatan balita dengan Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut
diare sangatlah penting. Penanganan pada dengan pendekatan Deskriptif korelasional
pasien diare memerlukan perawatan yang dengan populasi adalah seluruh balita yang
komprehensif dan rasional. Perawatan menderita penyakit diare maupun tidak di
diare dilakukan untuk pencegahan dan Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr.
penanggulangan dehidrasi dan gangguan Slamet Garut tahun 2018 sebanyak 784
gizi serta kesetimbangan asam basa, dan kasus dan sampel sebanyak 62 responden
mengobati penyakit penyerta (Subijanto, dengan menggunakan teknik random
2009). sampling dengan teknik purposive
Jumlah 10 penyakit terbesar di sampling. Pengumpulan data penelitian ini
RSUD dr. Slamet Garut pada tahun 2017 menggunakan instrumen yaitu lembar
BHP 291 kasus, Diare 284 kasus, Tyfoid kuesioner dengan pertanyaan terbuka.
fever 258 kasus, Febris convulsi 247 dan Analisa data yang digunakan yaitu
Fabrris 241 kasus dan dari data yang analisa Univariat. Data terjadi diare dan
46
Tidak diare dibuat persentase. Dari Total 62 100
persentase tersebut dapat diketahui berapa
Tabel 2 menunjukkan bahwa status
persen yang terjadi diare dan berapa persen
gizi balita sebagian besar (68,1%) kategori
tidak terjadi diare dan untuk mencari
kurus.
hubungan 2 variabel menggunakan analisa
c. Kejadian Diare
bivariat dengan uji Chi Kuadrat.
Hasil penelitian pada balita yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami diare di Ruang Nusa Indah
1. Hasil Penelitian Bawah RSUD dr. Slamet Garut dapat
a. Pola Asuh Ibu dilihat pada tabel berikut ini :
Hasil penelitian pola asuh ibu pada Tabel 3. Distribusi Frekuensi Angka
Kejadian Diare Pada Pasien Balita di Ruang
pasien balita yang mengalami diare di Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet Garut
Kejadian Frekuensi Prosentase
Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr.
Diare (F) (%)
Slamet Garut. Tidak 22 35,5
Diare
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Ibu Diare 40 64,5
Pada Pasien Balita di Ruang Nusa Indah Total 62 100
Bawah RSUD dr Slamet Garut
Pola Asuh Frekuensi (F) Prosentase
(%) Tabel 3 menunjukkan bahwa
Efektif 24 38,7 sebagian besar balita (64,5%) mengalami
Tidak Efektif 38 61,3 diare.
Total 62 100
d. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian
Diare
Tabel 1. menunjukkan bahwa pola
Pengujian hipotesis hubungan pola
asuh ibu pada balita sebagian besar
asuh ibu dengan kejadian diare pada balita
(61,3%) tidak efektif..
di Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr.
b. Status Gizi Balita
Slamet Garut menggunakan Chi Kuadrat,
Hasil penelitian status gizi pasien
dengan hasil dapat dijelaskan pada tabel
balita yang mengalami diare di Ruang
berikut ini :
Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet Tabel 4. Hubungan Pola Asuh dengan
Garut. Kejadian Diare di Ruang Nusa Indah
Bawah RSUD dr. Slamet Garut
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi
Pasien Balita Yang Mengalami Diare di Pola Kejadian Diare p
Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet asuh value
Tidak % Ya % Total %
Garut
Efektif 19 79,2 5 20,8 24 100 0
Status Frekuensi Prosentase Tidak
3 7,9 35 92,1 38 100
Gizi (F) (%) Efektif
Normal 21 33,9 Berdasarkan tabel 4 di atas
Kurus 41 68,1
Obesitas - - menunjukkan bahwa proporsi pola asuh

47
yang tidak efektif, hampir seluruh balita Pola asuh merupakan hubungan timbal
(92,1%) mengalami diare. Hasil uji balik antara orang tua dan anaknya yaitu
hipotesis dengan Chi Kuadrat menyatakan bagaimana sikap atau perilaku orang tua
bahwa terdapat hubungan yang bermakna saat berinteraksi berupa pendidikan,
antara pola asuh dengan kejadian diare perhatian, dan kasih sayang dengan tujuan
dengan p value sebesar 0,0001 (< 0,05). mampu memberikan dorongan kepada
anak untuk berprilaku yang baik, dan
e. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian memiliki pengetahuan serta nilai-nilai yang
Diare dianggap paling tepat oleh orang tua, agar
Pengujian hipotesis hubungan status anak mandiri, tumbuh dan berkembang
gizi dengan kejadian diare pada balita di secara sehat dan optimal (Aisyah, 2012).
Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr. Bila pola asuh tidak baik, maka
Slamet Garut menggunakan Chi Kuadrat, perkembangan anak akan tidak terkontrol.
dengan hasil dapat dijelaskan pada tabel 5 Asupan gizi dan kesehatan menjadi tidak
berikut ini : diperhatikan, dampaknya adalah gizi
Tabel 5. Hubungan Status Gizi dengan kurang dan mudah terserang penyakit
Kejadian Diare di Ruang Nusa Indah
Bawah RSUD dr. Slamet Garut diantaranya diare. Sebagaimana hasil
penelitian Isnaini (2016) megenai
Status Kejadian Diare p
Gizi Tidak % Ya % Total % value Hubungan Pola Asuh, Pola Makan Dan
Normal 18 85,7 3 14,3 21 100 0,0001 Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Gizi
Kurus 4 9,8 37 90,2 41 100
Buruk Pada Balita di Kabupaten Magetan,
dihasilkan ada hubungan antara pola asuh
Berdasarkan tabel 5 di atas
dengan pola makan, dengan kejadian
menunjukkan bahwa proporsi status gizi
penyakit infeksi dan gizi buruk.
dengan kategori kurus, hampir seluruh
Pola asuh merupakan sikap dan
balita (90,2%) mengalami diare. Hasil uji
perilaku orang tua dalam berinteraksi
hipotesis dengan Chi Kuadrat menyatakan
dengan anak. Sikap dan perilaku orang tua
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
tersebut dapat dilihat dari cara orang tua
antara status gizi dengan kejadian diare
menanamkan disiplin pada anak,
dengan p value sebesar 0,0001 (< 0,05).
mempengaruhi emosi dan cara orang tua
dalam mengontrol anak (Nafratilawati.
2. Pembahasan
2014).
a. Pola Asuh Ibu
Pola asuh yang benar dapat
Bila dilihat dari pola asuh ibu pada
ditempuh dengan memberikan perhatian
balita sebagian besar (61,3%) tidak efektif.
yang penuh serta kasih sayang pada anak,
48
memberinya waktu yang cukup untuk dalam kategori miskin, rentan terkena
menikmati kebersamaan dengan seluruh masalah kekurangan gizi. Hal ini
anggota keluarga. Dalam masa dikarenakan karena rendahnya
pengasuhan, lingkungan pertama yang kemampuan untuk memenuhi gizi yang
berhubungan dengan anak adalah orang baik. Ada beberapa sindroma kemiskinan
tuanya. yang dapat mempengaruhi status gizi.
b. Status Gizi Pertama pendapatan yang tidak
Ukuran tentang keadaan tubuh menjangkau untuk segala kebutuhan
berdasarkan asupan makanan yang pangan, sandang dan papan. Kedua,
disantap dan zat gizi yang dibutuhkan oleh kualitas dalam mengonsumsi makanan
tubuh manusia dapat diartikan sebagai cenderung rendah, tanpa memperhatikan
status gizi. Status gizi dibagi menjadi tiga nilai gizi di dalamnya. Ketiga adalah
kategori, yaitu status gizi kurang, gizi sanitasi dan akses kesehatan yang buruk.
normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2010). Faktor ekonomi keluarga yaitu
Hasil penelitian ini sesuai tabel 2 diketahui pendapatan keluarga menjadi penyebab
bahwa status gizi balita sebagian besar gizi tidak terpenuhi, hal ini terjadi karena
(68,1%) kategori kurus. Penyebab kurang pendapatan keluarga minimal yang didapat
gizi, dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
penyebab langsung dan penyebab tak manusia dalam kebutuhan pokok yaitu
langsung. Penyebab langsung mencakup pangan tidak terpenuhi maka kecukupan
kurangnya asupan gizi dari makanan dan nutrisi dan gizi tidak maksimal sehingga
penyakit infeksi. Kurang gizi juga dapat menyebabkan masalah kurang gizi atau
disebabkan secara tidak langsung seperti ketidakseimbangan nutrisi tubuh.
ketersediaan ada atau tidaknya makanan, Status gizi dan kesehatan merupakan
tesedianya pusat perawatan dan pelayanan salah satu faktor yang sangat menentukan
kesehatan untuk anak ketika sakit, kualitas perkembangan anak. Status Gizi
pengetahuan dan pendidikan orang tua, yang baik dipengaruhi oleh jumlah asupan
kondisi ekonomi dan sosial sesesorang dan zat gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu
sebagainya. anak-anak yang kekurangan gizi akan
Penyebab kekurangan gizi di mengalami gangguan pertumbuhan fisik,
Indonesia salah satunya yaitu standar mental dan intelektual. Pemenuhan gizi
kehidupan masyaraknya masih di bawah pada balita sangat dibutuhkan untuk
standar. Keadaan demikian sangat perkembangan anak. Status gizi kurang
berpengaruh pada kecukupan gizi dalam baik, maka anak akan rentan terserang
suatu keluarga. Keluarga yang masuk penyakit. Perlu pengendalian gizi dengan
49
baik yaitu dengan menerapkan pola asuh Penyebab tingginya kejadian diare
yang efektif, sehingga pola makan menjadi kemungkinan besar disebabkan oleh
terkontrol dan status gizi anak menjadi adanya berbagai macam faktor resiko
baik. penyakit diare antara lain kondisi sanitasi
c. Kejadian Diare lingkungan yang kurang baik, hygiene
Hasil penelitian sesuai perorangan yang kurang baik, sanitasi
dengan tabel 5 sebagian besar balita makanan yang kurang baik, masalah
(64,5%) mengalami diare. Diare adalah nutrisi dan imunitas tubuh. Pengendalian
buang air besar dengan frekuensi lebih dari kebersihan makanan dan lingkungan
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari sangat dibutuhkan. Anak rentan dengan
berupa cairan (Kemenkes RI 2011). Faktor kejadian diare bila pengasuhan pada anak
lingkungan biologis yang berhubungan kurang diperhatikan. Pola asuh yang baik
langsung dengan pertumbuhan bayi adalah akan menjadikan anak terhindar dari diare.
penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang Penerapan hidup bersih sangat dianjurkan,
berkaitan dengan terjadinya guncangan khususnya perilaku hygiene seperti
pertumbuhan dan tingginya angka mencuci tangan dengan menggunakan
kematian bayi adalah infeksi saluran sabun yang benar dan tepat sebagai cara
pernapasan akut (ISPA) dan diare yang efektif untuk mencegah penyebaran
(Wahyuningsih, Sri. Dkk. (2016). berbagai penyakit menular seperti
Dampak diare terhadap keadaan penyakit diare (Fenioktaviani. 2010).
gizi dan pertumbuhan lebih dahsyat Berat dan lamanya diare sangat
daripada infeksi lain, karena selama diare dipengaruhi oleh status gizi penderita dan
terjadi gangguan masukan makanan, diare yang diderita oleh anak dengan status
gangguan absorspi dan gangguan gizi kurang lebih berat dibandingkan
metabolisme secara bersamaan. Diare dengan anak yang status gizinya baik
dapat dikatakan sebagai masalah karena anak dengan status gizi kurang
pediatrik sosial karena diare merupakan lebih banyak keluaran cairan elektrolit
salah satu penyakit utama yang terdapat di dalam tubuh balita dan tinja lebih banyak
negara berkembang, dimana adanya sehingga anak akan menderita dehidrasi
faktor yang mempengaruhi terjadinya berat bahkan sampai dapat menyebabkan
diare pada balita itu sendiri yaitu kematian karena diare, hal ini disebabkan
diantaranya faktor penyebab (agent), karena dehidrasi dan malnutrisi.
penjamu (host), dan faktor lingkungan Menurut pandangan peneliti kejadian
(environment). diare dapat terjadi pada semua kalangan
umur, termasuk balita dapat terjadi karena
50
perilaku ibu yang kurang membiasakan diantaranya adalah diare. penyakit diare
hidup bersih dan sehat, kurang pada anak dapat terjadi karena pola makan
memperhatikan pola asuh yang baik. Pada dan lingkungan yang kurang bersih
balita diare tertular melalui makanan dan (Ngastiyah. 2013).
minuman yang terkontaminasi virus dan Berdasarkan hasil pengolahan
bakteri, kebiasaan anak yang suka data sesuai tabel 4 menunjukkan bahwa
memasukkan mainan atau jari tangan yang proporsi pola asuh yang tidak efektif,
telah terkontaminasi bakteri ke dalam hampir seluruh balita (92,1%) mengalami
mulut. Klasifikasi diare beradasarkan lama diare. Hasil ini memperlihatkan bahwa
waktu, terdiri dari diare akut, diare salah satu penyebab terjadinya penyakit
persisisten dan diare kronis; Pada adalah kurang baiknya kita dalam perilaku
klarifikasi diare dapat dikelompokkan kehidupan sehari hari, seperti kurang
menjadi diare cair akut, disentri, dan diare bersih dalam pengontrolan makanan dan
yang menetap atau persisten. lingkungan di dalam dan di luar rumah.
d. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Diperkuat berdasarkan hasil uji hipotesis
Diare dengan Chi Kuadrat menyatakan bahwa
Pengasuhan anak adalah terdapat hubungan yang bermakna antara
sebuah interaksi yang terjadi antara pola asuh dengan kejadian diare dengan p
pengasuh (orangtua, orang dewasa) dengan value sebesar 0,0001 (< 0,05). Makna dari
anak-anak yang diasuh. Pengasuhan penelitian ini adalah pola asuh yang kurang
merupakan usaha yang diarahkan untuk baik, maka anak rentan terkena penyakit
mengubah tingkah laku sesuai dengan diare.
keinginan pengasuh. Pola asuh orang tua Pola asuh yang tidak efektif
merupakan pola perilaku yang paling mengakibatkan pengontrolan terhadap
menonjol atau paling dominan dalam anak menjadi kurang baik. Perilaku anak
menangani anaknya sehari-hari. Pola asuh sehari-hari kurang diperhatikan, demikian
orang tua tersebut seperti dalam pula dalam hal pola makan juga kurang
mendisiplinkan anak, dalam menanamkan diperhatikan. Kondisi ini menyebabkan
nilai-nilai hidup, dan mengajarkan kondisi kesehatan anak menjadi lemah
keterampilan hidup, dan mengelola emosi. yang memudahkan penyakit pada anak
Dampak kurang baik dalam pola asuh tersebut. Pengontrolan terhadap makanan
terhadap anak, anak menjadi tidak yang kurang sehat adalah satu penyebab
terkontrol baik dalam makanan dan terjadinya diare (Widjaja. 2003).
kesehatannya. Kesehatan yang tidak Proses terjadinya diare ini dapat
terkontrol mudah terkena penyakit, diawali adanya parasit yang masuk dalam
51
saluran pencernaan dan berkembang biak merupakan alat yang sangat penting bagi
dalam usus sehingga merusak sel mukosa kehidupan seseorang. Apabila jantung
usus dan permukaan usus menjadi berhenti berdenyut maka orang itu tidak
menurun dan kapasitas usus berubah bisa melangsungkan hidupnya. Dari
sehingga mengganggu fungsi usus dalam perumpaan ini bisa disimpulkan bahwa
menyerap cairan dan elektrolit dan sistem kedudukan seorang ibu sebagai tokoh
transpor aktif yang disebabkan oleh bakteri sentral dan sangat penting untuk
dalam usus sehingga sel mukosa melaksanakan kehidupan. Pentingnya
mengalami iritasi yang kemudian sekresi seorang ibu terutama terlihat sejak
cairan dan elektrolit meningkat kelahiran anaknya (Gunarsa, 2013). Salah
(Kemenkes, 2014). satu bentuk dari pola asuh yang baik
Orang tua harus memberikan pola adalah memberikan asupan makanan pada
asuh yang baik, sehingga anak terkontrol anak sesuai dengan standar kebutuhan gizi,
baik fisik maupun mental. Semua orangtua sehingga anak dapat tumbuh kembang
harus memberikan hak anak untuk tumbuh dengan baik.
dan berkembang serta memperoleh yang Berdasarkan hasil penelitian dan
terbaik sesuai dengan kemampuan pengolahan data sesuai tabel 5 di atas
tubuhnya. menunjukkan bahwa proporsi status gizi
Bimbingan dan penyuluhan petugas dengan kategori kurus, hampir seluruh
kesehatan sangat dibutuhkan untuk mlebih balita (90,2%) mengalami diare. Menurut
meningkatkan peran ibu terhadap penelitian Hafrida (2014), terdapat
pengasuhan anak. Pengasuhan anak yang kecendrungan pola asuh dengan status
baik, anak akan tumbuh sehat baik fisik gizi. Status gizi anak yang di asuh orang
maupun mental. Terjaga dan terlindungi tua memiliki proporsi gizi yang lebih baik
oleh peran orang tua dalam bentuk dan akhirnya akan mempengaruhi keadaan
pengasuhan yang efektif, sehingga anak gizi anak.
tumbuh dan berkembang sesuai Diperkuat juga dengan hasil uji
pendampingan orang tua, serta terjaga hipotesis pada penelitian ini dengan Chi
kesehatannya dan tidak mudah terkena Kuadrat menyatakan bahwa terdapat
oleh suatu penyakit. hubungan yang bermakna antara status gizi
e. Hubungan Status Gizi dengan dengan kejadian diare dengan p value
Kejadian Diare sebesar 0,0001 (< 0,05).
Dalam hal pola asuh terhadap anak, Gizi mempunyai pengaruh yang
sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung sangat berperan bagi pertumbuhan dan
dari keluarga, jantung dalam tubuh perkembangan mental maupun fisik anak.
52
Gizi kurang anak menjadi mudah terkena Pandangan peneliti bahwa status gizi
penyakit dan pertumbuhan terganggu. merupakan faktor resiko yang paling
Anak umur 2-5 tahun merupakan berpengaruh dalam kejadian diare pada
konsumen aktif yang biasa terpapar dari balita, keadaan gizi buruk akan lebih cepat
makanan diluar rumah (Palupi, Hadi, dan terserang diare. Oleh karena itu disarankan
Soenarto2009). Pada umur tersebut, anak- untuk petugas kesehatan untuk
anak lebih suka makan jajanan memberikan penyuluhan tentang cara
mengikuti jejak teman-temannya, padahal penanganan gizi balita dengan kejadian
pengolahan dan penyajian makanan diare. Penyuluhan kesehatan yang
tersebut kemungkinan kurang higienis diberikan dapat berupa faktor-faktor yang
yang berakibat pada kontaminasi makanan mengakibatkan diare, cara pencegahan
oleh kuman yang dapat menyebabkan diare perilaku untuk hidup bersih dan sehat
seorang anak menderita diare. serta memberikan penyuluhan gizi yang
Dalam keadaan normal, dimana baik dan seimbang serta penerapan pola
keadaaan kesehatan baik, keseimbangan asuh yang baik dan efektif.
antara konsumsi dan kebutuhan zat zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang KESIMPULAN DAN SARAN
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya Kesimpulan
dalam keadaan yang abnormal terdapat dua Dari hasil pengolahan dan
kemungkinan perkembangan berat badan, pembahasan mengenai hubungan pola asuh
yaitu dapat bekembang cepat atau normal. dan status gizi balita dengan angka
Berkembang cepat atau lambat dari kejadian diare di Ruang Nusa Indah Bawah
keadaan normal. Berdasarkan tinggi RSUD dr. Slamet Garut Tahun 2018,
karakteristik berat badan ini, maka indeks disimpulkan bahwa Sebagian besar pola
berat badan menurut umur digunakan salah asuh ibu pada pasien balita yang
satu cara pengukuran status gizi (supariasa mengalami diare di Ruang Nusa Indah
2012). Bawah RSUD dr. Slamet Garut tidak
Status gizi balita merupakan hal efektif, status gizi pasien balita yang
penting yang harus diketahui dan mengalami diare dalam kategore kurus,
diperhatikan oleh setiap orang tua. Pada terdapat hubungan pola asuh ibu dengan
masa tumbuh kembang balita berada dalam angka kejadian diare di Ruang Nusa Indah
kondisi rentan akan penyakit dikarenakan Bawah RSUD dr. Slamet Garut, terdapat
kurangnya gizi pada balita, sehingga hubungan status gizi balita dengan angka
dibutuhkan perhatian lebih oleh para orang kejadian diare di Ruang Nusa Indah Bawah
tua. RSUD dr. Slamet Garut, Sebagian besar
53
balita mengalami diare di Ruang Nusa Kemenkes. (2017). Data Dan Informasi
Profil Kesehatan Indonesia.
Indah Bawah RSUD dr. Slamet Garut
Kementrian Kesehatan Republik
Saran Indonesia
Ngastiyah. (2013). Perawatan Anak
Bagi Institusi Kesehatan RSUD
Sakit(2 ed.). Jakarta: Buku
dr.Slamet hendaknya memberikan Kedokteran.
Palupi, A., Hadi., Soenarto, S.S. (2009).
Pendidikan kesehatan kepada keluarga
Status Gizi dan Hubungannya
pasien mengenai pola asuh dan dengan Kejadian Diare Pada Anak
Diare Akut di Ruang Rawat Inap
penanganan gizi pada anak untuk
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
menghindari kejadian diare. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 6.
No. 1 bulan Juli. Yogyakarta.
Bagi Perawat diharapkan tenaga
Santoso, S, & Ranti, A.L. (2009).
keperawatan dapat memberikan informasi Kesehatan Gizi. Jakarta: Rhineka
Cipta.
dan edukasi mengenai pentingnya
Soetjiningsih. (2009). Tumbuh Kembang
penerapan pola asuh yang tepat yang dapat Anak. Jakarta : EGC.
Supariasa, (2012). Penilaian Status Gizi.
menyelaraskan polaasuh dan pemberian
Jakarta: EGC
gizi padabalita yang seimbang untuk Wahyuningsih, Sri. Dkk. (2016). Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
menghindari kejadian diare
pada Balita di Wilayah Pesisir Desa
1, 2 STIKes Karsa Husada Garut Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima. Jurnal Kesehatan
lingkungan. UIN Alauudin Makasar.
DAFTAR PUSTAKA Vol 3 No 2. Pp: 95-105.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Widjaja, M.C., (2003), Mengatasi diare
Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia dan keracunan pada balita, Kawan
Pustaka Utama. Pustaka, Jakarta.
Dinkes, Garut. (2017) Profil Kesehatan
Garut Tahun 2017, Garut : Dinas
Kesehatan Garut
Gunarsa, Dr Singgih D. (2013). Psikologi
Perkembangan. PT BPK Gunung
Mulia, Jakarta
Kemenkes RI. (2011). In Buku Saku Lintas
Diare (Lima Langkah Tuntaskan
Diare). Jakarta: Kemenkes RI.

54

Anda mungkin juga menyukai