Anda di halaman 1dari 5

Andhika Lungguh Perceka/ JIAP Vol. 4 No.

2 (2018) 165-169

JIAP Vol. 4, No. 2, pp 165-169, 2018


© 2018 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Analisis Komparatif Angka Kemiskinan Sebagai Dampak Kebijakan Program


Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut

Andhika Lungguh Perceka a 


a
STIKes Karsa Husada, Garut, Jawa Barat, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history: Comparison of the economy in 2010 and 2016 before and after the policy by
Dikirim tanggal: 09 Juli 2018 creating an empowerment program to improve the economy of the community.
Revisi pertama tanggal: 17 Juli 2018 The research method used is an explanatory approach with survey techniques. The
Diterima tanggal: 13 September 2018 population in this study is the poverty rate in the Leuwigoong sub-district which
Tersedia online tanggal: 23 Oktober 2018 amounts to 8 villages with a total of 4519 families. Prehistoric economic data was
obtained from Lewigoong District. From the comparison of the community
economy, there is a difference between the economic results of the community
before and after the policy because the value of (2-tailed) produces a number of
0.000 <of 0.05 and the results are significant.
Keywords: poverty rate, policy impact,
empowerment economy
INTISARI
Perbandingan perekonomian diTahun 2010 dan 2016 sebelum dan sesudah
kebijakan dengan membuat program pemberdayaan guna untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
eksplanasi dengan teknik survei. Populasi dalam penelitian ini adalah angka
kemiskinan di Kecamatan Leuwigoong yang berjumlah delapan desa dengan
jumlah keluarga 4519 keluarga. Data perekonomian prasejahtra diperoleh dari
Kecamatan Lewigoong. Dari perbandingan perekonomian masyarakat maka
terdapat perbedaan antara hasil Perekonomian masyarakat sebelum dan sesudah
Kebijakan di karenakan nilai dari (2-tailed) menghasilkan angka 0,000 < dari 0,05
dan hasilnya menentukan signifikan.

2018 FIA UB. All rights reserved.

1. Pendahuluan Dalam sistem pemerintahan desentralisasi atau


otonomi daerah, maka pengentasan kemiskinan tetap
Kemisikinan merupakan masalah maupun menjadi prioritas utama sasaran pembangunan disetiap
tantangan terbesar di Negara yang sedang berkembang. pemerintah daerah dalam meningkatkan indeks
Dalam praktik penanggulangan kemiskinan diperlukan pembangunan manusia dalam bidang kesehatan,
komitmen bersama antara pemerintah daerah selaku pendidikan serta daya beli masyarakat melalui
pelaksana kebijakan, DPRD sebagai pembuat pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk pelayanan,
kebijakan, dan masyarakat untuk mengawal dan pengabdian dan tanggung jawab bagi masyarakat
mengimplementasikan kebijakan daerah dalam bentuk didaerahnya.
program
——— penanggulangan kemiskinan.
 Corresponding author. Tel.: +62-823-1865-2390; e-mail: andhikalperceka@gmail.com

165
Andhika Lungguh Perceka/ JIAP Vol. 4 No. 2 (2018) 165-169

Secara geografis Kabupaten Garut memilki luas dalam kategori keluarga pra sejahtera (Kantor
wilayah 3.065,19 dengan jumlah penduduk sebanyak Kecamatan Leuwigoong, 2010:56-57).
2.585 juta jiwa. Sebagai daerah penunjang Ibu Kota Dari data diatas Kecamatan Leuwigoong menjadi
Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut berbatasan satu dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Garut yang
langsung Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, warganya masuk dalam kategori miskin atau pra
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur dan sejahtera. Melihat fakta di atas, sebetulnya kecamatan
Samudra Indonesia. ini sudah diintervensi oleh berbagai program
Angka kemiskinan di kabupeten Garut sebanyak pemberdayaan masyarakat dintaranya Jaring Pengaman
12,86% masih diatas angka kemisikinan di Jawa Barat, Sosial (JPS), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dan
hal ini disebabkan kurang meratanya pembangunan dari lain sebagainya yang dimulai sejak beberapa tahun
segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sebelum Tahun 2010 yang mana Program
di Kabupaten Garut (Pemprov Jabar, 2017). Pemberdayaan Ekonomi Keluarga mulai ada. Namun,
Tingginya angka kemiskinan di Garut diakibatkan apabila melihat data di atas, program-program
karena kurang meratanya faktor – faktor pendukung pemberdayaan masyarakat yang pernah ada ternyata
untuk memajukan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. kurang memberikan dampak signifikan bahkan bisa
Selain itu faktor infrastuktur juga merupakan salah satu dikatakan belum berhasil dalam upaya menurunkan
faktor penyebab kurangnya pemerataan di Kabupaten jumlah warga berkategori miskin atau keluarga pra
Garut. sejahtera.
Kecamatan Leuwigoong memiliki jumlah kepala Hal ini tentunya menarik bagi peneliti untuk
kepala keluarga sebanyak 12.468 KK atau 45.225 jiwa mengungkap lebih jauh efektivitas program-program
(BPS Kabupaten Garut, 2010). Kecamatan Leuwigoong berbasis pemberdayaan masyarakat terhadap upaya
termasuk Salah satu kecamatan di Garut yang penurunan jumlah keluarga pra sejahtera yang berada di
masyarakatnya memiliki kategori jumlah keluarga Kecamatanan Leuwigoong sebelum adanya intervensi
prasejahtera cukup banyak adalah Kecamatan program ekonomi keluarga sekaligus membandingkan
Leuwigoong. Pada Tahun 2010 Kecamatan Leuwigoong bagaimana kondisi kemiskinan setelah adanya program
terbagi atas delapan desa dan kelurahan diantaranya, ekonomi keluarga.
Pertama Desa Margahayu dengan jumlah keluarga 1824
keluarga diantaranya 14,86% penduduknya termasuk 2. Teori
keluarga pra sejahtera atau sebanyak 271 keluarga 2.1 Tinjauan Tentang Analisis Kemiskinan
prasejahtera. Kedua Desa Margacinta dengan jumlah
kepala keluarga 1510 kepala keluarga diantaranya Secara geografis maupun sosiologis kemiskinan
17,81% penduduknya termasuk keluarga pra sejahtera memiliki lima aspek dasar yang membentuknya. Lima
atau sebanyak 269 keluarga prasejahtera. Ketiga, Desa aspek ini dikenal dengan istilah (deprivation trap)
Dungusiku dengan jumlah keluarga 1316 keluarga meliputi: kondisi miskin, rasa tidak berdaya, kondisi
diantaranya 47,17% penduduknya termasuk keluarga darurat, tidak mandiri dan keterasingan (Chambers,
pra sejahtera atau sebanyak 621 keluarga prasejahtera. 2010:146).
Keempat, Desa Tambaksari dengan jumlah keluarga Perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi
1156 keluarga diantaranya 32,76% penduduknya oleh kemiskinan bangsanya. Khususnya negara
termasuk keluarga pra sejahtera atau sebanyak 379 berkembang (dikenal dengan negara ketiga) kemiskinan
keluarga prasejahtera. Kelima, Desa Karangsari dengan terjadi dengan sangat kompleks dan multidimensi.
jumlah keluarga 1100 keluarga diantaranya 55,33% Kompleks berarti terjadi melalui proses dan waktu lama
penduduknya termasuk keluarga pra sejahtera atau dengan akar permasalahan yang sulit ditentukan.
sebanyak 609 keluarga prasejahtera. Keenam, Desa Sedangkan multidimensi berarti berhubungan dengan
Karanganyar dengan jumlah keluarga 1104 keluarga berbagai macam aspek terkait kekurangan aset,
diantaranya 56,42% penduduknya termasuk keluarga organisasi politik, ilmu dan keterampilan, jaringan
pra sejahtera atau sebanyak 623 keluarga prasejahtera. sosial, keuangan dan informasi. Kemisikinan ini dapat
Ketujuh, Desa Leuwigoong dengan jumlah keluarga tergambarkan dari adanya kekurangan gizi, perumahan
2270 keluarga diantaranya 38,57% penduduknya tak layak, kesehatan yang terganggu dan level
termasuk keluarga pra sejahtera atau sebanyak 1049 pendidikan yang rendah.
keluarga prasejahtera. Kedelapan, Desa Sindangsari Siklus kemiskinan ini dibuat dan dibentuk oleh
dengan jumlah keluarga 2188 keluarga diantaranya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
31,89% penduduknya termasuk keluarga pra sejahtera sendiri, baik kebutuhan akan makanan, pakaian,
atau sebanyak 698 keluarga prasejahtera. Dari angka pendidikan (The endless cycle of Poverty) (Kuncoro,
tersebut, sebanyak 39.66% Kepala keluarga termasuk 2010:157).

166
Andhika Lungguh Perceka/ JIAP Vol. 4 No. 2 (2018) 165-169

Kemiskinan dapat disebabkan oleh kurangnya Dalam mengahadapi guncangan ekonomi


modal sesorang dalam menghadapi tantangan hidup dan Kemiskinan kronis dapat diantisipasi oleh kebijakan
berusaha, baik secara fisik, materi, pendidikan, pemerintah dalam bidang ekonomi, peningkatan kualitas
keterampilan dan keahlian sehingga menyebabkan sumberdaya manusia, kemudahan permodalan,
produktivitas seseorang menjadi rendah. Apabila kemudahan informasi dan pemerataan pembangunan
produktivitas seseorang rendah maka pendapatannya infrastruktur diseluruh daerah. Sementara untuk
menjadi rendah sehingga tidak dapat memenuhi melindungi rumah tangga dalam kemiskinan sementara
kebutuhan hidupnya sehari-hari dan kemisikinan pun dapat diatasi dengan berbagai pelindungan asuransi dan
meningkat. Dampak dari meningkatnya kemiskinan tabungan deposit.
dimasyarakat akan menyebabkan rendahnya tabungan Kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan
dan menurunnya investasi sehingga berputar seterusnya kedalaman, keparahan, dan tipe. Klasifikasi ini meliputi
sehingga kekurangan modal dan pembangunan menjadi kemisikinan chronic (chronic poverty) dan kemiskinan
lambat (Kuncoro, 2010:157). sementara (transient poverty). Kemiskinan kronis
Mengacu pada paradigma lingkaran kemiskinan, ditujukan jika kemiskinan terjadi dengan terus
peningkatan kemiskinan mempengaruhi daya simpan meningkat, kesejahteraan yang rendah dan terjadi dalam
masyarakat pada kepemilikan barang, baik yang sifatnya waktu yang lama. Kemiskinan sementara terjadi dalam
harta bergerak maupun tidak bergerak. Hal tersebut waktu singkat dibandingkan dengan kemiskinan kronis
menunjukan rendahnya angka investasi bagi proses (Arsyad, 2004:239). Selain itu, menurut Sri Kuncoro
produksi sebagai salah satu modal pembangunan. (2010) menyebutkan bahwa kemiskinan dapat dibagi
Sehingga keterbatasan modal ini akan memaksa menjadi kemisikanan absolut, kemiskinan relatif dan
penurunan produktivitas yang menyebabkan rendahnya kultural.
pendapatan. Kemiskinan absolut mewakili seseorang dengan
Banyak paradigma terkait dengan kemiskinan, pendapatan perkapita dibawah standar yang ditandai
dimana cara pandangnya tidak berfokus pada dengan tidak mampunya memenuhi kebutuhan sehari-
penampilan fisik. Pertama adalah keamanan, adanya hari. Kemiskinan relatif terwakili oleh seseorang yang
lingkungan kerja yang aman mendorong konduktivitas kondisi miskinnya bergantung dari kondisi standar
produksi dimasyarakat. Kedua, adanya kebijakan yang hidupnya. Terkahir terkait kemiskinan kultural, terjadi
memajukan lingkungan. Ketiga adanya kebebasan akibat adanya ketidakmauan kelompok untuk nerubah
dalam berkarya atau memilih pekerjaan. Keempat, atau memperbaiki hidupnya.
adanya akses yang terjangkau oleh masyarakat baik Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
kebutuhan barang, informasi, maupun infrastuktur. kemiskinan di daerah-daerah. Hal ini dapat terkait tiga
Kelima, adanya keadilan politik/ tidak memihak. aspek pembangunan manusia yang belum optimal
Keenam berupa pemerataan pembangunan. Terakhir seperti kurangnya pendapatan, rendahnya tingkat
kondisi lingkungan sosial masyarakat. pendidikan, tuna aksara, sempitnya kesempatan kerja,
Pada konteks kedaerahan kemiskinan masih kesehatan belum optimal, kurang sanitasi dan
menjadi perhatian penting. Secara umum kemiskinan kebersihan lingkungan. Istilah kemiskinan terus
terjadi saat kebutuhan tidak dapat terpenuhi. Ada dua berkembang tidak hanya dipahami sebagai
dimensi yang perlu diperhatikan dari kemiskinan, yaitu Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
pendapatan dan non pendapatan (Winardi, 2010:89). kebutuhan hidup akan tetapi juga ketidakmampuan akan
Sedangkan pendapat lain kemiskinan terjadi karena pemenuhan hak-hak dasarnya seperti fasiltas pelayanan
masyarakat tidak dapat memenuhi standar minimum kesehatan yang layak, pendidikan, kemudahan informasi
kebutuhan, selain itu kemiskinan terjadi akibat adanya sehingga diperlukan peran pemerintah dalam memenuhi
kesenjangan pendapatan (Todaro & Smith, 2004:21). kebutuhan tersebut.
Masyarakat pra Sejahtera adalah sejumlah
2.2 Tinjauan Tentang Kebijakan Publik
penduduk yang tidak mampu mendapatkan kebutuhan
sandang, pangan dan papan yang bersifat sangat dasar Kebijakan digambarkan sebagai sebuah
(BPS Kabupaten Kulon Progo, 2007:11). Pendekatan kebijaksanaan atau peraturan dari individu, kelompok
yang digunakan oleh BPS hingga saat ini untuk metode atau instansi untuk menyelesaikan hambatan atau
sensus hitungan penduduk miskin yaitu dengan kesulitan bahkan memberikan kesempatan untuk
pendekatan kebutuhan dasar. Dengan demikian mencapai sebuah orientasi.
kemiskinan diidentikkan dengan ketidakmampuan Dengan demikian kebijakan publik dapat diartikan
memenuhi kebutuhan dasar sehingga dibutuhkan sebagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
kebijakan yang berbeda untuk menangani dua tipe memecahkan masalah yang terjadi ditatanan publik yang
kemiskinan ini.

167
Andhika Lungguh Perceka/ JIAP Vol. 4 No. 2 (2018) 165-169

tersurat dalam bentuk peraturan yang mengikat dan 4.1.2 Uji Homogenitas
memaksa.
Berdasarkan nilai rata-rata diperoleh nilai statistik
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut bahwa
Lavene untuk tes nya adalah 0.086 dengan nilai
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang
probabilitas (Sig.) 0,771. Berdasarkan hasil di atas
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang
dinyatakan bahwa nilai (Sig.) 0,771> 0,05 data
berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
menunjukan varians yang sama.
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.
Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang 4.1.3 Uji Two Way Anova
dalam ketentuan atau peraturan perundang-undangan Berdasarkan uji perbandingan dependent variabel
yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang dengan menggunakan uji two way ANOVA dalam
mengikat dan memaksa. jangka waktu enam tahun hasil pertumbuhan ekonomi
Hasil dari wawancara menyatakan dalam jangka masyarakat meningkat. Hal ini dikatakan berhasil karena
waktu enam tahun ini perkembangan perekonomian 1919 kepala keluarga sukses dalam pelaksanaan
dengan seiringnya di adakannya pelatihan pelatihan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarkat
yang di ambil untuk perkembangannya perekonomian lewigoong. Data ini ditunjang dengan hasil wawancara
masyarakat berjalan dengan baik di buktikannya dengan yang menyatakan bawa adanya peningkatan dalam
adanya data yang menurun dari angka kemiskinan dari perekonomian masyarakat, namun tidak sesuai dengan
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2016. Walaupun target yang di inginkan.
angka tersebut terlihat sangat kecil perubahannya, tetapi
upaya kami dari pihak kecamatan sudah bekerja 4.1.4 Uji t-test
semaksimal mungkin untuk memperkecil perekonomian Hasil uji T-Test dari perbandingan perekonomian
masyarakat di Kecamatan Lewigoong ini. masyarakat maka terdapat perbedaan antara hasil
3. Metode Penelitian Perekonomian masyarakat sebelum dan sesudah
Kebijakan dikarenakan nilai dari (2-tailed)
Metode dalam penelitian ini dengan pendekatan menghasilkan angka 0,000 < dari 0,05 dan hasilnya
eksplanasi dan teknik survei. Metode penelitian menentukan signifikan.
ekplanasi merupakan metode penelitian mencari
4.2 Pembahasan
keterangan atau penjelasan dengan tujuan menjelaskan
hubungan kausalitas atau sebab akibat yang ada dan Kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk
berusaha untuk mencari variabel pengamatan. Populasi mengatasi hambatan dan memberikan peluang untuk
dalam penelitian ini adalah angka kemiskinan di mencapai sebuah tujuan (Agustino, 2008:7). Dengan
Kecamatan Leuwigoong yang berjumlah delapan desa demikian kebijakan melibatkan perilaku yang memilki
dengan jumlah keluarga 4519 keluarga dengan jumlah maksud dan tujuan.
sampel 98 keluarga. Jenis data yang diteliti mencakup Untuk membangun kepercayaan masyarakat
data deskriptif dan data verifikatif. Data deskriftif dibutuhkan suatu kebijakan yang membuat suatu jejak
didasarkan atas hasil wawancara dan observasi. yang sangat berarti bagi masyarakat, sehingga
Data tersebut diolah dan dianalisis dengan masyarakat nyaman dan merasa terbantu dengan adanya
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah. Adapun data kebijakan itu sendiri dalam membangun kepercayaan
verifikatif bersumber pada hasil penyebaran angket terhadap kebijakan.
kepada responden. Lokasi penelitian merupakan tempat Berdasarkan hasil uji Normalitas data analisis
berlangsungnya penelitian ini, yaitu Kecamatan perekonomian masyarakat di Kecamatan Lewigoong
Leuwigoong (Kabuapten Garut) yang terdiri dari dengan menggunakan data populasi berdistribusi normal
delapan desa. menghasilkan nilai (sig.) 0.790 > dari nilai signifikan α
= 0,05.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan dilihat dari uji nomogenitas diperoleh
4.1 Hasil Analisis Data nilai statistik Lavene untuk tes nya adalah 0.086 dengan
nilai probabilitas (Sig.) 0,771.
4.1.1 Uji Normalitas Dilihat dari uji Two way Anova perbandingan
Uji normalitas pada penelitian ini 005 sehingga perekonomian masyarakat sebelum dan sesudah
menggunakan uji Shapiro-Walk P = 0.790 dengan nilai kebijakan maka nilai Sig. 0,000 < dari 0,05 artinya
probabilitas (p) > 0,. Sehingga dapat disimpulkan data terdapat pengaruh yang signifikan yang terjadi setelah
berasal dari distribusi normal. kebijakan, maka kesimpulan yang peneliti simpulkan
terdapat perbedaan angka kemiskinan sebelum dan

168
Andhika Lungguh Perceka/ JIAP Vol. 4 No. 2 (2018) 165-169

sesudah adanya perberdayaan ekonomi keluarga di Chambers, Robert. (2010). Pembangunan Desa Mulai
Kecamatan Leuwiogoong. dari Belakang. Jakarta: LP3ES.
Dilihat dari uji T-test hasil perbandingan terhadap Kuncoro, Mudrajad. (2010). Masalah, Kebijakan, dan
perbandingan perekonomian masyarakat maka tidak Politik Ekonomika, Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga.
terdapat perbedaan antara hasil perekonomian Kuncoro, Sri. (2010). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
masyarakat sebelum dan sesudah Kebijakan dikarenakan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Pendidikan
nilai dari (2-tailed) menghasilkan angka 0,131 > dari Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa
0,05 dan hasilnya menentukan tidak signifikan. Timur Tahun 2009-2011. Skripsi Universitas
Dilihat dari hasil wawancara perekonomian selama Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
kurang lebih enam tahun dalam menerapkan kebijakan Pemprov Jabar. (2017). Data Letak Geografis
di Kecamatan Leuwigoong terbilang sudah efektif, Kabupaten Garut. Tersedia pada
namun perkembangan perbandingan yang sedikit http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1045
membuat kebijakan tersebut tidak diteruskan. [Diakses pada 5 April 2017].
Dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh Kantor Kecamatan Leuwigoong. (2010). Profil
pemerintah khususnya Kecamatan Lewigoong Kecamatan Leuwigoong Tahun 2010. Kecamatan
Kabupaten Garut untuk meningkatkan perekonomian Leuwingoong, kabupaten Garut
prasejahtra, masyarakat diikut sertakan dalam pelatihan Todaro, Michael P., & Smith, Stephen C. (2004).
pelatihan, diberikan fasilitan injaman untuk pertanian Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
dan peternakan. Untuk mengubah maindset masyarakat kedelapan. Jakarta: Erlangga.
ini pemerintah ikut turun tangan dalam pelaksanaannya, Winardi. (2010). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT.
sehingga dampak dari kegiatan ini merubah masyarakat Gramedia.
untuk lebih terbuka dalam pelaksanaan kebijakan ini.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah penulis lakukan tentang analisis komparatif angka
kemiskinan sebagai dampak program pemberdayaan
ekonomi keluarga di Kecamatan Lewigoong Kabupaten
Garut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Untuk mengatasi permasalahan yang ada
dimasyarakat diperlukan adanya kebijakan publik
yang dibuat oleh penyelenggara negara sesuai
dengan bidangnya masing-masing;
b) Peran pemerintah sebagai stabilisator dalam menjaga
perekonomian agar berjalan normal; dan
c) Kebijakan publik diperuntukkan ketertiban umum
dan masyarakat menjadi sejahtera.

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik.


Bandung: Alfabeta.
Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomi Pembangunan, Edisi
Keempat. STIE YKPN, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. (2007).
Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo. BPS &
BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2010). Data
Jumlah Masyarakat Prasejahtera di Kabupaten
Garut. Tersedia pada
https://garutkab.bps.go.id/%20statictable/2015/12
/04/76/jumlah-keluarga-di-kabupaten-garut-
berdasarkan-tahapan-kesejahteraan-2014.html
[Diakses pada 15 April 2017].

169

Anda mungkin juga menyukai