Dosen Pengampu :
Ns. Purwanto,M.Kep
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11
TINGKAT I / SEMESTER I
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga memungkinkan untuk
dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan makalah ini dapat memberikan konstribusi
besar terhadap kemajuan di bidang keilmuan khususnya tentang “SISTEM PELAYANAN
DAN KESEHATAN KEPERAWATAN DI INDONESIA”. Makalah ini berisikan tentang
latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang nantinya diharapkan makalah ini memberikan
informasi kepada kita. semua Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kami khususnya dan bagi pembaca semuanya, semoga Tuhan
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Balikpapan, September 2020
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik itu perorangan,
keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin derajat kesehatan yg setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam UUD 45.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem pelayanan kesehatan dan keperawatan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana proses pembiayaan pelayanan kesehatan
4. Bagaimana Lembaga pelayanan kesehatan?
5. Apa saja masalah system pelayanan kesehatan?
6. Apa saja provider pelayanan kesehatan?
7. Apa saja tantangan pelayanan kesahatan?
8. Bagaimana perkembangan pelayanan keperawatan?
9. Bagaimana Pendidikan keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sistem pelayanan kesehatan dan keperawatan
2. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
3. Mengetahui dan memahami proses pembiayaan pelayanan kesehatan
4. Mengetahui dan memahami Lembaga pelayanan kesehatan
5. Mengetahui dan memahami masalah sistem pelayanan kesehatan
6. Mengetahui dan memahami provider pelayanan kesehatan
7. Mengetahui dan memahami tantangan pelayanan kesehatan
8. Mengetahui dan memahami perkembangan pelayanan keperawatan
9. Mengetahui dan memahami Pendidikan keperawatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Yang di maksud dengan pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik itu
perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat. Demikian pengertian pelayanan
kesehatan menurut Lovey dan Loomba.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem kesehatan suatu kesatuan dari serangkaian usaha
teratur yang terdiri atas berbagai komponen guna mencapai suatu tujuan derajat kesehatan yg
optimal bagi masyarakat.
4
sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum dan etika yang ada di
masyarakat.
4). Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah
dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam
system pelayanan kesehatan.
5). Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan semakin berpengaruh sekali dalam
system pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam sistem pelayanan. (Aziz, Alimul. 2008).
Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat dipandang
sebagai rendahnya apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen penyangga, yang
bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian permasalahan baru yang justru akan menyerap
keuangan negara lebih besar lagi. Sejenis pemborosan baru yang muncul karena kesalahan kita
sendiri. Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010, pada prinsipnya menyiratkan pendekatan
sentralistik dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sebuah paradigma yang nyatanya
cukup bertentangan dengan anutan desentralisasi, dimana kewenangan daerah menjadi otonom
untuk menentukan arah dan model pembangunan di wilayahnya tanpa harus terikat jauh dari
pusat.
Sistem Kesehatan Nasional:
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdiri atas :
1.Upaya Kesehatan
2.Pembiayaan Kesehatan
5
3.Sumber Daya Manusia Kesehatan
4.Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan
5.Pemberdayaan Masyarakat
6.Manajemen Kesehatan
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan, terdapat beberapa
faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan. Pertama, besaran
(kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun sumbangan
sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran
yang ada. Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa
alasan. Berbagai hal bisa dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya kesadaran
pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sektor prioritas, juga karena
kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di negeri yang sedang mengalami
transisi demokrasi ini.
Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang efektif dan
efisien, akibatnya banyak kita jumpai penyelenggaraan program-program kesehatan yang hanya
dilakukan secara asal-asalan dan tidak tepat fungsi. Relatif ketatnya birokrasi di lingkungan
departemen kesehatan dan instansi turunannya, dapat disangka sebagai biang sulitnya mengejar
transparansi dan akuntabilitas anggaran di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam
pembahasan fungsionalisasi anggaran kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau disebut
tidak ada sama sekali. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya
adalah pemerataan pelayanankesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan
yang berkualitas (assured quality) . Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu
negara memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
6
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang
memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya
terdapat dalam area sebagai berikut:
1.meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
2.mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan
masyarakat miskin
3.pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial
(SHI)
4.panggalian dukungan nasional dan internasional
5.penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6.pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah
7.pemantauan dan evaluasi.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada beberapa hal
pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan
kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi
dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat
diterima pengguna jasa.
7
di tingkat pelayanan.Informasi tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing cara tersebut
juga merupakan masukan penting untuk melengkapi kebijakan perencanaan dan pembiayaan
pelayanan kesehatan penduduk miskin.Alternatif Sumber Pembiayaan: Prospek Asuransi
Kesehatan Dalam penyaluran dana JPS-BK tahun 2001, dicoba dikembangkan JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebagai wadah penyaluran dana JPS-BK. Upaya tersebut
umumnya tidak berhasil, karena dalam praktik yang dilakukan hanyalah pemberian jasa
administrasi keuangan yang dikenal sebagai TPA (Third Party Administration). Berdasarkan
pengalaman tersebut diketahui bahwa salah satu prinsip pokok asuransi tidak bisa diterapkan,
yaitu “pooling of risk”. Dalam prinsip ini risiko ditanggung peserta dari berbagai tingkatan, tidak
hanya oleh penduduk miskin. Selain itu, 4 pemberian ”premi” sebesar Rp 10.000/Gakin (dan
dipotong 8% oleh Badam Pelaksana JPKM) tidak didasarkan pada perhitungan risiko finansial
mengikuti prinsip-prinsip aktuarial yang profesional.
1. Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta
pemberian izin beroperasi di daerahnya.
2. Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
1. luas wilayah;
2. kebutuhan kesehatan;
3. jumlah dan persebaran penduduk;
4. pola penyakit;
5. pemanfaatannya;
6. fungsi sosial; dan
7. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
3. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin
beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga untuk fasilitas pelayanan
kesehatan asing.
8
4. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk jenis rumah sakit khusus karantina,
penelitian, dan asilum.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1. Konektivitas
Kendala konektivitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health) di
Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh
akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota. "Konektivitas masih kendala. Satelit
Palapa nantinya harus bisa menjangkau pulau di Timur. Tadi sudah disampaikan, Jakarta
saja masih ada area-area blackspot di beberapa tempat," kata Founder dan Chairman
Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi
Mardiansyah di Jakarta, Senin (19/8/2019). Bila konektivitas sudah merata di seluruh
Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akses kesehatan yang baik
karena bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan. Biayanya jauh lebih murah.
2. Kejelasan Regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar 15,6 persen
pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan digital.
Ketidakpuasaan ini terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yang
diinput ke dalam layanan kesehatan digital tersebut. Belum adanya aturan tentang tata
cara pengantaran obat agar tidak terkontaminasi benda lain hingga sampai kepada pasien.
Ini sesuatu yang harus kita sikapi, tidak puasnya karena apa? Pertama, data privacy-nya
bagaimana? Siapa yang simpan riwayat kesehatan kita saat berobat melalui aplikasi,
pemilik aplikasi atau rumah sakitnya?," ungkap Luthfi. Selain keamanan data, yang
masih menjadi masalah utama dalam perkembangan layanan digital ini antara lain,
terjadinya komunikasi yang kurang baik antara dokter dengan penderita penyakit karena
tidak memeriksa penyakit secara langsung. Apalagi secara pengalaman, banyak dokter
yang tidak terbiasa memeriksa penyakit hanya melalui telepon. "Dokter tidak bisa
9
melihat ekspresi pasien tentang apa yang dirasakan hanya melalui ponsel. Dokter juga tak
berpengalaman memeriksa pasien melalui aplikasi, meski saat ini pelan-pelan banyak
yang sudah terbiasa. Ditambah banyak juga dokter senior yang tidak cakap menggunakan
teknologi,". Kendala-kendala soal regulasi di atas, tentu menjadi kendala pada
perkembangan e-health. Pemerintah hendaknya mengatur regulasi tersebut secara cepat
mengingat pengguna layanan kesehatan digital semakin bertumbuh.
3. Bonus Demografi
Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang banyak didominasi
oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus demografi ini menjadi
kekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global. Sayangnya, bonus demografi
ini tidak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda dan masyarakat
yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tidak terlindungi karena tidak
ada pelayanan kesehatan yang baik. "Itu (bonus demografi) bisa menjadi pemasalahan.
Kalau hanya besar, tapi sistem kesehatan enggak mumpuni, bagaimana? Apalagi
sekarang usia muda sudah banyak yang kena penyakit berat, ini akan jadi beban biaya
kalau sistem kesehatannya enggak baik," pungkas dia.
4. Negara Kepulauan
Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi ekspor
Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam SDA dan
keindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi
pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya
dengan jalur darat. "Apalagi secara bisnis, rumah sakit swasta tidak serta merta ingin
membangun cabangnya di tempat terpencil. Akhirnya investor hanya mau ber investasi di
daerah-daerah yang punya impact banyak sehingga terjadinya disparitas.
5. Pelayanan Rendah
Tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Pasien yang
menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah.
10
"Prosesnya itu sendiri masih belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian
panjang di beberapa rumah sakit. Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus
menunggu 1 bulan di rumah, hal-hal tersebut yang mesti kita sikapi dengan baik," ucap
Luthfi. Akibatnya, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya memilih Penang,
Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia. "Pasien kita yang lokasinya di Medan,
mereka memilih nyebrang ke Penang. RS di Medan memberikan rekomendasinya ke
Penang. Sebetulnya bukan karena promosi mereka lebih bagus, tapi memang
Pelayanan kita yang kurang," ungkap Luthfi.
11
Anggaran tambahan juga dibutuhkan untuk dialokasikan dalam peningkatan mutu dan
jumlah tenaga kesehatan di bidang IT. Dengan demikian, maka dalam waktu dekat ,selain
3.Sebagai pembaharuan
5.Sebagai panutan
6.Tempat bertanya
7.Sebagai pengelola
Teknologi digital sebenarnya dapat menjadi solusi permasalahan layanan kesehatan. Namun,
industri kesehatan secara umum, khususnya rumah sakit, masih lambat dalam melakukan
transformasi digital.
12
Banyak faktor menjadi penyebab implementasi teknologi digital, terutama perbaikan layanan
terhadap pasien, sulit untuk dilakukan di rumah sakit di Indonesia. Berikut adalah beberapa isu
dan tantangannya:
2. Fragmented Landscape
Dari lebih dari 2450 rumah sakit di seluruh Indonesia, sebagian besar dikelola secara independen
dan belum mempunyai standarisasi dan akreditasi internasional. Group pengelola rumah sakit
swasta terbesar saat ini adalah Grup Siloam yang diproyeksikan akan mempunyai 40 rumah sakit
di ahir tahun 2018. Beberapa grup rumah sakit swasta lainnya seperti Mitra Keluarga juga
sedang melakukan ekspansi besar namun secara keseluruhan tidak mencapai 5% dari total
jumlah rumah sakit di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi para mitra penyedia solusi dan
mitra teknologi digital, karena untuk dapat melakukan integrasi ke setiap rumah sakit satu per
satu akan menimbulkan biaya besar dan waktu lama.
3. Legacy IT Infrastructure
Saat ini makin banyak rumah sakit di Indonesia sudah melakukan implementasi sistem IT
Hospital Information System, termasuk sentralisasi database rekam medis. Namun karena
kurangnya standarisasi dokumentasi dan proses bisnis, implementasi sistem IT ini bekerja
sendiri-sendiri dan kurang terintegrasi dengan sistem lain. Banyak rumah sakit terlanjur
bergantung pada teknologi yang ketinggalan zaman sehingga sulit diperbarui untuk memenuhi
espektasi pasien dalam mengakses informasi secara cepat, terutama secara mobile. Apalagi,
13
ketika sistem IT di rumah sakit dibangun berbagai vendor berbeda, tidak ada kontinuitas
roadmap teknologi untuk bisa terus dikembangkan.
Seperti di industri lain, tantangan terbesar dari transformasi digital adalah kultur organisasi dan
birokrasi yang menghambat dilakukannya perubahan. Salah satu kesulitan terbesar adalah proses
edukasi dan implementasi. Proses ini membutuhkan komitmen dari tingkat teratas sampai dengan
staf. Butuh strategi manajemen perubahan tepat dan terus menerus dievaluasi berkala. Dokter,
sebagai stakeholder yang terpenting di ekosistem digital rumah sakit, terkadang kurang reseptif
terhadap perubahan ini.
5. Government Regulations
Era globalisasi dan era informasi yang akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat
tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor
pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang
harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan
di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan Tindakan
keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan
14
efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan system suatu rumah sakit. Pelayanan rumah
sakit terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non
medis, contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat,pemberian makanan,asuhan
keperawatan, diagnosa medis,dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti
proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien
yang dirawat merupakan bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.
1. Manfaat telenursing :
15
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,
peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas
merata.
2. Keuntungan telenursing :
i) Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan
ii) Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jaungkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
iii) Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS.
iv) Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya biaya
dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
v) Dapat dimanfaatkan dalam bidang Pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference,
pembelajaran online dan multimedia distance learning. Keterampilan klinik
keperawatan dapat dipelajari dan di praktekkan melalui model simulasi lewat secara
interaktif.
3. Penerapan teknologi informatika dalam praktek sehari-hari
i) Proses pengolahan data
Data adalah tulang punggung proses informatika selanjutnya. Dalam bidang ini
dipelajari bagaimana memperoleh dan mengeluarkan data, merawat data,dan lain-
lain.
ii) Telekomunikasi meliputi : telekonsultasi,teleradiologi, dan telenursing
iii) Medical Imaging meliputi : ultrasound,radiologi, dan kedokteran nuklir
iv) System Informasi
Terdapat dua pembagian besar sistem informasi yaitu yang berfokus pada pasien dan
yang berfokus pada keperawatan
v) Web dan internet.
16
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah
Djuru Kesehatan (SDK) dengan Pendidikan SR ditambah Pendidikan satu tahun dan
sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah Pendidikan lagi
selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan Pendidikan dasar
umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS.Cipto Mangunkusumo sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat. Walaupun sudah ada
pendidikam tinggi namun pola pengembangan Pendidikan keperawatan belum tampak,
ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari
masih berorientasinya perawat pada keterampilan Tindakan dan belum dikenalkannya
konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum jelas,
dan dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis.
17
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun
1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998
kurikulum Pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya pada tahun 1999
kurikulum D-III Keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000
sampai dengan sekarang.
2.Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Konseptual
Mempunyai tubuh pengetahuan yang berbatas tegas ilmu keperawatan yang terdapat
dalam tubuh pengentahuan.
Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang Pendidikan tinggi.
Memiliki penghimpunan dalam bidang keprofesian.
Pemberlakuan kode etik keperawatan.
Bersifat altruistik (mengutamakan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi atau
golongan.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:
1. Pendidikan Vokasional;
yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan
keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
2. Pendidikan Akademik;
yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu
3. Pendidikan Profesi;
yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
18
Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan
Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project
Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar
Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar
Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang
berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan,
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal
yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan
dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan Level KKNI;
• Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan
dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat
• Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.
• Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi
perawat.
19
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya
Keperawatan (AMD.Kep)
Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:a) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah,
lulusannya (Sp.KMB)
20
BAB III
PENUTUPAN
21
DAFTAR PUSTAKA
https://askep-net.blogspot.com/2012/07%20/sistem-pelayanan-kesehatan.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-mutu-pelayanan-kesehatan.html
Astiena, Dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Pembiayaan Pelayanan Kesehatan.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Jakarta : Depkes RI.
“Pembiayaan Pelayanan Kesehatan” dikutip dari http://diankusuma.files.wordpress.com. 14
November 2009. 20:15 WIB.
“Pembiayaan Kesehatan” dikutip dari http://www.jpkmonline-.net/index.php?
option=com_ content &task= view&id=84&Itemid=119. 14 November 2009. 21:00 WIB
https://money.kompas.com/read/2019/08/19/171503026/6-kendala-ini-membuat-pelayanan-
kesehatan-di-indonesia-tak-maksimal?page=all
https://www.kompasiana.com/hanifahhasnur/54f9185da3331142038b462d/pentingnya-it-dalam-
pelayanan-kesehatan-kita
22