Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN DI


INDONESIA“

Dosen Pengampu :

Ns. Purwanto,M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

Asti Rachmita P07220120066


Khalimatus Sa’diah P07220120083
Mutiara Ramadhany E.AB P07220120089
Shindy Adella Putri P07220120096

TINGKAT I / SEMESTER I

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga memungkinkan untuk
dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan makalah ini dapat memberikan konstribusi
besar terhadap kemajuan di bidang keilmuan khususnya tentang “SISTEM PELAYANAN
DAN KESEHATAN KEPERAWATAN DI INDONESIA”. Makalah ini berisikan tentang
latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang nantinya diharapkan makalah ini memberikan
informasi kepada kita. semua Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kami khususnya dan bagi pembaca semuanya, semoga Tuhan
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Balikpapan, September 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik itu perorangan,
keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin derajat kesehatan yg setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam UUD 45. 
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem pelayanan kesehatan dan keperawatan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana proses pembiayaan pelayanan kesehatan
4. Bagaimana Lembaga pelayanan kesehatan?
5. Apa saja masalah system pelayanan kesehatan?
6. Apa saja provider pelayanan kesehatan?
7. Apa saja tantangan pelayanan kesahatan?
8. Bagaimana perkembangan pelayanan keperawatan?
9. Bagaimana Pendidikan keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sistem pelayanan kesehatan dan keperawatan
2. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
3. Mengetahui dan memahami proses pembiayaan pelayanan kesehatan
4. Mengetahui dan memahami Lembaga pelayanan kesehatan
5. Mengetahui dan memahami masalah sistem pelayanan kesehatan
6. Mengetahui dan memahami provider pelayanan kesehatan
7. Mengetahui dan memahami tantangan pelayanan kesehatan
8. Mengetahui dan memahami perkembangan pelayanan keperawatan
9. Mengetahui dan memahami Pendidikan keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN
Pengertian

Yang di maksud dengan pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik itu
perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat. Demikian pengertian pelayanan
kesehatan menurut Lovey dan Loomba.

Sedangkan yang dimaksud dengan sistem kesehatan suatu kesatuan dari serangkaian usaha
teratur yang terdiri atas berbagai komponen guna mencapai suatu tujuan derajat kesehatan yg
optimal bagi masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan adalah suatu tatanan yang


menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin derajat kesehatan yg setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum.

Factor yang memengaruhi pelayanan kesehatan

1). Ilmu pengetahuan dan teknologi baru


Mengingkat perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh
perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat
digunakan penggunaan alat seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.
2). Nilai masyarakat
Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka
akan memiliki keasadaran yang lebih dalam pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan, demikian juga sebaliknya.
3). Aspek legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan,

4
sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum dan etika yang ada di
masyarakat.
4). Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah
dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam
system pelayanan kesehatan.
5). Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan semakin berpengaruh sekali dalam
system pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam sistem pelayanan. (Aziz, Alimul. 2008).

PEMBIAYAAN (FINANCE) PELAYANAN KESEHATAN


(Health Care Financing)

Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat dipandang
sebagai rendahnya apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan  sebagai elemen penyangga, yang
bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian permasalahan baru yang justru akan menyerap
keuangan negara lebih besar lagi. Sejenis pemborosan baru yang muncul karena kesalahan kita
sendiri. Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010, pada prinsipnya menyiratkan pendekatan
sentralistik dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sebuah paradigma yang nyatanya
cukup bertentangan dengan anutan desentralisasi, dimana kewenangan daerah menjadi otonom
untuk menentukan arah dan model pembangunan di wilayahnya tanpa harus terikat jauh dari
pusat.
Sistem Kesehatan Nasional:
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdiri atas :
1.Upaya Kesehatan
2.Pembiayaan Kesehatan

5
3.Sumber Daya Manusia Kesehatan
4.Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan
5.Pemberdayaan Masyarakat
6.Manajemen Kesehatan
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan, terdapat beberapa
faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan. Pertama, besaran
(kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun sumbangan
sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran
yang ada. Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa
alasan. Berbagai hal bisa dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya kesadaran
pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sektor prioritas, juga karena

kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di negeri yang sedang mengalami
transisi demokrasi ini.
Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang efektif dan
efisien, akibatnya banyak kita jumpai penyelenggaraan program-program kesehatan yang hanya
dilakukan secara asal-asalan dan tidak tepat fungsi. Relatif ketatnya birokrasi di lingkungan
departemen kesehatan dan instansi turunannya, dapat disangka sebagai biang sulitnya mengejar
transparansi dan akuntabilitas anggaran di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam
pembahasan fungsionalisasi anggaran kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau disebut
tidak ada sama sekali. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya
adalah pemerataan pelayanankesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan
yang berkualitas (assured quality) . Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu
negara memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.

6
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang
memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya
terdapat dalam area sebagai berikut:
1.meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
2.mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan
masyarakat miskin
3.pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial
(SHI)
4.panggalian dukungan nasional dan internasional
5.penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6.pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah
7.pemantauan dan evaluasi.

Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada beberapa hal
pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan
kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi
dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat
diterima pengguna jasa.

Tujuan pembiayaan kesehatan


adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara
adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan setinggi-tingginya.

Strategi Pembiayaan Kesehatan


Mekanisme pembayaran (payment mechanism), yang dilakukan selama ini adalah provider
payment melalui sistem penganggaran, kecuali untuk pelayanan persalinan oleh bidan di klaim
ke Puskesmas atau Kantor Pos terdekat. Alternatif lain adalah pemberdayaan melalui sistem
kupon. Kekuatan dan kelemahan alternatif tersebut perlu ditelaah dengan melibatkan para pelaku

7
di tingkat pelayanan.Informasi tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing cara tersebut
juga merupakan masukan penting untuk melengkapi kebijakan perencanaan dan pembiayaan
pelayanan kesehatan penduduk miskin.Alternatif Sumber Pembiayaan: Prospek Asuransi
Kesehatan Dalam penyaluran dana JPS-BK tahun 2001, dicoba dikembangkan JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebagai wadah penyaluran dana JPS-BK. Upaya tersebut
umumnya tidak berhasil, karena dalam praktik yang dilakukan hanyalah pemberian jasa
administrasi keuangan yang dikenal sebagai TPA (Third Party Administration). Berdasarkan
pengalaman tersebut diketahui bahwa salah satu prinsip pokok asuransi tidak bisa diterapkan,
yaitu “pooling of risk”. Dalam prinsip ini risiko ditanggung peserta dari berbagai tingkatan, tidak
hanya oleh penduduk miskin. Selain itu, 4 pemberian ”premi” sebesar Rp 10.000/Gakin (dan
dipotong 8% oleh Badam Pelaksana JPKM) tidak didasarkan pada perhitungan risiko finansial
mengikuti prinsip-prinsip aktuarial yang profesional.

UNDANG – UNDANG PELAYANAN KESEHATAN


Pasal 35, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

1. Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta
pemberian izin beroperasi di daerahnya.
2. Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
1. luas wilayah;
2. kebutuhan kesehatan;
3. jumlah dan persebaran penduduk;
4. pola penyakit;
5. pemanfaatannya;
6. fungsi sosial; dan
7. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
3. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin
beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga untuk fasilitas pelayanan
kesehatan asing.

8
4. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk jenis rumah sakit khusus karantina,
penelitian, dan asilum.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

MASALAH SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

1. Konektivitas
Kendala konektivitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health) di
Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh
akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota. "Konektivitas masih kendala. Satelit
Palapa nantinya harus bisa menjangkau pulau di Timur. Tadi sudah disampaikan, Jakarta
saja masih ada area-area blackspot di beberapa tempat," kata Founder dan Chairman
Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi
Mardiansyah di Jakarta, Senin (19/8/2019). Bila konektivitas sudah merata di seluruh
Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akses kesehatan yang baik
karena bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan. Biayanya jauh lebih murah.

2. Kejelasan Regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar 15,6 persen
pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan digital.
Ketidakpuasaan ini terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yang
diinput ke dalam layanan kesehatan digital tersebut. Belum adanya aturan tentang tata
cara pengantaran obat agar tidak terkontaminasi benda lain hingga sampai kepada pasien.
Ini sesuatu yang harus kita sikapi, tidak puasnya karena apa? Pertama, data privacy-nya
bagaimana? Siapa yang simpan riwayat kesehatan kita saat berobat melalui aplikasi,
pemilik aplikasi atau rumah sakitnya?," ungkap Luthfi. Selain keamanan data, yang
masih menjadi masalah utama dalam perkembangan layanan digital ini antara lain,
terjadinya komunikasi yang kurang baik antara dokter dengan penderita penyakit karena
tidak memeriksa penyakit secara langsung. Apalagi secara pengalaman, banyak dokter
yang tidak terbiasa memeriksa penyakit hanya melalui telepon. "Dokter tidak bisa

9
melihat ekspresi pasien tentang apa yang dirasakan hanya melalui ponsel. Dokter juga tak
berpengalaman memeriksa pasien melalui aplikasi, meski saat ini pelan-pelan banyak
yang sudah terbiasa. Ditambah banyak juga dokter senior yang tidak cakap menggunakan
teknologi,". Kendala-kendala soal regulasi di atas, tentu menjadi kendala pada
perkembangan e-health. Pemerintah hendaknya mengatur regulasi tersebut secara cepat
mengingat pengguna layanan kesehatan digital semakin bertumbuh.

3. Bonus Demografi
Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang banyak didominasi
oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus demografi ini menjadi
kekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global. Sayangnya, bonus demografi
ini tidak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda dan masyarakat
yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tidak terlindungi karena tidak
ada pelayanan kesehatan yang baik. "Itu (bonus demografi) bisa menjadi pemasalahan.
Kalau hanya besar, tapi sistem kesehatan enggak mumpuni, bagaimana? Apalagi
sekarang usia muda sudah banyak yang kena penyakit berat, ini akan jadi beban biaya
kalau sistem kesehatannya enggak baik," pungkas dia.

4. Negara Kepulauan
Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi ekspor
Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam SDA dan
keindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi
pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya
dengan jalur darat. "Apalagi secara bisnis, rumah sakit swasta tidak serta merta ingin
membangun cabangnya di tempat terpencil. Akhirnya investor hanya mau ber investasi di
daerah-daerah yang punya impact banyak sehingga terjadinya disparitas.

5. Pelayanan Rendah
Tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Pasien yang
menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah.

10
"Prosesnya itu sendiri masih belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian
panjang di beberapa rumah sakit. Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus
menunggu 1 bulan di rumah, hal-hal tersebut yang mesti kita sikapi dengan baik," ucap
Luthfi. Akibatnya, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya memilih Penang,
Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia. "Pasien kita yang lokasinya di Medan,
mereka memilih nyebrang ke Penang. RS di Medan memberikan rekomendasinya ke
Penang. Sebetulnya bukan karena promosi mereka lebih bagus, tapi memang
Pelayanan kita yang kurang," ungkap Luthfi.

6. Teknologi tidak Dimanfaatkan dengan Baik


Teknologi yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik untuk pelayanan kesehatan.
Padahal, penggima internet di Indonesia paling tinggi ketimbang negara lain. "Saya ambil
contoh tentang iWatch. iWatch kita pasang di tangan kita, itu bisa mendeteksi kondisi
jantung dan kondisi sistem tubuh lainnya. Tapi saat berobat, kita tidak memberitahukan
kepada dokter kalau kita punya rekam manual melalui iWatch itu. Padahal kalau
diberitahu, dokter bisa langsung merekomendasikan pengobatan yang lebih tepat,"
pungkas Luthfi.
IT juga berperan untuk pembelajaran perkembangan ilmu kesehatan baik dari jurnal-
jurnal kesehatan lingkup nasional maupun global. Bahkan bukan tidak mungkin untuk
memfasilitasi penelitian-penelitian kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
instansinya guna dipublikasikan secara umum untuk pembelajaran di sektor kesehatan itu
sendiri maupun masyarakat luas. Sumber Daya kesehatan perlu diberdayakan dalam hal
pengetahuan dan kemampuan di bidang IT. Ini bertujuan untuk melibatkan peran aktif
segenap subsistem yang berada dalam naungan sektor kesehatan untuk mengupayakan
perubahan sebuah sistem pelayanan kesehatan yang merata, tepat sasaran dan terjangkau
di masa yang akan datang. IT memang bukan satu-satunya solusi untuk permasalahan di
berbagai instansi pemberi jasa layanan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan sendiri
masih menjadi permasalahan yang urgen dalam sektor kesehatan Namun keseriusan dan
koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah diharapkan mampu membuat perubahan
sistem kesehatan yang lebih baik ke depannya.

11
Anggaran tambahan juga dibutuhkan untuk dialokasikan dalam peningkatan mutu dan
jumlah tenaga kesehatan di bidang IT. Dengan demikian, maka dalam waktu dekat ,selain

IT dapat menunjang kebutuhan pengelolaan dan manajemen di instansi pelayanan


kesehatan, diharapkan IT juga bisa dikembangkan untuk keperluan pengobatan dan
pengawasan pasien-pasien yang membutuhkan pelayanan khusus seperti imunisasi bayi,
pelayanan ibu hamil, dan pasien penyakit kronis.

Provider Pelayanan Kesehatan

Provider pelayanan kesehatan yaitu :

1.Sebagai pendidik, pengamat kesehatan

2.Koordinator pelayanan kesehatan

3.Sebagai pembaharuan

4.Pengorganisir pelayanan kesehatan

5.Sebagai panutan

6.Tempat bertanya

7.Sebagai pengelola

Lima Tantangan Transformasi Digital Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Teknologi digital sebenarnya dapat menjadi solusi permasalahan layanan kesehatan. Namun,
industri kesehatan secara umum, khususnya rumah sakit, masih lambat dalam melakukan
transformasi digital.

12
Banyak faktor menjadi penyebab implementasi teknologi digital, terutama perbaikan layanan
terhadap pasien, sulit untuk dilakukan di rumah sakit di Indonesia. Berikut adalah beberapa isu
dan tantangannya:

1. Supply and Demand


Indonesia masih mengalami ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyedia layanan
kesehatan terutama di kota kecil dan daerah rural. Bahkan, jika kita bandingkan antara
jumlah tempat tidur di seluruh rumah sakit dan kebutuhan masyarakat yang terus
meningkat, Indonesia berada di urutan negara dengan rasio rendah (0,8 per 1000)
dibanding negara ASEAN lainnya. Banyak pihak pengelola rumah sakit lebih fokus
kepada ekspansi fasilitas dan melihat sebelah mata terhadap transformasi digital karena
memiliki posisi tawar tinggi akibat kurangnya kompetisi. 

2. Fragmented Landscape

Dari lebih dari 2450 rumah sakit di seluruh Indonesia, sebagian besar dikelola secara independen
dan belum mempunyai standarisasi dan akreditasi internasional. Group pengelola rumah sakit
swasta terbesar saat ini adalah Grup Siloam yang diproyeksikan akan mempunyai 40 rumah sakit
di ahir tahun 2018. Beberapa grup rumah sakit swasta lainnya seperti Mitra Keluarga juga
sedang melakukan ekspansi besar namun secara keseluruhan tidak mencapai 5% dari total
jumlah rumah sakit di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi para mitra penyedia solusi dan
mitra teknologi digital, karena untuk dapat melakukan integrasi ke setiap rumah sakit satu per
satu akan menimbulkan biaya besar dan waktu lama.

3. Legacy IT Infrastructure

Saat ini makin banyak rumah sakit di Indonesia sudah melakukan implementasi sistem IT
Hospital Information System, termasuk sentralisasi database rekam medis. Namun karena
kurangnya standarisasi dokumentasi dan proses bisnis, implementasi sistem IT ini bekerja
sendiri-sendiri dan kurang terintegrasi dengan sistem lain. Banyak rumah sakit terlanjur
bergantung pada teknologi yang ketinggalan zaman sehingga sulit diperbarui untuk memenuhi
espektasi pasien dalam mengakses informasi secara cepat, terutama secara mobile. Apalagi,

13
ketika sistem IT di rumah sakit dibangun berbagai vendor berbeda, tidak ada kontinuitas
roadmap teknologi untuk bisa terus dikembangkan.

4. People & Culture

Seperti di industri lain, tantangan terbesar dari transformasi digital adalah kultur organisasi dan
birokrasi yang menghambat dilakukannya perubahan. Salah satu kesulitan terbesar adalah proses
edukasi dan implementasi. Proses ini membutuhkan komitmen dari tingkat teratas sampai dengan
staf. Butuh strategi manajemen perubahan tepat dan terus menerus dievaluasi berkala. Dokter,
sebagai stakeholder yang terpenting di ekosistem digital rumah sakit, terkadang kurang reseptif
terhadap perubahan ini.

5. Government Regulations

Industri kesehatan adalah sangat bergantung terhadap regulasi pemerintah. Namun


pemerintah butuh mengejar ketertinggalan dalam membuat produk hukum yang
memayungi inovasi di bidang teknologi kesehatan dan memberikan kepastian pada
pelaku untuk melindungi penggunaannya. Saat ini, untuk hal dasar seperti tata kelola data
medis pasien, masih membutuhkan aturan main detil sehingga lebih jelas sejauh mana
peran rumah sakit dan pemerintah dalam mengelola data medis pasien. Termasuk apa
saja hak dan kewajiban dari pasien untuk dapat secara mudah mengakses, menyimpan,
dan mengirimkan pada pihak berkepentingan.

PERKEMBANGAN PELAYANAN KEPERAWATAN

Era globalisasi dan era informasi yang akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat
tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor
pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang
harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan
di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan Tindakan
keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan

14
efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan system suatu rumah sakit. Pelayanan rumah
sakit terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non
medis, contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat,pemberian makanan,asuhan
keperawatan, diagnosa medis,dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti
proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien
yang dirawat merupakan bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.

Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami


perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai
dari pemasukan data secara digital kedalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian
selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya,
hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan
keperawatan dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC
yang sebelumnya telah dimasukkan kedalam database program aplikasi yang digunakan.

Pelayanan yang bersifat non-medis dengan adanya perkembangan teknologi informasi


seperti sekarang ini semakin terbantu dalam menyediakan sebuah bentuk pelayanan yang
semakin efisien dan efektif, dimana para calon klien rumah sakit yang pernah berobat atau
dirawat di RS tidak perlu lagi menunggu dalam waktu yang cukup lama saat mendaftarkan diri
karena proses administrasi yang masih terdokumentasi secara manual di atas kertas dan
membutuhkan waktu yang cukup lama mencari data klien yang sudah tersimpan, ataupun setelah
sekian lama mencari dan tidak ditemukan akhirnya klien tersebut diharuskan mendaftar ulang
kembali da hal ini jelas menurunkan efisiensi RS dalam hal penggunaan kertas yang tentunya
membutuhkan biaya. Bandingkan bila setiap klien didaftarkan secara dugite dan semua data
mengenai klien dimasukkan ke dalam komputer sehingga ketika data-data tersebut dibutuhkan
kembali dapat diambil dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.

Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan teknologi


komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetic, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer.

1. Manfaat telenursing :

15
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,
peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas
merata.
2. Keuntungan telenursing :
i) Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan
ii) Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jaungkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
iii) Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS.
iv) Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya biaya
dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
v) Dapat dimanfaatkan dalam bidang Pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference,
pembelajaran online dan multimedia distance learning. Keterampilan klinik
keperawatan dapat dipelajari dan di praktekkan melalui model simulasi lewat secara
interaktif.
3. Penerapan teknologi informatika dalam praktek sehari-hari
i) Proses pengolahan data
Data adalah tulang punggung proses informatika selanjutnya. Dalam bidang ini
dipelajari bagaimana memperoleh dan mengeluarkan data, merawat data,dan lain-
lain.
ii) Telekomunikasi meliputi : telekonsultasi,teleradiologi, dan telenursing
iii) Medical Imaging meliputi : ultrasound,radiologi, dan kedokteran nuklir
iv) System Informasi
Terdapat dua pembagian besar sistem informasi yaitu yang berfokus pada pasien dan
yang berfokus pada keperawatan
v) Web dan internet.

16
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN

1.Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Historikal

1. Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia Periode 1945-1962


Tahun 1945-1950 merupakan masa transisi peerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat, ini dapat
dilihat dari pengembangan tenaga keperawatan yang masih menggunakan sistem
Pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun
Pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat
pula Pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun Pendidikan) yang lulusannya
disebut mantri juru rawat.

Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah
Djuru Kesehatan (SDK) dengan Pendidikan SR ditambah Pendidikan satu tahun dan
sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah Pendidikan lagi
selama satu tahun.

Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan Pendidikan dasar
umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS.Cipto Mangunkusumo sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat. Walaupun sudah ada
pendidikam tinggi namun pola pengembangan Pendidikan keperawatan belum tampak,
ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari
masih berorientasinya perawat pada keterampilan Tindakan dan belum dikenalkannya
konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum jelas,
dan dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis.

2. Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia Periode 1963-1983


Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatu langkah maju dalam
perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat
penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerja sama dengan CHS, Depkes dan
organisasi lainnya.
3. Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia Periode 1984 Sampai Dengan
Sekarang
Pada tahun 1985 resmi dibukanya Pendidikan S1 Keperawatan dengan nama
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.

17
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun
1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998
kurikulum Pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya pada tahun 1999
kurikulum D-III Keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000
sampai dengan sekarang.
2.Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Konseptual

Perkembangan keperawatan secara konseptual telah terjadi dari perubahan pemahaman


keperawatan sebagai vokasional atau tenaga terampil menjadi keperawatan sebagai profesi dan
dari pelayanan keperawatan bagian dari pelayanan medis bergeser menjadi praktek keperawatan
professional mandiri serta perkembangan Pendidikan keperawatan dari dasar menengah menjadi
perkembangan Pendidikan tinggi keperawatan, perubahan pemahaman keperawatan sebagai
profesi didasarkan atas ciri profesi keperawatan diantaranya :

 Mempunyai tubuh pengetahuan yang berbatas tegas ilmu keperawatan yang terdapat
dalam tubuh pengentahuan.
 Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang Pendidikan tinggi.
 Memiliki penghimpunan dalam bidang keprofesian.
 Pemberlakuan kode etik keperawatan.
 Bersifat altruistik (mengutamakan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi atau
golongan.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

1. Pendidikan Vokasional;

yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan
keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

2. Pendidikan Akademik;

yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

3. Pendidikan Profesi;

yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma, sarjana,


magister, spesialis dan doktor. Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut

18
Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan
Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi.

Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai dinamika


perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi dan kongres
Nasional pendidikan keperawatan Indonesia yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh
komponen keperawatan Indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan
kemkes saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat
bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus
berada pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu
bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang
program pertamannya dibuka tahun 1985.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project
Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar
Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar
Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang
berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan,
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal
yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan
dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan Level KKNI;

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

• Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan
dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat

• Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.

• Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi
perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

19
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya
Keperawatan (AMD.Kep)

Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat sebutan


Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)

Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep)

Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:a) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah,
lulusannya (Sp.KMB)

b) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)

c) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)

d) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)

e) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

20
BAB III

PENUTUPAN

21
DAFTAR PUSTAKA

https://askep-net.blogspot.com/2012/07%20/sistem-pelayanan-kesehatan.html

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-mutu-pelayanan-kesehatan.html

Astiena, Dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Pembiayaan Pelayanan Kesehatan.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Jakarta : Depkes RI.
“Pembiayaan Pelayanan Kesehatan” dikutip dari http://diankusuma.files.wordpress.com. 14
November 2009. 20:15 WIB.
“Pembiayaan Kesehatan” dikutip dari http://www.jpkmonline-.net/index.php?
option=com_ content   &task= view&id=84&Itemid=119. 14 November 2009. 21:00 WIB
https://money.kompas.com/read/2019/08/19/171503026/6-kendala-ini-membuat-pelayanan-
kesehatan-di-indonesia-tak-maksimal?page=all
https://www.kompasiana.com/hanifahhasnur/54f9185da3331142038b462d/pentingnya-it-dalam-
pelayanan-kesehatan-kita

22

Anda mungkin juga menyukai