Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

“Kemauan masyarakat dalam sistem pembiayaan kesehatan”

DI SUSUN OLEH :

DEDI KRISTIADI ( SA21004 )

DESI MEILANI( SA21006)

DEFLIN ( SA21005)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BALA KESELAMATAN

S1 ADMINISTRASI KESEHATAN

2023
KATA PENGANTTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena atas izin, kuasa dan
perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Kemauan
masyarakat dalam sistem pembiayaan kesehatan”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Sistem pembiayaan kesehatan
kesehatan yang diberikan kepada kami. Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara
menyusun makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen penganmpu Selaku
dosen yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.

DAFTAR ISI
COVER........................................................................................1

KATA PENGGANTAR.................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................5

BAB III PENUTUP.......................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................7


PEMBIAYAAN KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang
amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan
penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan
pelayanankesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas
(assured quality) . Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya
memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri. Perencanaan dan pengaturan
pembiayaan kesehatan yang memadai (health care financing) akan menolong pemerintah di suatu
negara untuk dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya
secara rasional serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan
kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable
and pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang
lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan
sosial dan ekonomi. Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal
baik pada negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari
pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya. Penyebab
yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran
tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan
pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).

Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan


kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi pada dasarnya dalam
banyak hal karakteristiknya sama, karena kesemua hal itu diarahkan untuk mendukung
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan internasional. Organisasi
kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat
isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah
dalam area sebagai berikut: 1) meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang
kesehatan, 2) mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan
kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk
didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4) penggalian dukungan nasional dan internasional,
5) penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional, 6) pengembangan kebijakan
pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan
evaluasi.

Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada beberapa


hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan
kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi
dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat
diterima pengguna jasa.
Sejalan dengan itu, dalam rencana strategik Depkes 2005-2009 secara jelas disebutkan
bahwa meningkatkan pembiayaan kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama
departemen kesehatan disamping menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas serta
meningkatkan sistem surveilans, moitoring dan informasi kesehatan. Strategi utama itu
dijabarkan dalam 17 sasaran pembangunan. Selanjutnya sasaran dari strategi utama
meningkatkan pembiayaan kesehatan itu adalah; 1) pembangunan kesehatan mendapatkan
penganggaran yang memadai oleh pemerintah pusat dan daerah (sasaran 15), 2) anggaran
kesehatan pemerintah lebih diutamakan untuk pencegahan dan promosi kesehatan (sasaran 16)
dan 3) terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin
(sasaran 17). aan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. (www.ppjk.depkes)

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiay

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Pembiayaan Kesehatan

Sub sistem pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(Health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
peroranagn, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan
dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :
Penyedia Pelayanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health provider) adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan
pengertian yang seperti ini tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan
utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan.

Pemakai Jasa Pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health consumer)
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda
dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian biaya
kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider) dengan pemakai
jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan, pengertian
biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan pengertian yang seperti
ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya kesehatan
tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Besarnya
dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh biaya investasi (investment cost)
serta seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan
lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat
memanfaatka suatu upaya kesehatan.

Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa
pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan (income)
adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan. Secara umum disebutkan apabila total dana yang
dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi
penyedia pelayan kesehatan (income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh
penyedia pelayanan kesehatan (expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan
tersebut mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).

Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada umumnya pihak penyedia
pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak swasta tidak ingin mengalami
kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan terhadap jasa pelayanan yang
akan diselenggarakan, maka perhitungan total biaya kesehatan akhirnya lebih banyak didasarkan
pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan saja.

Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah, maka
dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi karena pada
upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara perhitungan yang
dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor pemerintah tidak dihitung dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa, dan karena itu merupakan pendapatan
(income) pemerintah, melainkan dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah
(expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya kesehatan
yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai. Pertama, besarnya dana yang
dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Kedua, besarnya dana yang
dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan untuk sektor pemerintah. Total biaya
kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari kedua pengeluaran tersebut.

2.2 Sumber Biaya Kesehatan

Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan fasilitas-
fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public) dan swasta (private).
Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya barang public atau private mengingat
bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat
komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas
kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan
sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade
yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan
jika menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding dengan kemampuan
ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.

Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain. Secara umum
sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Bersumber dari anggaran pemerintah

Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi
keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat
besar. Contohnya dana dari pemerintah pusat dan provinsi.

2. Bersumber dari anggaran masyarakat

Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat
(swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta,
dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya
pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
Contohnya CSR atau Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang
dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi.

3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu


cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun
pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus
H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).

4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat

Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya
biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi
biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

2.3 Macam Biaya Kesehatan

Biaya kesehatan banyak macamnya karena semuanya tergantung dari jenis dan kompleksitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan
dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum dapat
dibedakan atas dua macam yakni :

1.Biaya pelayanan kedokteran

Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit
serta memulihkan kesehatan penderita.

2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya kesehatan
ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari sudut penyelenggara kesehatan (health provider)
dan dari sudut pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer).
2.4 Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan

Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni :

1) Jumlah

Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang
dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang
dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.

2) Penyebaran

Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia
tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap
upaya kesehatan.

3) Pemanfaatan

Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak mendapat
pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang jika
berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa hal,
yakni :

1) Peningkatan Efektifitas

Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi penggunaan


sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan
pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan
upaya pencegahan, bukan pengobatan penyakit.
2) Peningkatan Efisiensi

Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme pengawasan dan


pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan efisiensi antara lain:

a. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada


dasarnya ada dua macam standar minimal yang sering dipergunakan yakni:

1) standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.

2) standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan penderita,
dan daftar obat-obat esensial.

Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan dapat
dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga sekaligus
dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.

b. Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah


memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan.
Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:

1) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan


kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian
bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula dihindari
penggunaan peralatan yang rendah. Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat.

2) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama


timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :

a. Penggalian dana

1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana untuk
UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak
umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai sumber lainnya.
Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta
masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-
private patnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya
keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari
masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya
kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara
pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana
yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.

2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari masing-
masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan
keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

b. Pengalokasian dana

1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah
untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15%
dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.

2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.

c. Pembelanjaan

1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership digunakan


untuk membiayai UKM.

2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan
keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

1.5 Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaiannya

Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan di atas,


segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat
makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan juga karena telah
dipergunakarmya berbagai peralatan canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan semakin
bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan
yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain ternyata juga
mendatangkan banyak masalah. Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut
pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Kurangnya dana yang tersedia

Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini kait
berkait dengan masih kurangnya kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan.
Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat
produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat
mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya berkisar antara 2 –
3% dari total anggaran belanja dalam setahun.

2) Penyebaran dana yang tidak sesuai

Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena kebanyakan justru
beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari penyebaran penduduk, terutama di negara
yang sedang berkembang, kebanyakan penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3) Pemanfaatan dana yang tidak tepatpelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak
telah mengetahui bahwa pe

Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam
pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak negara tenyata biaya pelayanan
kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada layanan kedokteran dipandang kurang efektif dari pada
pelayanan kesehatan masyarakat.

4) Pengelolaan dana yang belum sempurna

Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya belum begitu
sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola dengan baik, dalam batas-batas
tertentu, tujuan dari pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti
ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna,
yang terkait tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi juga
ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.

5) Biaya kesehatan yang makin meningkat

Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin meningkatnya biaya
pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang berperanan di sini, beberapa yang
terpenting adalah (Cambridge Research Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988):

a. Tingkat inflasi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat


inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat,
maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional pelayanan kesehatan
masyarakat akan meningkat.

b. Tingkat permintaan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat


permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan peningkatan
permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua faktor. Pertama, karena
meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, yang
karena jumlah orangnya lebih banyak menyebabkan biaya yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih banyak pula. Kedua, karena
meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan penghasilannya lebih
baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik pula. Kedua keadaan yang
seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya pada peningkatan biaya kesehatan.

c. Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi


oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan kesehatan
ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan berbagai peralatan modern dan
canggih.

d. Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh


terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika dahulu banyak ditemukan
berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak ditemukan
berbagai penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut,
perawatan berbagai penyakit kronis ini temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.
Apabila penyakit yang seperti ini banyak ditemukan, tidak mengherankan jika
kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan pesat.

e. Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat


dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini sebagai akibat
dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi menyebabkan pelayanan
kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented health services) dan satu sama lain
tidak berhubungan. Akibatnya, tidak mengherankan jika kemudian sering dilakukan
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang yang pada akhirya akan membebani
pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat makin banyak dipergunakanya para
spesialis dan subspesialis menyebabkan lamanya perawatan meningkat. Penelitian
yang dilakukan Olell Feklstein (1971) menyebutkan jika Rumah Sakit lebih banyak
mempergunakan dokter umum, maka Rumah Sakit tersebut akan berhasil menghemat
tidak kurang dari US$ 39.000 per tahun per dokter umum, dibandingkan jika Rumah
Sakit tersebut mempergunakan dokter spesialis dan atau subspesialis.
Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah dilakukan berbagai
upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya yang dimaksud secara sederhana dapat
dibedakan atas beberapa macam yakni :

1) Upaya meningkatkan jumlah dana

a. Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam anggaran


pendapatan dan belanja negara.

b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari sumber


masyarakat serta bantuan luar negri.

2) Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana

a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan pelayanan


kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu.

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.

3) Upaya mengendalikan biaya kesehatan

a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan sarana atau


fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan dengan adanya kebutuhan
masyarakat. Dengan diberlalukannya peraturan ini maka dapat dihindari berdiri atau
dibelinya berbagai sarana kesehatan secara berlebihan

b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana dan fasilitas


yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif
pelayanan yang bersifat sosial.

c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana penambahan sarana


dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan apabila sesuai dengan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah disetujui pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan hanya dibenarkan
untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar baku yang telah ditetapkan.

e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.

f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.

g. Asuransi kesehatan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :

1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan (health
economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran masyarakat, bantuan
dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran pemerintah dan masyarakat.

3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya pelayanan kedokteran
dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan pemanfaatan. Sedangkan
fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana dan pembelanjaan.

5. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang tersedia,
penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana yang
belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian
yang dapat ditempuh seperti meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan
dan pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.

Daftar Pustaka

Ali Imran, La Ode.2013.Ekonomi Kesehatan.Kendari.


Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan. http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=85&Itemid=120.20 Mei 2013.

Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan. http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1.20 Mei 2013.

Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan. http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1.20 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai