Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pembiayaan Dan Penganggaran Kesehatan

“Pembiayaan Kesehatan Provinsi”

Disusun Oleh :
Irwansyah ( 1716010002)
M.JHidayat ( 1716010013)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan
adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-
undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. (Helda.2011)
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada
masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan
merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada
tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan terhindar dari ancaman
penyakit. Di Indonesia sendiri tak bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan
bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Ketika pemerintah negeri ini hanya
memandang sebelah mata pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan
derajat kesehatan masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan. (Suhadi.2012)
Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan kesehatan.
Jika ditinjau dari dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh WHO, maka
pembiayaan pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang
karena juga memiliki dampak terhadap derajat kesehatan, seharusnya turut pula
diperhitungkan. Pada akhir akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan
serta makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem
pembiayaan kesehatan makin meningkat. Pembahasan tentang subsistem pembiayaan
kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal dengan nama
ekonomi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut :
a) Apa definisi pembiayaan kesehatan?
b) Dari mana saja sumber biaya kesehatan provinsi?
c) Apakah syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan provinsi?
d) Apa saja masalah pokok pembiayaan kesehatan provinsi?
C. Tujuan Penulis
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
b. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari pembiayaan kesehatan.
b) Mahasiswa dapat mengetahui sumber biaya kesehatan provinsi.
c) Mahasiswa dapat mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan
provinsi.
d) Mahasiswa dapat mengetahui masalah pokok pembiayaan kesehatan provinsi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pembiayaan Kesehatan


Sub system pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari
ekonomi kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari
dua sudut yakni :
1) Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak
bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2) Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health
consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan
jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan di sini
menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-batas tertentu,
pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian
biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan
kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan
untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa
pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya
perbedaan pengertian yang seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana
yang dihitung sebagai biaya kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan
dengan penyedia pelayanan kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih
menunjuk padaa seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya
operasional (operational cost) yang harus disediakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk
pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatka
suatu upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai
jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan
(income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan
kesehatan (expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).
Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya dana
yang dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada umumnya
pihak penyedia pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak swasta
tidak ingin mengalami kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan
terhadap jasa pelayanan yang akan diselenggarakan, maka perhitungan total biaya
kesehatan akhirnya lebih banyak didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh
para pemakai jasa pelayanan kesehatan saja.
Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah,
maka dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi
karena pada upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara
perhitungan yang dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor
pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa,
dan karena itu merupakan pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya
kesehatan yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai. Pertama,
besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta.
Kedua, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan
untuk sektor pemerintah. Total biaya kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari
kedua pengeluaran tersebut.
B. Sumber Biaya Kesehatan provinsi
Biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga
sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta.
Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan
karena memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya dana dari pemerintah pusat dan
provinsi.
Ada dua sumber biaya kesehatan provinsi, yaitu:
1. Dana APBD Propinsi (DAU Propinsi)
Pemerintah berkomitmen untuk memenuhi alokasi anggaran kesehatan sebeser
5% dari belanja negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Anggaran kesehatan tahun 2019 diarahkan untuk
: (1) percepatan peningkatan kepesertaan; (2) peningkatan akses dan kualitas
layanan program JKN; (3) mendorong supply side melalui sinkronisasi pemerintah
pusat dan daerah; (4) mendorong pola hidup sehat melalui Germas; (5) peningkatan
nutrisi ibu hamil, menyusui dan balita, serta imunisasi; (6) percepatan penurunan
stunting melalui skema Program for Result (PforR); dan (7) pemerataan akses
layanan kesehatan melalui DAK Fisik dan pembangunan rumah sakit di daerah
menggunakan skema KPBU.
saat ini penyelenggaraan program JKN-KIS menghadapi ketidak
keseimbanganan taraf biaya kesehatan dan penerimaan yang mengakibatkan
terjadinya defisit keuangan. hasil evaluasi DJSN menunjukkan bahwa
penyelenggaraan rogram JKN-KIS menghadapi permasalahan struktural yang
memerlukan pembenahan siskemik yang meliputi kelembagaan harmonisasi
regulasi, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, termasuk pencengahan fraud
penyediaan sarana serta mutu peningkatan kesehatan, optimalisasi penerimaan
edukasi publik dan pencengahan hukum (press releaseISMKMI, 2019)
2. Bantuan Gubernur dan JAMKESDA
program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) merupakan upaya pemerintah
daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan jaminan kesehatan, terutama
bagi masyarakat miskin. Terdapat dua alasan yang memotivasi pemerintah daerah
untuk memperkenalkan kebijakan jaminan kesehatan lokal. Alasan pertama adalah
faktor regulasi. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan
kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan program jaminan
sosial termasuk jaminan kesehatan. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
007/PUU-III/2005 yang mengijinkan pemerintah daerah membentuk lembaga
yang mengkhususkan diri dalam mengelola program jaminan kesehatan di wilayah
masing-masing juga menjadi salah satu pendorong. Selain itu, pedoman
Pelaksanaan Program Jamkesmas yang diterbitkan setiap tahun menyarankan
bahwa orang miskin yang tidak termasuk dalam daftar keanggotaan Jamkesmas
yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah.
Alasan kedua adalah kepentingan politik kepala daerah. Sistem
pemilihan langsung kepala daerah memiliki implikasi terhadap bagaimana
pemerintah daerah merumuskan kebijakan pembangunannya. Sistem pemilihan
langsung telah mengalihkan fokus akuntabilitas pemimpin yang terpilih.
Kepala daerah telah menjadi subjek penilaian para konstituen yang berbeda
dibandingkan sistem perwakilan pemilu sebelumnya. Oleh karena itu, pemimpin
yang baru tersebut akan mencari kebijakan populer yang dapat
mempertahankan dukungan rakyatnya, termasuk menjanjikan adanya jaminan
kesehatan untuk masyarakat.
Adapun kategori jaminan kesehatan daerah (jakesda)
Kategori pertama adalah Subsidi Biaya Layanan Kesehatan (Health
Care Cost Subsidy). Dalam kategori ini, pemerintah daerah mengalokasikan
dana yang hanya dapat digunakan untuk membayar biaya layanan kesehatan
masyarakat miskin. Dana ini sering dianggarkan dalam pos Bantuan Sosial
atau dikelola oleh Dinas kesehatan kabupaten. Pemerintah kabupaten akan
membayar penyedia layanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit umum)
untuk layanan yang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin tersebut.
Program ini tidak memerlukan daftar penerima bantuan. Pemerintah
membuat peraturan daerah untuk menetapkan kriteria kelayakan dan
mekanisme pengajuan klaim pendanaan tersebut. Seluruh program Jaminan
kesehatan yang masuk dalam kategori ini menggunakan Surat Keterangan
Tidak Mampu/SKTM. Untuk mengakses manfaat jaminan, pengguna
layanan kesehatan harus memenuhi syarat yang ditentukan untuk
mengajukan permohonan Surat Keterangan Tidak Mampu. Untuk
memperoleh surat keterangan tersebut, pemohon harus mendapatkan
rekomendasi dari semua tingkat otoritas dimana ia berada, mulai dari RT,
hingga kelurahan/desa. Setelah semua persyaratan selesai, kepala desa akan
mengeluarkan Surat tersebut. Surat Keterangan ini juga harus dikaji
keabsahannya oleh petugas yang ditunjuk di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Setelah menerima persetujuan, pemohon baru dapat menggunakan sertifikat
tersebut untuk menerima pembebasan biaya layanan kesehatan. Pemerintah
kabupaten yang menggunakan sistem ini adalah Lebak, Tasikmalaya, Kutai
Timur.
Kategori kedua adalah skema jaminan kesehatan berdasarkan
tingkat kesejahteraan/ status kemiskinan (Poverty Targeted Insurance
Scheme). Program ini dirancang untuk memberikan Jaminan perawatan
kesehatan untuk masyarakat miskin yang tidak tertanggung dalam
Jamkesmas. Dalam program ini, pemerintah daerah mengeluarkan kartu
keanggotaan sebagai bukti bahwa pemegang kartu adalah salah satu
penerima manfaat yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan.
Implikasi dari model ini, pemerintah daerah harus membuat dan mengelola
database penerima bantuan. Sebuah tim harus dibentuk untuk memverifikasi
dan memvalidasi apakah penerima bantuan yang lama dan calon penerima
bantuan memenuhi kriteria persyaratan seperti yang diperlukan. Database
keanggotaan ini harus diperbarui secara teratur. Skema ini digunakan oleh
Kab. Kendal dan Kab. Kulonprogo. Di Kab. Kendal, setiap tahun
Pemerintah Kabupaten menerbitkan Keputusan Dinas Kesehatan yang berisi
daftar non- penerima Jamkesmas yang akan ditanggung oleh
JAMKESMASDA. Pemerintah Kab. Kendal juga mengantisipasi
kemungkinan masih adanya sejumlah orang yang berhak yang belum
tertanggung dalam program JAMKESMASDA dengan menerima
permohonan pengajuan pembebasan biaya perawatan kesehatan dengan
menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu/SKTM.
Kategori ketiga adalah skema Jaminan Kesehatan Semesta
(Universal Health Security Scheme). Program ini digunakan oleh Kota
Makassar, Kota Palembang dan Kota Balikpapan. Jenis program ini
menyediakan jaminan kesehatan untuk seluruh penduduk di kota tersebut.
Setiap orang yang ingin mengakses manfaat hanya diminta untuk
menunjukkan kartu identitas yang menunjukkan bahwa ia adalah penduduk
sah dari wilayah masing-masing. Kota Makassar dan Kota Palembang
memiliki bentuk kebijakan yang sama dalam memberikan jaminan
kesehatan kepada warganya. Hal ini karena pada kenyataannya, kebijakan
tersebut merupakan perpanjangan dari kebijakan provinsi terkait
penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis, di mana kota dan pemerintah
provinsi setuju untuk berbagi biaya penyelenggaraan jaminan kesehatan.

C. Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan Provinsi


Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni :
1) Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup.
Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin
memanfaatkannya.
2) Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang
tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
3) Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak
mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah,
yang jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa
hal, yakni :
1) Peningkatan Efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi
penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, maka alokasi
tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang
lebih besar, misalnya mengutamakan upaya pencegahan, bukan pengobatan
penyakit.
2) Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian.
Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan efisiensi antara lain:
a.    Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada
dasarnya ada dua macam standar minimal yang sering dipergunakan yakni:
1) standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
2) standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan
penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan dapat
dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga
sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.
b.    Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan.
Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
1) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan
kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan
pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula
dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan demikian efisiensi juga akan
meningkat.
2)  Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama
timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.
Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :
a.      Penggalian dana
1)   Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana
untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah,
melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai
sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah
swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan
prinsip public-private patnership yang didukung dengan pemberian insentif,
misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber
dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna
membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat
atau dilakukan secara pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam
rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat,
contohnya dana sosial keagamaan.
2)   Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan
dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui
mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b.     Pengalokasian dana
1)   Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah
untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan
dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau
15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
2)   Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c.     Pembelanjaan
1)   Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2)   Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3)   Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan
keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

D. Masalah Pembiayaan Kesehatan Provinsi


Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan
di atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang diperkirakan.
Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan juga
karena telah dipergunakarmya berbagai peralatan canggih, menyebabkan pelayanan
kesehatan semakin bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang
mendatangkan banyak keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, namun di pihak lain temyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun
berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara
sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)   Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran
pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari
pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif
melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat
mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya
berkisar antara 2 – 3% dari total anggaran belanja dalam setahun.
2)    Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari
penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang, kebanyakan
penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3)    Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak
negara tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada
pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa
pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat.
4)    Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola
dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih
dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab
utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait berkait
tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi juga
ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.
5)    Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin meningkatnya
biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang berperanan di sini,
beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research Institute, 1976; Sorkin,
1975 dan Feldstein, 1988):
a.    Tingkat inflasi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga di
masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan masyarakat akan meningkat.
b.    Tingkat permintaan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tingkat permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan
peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua faktor.
Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan
pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih banyak
menyebabkan biaya yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan akan lebih banyak pula. Kedua, karena meningkatnya
kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan penghasilannya lebih baik,
membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik pula. Kedua keadaan yang
seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya pada peningkatan biaya kesehatan.
c.    Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk
pelayanan kesehatan ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan berbagai
peralatan modern dan canggih.
d.    Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi
oleh terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika dahulu banyak
ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah
banyak ditemukan berbaga penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan
dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis ini
temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan
penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula. Apabila penyakit yang seperti
ini banyak ditemukan, tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan
akan meningkat dengan pesat.
e.    Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini sebagai
akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi menyebabkan
pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented health services) dan
satu sama lain tidak berhubungan. Akibatnya, tidak mengherankan jika
kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
yang pada akhirya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat
makin banyak dipergunakanya para spesialis dan subspesialis menyebabkan
hari perawatan juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan Olell Feklstein
(1971) menyebutkan jika Rumah Sakit lebih banyak mempergunakan dokter
umum, maka Rumah Sakit tersebut akan berhasil menghemat tidak kurang dari
US$ 39.000 per tahun per dokter umum, dibandingkan jika Rumah Sakit
tersebut mempergunakan dokter spesialis dan atau subspesialis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :
1.  Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.   Sumber biaya kesehatan provinsi dapat berasal dari Dana APBD Provinsi (DAU
Provinsi) dan Bantuan Gubernur dan JAMKESDA.
3.   Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan pemanfaatan.
Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana dan
pembelanjaan.
4.   Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang
tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat,
pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin meningkat.

B. Saran
perlu kepekaan bagi masyarakat dalam menghadapi masalah - masalah kesehatan pada
saat ini, khusus yang saya bahas pada makalah tentang Pembiyaan Kesehatan Provinsi
yang mana perlu dorongan bagi kita pemuda – pemudi yang kritis agar indonesia sehat dan
kaya. Juga bagi pemerintah peduli dan dapat memutuskan program – program dengan
bijak.
Daftar Pustaka

Ali Imran, La Ode.2013.Ekonomi Kesehatan.Kendari.


Press Release.2019.kenaikan iuran BPJS
Depkes.2013.Fungsi Pembiayaan kesehatan. _
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=85&
Itemid=120
Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan
Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai