Kelompok V :
1. Fitri Rahmadhani (N1A120155)
2. Hanny Rahman (N1A120110)
3. Ichvan Ravi Paphio Parishi (N1A120171)
Pada negara yang peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap
ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun
membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang
mampu (Lubis, 2009)
Biaya kesehatan banyak macamnya karena semuanya tergantung dari jenis dan kompleksitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan
dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum dapat
dibedakan atas dua macam yakni (Lubis, 2009):
Biaya pelayanan kedokteran Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni
yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
Biaya pelayanan kesehatan masyarakat Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta untuk mencegah penyakit. Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan,
maka masing-masing biaya kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari sudut
penyelenggara kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan kesehatan
(health consumer).
4.3 Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni (Lubis,
2009):
Jumlah Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup.
Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Penyebaran Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana
yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
Pemanfaatan Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya
tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang
jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa hal,
yaitu (Lubis, 2009):
Subsistem sumber daya manusia kesehatan adalah pengelolaan upaya pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia
kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sumber daya manusia kesehatan
adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga pendukung atau
penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan. Peran tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam implementasi
sistem kesehatan. Di sisi lain tantangan seperti rendahnya komptensi menjadi hambatan
tersendiri dalam pelaksanaan sistem kesehatan.
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem sumber daya manusia kesehatan adalah tersedianya
sumber daya manusia kesehatan sesuai kebutuhan yang kompeten dan memiliki
kewenangan yang terdistribusi secara adil dan merata serta didayagunakan secara optimal
dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur-unsur subsistem sumber daya manusia
kesehatan terdiri dari: sumber daya manusia kesehatan; sumber daya pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan penyelenggaraan pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
(a) Rekruitmen dan seleksi yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Pelatihan Daerah atas usul dari Dinas yang meliputi kebutuhan seluruh sarana kesehatan
pemerintah di tingkat provinsi.
(b) Standar kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan didasarkan pada jenis pelayanan,
beban kerja, rasio jumlah penduduk dan kebutuhan pelayanan masyarakat di tingkat
provinsi.
(d) Dinas menyusun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan peningkatan jumlah, mutu,
dan penyebaran SDM Kesehatan di kabupaten/kota.
(2) Standar kinerja SDM Kesehatan di tingkat provinsi dibuat oleh tim yang dikoordinasikan
oleh Dinas.
(3) Masing-masing institusi dan/atau instansi sarana kesehatan tingkat provinsi wajib
membuat pola pengembangan karir sesuai dengan kompetensi, kebutuhan, dan
pembangunan kesehatan.
(4) Dinas menyusun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pendayagunaan tenaga
kesehatan di kabupaten/kota.
a. Persentasepuskesmasyangsudahmemiliki minimal1dokter
b. Persentasepuskesmasdengan9jenisnakes sesuai standar
d. Dinas menyusun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan di kabupaten/kota.
Meningkatnyasistempembinaanjabfungdan karier SDMKesehatan
a. Persentasepenyelenggaraanujikompetensijabfungkesehatandiinstansipusatdanda
erahyangterakreditasi
Availability: Strategi
1. Meningkatkan produksi nakes
a. Pembukaan prodi Kesehatan baru
b. Menambah kuota dosen dan mahasiswa (pengembangan AHS)
a. CPD
b. Penyelenggaraan uji kompetensi jabfung Kesehatan
Pemanfaatan teknologi informasi di sektor kesehatan juga masih belum optimal seperti
pengembangan telemedicine Kemenkes untuk menghubungkan pelayanan kesehatan rujukan
dalam pemberian konsultasi pelayanan kepada FKTP atau RS di wilayah terpencil. Hingga 2020,
baru 79 RS dan Puskesmas yang diampu dan aktif dalam telemedicine (Kemenkes, 2020).
Pemanfaatan teknologi informasi bidang kesehatan sudah cukup luas, di antaranya pada
aspek perencanaan kesehatan melalui e-planning, ebudgeting dan e-monev. Sistem informasi
yang dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam,
seperti SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis), SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS), KOMDAT
(Komunikasi Data), sistem PIS-PIK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga), e-
sismal (Sistem Informasi Surveilans Malaria). Integrasi sistem data harus dilakukan untuk
menghasilkan data yang sahih dan reliabel. Integrasi data JKN dengan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) serta pemanfaatan data Pelayanan BPJS Kesehatan juga harus dilakukan.
6.2 bioteknologi
Salah satu aspek penting dalam pengembangan produk bioteknologi kesehatan adalah
pembuatan hormon manusia. Sebelum era bioteknologi, insulin diperoleh dari hewan ternak
seperti sapi dan babi. Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu memungkinkan timbulnya
alergi dan hasil produksi insulin yang terbatas (Ambarwati dan Susianawati, 2006).
Namun, dengan pendekatan bioteknologi, insulin dapat diperoleh dengan cara
memproduksi di mikroorganisme (Escherichia coli). Proses produksi insulin dapat melalui
beberapa langkah, yaitu :
Vaksin merupakan produk bioteknologi yang terus dikembangkan baik vaksin untuk
manusia ataupun ternak. Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk
kekebalan terhadap suatu penyakit yang biasanya mengandung virus atau
mikroorganisme yang telah dimatikan atau dilemahkan (Melief et al., 2015). Pembe rian
vaksin (imunisasi) di Indonesia telah diselenggarakan pada tahun 1956 dan mengalami
perkembangan serta perluasan pada tahun 1977 dalam rangka pencegahan penularan
beberapa penyakit (Menteri Kesehatan, 2017).
Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A., & Anhar, V. Y. (2013). Buku Dasar-dasar Manajemen
Kesehatan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Jenderal, D., & Kesehatan, A. (2022). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia STANDAR
TENAGA KESEHATAN DALAM TRANSFORMASI SDM KESEHATAN Direktur Jenderal
Tenaga Kesehatan , Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional. April.
Kementrian PPN & Bappenas. (2022). Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
Kedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian
PPN/Bappenas, 2022.
Minister of Health Republic of Indonesia. (2022). National Strategic 2022 - 2024. Ministry of
Health Indonesia, 3, 1–592.
Sesneg RI. (2020). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 18/2020: Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Sekertariat Presiden Republik
Indonesia, 1–7.
Wasilah, U., Rohimah, S., & Su’udi, M. (2019). Perkembangan Bioteknologi di Indonesia.
Rekayasa, 12(2), 85–90. https://doi.org/10.21107/rekayasa.v12i2.5469