Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN KEUANGAN

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia masih mengalami keterlambatan dalam proses realisasi pencapaian

Tujuan Pembangunan Millenium (TMP)/ Millenium Development Goals (MDG's).

Terlihat pada masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, masih rendahnya

kualitas sanitasi & air bersih, laju penularan HIV/AIDS yang kian sulit dikendalikan,

serta meningkatnya beban utang luar negeri yang kian menumpuk. Permasalahan

tersebut jelas memberikan pengaruh pada kualitas hidup manusia Indonesia yang

termanifestasi pada posisi peringkat Indonesia yang kian menurun pada Human

Development Growth Index. Pada tahun 2006 Indonesia menyentuh peringkat 107

dunia, 2008 di 109, hingga tahun 2009 sampai dengan 2010 masih di posisi 111. Posisi

Indonesia ternyata selisih 9 peringkat dengan Palestina yang berada di posisi 101. Sulit

dipungkiri, dan sungguh ironis (Progres Report in Asia & The Pacific yang diterbitkan

UNESCAP).

Khusus masalah pembiayaan kesehatan per kapita. Indonesia juga dikenal

paling rendah di negara-negara ASEAN. Pada tahun 2000, pembiayaan kesehatan di


Indonesia sebesar Rp. 171.511, sementara Malaysia mencapai $ 374. Dari segi capital

expenditure (modal yang dikeluarkan untuk penyediaan jasa kesehatan) untuk sektor

kesehatan, pemerintah hanya mampu mencapai 2,2 persen dari GNP sementara

Malaysia sebesar 3,8 persen dari GNP. Kondisi ini masih jauh dibanding Amerika

Serikat yang mampu mencapai 15,2 persen dari GNP pada 2003 (Adisasmito,

2008:78).

Untuk mencapai Millenium Development Goals (MDG's) tahun 2015, perlu upaya

kerja keras dalam pembangunan kesehatan, termasuk mengatur system pembiayaan

kesehatan yang baik.

1.2. Rumusan Masalah

1. Definisi Biaya Kesehatan

2. Sumber Biaya Kesehatan

3. Macam-macam Biaya Kesehatan

4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan

5. Upaya yang dilakukan untuk rnengatur penyebaran dan pemanfaatan dana banyak

macamnya, yang umumnya berkisar pada:

6. Model Sistem pembiayaan kesehatan di beberapa negara

7. Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia

1.3. Tujuan Pembahasan

 Umum

Mengetahui masalah sistem pembiayaan kesehatan yang ada di Indonesia dan

penyebab serta penyelesaian masalah tersebut.

 Khusus
 Definisi Biaya Kesehatan

 Sumber Biaya Kesehatan

 Macam-macam Biaya Kesehatan

 Syarat pokok pembiayaan kesehatan

 Upaya yang dilakukan untuk rnengatur penyebaran dan pemanfaatan dana banyak

macamnya, yang umumnya berkisar pada:

 Model Sistem pembiayaan kesehatan di beberapa negara

 Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia

1.4. Manfaat

1. Dapat dipergunakan untuk melihat equity distribusi pembagian keuangan pemerintah.

2. Menjadikan mahasiswa agar lebih memahami masalah system pembiayaan di

Indonesia.

3. Dapat dijadikan sebagai data dasar pengambilan keputusan untuk menyusun suatu

rumusan alokasi anggaran di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Biaya Kesehatan

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu

proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya

menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan (Ryans).


Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan

oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari pengertian diatas maka

biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:

1. Penyedia pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah besarnya dana

yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai jasa pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana yang

harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

2.2. Sumber Biaya Kesehatan

Secara umum sumber biaya kesehatan ini dapat dibedakan atas dua macam:

1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah

Tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, ditemukan di negara yang

bersumber biaya kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.

2. Sebagian di tanggung oleh masyarakat

Pada beberapa negara sumber biaya kesehatan juga berasal dari masyarakat. Pada

negara seperti ini masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan

upaya kesehatan maupun dalam pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan.

2.3. Macam-macam Biaya Kesehatan

Biaya kesehatan banyak ragamnya, tergantung pada kompleksitas pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Secara umum

biaya kesehatan dibedakan atas dua macam:


1. Biaya pelayanan kedokteran

Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan atau

memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati

penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, yakn dengan tujuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

2.4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan

Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:

 Jumlah

Tersedianya dana dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai

penyelenggaraan seluruh upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan

masyarakat yang memanfaatkannya.

 Penyebaran

Mobilisasi dana kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan.

 Pemanfaatan

Alokasi dana pelayanan disesuaikan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

2.5. Upaya yang dilakukan untuk rnengatur penyebaran dan pemanfaatan dana banyak

macamnya, yang umumnya berkisar pada:

 Peningkatan efektivitas
Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi

penggunaari sumber dana. Berdasarkan pengalarnan yang dimiliki, maka alokasi

tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak vang

lebih besar, misalnya mengutamakan upaya pencegahan, bukan pengobatan penvakit.

 Peningkatan efisiensi

Peningkatan efisiensi dikaitkan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme

pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud antara lain:

a. Standar minimal pelayanan

Dengan disusunnya standar minimal pelayanan (minimum stein clard) akan

dapat dihindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang

sering dipergunakan yakni:

 Standar minimal sarana

Contoh standar minimal sarana ialah standar minimal rumah sakit dan standar

minimal laboratorium.

 Standar minimal tindakan

Contoh standar minimal tindakan ialah tata cara pengobatan dan perawatan

penderita, dan daftar obat-obat esensial.

Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan dapat

dihindari dan dengan demikian akan dapat ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga

sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.

b. Kerjasama
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah memperkenalkan

konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan. Sebagaimana telah

disebutkan, ada dua benttjk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:

 Kerjasama institusi: Misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan

kedokteran yang mahal (cost sharing) dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan

pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula dihindari

penggunaan Peralatan yang rendah (under utilization). Dengan demikian. Efisiensi juga

akan meningkat.

 Kerjasama sistem: Bentuk kerjasama sistem Yang Paling Populer ialah sistem rujukan,

Yakni adanya hubungan kerja sama timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan

sarana kesehatan lainnya.

2.6. Model Sistem pembiayaan kesehatan di beberapa negara

Dari berbagai pengalaman diberbagai negara, ada tiga model sistem pembiayaan

kesehatan bagi rakyatnya yang diberlakukan secara nasional yakni model asuransi

kesehatan sosial(Social Health Insurance), model asuransi kesehatan

komersial(Commercial/Private Health Insurance), dan model NHS (National Health

Services). Model Social Health Insurance berkembang di beberapa Negara Eropa sejak

Jerman dibawah Bismarck pada tahun 1882 kemudian ke Negara-negara Asia lainnya

yakni Philipina, Korea, Taiwan. Kelebihan sistem ini memungkinkan cakupan 100

persen penduduk dan relatif rendahnya peningkatan biaya pelayanan kesehatan.

Sedangkan model Commercial/Private Health Insurance berkembang di AS.

Sistem ini gagal mencapai cakupan 100% penduduk sehingga Bank Dunia

merekomendasikan pengembangan model Regulated Health Insurance. Amerika


Serikat adalah negara dengan pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi (13,7%

GNP) pada tahun 1997 sementara Jepang hanya 7% GNP tetapi derajat kesehatan

lebih tinggi Jepang. Indikator umur harapan hidup didapatkan untuk laki-laki 73,8 tahun

dan wanita 79,7 tahun di Amerika Serikat sedang di Jepang umur harapan hidup laki-

laki 77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun. Terakhir model National Health Services dirintis

pemerintah Inggris sejak usai perang dunia kedua. Model ini juga membuka peluang

cakupan 100% penduduk, namun pembiayaan kesehatan yang dijamin melalui

anggaran pemerintah akan menjadi beban yang berat.

2.7. Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia

Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia yang berlaku saat ini adalah Jaminan

Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 2014 yang secara bertahap menuju ke

Universal Health Coverage. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional secara umum yaitu

mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu. Perubahan pembiayaan menuju ke Universal

Coverage merupakan hal yang baik namun mempunyai dampak dan risiko sampingan.

BAB III

PEMBAHASAN

Masalah-masalah yang terjadi pada JKN dan penyebabnya.

 Ketidakmerataan ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan kondisi

geografis, menimbulkan masalah baru berupa ketidakadilan antara kelompok

masyarakat.
Penyebab:

Kurangnya fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan sulitnya menjangkau fasilitas

kesehatan karena kondisi geografis.

Sebagai gambaran di Indonesia timur: Di daerah kawasan timur yang jumlah

providernya terbatas dan aksesnya kurang menyebabkan

kurangnya supply (penyediaan layanan oleh pemerintah dan pihak lain), sehingga akan

muncul kesulitan terhadap akses ke fasilitas kesehatan. Hal ini berimbas pada

masyarakat di wilayah Indonesia bagian timur yang tidak memiliki banyak pilihan untuk

berobat di fasilitas kesehatan. Sementara di wilayah Indonesia bagian barat dimana

ketersediaan providernya banyak, diperkirakaan pemanfaatan provider akan lebih

banyak dan benefit package yang tidak terbatas. Hal yang mengkhawatirkan adalah

tanpa adanya peningkatan supply di Indonesia bagian timur, dana BPJS Kesehatan

akan banyak dimanfaatkan di daerah-daerah perkotaan dan di wilayah Indonesia Barat.

Situasi inilah yang membutuhkan kegiatan monitoring dengan seksama.

 Buruknya pelayanan yang diberikan

Penyebab:

Salah satu hal utama yang menyebabkan buruknya pelayanan itu adalah

mekanisme pembayaran yang digunakan BPJS Kesehatan yaitu INA-CBGs.

Mekanisme kendali mutu dan biaya yang diatur lewat Permenkes Tarif JKN itu

mengelompokan tarif pelayanan kesehatan untuk suatu diagnosa penyakit tertentu

dengan paket. Sayangnya, mekanisme pembiayaan yang dikelola Kementerian

Kesehatan itu dinilai tidak mampu memberikan pelayanan terbaik bagi peserta BPJS

Kesehatan. Sehingga fasilitas kesehatan yang selama ini melayani peserta JPK
Jamsostek dan Askes enggan memberikan pelayanan. Serta adanya permenkes

tentang Tarif JKN yang intinya mengatur paket biaya dalam INA-CBGs. Lewat sistem itu

Kemenkes membatasi biaya pelayanan kesehatan peserta.

Mengatasi masalah system pembiayaan kesehatan diatas:

 Ketidakmerataan BPJS

Jaminan Kesehatan Nasional/JKN adalah amanah UUD 1945. Ketidakmerataan

BPJS ke pelosok negeri terutama daerah Indonesia timur dapat diatasi dengan cara:

Pertama, pemerintah harus segera merealisasikan anggaran minimal 10% dari APBN

2014 untuk pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan

diprioritaskan untuk peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, SDK, dan

pemerataan tenaga kesehatan ke seluruh pelosok negeri. Sehingga dengan begitu

BPJS dapat berjalan dengan baik dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat

Indonesia secara adil dan merata tanpa menguntungkan salah satu kelompok

masyarakat.

Kedua, pemerintah bisa melibatkan organisasi profesi seperti IDI, PPNI, dan organisasi

sosial masyarakat jika JKN ingin sukses. Organisasi profesi mempunyai sumber daya

dan perangkat organisasi yang memadai serta keterlibatan organisasi profesi juga bisa

memberikan pemahaman tentang besarnya kapitasi dan jasa medis yang layak bagi

tenaga kesehatan.

 Mengatasi buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan

Mengganti mekanisme pembiayaan dari INA-CBGs menjadi Fee For Service seperti

yang digunakan sebelumnya oleh PT Jamsostek agar jaringan fasilitas kesehatan yang

selama ini bekerjasama mau melayani peserta BPJS Kesehatan. Serta Menkes harus
mengubah regulasi Permenkes tentang Tarif JKN tersebut karena menghambat

pelayanan peserta.

Sumijatun, et all. 2006. Konsep dasar keperawatan komunitas. Jakarta: EGC.

Kompasiana.2011.kesehatan.(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/10/16/

kebijakan-pembiayaan-kesehatan-403770.html). diakses tanggal 26 Maret 2014 pukul

18.30 WIB.

Pdgri.2014.Penyelenggaraan SJSN Kesehatan.

(http://www.pdgi.or.id/news/detail/penyelenggaraan-sjsn-kesehatan-2014). diakses

tanggal 26 Maret 2014 pukul 18.45 WIB.

jamsosindonesia. Tanpa tahun. Program Jaminan Kesehatan.

(http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_kesehatan)diakses

tanggal 26 Maret 2014 pukul 18.50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai