Anda di halaman 1dari 16

MODUL EKONOMI KESEHATAN

KSM121

MODUL SESI 8

BIAYA PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

DWI NURMAWATY, SKM, MKM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
BIAYA PELAYANAN KESEHATAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan memahami definisi biaya kesehatan.
2. Mengetahui dan memahami persyaratan biaya kesehatan.
3. Mengetahui dan memahami permasalahan biaya kesehatan.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana upaya pengendalian biaya kesehatan.

B. Uraian
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah
agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan
kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang
sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promotif).

Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesmas


saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak
langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. (Juanita, 2002).

Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :


1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan
masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau
kecelakaan.
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care)
Adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut atau
rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah
sakit tipe D sampai dengan Rumah sakit kelas A. (Juanita, 2002).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 15
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan banyak
hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Menurut Azwar Azrul (1999), Secara umum dapat dibedakan 9
(sembilan) syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni :
 tersedia (available)
 menyeluruh (comprehensive)
 berkesinambungan (countinues)
 terpadu (integrated)
 wajar (appropiate)
 dapat diterima (accept- able)
 bermutu (quality)
 tercapai (accessible)
 terjangkau (affordable)

PEMBIAYAAN KESEHATAN
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan.
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut :
1) Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider)
Adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini bahwa biaya kesehatan dari sudut
penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak
swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada
seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional
(operational cost).

2) Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer)


Adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan menjadi persoalan utama para
pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu pemerintah juga

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 15
turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus
dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
(Azwar, A. 1999).

Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan setiap


individu untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan
antara lain :
1) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat
diprediksikan, sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap individu
mempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanan kesehatan.

2) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal, misalnya
pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dan
tindakan khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan sakit jangka panjang yang
tidak akan mampu ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.

3) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan, tetapi juga
lebih membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagai
permasalahan kesehatan karena buruknya kondisi gizi, perumahan.

4) Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk


berfungsi termasuk bekerja, sehingga mengurangi kemampuan membiayai.
(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan


haruslah bertujuan untuk :
1) Risk spreading
Pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran risiko biaya sepanjang
waktu sehingga besaran tersebut dapat terjangkau oleh setiap rumah tangga.
Artinya sebuah sistem pembiayaan harus mampu memprediksikan risiko
kesakitan individu dan besarnya pembiayaan dalam jangka waktu tertentu
(misalnya satu tahun). Kemudian besaran tersebut diratakan atau disebarkan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
dalam tiap bulan sehingga menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang
terjangkau.

2) Risk pooling
Beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun risiko rendah dan tidak merata)
dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi spesialis (jantung koroner)
yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk spreading).

Sistem pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan risiko


suatu kesakitan dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas
sehingga kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak
terjangkit sakit, tidak membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi
kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Secara sederhana, suatu sistem pembiayaan akan menghitung risiko terjadinya


masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu komunitas, dan menghitung
besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada setiap individu anggota
komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas, besaran biaya pelayanan
kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan individu tapi ditanggung
bersama oleh masyarakat.

3) Connection between ill-health and poverty


Karena adanya keterkaitan antara kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem
pembiayaan juga harus mampu memastikan bahwa orang miskin juga mampu
pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak
harus mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak proporsional dengan
pendapatan.

4) Fundamental importance of health


Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dimana individu tidak dapat menikmati
kehidupan tanpa status kesehatan yang baik.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yaitu :
1. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup.
Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin
memanfaatkannya.

2. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang
tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.

3. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak
mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah,
yang jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan


beberapa hal, yakni :
1) Peningkatan Efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi
penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, maka alokasi
tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak
yang lebih besar.

2) Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan
efisiensi antara lain:
a. Standar minimal pelayanan
Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam
standar minimal yang sering dipergunakan yaitu :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 15
 standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
 standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan
penderita, dan daftar obat-obat esensial.

b. Kerjasama
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan
kesehatan.

Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yaitu :


 Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli
peralatan kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan
pembelian dan pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang
tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan peralatan yang rendah.
Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat.

 Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan


kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana
kesehatan lainnya.

Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :


1. Penggalian dana
 Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana
untuk UKM terutama berasal dari :
 Pemerintah baik pusat maupun daerah  Melalui pajak umum, pajak
khusus, bantuan dan pinjaman.
 Swasta  sumber dana dihimpun dengan menerapkan prinsip public-
private patnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya
keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan.
 Masyarakat  sumber dana dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri
guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk
dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni menambahkan aspek
kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 15
 Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui
mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

2. Pengalokasian dana
Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah
untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15%
dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.

Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership digunakan
untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat
dan Dana Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.

Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan


keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan


Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan
secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran
pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari
pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat
produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari
penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang,
kebanyakan penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.

3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat


Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak
negara tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada
pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Pengelolaan dana yang belum sempurna


Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola
dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih
dapat dicapai.

Penyebab utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna,


yang kait berkait tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih
terbatas, tetapi juga ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.

5. Biaya kesehatan yang makin meningkat


Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri.

Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal, beberapa yang


terpenting diantaranya sebagai berikut :
a. Tingkat inflasi
Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis biaya
investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan meningkat
pula, yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna jasa.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
b. Tingkat permintaan
Pada bidang kesehatan, tingkat permintaan dipengaruhi sedikitnya oleh dua
faktor yaitu :
 Meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan,
yang karena jumlahnya lebih atau bertambah banyak, maka biaya yang
harus disediakan meningkat pula.
 Meningkatnya kualitas penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan yang lebih baik, mereka akan menuntut penyediaan layanan
kesehatan yang baik pula dan hal ini membutuhkan biaya pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan lebih besar.

c. Kemajuan ilmu dan teknologi


Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran yang modern dan
canggih) memberikan konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dalam berinvestasi. Hal ini membawa akibat dibebankannya biaya
investasi dan operasional tersebut pada pemakai jasa pelayanan kesehatan.

d. Perubahan Pola Penyakit


Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya perubahan pola
penyakit, yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut menjadi penyakit
yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan
berbagai penyakit kronis ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit ini akan lebih besar.

e. Perubahan pola pelayanan kesehatan


Perubahan pola pelayanan kesehatan ini terjadi akibat perkembangan
keilmuan dalam bidang kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan
subspesialisasi yang menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-
kotak (fragmented health service) dan satu sama lain seolah tidak
berhubungan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 15
f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien
Dengan adanya perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta
penggunaan berbagai peralatan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh
pasien, hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian
pengobatan dan penyembuhan dari penyakitnya.

Diperberat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan pasien selaku


pengguna jasa layanan kesehatan, yang mendorong semakin kritisnya
pemikiran dan pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan
menyebabkan para dokter sering melakukan pemeriksaan yang berlebihan
(over utilization).

g. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya


Kurangnya peraturan perundang-undangan yang ditetapkan untuk mengatur
dan membatasi pemakaian biaya pelayanan kesehatan menyebabkan
pemakaiannya sering tidak terkendali, yang akhirnya akan membebani
penanggung (perusahaan) dan masyarakat secara keseluruhan.

h. Penyalahgunaan asuransi kesehatan


Asuransi kesehatan (health insurance) sebenamya merupakan salah satu
mekanisme pengendalian biaya kesehatan, sesuai dengan anjuran yang
diterapkan oleh pemerintah. Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat
sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang konvensional (third
party sistem) dengan sistem mengganti biaya (reimbursement) justru akan
mendorong naiknya biaya kesehatan. (Medis Online, 2009).

Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah dilakukan


berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya yang dimaksud
secara sederhana dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Upaya meningkatkan jumlah dana
 Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 15
 Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari
sumber masyarakat serta bantuan luar negeri.

2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana


 Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan pelayanan
kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu.
 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.

3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan


a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan sarana
atau fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan dengan
adanya kebutuhan masyarakat. Dengan diberlalukannya peraturan ini maka
dapat dihindari berdiri atau dibelinya berbagai sarana kesehatan secara
berlebihan.
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana dan
fasilitas yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana
dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat menyelenggarakan
kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat sosial.
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana
penambahan sarana dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan apabila
sesuai dengan rencana pengembangan yang sebelumnya telah disetujui
pemerintah.
d. Menetapkan standar baku pelayanan, dimana pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar baku
yang telah ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.
g. Asuransi kesehatan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 15
UPAYA PENGENDALIAN BIAYA KESEHATAN
Setiap tahunnya, biaya kesehatan di Indonesia selalu mengalami kenaikan bahkan
jauh melebihi tingkat inflasi. Kondisi ini menyebabkan rendahnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat yang tidak mampu sehingga derajat
kesehatan menjadi semakin rendah.

Kontribusi pemerintah untuk biaya kesehatan hanya sebesar 26,1 persen.


Sedangkan kontribusi dari swasta mencapai 74,9 persen yang sebagian besar
dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada
waktu mereka jatuh sakit. Sementara untuk biaya kesehatan yang dikeluarkan
dengan menggunakan mekanisme asuransi atau perusahaan hanya sekitar 6-19 %.

Cara untuk menanggulangi inflasi yang terjadi adalah dengan melakukan cost
containment yang meliputi setiap upaya untuk mengendalikan biaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Upaya cost containment yang dapat dilakukan di rumah
sakit antara lain :
1. Meningkatkan efisiensi
Efisiensi yang dapat dilakukan antara lain :
a. Economic Efficiency  yaitu penggunaan input yang biayanya rendah.
b. Technical in efficiency  Menghilangkan pemborosan yang bersifat teknis
akibat dari kombinasi sumber daya yang tidak sesuai.
c. Scale Efficiency  Efisiensi yang berkaitan dengan besarnya investasi yang
sangat rawan untuk terjadi inflasi.

2. Sistem Pembayaran
Sistim pembayaran prospektif kepada PPK akan mengendalikan kecenderungan
supply induced demand, yakni kecenderungan mendorong tingkat penggunaan
utilisasi pelayanan kesehatan apabila PPK masih dibayar tunai.

3. Standarisasi Pelayanan
Standarisasi pelayanan secara medis dan standarisasi pelayanan administratif
merupakan bagian yang penting dari pengendalian biaya (cost containment, cost
effectiveness, quality control).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 15
4. Pembinaan, promosi dan peyuluhan kesehatan
Adalah upaya sistematis dan terencana untuk mengarahkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif, preventif dan edukatif.

5. Mengembangkan kesadaran akan biaya


Bertujuan agar kita berperilaku hemat sehingga cost bisa ditekan menjadi lebih
murah.

6. Intervensi teknis
Mencari peluang-peluang untuk menghemat pengeluaran, yaitu dengan
melakukan cost analysis.

Hal yang tidak lepas dari masalah analisis biaya adalah perhitungan unit cost
yang merupakan kebutuhan bagi rumah sakit yang berguna untuk :
• Penentuan tarif
• Analisis Efisiensi
• Perencanaan anggaran rumah sakit
• Analisis Break even

7. Hospital Investment Control


Menghindari investasi yang tidak optimal dengan melakukan studi kelayakan
terlebih dahulu antara lain dengan Cost Effectiveness Analysis dan Cost Benefit
Analysis. Cara lain adalah dengan keharusan mendapatkan certificate of need
sebelum melakukan investasi untuk peralatan dan pelayanan yang mahal.

8. Penggunaan Sistem Casemix


Sistem Casemix merupakan sistem pengklasifikasian penyakit yang
menggabungkan jenis penyakit yang dirawat di RS dengan biaya keseluruhan
pelayanan yang terkait.

Sistem Case-mix merupakan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang


berhubungan dengan mutu, pemerataan dan keterjangkauan, yang merupakan
unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran biaya pelayanan kesehatan untuk
pasien yang berbasis kasus campuran.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 15
Secara umum sistem casemix digunakan dalam hal Quality Assurance Program,
Komunikasi dokter – direktur RS dan staf medical record, perbaikan proses
pelayanan, anggaran, profilling, benchmarking, quality control, dan sistem
pembayaran.
.

C. Latihan
Pilihlah satu jawaban yang benar :
1. Beberapa di bawah ini adalah upaya cost containment yang dapat dilakukan di
rumah sakit, kecuali :
a. Meningkatkan efisiensi
b. Sistem pembayaran prospektif
c. Pembelian skala besar
d. Standarisasi pelayanan pembinaan, promosi dan peyuluhan kesehatan
e. Mengembangkan kesadaran akan biaya

2. Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal di bawah, kecuali :


a. Tingkat inflasi
b. Kemajuan ilmu dan teknologi
c. Perubahan Pola Penyakit
d. Tingkat permintaan
e. Tingkat penawaran

3. Yang tidak termasuk dalam tujuan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan


adalah :
a. Risk keeping
b. Risk spreading
c. Risk pooling
d. Connection between ill-health and poverty
e. Fundamental importance of health

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15
D. Kunci Jawaban
Jawaban :
1. C
2. E
3. A

E. Daftar Pustaka
1. Wonderling, David; Reinhold Gruen & NickBlack (2005), Introduction to Health
Economics, England: London School of Hygiene & Tropical Medicine (dapat di
download).
2. Stephen Morris, Nancy Devlin, David Parkin (2007): Economic analysis in health
care, England: John Wiley and sons Ltd.
3. Introduction to economics (macro and micro economics): selected topics : John
Sloman ( 2006) Essential of Economics, 4th ed, Prentice Hall.
4. Feldstein: Health Care Economics.
5. Ann Mills. Health Economics for Developing Countries, a survival kit.
6. Drummond: Methods for the economic evaluation of health care programmes.
7. Karen L. Rascati. Essential of pharmacoeconomics.
8. Handbook of Health Economics, Anthony J.Culyer & Joseph Newhouse (e-
book).
9. Pengantar Ilmu Ekonomi (MikroEkonomi dan Makroekonomi), Prathama
Rahardja dan Mandala Manurung.
10. Mikroekonomi Edisi keenam jilid 2 oleh Robert S Pindyck and Daniel L
Rubinfeld.
11. Thabrany H, “Asuransi Kesehatan Pilihan Kebijakan Nasional”, FKM UI, Jakarta,
1998. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook
12. Gani A, “Pembiayaan Kesehatan Di Era Otonomi”, Seminar dan Diskusi Panel
Nasional. Stra-tegi dan Kebijakan daerah dalam optima-lisasi sumber daya
manusia dan pembiayaan kesehatan, 2001.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 15

Anda mungkin juga menyukai